Cinta mereka yang bersemi sejak SMA begitu murni. Namun alam seolah berkolusi memisahkan mereka. Petaka dan cobaan silih berganti menerjang. Sahabat yang senantiasa dibela dari perundungan sejak SMA membuat malam pesta bujangannya berubah menjadi malapetaka.
Pelarian, pengkhianatan bahkan kecelakaan dan pembunuhan meronai kisah cinta mereka. Namun sedahsyat apa pun guncangan, cinta mereka tetap tegak sekokoh Menara Eiffel. “Rasanya aku tidak bisa membawamu ke depan Menara Eiffel untuk memperbarui sumpah kita, Sayang.” “Tak ada yang perlu disesali. Karena setiap kali kita bersama, itulah Menara Eiffel kita.”
Terlahir sebagai Mira Widjaja, seorang dokter lulusan FK Usakti (1979) dan penulis novel yang begitu aktif. Karyanya begitu banyak. Yang terlaris Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi mencapai oplah 10.000, dan mengalami lima kali cetak ulang.
Sejumlah karyanya sudah difilmkan: Kemilau Kemuning Senja, Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Ketika Cinta Harus Memilih, Permainan Bulan Desember, Tak Kupersembahkan Keranda Bagimu, dll. Pemfilman karyanya mungkin karena faktor ayahnya, Othiel Widjaja, yang dulunya produser Cendrawasih Film.
Mira mengakui karyanya tidak mendalam. Karya-karyanya dipengaruhi oleh karya- karya Nh Dini, Marga T., Y.B. Mangunwijaya, Agatha Christie, Pearl S. Buck, dan Harold Robbins. Karena berasal dari lingkungan yang sama, kedokteran, Mira yang bungsu dari lima bersaudara ini merasa karyanya dekat dengan karya Marga T.
Ia mengaku mulai menulis sejak kecil, dan karangan pertamanya, Benteng Kasih, dimuat di majalah Femina, 1975, dengan honor Rp 3.500. Pengarang yang populer di kalangan remaja ini memakai bahasa yang komunikatif, bahkan dalam dialognya banyak menggunakan bahasa prokem.
Mira sudah melanglang di lima benua, dengan honor tulisannya. Praktek dokter dibukanya petang hari, sedangkan pagi ia bertugas sebagai Ketua Balai Pengobatan Universitas Prof. Dr. Moestopo, Jakarta.
Bibliografi: + Dari Jendela SMP, + Bukan Cinta Sesaat, + Segurat Bianglala di Pantai Senggigi, + Cinta Cuma Sepenggal Dusta, + Bilur - Bilur Penyesalan, + Di Bahumu Kubagi Dukaku, + Trauma Masa Lalu, + Seruni Berkubang Duka, + Sampai Maut Memisahkan Kita, + Tersuruk Dalam Lumpur Cinta, + Limbah Dosa, + Kuduslah Cintamu, Dokter, + Semburat Lembayung di Bombay, + Luruh Kuncup Sebelum Berbunga, + Di Ujung Jalan Sunyi, + Semesra Bayanganmu, + Merpati Tak Pernah Ingkar Janji, + Cinta Diawal Tiga Puluh, + Ketika Cinta Harus Memilih, + Delusi (Deviasi 2), + Deviasi, + Relung - Relung Gelap Hati Sisi, + Cinta Berkalang Noda, + Jangan Renggut Matahariku, + Nirwana Di Balik Petaka, + Perisai Kasih yang Terkoyak, + Mekar Menjelang Malam, + Jangan Pergi, Lara, + Jangan Ucapkan Cinta, + Tak Cukup Hanya Cinta, + Perempuan Kedua, + Firdaus Yang Hilang, + Permainan Bulan Desember, + Satu Cermin Dua Bayang-Bayang, + Galau Remaja di SMA, + Kemilau Kemuning Senja, + Sepolos Cinta Dini, + Cinta Menyapa Dalam Badai 2, + Cinta Menyapa dalam Badai 1, + Mahligai di Atas Pasir, + Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat, + Titian Ke Pintu Hatimu, + Seandainya Aku Boleh Memilih, + Tatkala Mimpi Berakhir, + Cinta Tak Melantunkan Sesal, + Bila Hatimu Terluka, + Cinta Tak Pernah Berhutang, + Di Bibirnya Ada Dusta, + Bukan Istri Pengganti, + Biarkan Kereta Itu Lewat, Arini!, + Dikejar Masa Lalu, + Pintu Mulai Terbuka, + Di Sydney Cintaku Berlabuh - Sydney, Here I Come, + Solandra, + Tembang yang Tertunda, + Obsesi Sang Narsis, + Sentuhan Indah itu Bernama Cinta, + Di Tepi Jeram Kehancuran, + Sisi Merah Jambu, + Dakwaan Dari Alam Baka, + Kumpulan Cerpen: Benteng Kasih, + Seruni Berkubang Duka, + Di Bahumu Kubagi Dukaku, + Sematkan Rinduku di Dadamu, + Dunia Tanpa Warna
Berkisah tentang cinta segitiga antara Andika-Aster-Arif. Um.. Sebenernya lebih tepat kalau cinta berdua (Andika dan Aster) tapi diganggu sama si Arif. Emang rada sableng ini si Arif, setelah menimpakan fitnah ke temennya. Eh pacarnya digebet, dinikahin pula. Untungnya Si Aster kemudian sadar kalau selama ini dikibulin sama si Arif. Tapi ya gitu deh, dia udh jadi istrinya Arif, gimana caranya balik ke Andika lagi? Padahal si Andika lagi di Amsterdam. Iya Amsterdam, bukan Paris. Terus kenapa ada Paris di judul bukunya? Um.. Ya gitu deh. Baca aja sendiri. Gemes baca buku ini, gemes sama ceritanya yang ala ala sinetron banget 😩
Kereta Api Terakhir Dari Paris bercerita tentang tiga orang yang menjadi teman sejak SMA: Arif yang selalu dirundung, Andika yang selalu membela Arif, serta Aster yang disukai oleh Arif, tapi adalah pacar Andika. Persahabatan mereka selama bertahun-tahun tiba-tiba saja berubah tepat sebelum pernikahan Andika dan Aster. Sebuah kasus pembunuhan memaksa Andika untuk meninggalkan Aster, membuat gadis itu terpaksa menikahi Arif dan menjalani sebuah kehidupan yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Cinta tidak berakhir di pernikahan. Pernikahan justru menyempurnakan cinta. (hal. 75)
Kalau buat saya, novel ini masih melanjutkan "tren" drama berlebih yang muncul pada novel Mira W. sebelumnya, Sisi Gelap Cinta (review). Jumlah dramanya di sini betul-betul terlalu banyak. Bahkan sampai melibatkan amnesia dan dua kali kecelakaan.
Di luar itu, novel ini menggunakan banyak unsur klasik Mira W. Cinta masa SMA, bad boy-good girl, pembunuhan, psikopat, kesulitan rumah tangga, serta waktu puluhan tahun untuk menggapai bahagia.
Tema novel ini sebenarnya menarik. Mengajukan pertanyaan tentang apakah bisa berbahagia saat kenyataan ternyata berbeda dengan dugaan kita selama ini. Juga tentang pertanyaan bagaimana bila kebaikan kita justru mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri dan orang yang dicintai. Sayang jumlah dramanya membuat ceritanya kurang fokus. Andaikan masalah yang ada sedikit dikurangi, saya rasa novel ini akan lebih bisa dinikmati.
Secara keseluruhan, saya cukup suka novel ini. Mungkin akan jauh lebih menikmati kalau saja masalah yang ada agak diturunkan. Buat yang suka Mira W., serta kisah cinta yang rumit, novel ini patut dicoba.
Novel-novel karya Mira W selalu memiliki pesona dan daya tariknya sendiri, tak terkecuali novel Kereta Api Terakhir Dari Paris ini. Tapi, ada banyak hal yang membuat saya kurang menyukai novel ini dibandingkan novel-novel beliau yang lainnya. Salah satunya adalah plot yang agak kurang masuk akal, misal di saat Andika dengan mudahnya kabur ke luar negeri dia membunuh Teddy, meninggalkan Aster dalam keadaan hamil di Indonesia. Kenapa tidak bawa Aster juga ke Belanda? Biarpun dikucilkan dan tidak bisa kembali ke Indonesia, tapi yang penting mereka bisa bersama membesarkan anak mereka tanpa perlu menciptakan konflik baru (tapi kalau begitu, mungkin tidak akan ada konflik apa-apa di novel ini. Haha). Menurut saya, tokoh Andika kurang bertanggung jawab di sini, semudah itu dia meninggalkan pacar yang sudah dia hamili dan meminta sahabatnya (Arif) untuk menikahi Aster (lempar tanggung jawab sekali ya, Anda?). Hal yang tidak masuk akal kedua adalah sikap Aster. Lho kok bisa segampang itu menerima usul Andika untuk dinikahkan ke Arif, padahal Andika-lah yang menghamilinya? Katanya cinta mereka akan selalu abadi seperti Menara Eiffel? Bagaimana ini? Hal lain yang cukup mengganggu dari sikap Aster ini adalah dia menjalani rumah tangga dengan Arif layaknya suami-isteri sungguhan (melibatkan hubungan intim) tapi masih berkomunikasi juga dengan Andika dan mengagung-agungkan sosok Andika (yang menurut saya adalah seorang lelaki yang tidak bertanggung jawab), lalu kabur mengejar Andika setelah tahu seperti apa Arif yang sebenarnya (kalau memang ujung-ujungnya dia pergi dan tinggal di Belanda bersama Andika, lalu untuk apa dulu Aster terpaksa menikah dengan Arif?) Karakter Aster di sini sulit membuat saya merasakan simpati. Dia seperti perempuan yang tidak punya pendirian. Satu-satunya tokoh yang membuat saya bersimpati adalah Arif. Ya, dia adalah tokoh antagonis dan biang kerok semua masalah yang menimpa Andika dan Aster. Tapi saya cukup bersimpati setelah dia ditinggalkan oleh Aster padahal menurut saya, sebagai suami dan ayah, Arif jauh lebih bertanggung jawab daripada Andika. Saya bahkan sempat menginginkan Aster memaafkan Arif dan kembali kepadanya, atau minimal Arif bisa kembali meraih kasih sayang anak mereka, toh bukan salah Arif kalau anak mereka tidak mengenalnya lagi, itu kesalahan Aster. Ending novel ini tentu saja berpihak kepada Aster dan Andika, Arif juga diberi porsi 'penebusan dosa'. Tapi sampai akhir bab, saya tetap tidak merasa senang pada Aster dan Andika. Menurut saya mereka sama-sama manipulatifnya seperti Arif, hanya saja penderitaan Arif jauh lebih besar daripada penderitaan mereka berdua.
Bab-bab awal cukup membosankan, terutama kata-kata dan dialog cinta yang menggambarkan suci dan tulusnya cinta Andika-Aster. Terlalu cringe kalau kata anak sekarang, terutama setelah dengan mudahnya Andika meninggalkan Aster dan melemparkan tanggung dia ke Arif, ooh lala, seperti itukah cinta yang sama abadi dan kuatnya seperti Menara Eiffel? Menurut saya jelas tidak. Sejujurnya, saya terus membaca novel ini karena ingin tahu nasib Arif akan seperti apa akhirnya. Dia memang 'sakit jiwa' dan 'jahat', tapi dia juga korban. Korban 'manipulasi' kedua temannya itu. Tapi justru itu yang membuat saya tertarik pada sosok Arif. Dia satu-satunya tokoh yang tidak membosankan dari ketiga tokoh utama di atas. Saya juga suka dengan tokoh Ario kecil. Lucu dan menggemaskan. Hubungan dia dengan Arif sewaktu masih kecil juga membuat saya trenyuh dan semakin antipati terhadap Aster yang dengan 'teganya' memisahkan ayah-anak tersebut. Menurut saya, di sini Aster adalah tokoh yang paling egois. Wajar saja jika Arif semakin bertambah sakit jiwanya.
Awalnya saya mau memberi 2 bintang tapi mengingat bahwa saya cukup tenggelam di dalam cerita ini, saya beri 3 bintang.
Tersebutlah 3 orang tokoh: Andika, Aster, dan Arif. Mereka sudah bersahabat sejak SMA. Arif adalah seorang korban bullying yang selalu dibantu oleh Andika yang gagah perkasa. Aster adalah seorang primadona cantik sekali yang membuat Arif dan Andika terpikat. Arif selalu cinta Aster sampai mengikuti kemanapun Aster sekolah termasuk jadi dokter, tapi Aster selalu cinta Andika. Andika dan Aster masih muda dan sama-sama sekolah, sehingga keduanya tidak dapat menikah. Namun, saat mereka berlibur diam-diam ke Paris, Andika menghamili Aster. Dan Andika dengan senang hati bertanggung jawab menikahinya. Akan tetapi, saat Andika mengadakan Bachelor Party lengkap dengan alkohol dan penari telanjang, saat semuanya mabuk...ternyata kata Arif, Andika telah membunuh teman mereka, Teddy. Karena takut, Andika akhirnya melarikan diri ke Belanda, sekalian menyelesaikan sekolahnya di sana. Tapi jangan khawatir dengan urusan pembunuhan karena Teddy tidak punya keluarga. Jadi, Arif yang seorang calon dokter membantu menyembunyikan mayat Teddy. (HOW COME??)
Lalu karena Aster sudah terlanjur hamil, akhirnya Arif bersedia menikahi Aster. Eh, sablengnya...kupikir Arif hanya bantu dipakai namanya untuk urus akte kelahiran anak Aster dan Andika...ternyata, mereka menikah dan hidup selayaknya suami istri biasa selama 4 tahun. Dan disebutkan bahwa Aster menderita karena Arif mengalami ejakulasi dini, tidak seperkasa Andika. (DUH, PEREMPUAN INI...KOK ISO YO?)
Arif menyayangi Ario (anak Aster dan Andika) seperti anaknya sendiri. Sangat sayang. Dan Aster bersyukur dengan itu sampai akhirnya Aster menemukan barang bukti berupa pisau lipat dan cincin berlian yang seharusnya diberikan Andika untuknya, tapi ditukar oleh Arif. Lalu Aster mendapat ilham kalau sebenarnya Arif yang membunuh Teddy. Akhirnya Aster dan Ario melarikan diri ke Andika di Belanda, TAPI mereka mampir dulu ke Paris. However, Andika tidak pernah bertemu mereka di Paris karena saat perjalanan ke Paris dari Amsterdam, dia dirampok dan dipukul keras sampai amnesia. YES, AMNESIA! Mendadak Andika lupa semuanya. Tapi Aster dan Ario tetap menjaga Andika di Belanda. Dan sekali lagi, Andika jatuh cinta kepada Aster.
Mereka bertiga hidup bahagia di Eropa selama 9 tahun sampai akhirnya Arif menemukan lokasi mereka. Arif lalu terbang ke Belanda untuk menculik Aster dan Ario, mereka berdua dibawa ke Indonesia dengan cara dibius. Lalu mendadak Andika sadar, dan ingat semua kejadian masa lalu termasuk saat Bachelor Party yang ternyata saat mereka mabuk, Teddy sudah pingsan duluan dan kepala Andika dipukul dari belakang dengan botol sampai pingsan (tapi gak amnesia).
Eh, ternyata...yang membunuh Teddy adalah Arif! Karena Arif ingin merebut Aster. Setelah Andika ingat kembali, dia buru-buru ke Indonesia dan mendapati Aster dan Ario disekap di rumah Arif. Lalu, Ario berhasil melarikan diri dan ditabrak mobil sampai kondisinya parah dan gawat sekali. Untuk menyelamatkan Ario, Arif bersedia mendonorkan 1 paru-parunya sampai akhirnya dia meninggal. Dan akhirnya, Andika-Aster-Ario hidup bahagia selamanya.
Kesan pertama lihat buku ini adalah catchy! Judulnya membuat saya bertanya-tanya dan sinopsisnya bikin panas dingin. Saking penasarannya, rasanya pengin banget langsung nyampe rumah setelah beli bukunya. (Btw ini beli dan baca bukunya tahun lalu, tapi baru berani ngasih review sekarang. Hahahaha.)
Cara Mira W. bercerita memang patut diacungi jempol. Pembaca bakal digiring secara halus, yang tahu-tahu udah ada di akhir cerita. Bab-bab awal dibuat dengan adegan-adegan manis (dan di situlah detektor curiga saya menyala. Pasalnya setelah baca buku-buku sebelumnya, saya menemukan ciri khas Mira W. Di mana beliau akan langsung ngasih konflik super jebret). Dan emang bener, kan? Ketika lagi seneng-senengnya nunggu pernikahan Andika dan Aster, petaka itu muncul. Sebuah konflik dahsyat yang bikin jantung bertalu-talu dan nuntun pembaca untuk terus buka halaman selanjutnya.
Senang, sedih, tegang, pokoknya campur aduk pas cerita udah sampai ke tengah. Gaya Mira W. dalam menggiring pembaca memang luar biasa. Mengingat beliau bukan penulis baru, karya ini layak diapresiasi. Pasalnya, di karya ke83 ini *CMIIW* Mira W bisa mengimbangi zaman+ pasar. Alur yang penuh kejutan, dialog yang ngena, narasi yang mudah dicerna, pemaparan latar yang enak buat dibayangin, dan amanat yang bisa diterima dengan baik, semua itu bikin saya seneng sama karya-karya Mira W.
Tetapi meski begitu, ada aja yang bikin kurang srek. Yang pertama, kenapa Mira W. seneng banget bikin nasib tokohnya amnesia, tiba-tiba kecelakaan, dan tiba-tiba butuh donor? Kalau tadi saya bilang Mira W. mampu mengimbangi zaman, maka di sini saya agak kecewa sebab nasib tokohnya monoton. Mmm, gimana ya? Kurang surprise aja. Udah mah di sinetron juga banyak kan yang kayak gini?
Hal lainnya yang kurang srek adalah soal Ario yang ternyata anaknya Arif. Emang bikin kaget, cuma agak gimanaaa gitu. Mungkin kalau sebelumnya disinggung dikit, bagian ini bisa jadi twist plot yang menarik. Oh iya, fakta bahwa Arif yang ternyata dalang di ‘tragedi pesta bujang”, saya nggak ngerasa kaget, lho. Huehehehe...
Soal PUEBI saya nggak terlalu jago tapi kayaknya ada banyak penggunaan -pun yang kurang pas. Pemakaian –pun yang harusnya digabung malah dipisah, juga sebaliknya. Kemudian partikel bahasa prokem seperti lho, sih, nih, dan sebagainya, ada beberapa yang tidak diawali/diakhiri koma. (Sumpah, maafkan saya kalau sotoy banget )
Overall, saya sangat menikmati novel ini. Tokoh yang paling suka adalah Ario. Gemesin banget. Apalagi waktu dia masih kecil. Momen di mana dia bilang “nduttt... nduttt .... ee gedeee” saya beneran senyum-senyum geli.
Harapan saya untuk Mira W : semoga Mira W. sehat selalu dan nggak berhenti berkarya. Ditunggu banget novel selanjutnya :)
Kereta Api Terakhir Dari Paris 313 halaman Mira W GPU
Aku dibuat kaget ketika awal membaca buku ini karena langsung disodori scene yang bikin 'Hah?'. Lalu aku cepat-cepat baca blurb. Oh, ternyata adegan malam bujang itu adalah awal dari malapetaka yang menimpa Andika dan Aster.
Pembatalan pernikahan padahal undangan sudah disebar. Kondisi hamil di luar nikah yang mendesak. Pelarian yang 'harus' dilakukan. Kemarahan dua keluarga. Pernikahan tak diinginkan antara Aster dan Arif. Pengkhianatan Aster di tengah pernikahan. Kecelakaan. Bahkan pembunuhan yang ditutup-tutupi, sampai akhirnya semua misteri terbuka. Siapa yang membunuh Teddy?
Alur cerita yang sulit ditebak. Kilas balik yang membuat pembaca gemas karena harus menyambungkan satu fakta dengan fakta lain. Sebuah petunjuk demi petunjuk, akhirnya bisa membuka siapa Aster, siapa Andika, dan siapa Arif sebenarnya?
Kisah ini adalah penggambaran frontal tentang luka pengasuhan. Kisah Arif yang selalu dirundung, bahkan oleh Ayahnya sendiri. "Masa laki-laki nangis?" "Kamu itu laki-laki, masa takut ke sekolah?" "Dia itu cuma pemalas, bohong kalau sakit!" Kata-kata yang entah tujuannya memotivasi atau mencaci maki. Melukai perasaan anak-anak tak akan hanya berbekas seperti ketika mereka jatuh. Berdarah, kering, lalu sembuh dan menghilang. Luka itu akan tersimpan, dan sulit disembuhkan sebelum ada penerimaan dalam hatinya.
Meski ini adalah kisah cinta, tetapi yang kurasa bukan perasaan berbunga-bunga. Justru sendu, kelam, penuh 'kebencian'. Aku sedih sekali ketika Anak Aster dibawa pergi dan selalu mempertanyakan Ayahnya. Dan lebih sedih lagi ketika anak Aster dewasa dan mulai melupakan Ayahnya.😢
Buku ini ditulis dengan sangat bagus, dan penulis berhasil membawa pembacanya larut dalam setiap fase psikologis dalam cerita.👏
Di awal-awal cerita saya merasa alur dan penokohan di cerita ini benar-benar klise, apalagi dengan bahasa-bahasa romantis berlebihan yang membuat saya merasa geli. Saya sempat berhenti membaca selama tiga hari karena belum menemukan titik api yang membara. Ketika mendapatkannya, saya merasa wow kasihan sekali tokoh-tokoh sentral di novel ini. Di balik itu, saya menemukan berbagai hal yang kurang logis, salah satunya adalah beberapa tokoh yang mudah sekali mengalami kecelakaan. Dengan adanya hal tersebut, saya merasa apakah memang bumbu-bumbu drama sengaja dimasukkan berlebihan untuk mengocok emosi pembaca, meskipun permasalahan diselesaikan dengan cara yang sebatas cring selesai? Saya merasa sedikit terganggu dengan hal tersebut. Namun, di sisi lain saya mengapresiasi Mira W. karena telah membarakan emosi pembaca dan membuat saya tenggelam di dalamnya, terutama sejak Aster dan Ario kembali ke Jakarta.
baru kelar kemarin malem. dan seperti biasa, penulsi menyuguhkan cara penulisan cerita yg menarik. bener-bener si penulis ini unpredictable banget ! you won't be able to guess how the story goes, deh.
Aster seorang calon dokter. Pacaran sama Andika. Mereka punya sahabat namanya Arif yang dr SMA sdh dibully sm temen2xnya dan cuma Andika yang mau menolongnya. Arif jg ternyata cinta sm Aster. sayangnya si Arif " sakit ". karena dia Andika dan Aster berpisah. konflik pun bermunculan. mulai dr Andika yg kehilangan ingatan. Aster yg melarikan diri dr Arif. Ario anak mereka yg kecelakaan dan mempertemukan semuanya. ortu dan besan yg gak akur. dan rahasia lama yg akhirnya terbongkar. bagaimana ceritanya berakhir? penasaran? beli deh bukunya ya.
Sebenarny idenya sangat bagus dan orisinil. Hanya saja, kasian sekali tokoh utamanya, terlalu banyak di beri cobaan HAHAHHAAHA... Yah sbnrnya aku tak mslah dgn konflik, tp kalau trllu bkin pusing, aku biasanya jd agak males gitu bacanya.. Konflik dan masalah yg dtg pun ada bbrp yg rasanya tidak perlu atau terlalu di dramatisir. Hanya saja aku kagum dg penulis yg bsa kepikiran sampai sejauh itu, ide dan eksekusinya udah baik dan mengasyikan dibaca. Tapi ini benar2 tak tertebak sih jalan ceritanya. Sangat mengharukan juga, cinta seorang ayah pada anaknya.... Lumayan untuk mengisi senggang. Hehee peaceee
Awal baca, jujur ceritanya biasa aja. Yang selalu dinanti sih sebenernya cara penulis "mengantarkan" inti cerita kepada pembaca. Seolah "mengajak" pembaca melihat sisi per sisi yang ingin disampaikan sama penulis melalui buku tsb. Cerita soal Arif sebenernya real aja karna di dunia ini bakal ada yang seperti itu. Ceritanya ga ketebak sih kalo boleh dibilang, selalu ada kejutan yang tak terduga. So far, buku ini boleh dijadiin wishlist readingnya kalo misalnya lagi nyari buku yang ga terlalu berat tapi juga ga teenlit juga temanya.
Oh my God! The story is too cheesy and illogical with typical Indonesian soap opera recipes: a person can easily get amnesia, the antagonist really evil, and the protagonists trust the antagonist blindly.
Not a good book to introduce Indonesian literature. Many novels can do the better job.
Bener-bener dibulak-balik isi kepala kita pas baca ini. Pelik banget konfliknya, banyak kejutan. Alur maju mundurnya gak bikin bingung. Gaya penceritaannya gak bikin bingung, overall buku ini keren sih.
ceritanya agak mirip sama Segurat Senja di Bombay, tapi ada twist juga yang bikin saya kaget plus baca GHB malah keingetan sama kasus Reynhard Sinaga yang sedang hits
"Rasanya aku tidak bisa membawamu ke depan Menara Eiffel untuk memperbarui sumpah kita, Sayang." "Tak ada yang perlu disesali. Karena setiap kali kita bersama, itulah Menara Eiffel kita."
... Dalam hidup ini selalu ada momen yang tak pernah terlupakan sekalipun semua memori telah sirna begitu kalimat pertama yang saya baca sebelum hanyut dalam kisah cinta Andika, Aster dan Arif.
Sedari remaja, Mira W. sudah membuai saya dengan cerita-cerita cintanya yang tidak seperti cerita-cerita cinta kebanyakan. Saya masih ingat selalu menanti harian Kompas hanya untuk membaca cerita bersambung 'Sepolos Cinta Dini'.
Bahkan hingga kini beberapa buku Mira W. masih tersimpan dengan rapi di lemari buku saya, seperti "Kuduslah Cintamu Dokter"; "Ketika Cinta Harus Memilih"; "Disini Cinta Pertamakali Bersemi"; "Merpati Tak Pernah Ingkar Janji." Buku-buku itu masih saya baca dan setiap kali pula perasaan saya tetap terharu-biru.
Tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda dari cerita-cerita Mira W. ; beliau membalut kisah cinta Andika, Arif dan Aster dengan suspense, membuat saya tidak dapat melepaskan mata saya dari buku ini.
Rasa sedih, bahagia, harap-harap cemas, takut, semua bercampur-aduk, bahkan ketika tiba di akhir cerita, rasanya saya tidak ingin menutup buku ini.
Buku ini patut untuk dibaca, bahkan membuat saya ingin membaca kembali buku-buku beliau yang masih tersimpan di lemari buku saya dan tentu saja membeli beberapa buku Mira W. yang belum sempat saya baca.
Arif yg terobsesi sama Aster, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Aster bahkan dengan cara memfitnah sahabatnya sendiri. Kesetiaan Aster benar2 diuji di novel ini, banyak sekali cobaanya termasuk harus berurusan dg Si Arif yg menurutku rada sinting.. Andika yg jg setia sama Aster harus menderita amnesia, jadi lumayan bikin gregetan juga. Seperti byasa, Mira W memang suka ngasi kejutan2 di novelnya, disini kejutannya adalah bahwa anak Aster ternyata bukan buah cintanya sama Andika. But, happy ending lah tetep...
Sakit ini Arif. Sakit! Aduh jadi bingung saya mereviewnya. Sungguh teramat sangat drama sekali xD Tapi yang aneh justru saya menikmati baca novel ini. Tentang dramanya, karakter-karakternya yang bikin gemassssss >_< rasanya pengen diremet-remet trus dibuang jauh-jauh. Tipikal sinetron sekali... Tapi sinetron zaman dulu yang punya plot jelas, menantang, seru, bikin deg-degan, dan pasti kapan berakhirnya. Dan karena dulu zaman saya kecil saya menikmati tipikal sinetron seperti ini, maka tidak heran kalau saya menyukai cerita ini :)
Dalam dua hari, saya menghabiskan Novel dari Mira W. Dilihat dari desain covernya yang keren dan soft, saya banyak berspekulasi sendiri. Mengatakan bahwa Mira W adalah penulis muda berbakat. Mengatakan bahwa novel ini adalah novel remaja mirip dengan novel Tetralogi-nya Ilana Tan. Dan ternyata... saya salah besar.
Novel ini adalah tentang tiga anak manusia yang berteman sedari SMA. Aster, Andika dan Arif. Sejak masa SMA, takdir mulai mempermainkan hidup mereka. Andika digambarkan atletis, ganteng, suka menolong dan berpacaran dengan Aster. Arif adalah sahabat Andika, korba bullying di sekolah, penakut, pemalu dan aneh serta menyukai Aster diam-diam. Aster, berpacaran dengan Andika, pintar dan baik hati. Tiga karakter yang cukup klise sebenarnya.
Setelah lulus SMA, Aster dan Arif kuliah kedokteran ditempat yang sama. Andika lulus sekolah bisnis dan memutuskan untuk melanjutkan sekolah pascasarjana di Belanda, kemudian setelahnya memutuskan menikahi tunangannya Aster. Cerita semakin berkembang. Dan saya tidak akan spoiler disini tentunya.
Untuk segala permasalahan yang muncul, semua tokoh yang ada di cerita menyalahkan Arif. Semua terjadi gara-gara Arif. Tetapi menurut pandangan saya, semua berawal dari Aster sendiri. Karena apa? In my opinion, Aster baik dengan Arif karena Arif sahabat Andika. Dan yang paling fatal, Aster kasihan dan iba pada hidup Arif, pada pribadi Arif. Berawal dari rasa iba inilah, Arif yang merasa diberi harapan oleh Aster mulai berani melakukan dan merancang cara untuk memiliki dan menjauhkan Aster dari Andika.
Dan kenapa ya, saya agak gak suka dengan karakter Aster. Terlalu munafik. Bukan terlalu munafik bagaimana sih. Aster tau kalau dirinya melakukan hubungan terlarang dengan Andika dan sekembalinya dari Amsterdam, Aster ditiduri Arif dan pada akhirnya Aster mengaku bahwa itu anak Andika. Di akhir cerita sungguh tidak bisa ditebak banget.
Seperti beberapa komentar di goodreads, hal menganjal juga adalah tokoh Andika diceritaka Amnesia dua kali. Dua kali guys, What de maksud coba. Cerita Mira S sebenarnya lebih mirip dengan sinetron. Kasian banget nasib tokoh-tokoh utamanya. Dan cerita Mira S ini ditargetkan untuk orang dewasa. Untuk kalian semua yang ngebaca novel ini, jangan merasa tertipu dengan covernya yang bagus banget, yang remaja banget. Cerita di novel ini untuk usia 18+. Overall cerita Mira S ini memang membuat saya penasaran dan membacanya hingga selesai. Itu berarti, ceritanya bagus, selain yang saya komentar diatas.
Beberapa halaman pertama semacam ngasih first impression yang kurang enak. Kemesraan Andika sama Aster digambarkan secara too cheesy for my taste. Dari segi pemilihan diksi juga kurang sih kalo dibanding sama penulis-penulis gramedia lain. TAPI KALO UDAH NGEBAHAS JALAN CERITA??? BEH. PARAH. PARAH SIH.
IT EXCEEDED MY EXPECTATION ON THIS BOOK.
Gila sih! Semacam page turner! Ini salah satu novel romance Indonesia dengan karakter dan cerita yang paling kompleks yang pernah gua baca. Jujur, some Indonesian romance novels set the bar really low, tapi setelah baca ini...wow. Just wow.
And the ending...sumpah, gua mau nyalahin karakter yang mana juga bingung! Dan itu yg membuat novel ini jadi apik. Ini novel Mira W. pertama yang gue baca dan sumpah gue mau beli lagi judul yg lain hahahahah
This entire review has been hidden because of spoilers.