Jump to ratings and reviews
Rate this book

Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita

Rate this book

82 pages, Paperback

First published January 1, 2012

24 people are currently reading
322 people want to read

About the author

Sapardi Djoko Damono

122 books1,588 followers
Riwayat hidup
Masa mudanya dihabiskan di Surakarta. Pada masa ini ia sudah menulis sejumlah karya yang dikirimkan ke majalah-majalah. Kesukaannya menulis ini berkembang saat ia menempuh kuliah di bidang bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sejak tahun 1974 ia mengajar di Fakultas Sastra (sekarang Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, namun kini telah pensiun. Ia pernah menjadi dekan di sana dan juga menjadi guru besar. Pada masa tersebut ia juga menjadi redaktur pada majalah "Horison", "Basis", dan "Kalam".

Sapardi Djoko Damono banyak menerima penghargaan. Pada tahun 1986 SDD mendapatkan anugerah SEA Write Award. Ia juga penerima penghargaan Achmad Bakrie pada tahun 2003. Ia adalah salah seorang pendiri Yayasan Lontar.

Karya-karya
Sajak-sajak SDD, begitu ia sering dijuluki, telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sampai sekarang telah ada delapan kumpulan puisinya yang diterbitkan. Ia tidak saja menulis puisi, tetapi juga menerjemahkan berbagai karya asing, menulis esei, serta menulis sejumlah kolom/artikel di surat kabar, termasuk kolom sepak bola.

Beberapa puisinya sangat populer dan banyak orang yang mengenalinya, seperti Aku Ingin (sering kali dituliskan bait pertamanya pada undangan perkawinan), Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari. Kepopuleran puisi-puisi ini sebagian disebabkan musikalisasi terhadapnya. Yang terkenal terutama adalah oleh Reda Gaudiamo dan Tatyana (tergabung dalam duet "Dua Ibu"). Ananda Sukarlan pada tahun 2007 juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.

Berikut adalah karya-karya SDD (berupa kumpulan puisi), serta beberapa esei.

Kumpulan Puisi/Prosa

* "Duka-Mu Abadi", Bandung (1969)
* "Lelaki Tua dan Laut" (1973; terjemahan karya Ernest Hemingway)
* "Mata Pisau" (1974)
* "Sepilihan Sajak George Seferis" (1975; terjemahan karya George Seferis)
* "Puisi Klasik Cina" (1976; terjemahan)
* "Lirik Klasik Parsi" (1977; terjemahan)
* "Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak" (1982, Pustaka Jaya)
* "Perahu Kertas" (1983)
* "Sihir Hujan" (1984; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia)
* "Water Color Poems" (1986; translated by J.H. McGlynn)
* "Suddenly the night: the poetry of Sapardi Djoko Damono" (1988; translated by J.H. McGlynn)
* "Afrika yang Resah (1988; terjemahan)
* "Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia" (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F: Brissenden dan David Broks)
* "Hujan Bulan Juni" (1994)
* "Black Magic Rain" (translated by Harry G Aveling)
* "Arloji" (1998)
* "Ayat-ayat Api" (2000)
* "Pengarang Telah Mati" (2001; kumpulan cerpen)
* "Mata Jendela" (2002)
* "Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro?" (2002)
* "Membunuh Orang Gila" (2003; kumpulan cerpen)
* "Nona Koelit Koetjing :Antologi cerita pendek Indonesia periode awal (1870an - 1910an)" (2005; salah seorang penyusun)
* "Mantra Orang Jawa" (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia)

Musikalisasi Puisi

Musikalisasi puisi karya SDD sebetulnya bukan karyanya sendiri, tetapi ia terlibat di dalamnya.

* Album "Hujan Bulan Juni" (1990) dari duet Reda dan Ari Malibu.
* Album "Hujan Dalam Komposisi" (1996) dari duet Reda dan Ari.
* Album "Gadis Kecil" dari duet Dua Ibu
* Album "Becoming Dew" (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu
* satu lagu dari "Soundtrack Cinta dalam Sepotong Roti", berjudul Aku Ingin, diambil dari sajaknya dengan judul sama, digarap bersama Dwiki Dharmawan dan AGS Arya Dwipayana, dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 2008 juga mengadakan konser kantata "Ars Amatoria" yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi SDD.

Buku

* "Sastra Lisan Indonesia" (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
46 (14%)
4 stars
163 (51%)
3 stars
100 (31%)
2 stars
8 (2%)
1 star
2 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 65 reviews
19 reviews3 followers
September 24, 2021
"Monyet kecil itu tentu tampak bahagia karena pakai topeng. Ia tampaknya gemar melihat topeng-topeng yang capek dalam deretan mobil yang kena macet itu." -Topeng Monyet dalam Sutradara itu Menghapus Dialog Kita.

Kumpulan puisi ini termasuk yang paling cepat kubaca. Hanya beberapa jam sejak mengunduhnya di aplikasi playbooks. Itupun diselingi aktivitas lain. Kalau tidak, pasti jauh lebih cepat lagi.

Sudah lama buku kumpulan puisi ini mengundang rasa penasaranku. Baru sempat terlaksana untuk dijelajahi hari ini. Buku yang terbilang tipis tapi sarat makna. Banyak realitas kehidupan yang disajikan dalam puisi pendek maupun panjang pada buku ini.

Kutipan puisi Topeng Monyet di atas jadi salah satu favoritku. Sebab banyak dari kita (mungkin juga termasuk aku) yang sering menertawakan atau menganggap lucu sesuatu. Tanpa kita sadari, dalam hidup ini kita sedang bertopeng dan piawai memainkan peran masing-masing.
Profile Image for Jonas Vysma.
30 reviews32 followers
November 7, 2018
Pada buku ini Sapardi menunjukkan pada kita (khususnya saya) yang awam pada puisi, bahwa puisi itu tidak mudah. Bahwa puisi tidak sekedar. Bahwa puisi bukan sejauh hanya. Dan ternyata tdk hanya Jokpin yg jeli melihat fenomena keseharian. Barangkali memang begitulah penyair.
Sebelum membaca karya puisinya SDD, saya terlebih dulu membaca novelnya (trilogi Hujan Bulan Juni) & saya lbh suka membaca puisinya.
Membaca "Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita" mendorong saya untuk belajar akan puisi. Bukan sekadar membaca puisi & menulis puisi. Puisi adl cakrawala dengan logika katanya sendiri.
Mari, membaca Sapardi (lagi).
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
March 28, 2017
liburan nyepi semakin syahdu dengan sajak-sajak milik sapardi yang kembali dicetak ulang oleh gramedia. dalam buku ini sajak-sajak membahasa hal-hal remeh, sederhana, yang juga dibahasakan dengan sederhana. namun kesederhanaan itu justru menghadirkan ruang lebih lebar untuk menjajaki perenungan mendalam. saya suka. dan saya suka sajak ice cube

ice cube
dua ice cube dicungkil dari sebuah tray di freezer.
..... sejak dimasukkan freezer, yang satu membeku di sudut sini satunya membeku di pojok sana.
setengah gelas coca-cola-OMG!
keduanya dicemplungkan ke dalamnya; sebentar terdengar ribut berdenting-ini kemarau
mereka pun cepat meleleh tak lagi bisa membedakan siapa yang aku siapa yang kamu

ada juga frasa yang paling makjleb si penghujung sajak berjudul ia bilang: pada suatu saat nanti, ketika sunyi menjadi satu-satunya bunyi, ia akan tanggal sendiri tanpa disentuh, sebentar berputar, tanpa gaduh


juga pusi di buku ketiga: perjalanan ke akhirat maknyeees
Profile Image for ninis.
95 reviews7 followers
March 25, 2021
Suka banget dengan puisi "Perempuan dan Supir Taksi". Jujur, aku nggak paham banget dengan kebanyakan puisi Eyang di buku ini, mungkin karena pemahamanku dengan puisi dan buku-buku sastra masih dangkal sekali. Tapi puisi yang satu tadi favoritku, aku membaca kata-kata awal dan berpikir, "oh oke, aku paham yang satu ini."
Kemudian aku lanjut membaca kalimat selanjutnya: "Sopir yang gemar baca komik itu segera sadar mereka telah dilukis oleh dua juru gambar yang berbeda."
Aku langsung kayak, "hahhhh???? maksudnya???"

Aku jadi berpikir Eyang suka sekali memberikan tambahan tak terduga di akhir puisi, seperti plot twist, atau entahlah aku nggak ngerti. Tapi aku suka itu.

Tapi ya, tetap saja, aku belum memahami seluruh puisi di sini, tapi, kayaknya nggak harus juga aku pahami seutuhnya.
Profile Image for Nura.
1,056 reviews30 followers
February 28, 2018
Senyap Penghujan

: Rendra

/1/
Senyap mengendap-endap dan hinggap
di ranting itu. Seekor burung mematuknyaー
ia terbang menyanyikan aroma pandan
sepanjang musim penghujan.

/2/
Ada seekor burung menukik dan hinggap
di ranting itu. Sunyi sembunyi di sayapnyaー
senyap di sela bulu-bulunya.

/3/
Senyap, sunyi, burung, dan juga hujan
khusyuk dalam aroma kebiru-biruan.


p.28

#courtesy of iPusnas
Profile Image for Yossi.
34 reviews1 follower
November 5, 2019
puisi terakhir menancap. langsung kena di hati.
Profile Image for Fhia.
497 reviews18 followers
February 26, 2025
Cuma Eyang Sapardi yang berani menyebutkan 'Wahai, Perempuan, kaulah kaum ringkih itu' berkali-kali.
Hampir semua sajaknya menyentuh buatku. Sepertinya karena pemilihan waktu membaca (biasanya subuh) dan suasana hati yang sesuai.
Bukunya tipis, tidak sampai 100 halaman.
Worth to read, tentu saja. Apalagi untuk penggemar tulisan SDD.
Profile Image for Dhilaah.
69 reviews9 followers
October 4, 2020
Puisi nya Eyang SDD memang sarat makna. Sbg newbie pembaca puisi, masih ga paham sebagian besar isi puisinya.
Mungkin nnti bakal coba baca lagi.

Puisi fav di buku ini Ice Cubes
Profile Image for Andika Pratama.
43 reviews5 followers
April 24, 2020
Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita jadi unik ketika kita melihat keseluruhan puisi di dalamnya ternyata memiliki sifat-sifat asing. Jika mau dibilang beberapa puisi di sini bisa dibaca tanpa membaca beberapa larik sebelumnya, tentu saja bisa demikian.

Penggunaan kalimat yang ditulis dalam huruf italic atau cetak miring, bagi saya memberikan semacam cara baru dalam membaca puisi. Baca saja yang dicetak miring tanpa tulisan yang dicetak normal, atau sebaliknya, atau bahkan baca keduanya secara bersamaan ataupun berbalasan. Seluruh puisi seolah dicipta oleh Sutradara yang kebingungan menghapus dialog mana. Sejalan dengan ini banyaknya penggunaan cara menulis SDD yang demikian memberikan benang merah pada pemilihan judul buku puisi ini.

Selepasnya, kita jadi tahu dalam mata seorang penyair hal-hal kecil seperti genangan air di sebuah gang, atau suatu hal yang besifat transendental seperti Ketuhanan bisa dituliskan dalam larik dan bait yang sifatnya indah. Masih sama seperti tulisan SDD yang dulu-dulu, ia masih memainkan sifat indrawi: penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, pengecap dengan sangat baik di tiap baitnya. Suatu ciri khas yang langsung mengingatkan kita bahwa "ini, lho, tulisannya SDD!". Atau penggunaan-penggunaan diksi tertentu yang khas SDD menjadikan buku puisi ini tidak begitu asing lagi dengan jari jemari penulisnya sendiri. Dan pembaca, tentu saja bisa menikmati tulisan SDD (terlepas ia mengenali suatu ciri puisi ataupun tidak); setidak-tidaknya mengagumi pemilihan kata dan estetika kepenulisannya.

Jalan pintas yang asyik untuk masuk ke dalam dunia SDD tanpa harus melengkapi bacaan atau butuh alternatif lain untuk mengenal beliau selain lewat puisi Hujan Bulan Juni atau Aku Ingin.

Looking forward to hear about Eyang more.
96 reviews1 follower
October 1, 2023
"Kota ini sebuah muara, bagi sekawanan burung yang telah bermigrasi dari tanah-tanah jauh. Hanya untuk tiada – setelah sejenak bertengger. Sejenak saja di pepohonan pinggir jalan, sebelum sempat bercericit tentang sepatu kaca sebelah kiri saja. Yang tak terurus di tangga istana di sebuah bukit. Sebelum sempat memberi salam kepada si tukang sepatu yang sejak semula yakin tak akan ada seekor burung pun sempat hinggap di kota. Yang muara, yang sengit. Yang tak gemar pada kata." - Sudah Kubilang Jangan Kamu Kesana (p22 - p25)

Menurutku, kutipan di atas adalah salah satu kutipan yang menarik, karena keseluruhan puisinya bercerita tentang perjalanan hidup dan ketidakpastian. Melankolis sekali~

Yang kusuka dari buku puisi adalah kebebasanku untuk menaruh tanda baca di setiap syairnya. Beberapa tulisan yang kutandai dalam buku ini: Seandainya; Pecahan Botol; Di Meja Makan; dan Dialog yang Terhapus. Menurutku, empat puisi ini menunjukkan sisi manusia yang paling manusiawi, kadang linglung bingung tertatih, namun juga kriptik penuh arti.
Profile Image for Dion Yulianto.
Author 24 books196 followers
July 25, 2020
"Hanya dalam sandiwara
Hidup berupa tanda tanya "

Puisi selalu membuat kita sibuk menebak dan menerka apa maknanya. Padahal pas dulu menyimak menjelaskan beliau di Kafe Basabasi,

"Jangan pernah menanyakan arti dari sebuah sajak kepada pengarangnya karena Anda hanya akan dibohongi. Pengarang adalah pembohong, bilang begini maksudnya begitu, seperti judul buku saya,” ujar beliau saat itu.


Tidak ada yang sepenuhnya salah atau sepenuhnya benar ketika kita menafsirkan sebuah puisi. Mari kita simak petuah beliau yang sungguh luar biasa ini: “Pengarang harus menghargai tafsir pembaca. Semakin banyak tafsir yg berbeda malah semakin bagus karena karya itu jadi abadi."

Terima kasih atas karya-karyanya Pak Sapardi.
Profile Image for Noep.
49 reviews28 followers
August 23, 2018
Sajak Tentang Seorang Perempuan

Maka perempuan itu (yang hampir setiap hari disiksa suaminya, yang tak bosan-bosannya mengurus lima orang anaknya yang lahir setiap tahun, yang bukan feminis) akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke langit saja tetapi ia tidak mendapat izin ketika ingin kembali ke suami dan anak-anaknya yang dengan sabar menanti di pagar rumahnya.
Profile Image for Nike Andaru.
1,636 reviews111 followers
October 19, 2018
123 - 2018

Ini buku puisi SDD yang entah keberapa yang saya baca ditahun ini. Lagi suka baca buku kumpulan puisi dan berharap bisa melahap baca semua buku puisi SDD di tahun ini.

Dalam buku ini ada beberapa jadi favorit, salah satunya 'Ia Bilang'.
Profile Image for Rari Rahmat.
38 reviews7 followers
September 4, 2020
buku bacaan 2020 ke-44

/1/

Pertemuan dini hari
di batas kota itu
tak menghasilkan apa-apa;
sedikit salak anjing
untuk senyap.
Tak terdengar nyanyi.
"Kita ternyata terlalu
angkuh untuk tidak setia,
terlalu gagap
untuk sekedar mengingat
babak pertama."

(Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita)

/3/

Memang hanya seorang
tukang sepatu
hanya waktu yang berhenti
di tengah malam
tepat, tak bergerak
sebelum berganti hari
seperti menunggu warta.
Tapi aspal tak ramah
terhadap kereta kuda
yang diharapkan lewat
tengah malam itu
menyampaikan amanat
dari langit yang sengit
yang lebih suka
tinggal di bukit.

/5/
-----
rok kubis merah meredup
di bawah rimbun malam
yang berharap hari
segera berganti
yang berharap kena hujan;
bibir yang tak putusnya
melelehkan suara-suara
mungkin mantra
mungkin rasa pedih
yang menyertai putus asa
mungkin harapan yang salah musim

(sudah kubilang, jangan kamu ke sana)

/1/

Senyap mengendap-endap dan hinggap
di ranting itu. Seekor burung mematuknya —
ia terbang menyanyikan aroma pandan
sepanjang musim penghujan.

/2/

Ada seekor burung menukik dan hinggap
di ranting itu. Sunyi sembunyi di sayapnya —
senyap di sela-sela bulu-bulunya.

/3/

Senyap, burung, sunyi, dan juga hujan
khusyuk dalam aroma kebiru-biruan.

(senyap penghujan)

/4/

Ia suka menggambar,
ingin merekam laki-laki yang satu itu
tetapi gagal selalu:

di kaca retak yang sering berembun,
di pintu rumah, di buku tulis, di api, di asap,
di tanah yang basah sehabis gerimis,

di udara, di langit yang selalu berombak —
semua sia-sia.

Kita pulang sehabis nonton konser,
motor jarang; di pinggir jalan warung tenda
mulai berbenah. Kenapa kali ini kau tak bicara?
Apa piano perlu gerimis untuk meredakan biola?

(Sehabis Nonton Konser)

Mula-mula hitam, kelabu, lalu kekuning-kuningan —
merah rekat di awan lewat;
hati-hati, jangan sampai terbakar pandanganmu
oleh tempias mainan warna sore itu.

(Mainan warna)

KENANGAN

Tidak setiap orang bisa menjejalkan
kenangan ke besok. Di mana gerangan
tempat terbaik baginya? Ia milik kemarin,
milik igauan yang tak kenal arah angin.

Tidak setiap orang siap menuntun
kenangan ke lusa. Di mana gerangan
aku bisa merawatnya? Relakan saja:
Dewabrata pun tak menginginkan istana.

Apakah Orang Gila Bisa Bermimpi?

Apakah orang gila bisa bermimpi? Ia tengah melepaskan dirinya
selembar demi selembar sampai sepenuhnya
telanjang. Apakah orang gila punya masa lalu?
Jangan ganggu, ia sedang melepaskanmu selembar

demi selembar. Sabdakan, wahai, Yang Mahabesar!

Kita Membuat Sangkar Meskipun Tak Ada Seekor Burung Pun Yang Berjanji Ikhlas Kita Pelihara

dalam sangkar yang hati-hati kita anyam ini
tak ada apa —
kecuali sesayap sunyi
yang putih geleparnya
Profile Image for Sya-chan.
17 reviews
March 13, 2025
"Bang, saya ini mau di bawa ke mana?"
Sopir yang sejak tadi menyanyi kecil di jalan yang penuh
motor itu tampak tersentak, "Lho, ibu maunya ke mana?"
Si penumpang sama sekali tidak tersentak, "Ke mana sajalah, Bang."
Sopir yang gemar baca komik itu segera sadar mereka telah
dilukis oleh dua juru gambar yang berbeda.

— hlm. 19 - Perempuan dan Sopir Taksi


Buku ini mungkin adalah buku puisi karya Eyang Sapardi yang paling aku sukai sejauh ini. Begitu banyak puisi yang kusukai dalam buku ini, ide, tema dan pemikiran yang dituturkan di sini benar-benar dapat menyentuh selongsong atma pada diriku. Pemilihan diksinya apalagi, baru membaca sekitar 5 hingga 10 halaman, aku sudah dibuat takjub dengan kesederhanaan dan permainan apik dari Eyang Sapardi dalam merangkai kata, sampai-sampai aku tidak bisa menahan diri untuk menanggalkan kegiatan membaca buku ini agar tidak cepet-cepet habis dalam melumatnya (juga biar aku lupa dengan puisi yang sudah kubaca sehingga aku membaca ulang lagi HAHAHA). Jangan heran aku menghabiskan hampir sepuluh hari untuk mengkhatamkan sebuah buku yang jumlah halamannya tidak lebih dari jumlah kata yang tak bisa tersampaikan pada dirinya (jk).

/11/
Apakah benar itu umpatan
ketika terdengar ucapan,
Wahai, Perempuan,
kaulah kaum ringkih itu.

/12/
Selebihnya: senyap-sunyi semata

— hlm. 60 - The Rest is Silence


Ada begitu banyak puisi yang kusukai dalam buku ini, dan mungkin saja seandainya aku masih meniatkan diriku untuk membaca buku ini berulang kali demi memenuhi sebuah hasrat pencarian makna (memaknainya sendiri) pada puisi-puisi eyang di buku ini, mungkin aku akan mencintai seluruh puisi yang ada di dalamnya. Beberapa judul puisi yang kusukai seperti, "Perempuan dan Sopir Taksi", "Topeng Monyet", "Tiga Kwatrin Untuk Dons", "Masih Pagi", "Kesaksian", "Rumah Di Ujung Jalan", "Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita", "Senyap Penghujan", "The Rest is Silence", "Ia Bilang" dan "Kita Membuat Sangkar Meskipun Tak Ada Seekor Burung Pun Yang Berjanji Ikhlas Kita Pelihara”.

.... Tapi, siapa yang siap untuk percaya? Pada
suatu saat nanti, ketika sunyi menjadi
satu-satunya bunyi, ia akan tanggal sendiri
tanpa disentuh, sebentar berputar, tanpa gaduh.

— hlm. 45 - Ia Bilang
Profile Image for instawa_.
77 reviews12 followers
December 20, 2025
Saya kaget pas baca nama saya di kolom review buku ini di iPusnas. Loh? Kemarin itu udah kelar baca tah rupanya? Karena rasanya, membaca buku ini sempat terputus agak lama.

Tapi, waktu saya menyelesaikan lagi buku ini hari ini, sekali duduk, saya tersadar memang sudah baca buku ini sampai tuntas sebelumnya. 😅 Berarti, hari ini kali ketiga saya membaca buku ini.

"membaca buku puisi itu tidak bisa sekali, dan tidak bisa tanpa referensi. tapi ajaibnya, kata-kata dalam puisi selalu bisa membuat kita menikmati sunyi meski maknanya tidak begitu kita pahami. begitulah puisi, keindahannya membuat kita menerima saja perjalanan membaca sampai ia tuntas dengan sendirinya. ♥️"

Begitu tulis saya di kolom review iPusnas 28 September 2025 lalu.

Dan, ya. Masih sama. Membaca puisi tidak bisa sekali. Butuh berkali-kali untuk mengerti setiap susun katanya. Dan tidak bisa tanpa referensi untuk memahami maknanya. Tapi, puisi memang seajaib itu. Setelah membiarkan kita berlalu sekali tanpa mengerti, dia akan membuat kepala kita tersentak ke belakang sebab tiba-tiba saja bisa menangkap maksudnya, atau memeluk rasanya, atau berhasil menyelam di kedalaman maknanya.

Saya mencatat puisi apa saja yang mengikat hati saya, selain "Perempuan dan Sopir Taksi" yang berhasil menggugah kata dalam kepala saya. Hasilnya: semua puisi Eyang Sapardi di buku ini berhasil membangunkan bunyi yang sudah terlalu lama sunyi. 🥹

Ah, sepertinya akan ada kali keempat saya menyelami buku ini 🥰
Profile Image for Hanum Hanum.
1 review2 followers
January 10, 2019
Mengawali hari pertama di 2019 ini, tepat pukul 00.18 waktu Indonesia Bagian Tengah saya selesai membaca sebuah buku, niatnya buku ini akan dibaca selama seminggu awal di tahun 2019, namun ternyata saya lahap habis tidak sampai 2 jam.
.
Seseorang pernah bertanya pada saya, "Bagaimana caramu menikmati sebuah buku jika dibaca dengan cepat?" --- "Entahlah, saya hanya membacanya. Bagi saya tidak ada yang bisa menafsirkan sebuah buku kecuali penulisnya itu sendiri. Nikmati saja, tenggelam, larut dan hanyut lalu kembali hidup. Simple bukan?"

Dari buku ini saya belajar 2 hal, pertama ketika 2 orang bersatu memang seharusnya tidak bisa membedakan mana yang aku dan mana yang kamu, juga pesan-pesan yang terlanjur tertulis biarlah terkirim tanpa alamat agar sampai pada tujuan yang tepat. Lucunya di halaman 63 saya menemukan dialog yang Sutradara itu hilangkan dari percakapan kita.

Sebuah buku ciamik, memang sudah seharusnya penghuni rumah tahu bagaimana caranya menghuni dengan baik. Bukan sebatas bayang hitam yang menutupi wujud almanak.
45 reviews1 follower
September 22, 2021
Sejujurnya saya sepakat bahwa puisi-puisi dalam buku ini kebanyakan tidak mudah dipahami. Apalagi dalam sekali baca. Namun, entah mengapa kata demi kata terasa mengalir untuk diikuti, barangkali itu adalah lain cerita.

Kebingungan ini membawa saya mencari arti beberapa puisi di buku ini melalui berbagai media, meskipun saya sependapat dengan mereka yang mengatakan bahwa sastra terkadang layak memiliki banyak arti dan penerkaan.

Saya akhirnya menemukan sebuah interpretasi tentang salah satu puisi yang paling saya sukai dalam buku ini, "Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita". Setelah memahami interpretasi yang saya temukan itu (saya membacanya di sebuah thread twitter), saya semakin terkagum. Ternyata puisi yang menjadi judul buku ini memiliki arti yang begitu mendalam, yang tidak saya pikirkan sebelumnya.

Puisi lainnya pun demikian, tetapi favorit saya dalam buku ini adalah puisi yang satu itu.
Profile Image for Aya Canina.
Author 2 books44 followers
December 1, 2020
Mengenal Sapardi yang lain dari sini, mengetahui satu puisi yang tidak saya kira ditulis oleh beliau:

Sajak Tentang Seorang Perempuan

Maka perempuan itu (yang hampir setiap hari disiksa suaminya, yang tak bosan-bosannya mengurus lima orang anaknya yang lahir setiap tahun, yang bukan feminis) akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke langit saja tetapi ia tidak mendapat izin ketika ingin kembali ke suami dan anak-anaknya yang dengan sabar menanti di pagar rumahnya.

Sutradara-yang-menghapus-dialog dalam buku ini tidak lahir di bulan Juni atau dari abu atau dari gerimis, saya kira. Sutradara yang ini senang dengan dialog dan realita jalanan.

Sapardi memang kaya kehidupan. Betullah ia abadi bersama puisi.
Profile Image for Titan Sadewo.
6 reviews
December 23, 2021
dalam buku ini, si aku kadang 'menghindar' dari objek-objek puisinya sendiri. ia seperti malu-malu kucing, kadang menggoda subjek kedua itu, kadang menghilang tak terbaca kita. kelihaian Sapardi yang paling saya kagumi adalah ia "seperti" bisa mewakili sesuatu yang bukan manusia, entah itu benda mati—personifikasinya tak hanya menghidupkan, namun seperti ada "nyawa" lain yang, di penyair mana pun saya belum pernah membacanya (entahlah, apakah saya yang belum menemukannya juga) dengan begitu: objek-objek yang mati itu tak hanya hidup, namun ia menjadi "manusia" lain di sekitar kita: yang kita anggap sia-sia, tak berguna, di tangan Sapardi menjadi sesuatu yang berkilau & "tepat" guna, 😭🤯💐
Profile Image for Nau.
195 reviews
February 10, 2018
not gonna write proper review (again), because I lost my words for this. anyway here's a piece of my favourite poetry:

"dua ice cubes dicungkil dari sebuah tray di freezer.
... sejak dimasukkan ke freezer, yang satu membeku di sudut sini
satunya membeku di pojok sana.
setengah gelas coca-cola--OMG!
keduanya dicemplungkan ke dalamnya; sebentar terdengar ribut berdenting- ini kemarau.
mereka pun cepat meleleh tak lagi bisa membedakan siapa yang aku siapa yang kamu."

solid 4 stars for this!
Profile Image for Limya.
97 reviews6 followers
September 19, 2019
Seperti biasa, Eyang selalu meramu kata-kata sederhana menjadi serangkaian sajak yang memikat. Hal-hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari menjadi sangat magis dalam aksara. Saya sangat jatuh dalam puisi "Kalau Kau Kebetulan Lewat", " Sehabis Nonton Konser", "Seandainya", dan "Penghuni Rumah". Pernah menelan obat yang rasanya tidak begitu pahit tetapi ampuh sekali? Seperti itulah saya rasakan ketika membaca puisi-puisi Sapardi.
Profile Image for Aksa.
18 reviews2 followers
April 18, 2020
...
Ia suka menggambar
Ingin merekam laki-laki yang satu itu
tetapi selalu gagal

di kaca retak yang sering berembun
di pintu rumah, di buku tulis, di api, diasap,
di tanah yang basah sehabis gerimis,

diudara, dilangit yang selalu berombak-
semua sia-sia.
Ia suka membuat patung
ingin membuat patung laki-laki yang satu itu
meskipun akan sia-sia saja
tapi ia suka merasa bahagia

karena pernah punya keinginan
yang tidak pada tempatnya,
karena setidaknya punya mimpi
....
Profile Image for tia.
239 reviews7 followers
June 29, 2020
Buku ini merupakan salah satu buku yang sempat saya abaikan sewaktu SMA dahulu. Berisi sajak puisi yang sewaktu itu menurut saya hanya sekedar puisi. Terlebih, karena tipis dan belum menarik minat, saya mengabaikan.

Jujur, setelah membacanya hari ini, dalam sekali duduk, membuka pikiran. Sajak sederhana namun menusuk, sajak sederhana namun penuh tamparan realitas. Terlebih, dibagian kesaksian dan pulang ke akhirat, menampar saya telak-telak.
Profile Image for Syifa Hana.
96 reviews19 followers
July 8, 2022
diksi yang dipilih eyang sapardi dalam sekumpul puisi di sini ringan sekali— dibanding buku beliau yang kubaca sebelumnya.

isi puisi di sini juga bermakna dalam, tapi payahnya aku yang kurang pandai memaknai bahkan setidaknya dengan perspektifku sendiri.

aku selalu berekspektasi terhadap keseluruhan buku puisi lewat judulnya— ya hampir selalu diambil dari salah satu puisi di dalamnya. dan kurasa ekspektasiku lumayan terpenuhi.
Profile Image for Agung Wicaksono.
1,089 reviews17 followers
September 3, 2020
Seperti buku kumpulan puisi Pak SDD yang sebelumnya saya baca. Meskipun tulisannya terlihat sederhana, isinya begitu dalam dan bermakna bagi yang ingin merenunginya. Salah satu yang menjadi favorit saya adalah yang berjudul Ice Cubes.

Profile Image for Farra Maghfiroh.
17 reviews1 follower
December 23, 2022
Walaupun nggak banyak paham dengan puisi-puisi di dalamnya, tapi buku puisi ini page-turning dan cukup effortless untuk menyelesaikannya dalam satu hari.

Kenangan dan Ice Cubes masih jadi puisi favorit dalam buku ini :)
Displaying 1 - 30 of 65 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.