Jump to ratings and reviews
Rate this book

Sebelum Sendiri

Rate this book
Gunung-gunung biru. Langit lapang dan selalu baru. Udara dan mata penduduk desa yang tenang. Ternak-ternak gemuk dan hamparan padi yang jauh dari hama milik departemen pertanian–dan hal hal lain yang hanya bisa dipetik dalam mimpi.

Jangan bangun. Harapan para petani bertarung dengan perut rakus orang kota. Petak-petak sawah terjual.Anak-anak muda hilang ditelan sekolah dan pabrik milik tuan dari luar negeri.

Petikan kecapi sayup. Kebahagian yang tidak cukup. Kesedihan yang tidak sanggup menghibur diri. Tidurlah. tidurlah kembali.

69 pages, Paperback

First published March 26, 2017

22 people are currently reading
350 people want to read

About the author

M. Aan Mansyur

42 books1,091 followers
a father of four

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
89 (28%)
4 stars
130 (41%)
3 stars
84 (26%)
2 stars
10 (3%)
1 star
4 (1%)
Displaying 1 - 30 of 56 reviews
Profile Image for raafi.
927 reviews449 followers
July 31, 2017
Aku tidak tahu mengapa aku tetap membaca karya-karya Aan Mansyur meski kebanyakan dari bait-baitnya berisi ketidakmengertian. Sebuah kutukan yang harus kusyukuri, kurasa.

Membaca ini, aku merasa segala kesendirianku ditemani. Kesendirian yang sebenarnya amat ingin punya kawan namun seringkali kuabaikan karena terlalu takut apabila ditunaikan malah makin menjadi. Tapi, setidaknya, aku tahu apa yang harus kulakukan ketika kesendirianku amat mendesak untuk diperhatikan.

Ulasan lengkap, mungkin akan. Benar-benar butuh sunyi untuk menumpahkannya.
Profile Image for MAILA.
481 reviews121 followers
November 24, 2017
Akhirnya jajan buku cetak lagi :')

Beli sebagai bentuk kado ulang tahun untuk diri sendiri dan cukup suka.

Sampulnya sih, udah menarik mata dari pertama kali. Ngingetin sama film2 dari sutradara favorit saya hhe.

Isinya...ah, bikin senyum2 dan terdiam sendiri semua.

Kesukaan saya,

Tidak ada lagi hal sederhana di bumi, kecuali mengerti: segala sesuatu rumit untuk dimengerti.

Suka
Profile Image for hans.
1,158 reviews152 followers
April 2, 2018
Buku nipis dengan empat bahagian. Bahagian pertama adalah kegemaran-- puisi-puisi melankolis sebelum sendiri. Tidak pasti ini hal tragis atau satu kegembiraan tapi tulisan Aan Mansyur seringkali buat aku berfikir-fikir sendiri. Mahakarya yang mampu buat aku termenung.

"aku menulis berjuta-juta kata tapi tiap kata lupa dari mana dan untuk siapa ia tiba. aku mencintai segala yang tidak memaksa aku mengingat kau."

Tiga bahagian lain juga okay-- personal dan klasik.
Profile Image for Rayya Tasanee.
Author 3 books23 followers
March 29, 2017
Tidak se-'penuh' Melihat Api Bekerja, tetapi temanya luas dan cukup berat, bukan hanya tentang percintaan seperti pada Tidak Ada New York Hari Ini.

Beberapa puisi yang mengisahkan tentang aku mengingatkan saya pada pemikiran Rene Descartes, "Aku berpikir, maka aku ada." Cogito ergo sum. Aan Mansyur memberi jarak pada dirinya sendiri, untuk lebih melihat dengan jelas bagaimana diri 'aku', dengan berpikir, berkontemplasi, berfilsafat. Deep thinking. Berat.

Pada halaman pembukanya pun tertulis:
-- kepada seseorang dalam diriku
yang selalu kuragukan.

aku merasa lebih sebagai diri yang kupikirkan daripada diriku sendiri. aku lebih butuh merasakan daripada melihat atau menyentuh
(hlm. 28)

Selain membicarakan 'aku', kumpulan puisi ini juga memperbincangkan kematian, yang jelas tertera pada sampul belakang:
kematian berseru
kepadamu: jangan
berhenti. tetapi

kau tahu kau tidak
memiliki tujuan
dan tempat
kembali

kehidupan meminta
kepadaku: buka kedua
tanganmu. tetapi

aku takut aku tidak
menggenggam
apa-apa.

Banyak yang belum saya pahami maknanya. Namun, puisi-puisi dalam Sebelum Sendiri tetap indah untuk dinikmati. Karena bukunya kurang tebal, (dan nggak ada gambarnya--alasan macam apa ini), saya beri 3.5 bintang.
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book52 followers
April 1, 2017
Problemnya buat saya cuma satu, kurang banyak.
Hehehe.
Mengharapkan untaian kata-kata sederhana yg dikemas oleh penulis satu ini memang sudah pasti. Tapi meski sudah menunda baca hingga sehari, rasanya bukuny sendiri bsia dihabisi sekali duduk. Seperti membaca selebaran jumatan di masjid. Tetapi upaya untuk merangkum buku mungil ini juga patut diapresiasi. Dan tentu saja buku puisi Aan Mansyur layak dikoleksi.
Sukses terus utk JBS dan Aan Mansyur.
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
April 20, 2017
Kumpulan puisi terbaru dari M. Aan Mansyur. Gaya penulisannya mengingatkan saya pada Tidak Ada New York Hari Ini. Temanya lebih beragam daripada TANYH. Tidak melulu soal cinta, tapi juga tentang refleksi diri dengan sentuhan melankolis yang akrab dari sang penulis.
Profile Image for Hanif.
110 reviews71 followers
March 31, 2017
"perihal paling indah dari langit
dan langit-langit: tidak pernah
menjawab ketika kau bertanya.
mereka menginginkan kau

meragukan keyakinan
selamanya."
Profile Image for Dian Shinta.
170 reviews
March 1, 2018
[4/70] Sebelum Sendiri - M Aan Mansyur
⭐⭐⭐ (3 dari 5 bintang)


suatu hari (kau sedang duduk di depan jendela
menggenggam segelas teh hangat beraroma eropa)
kausadari pikiranmu tidak sanggup jadi apa-apa
selain kota besar yang tidak berhenti dilalap api.
kau terperangkap tidak bisa lari dari sana. kelak

kau tiba-tiba melihat matanya. kau ingat - kau tidak sanggup lupa lagi - dia ingin jadi hanya dan cukup.

-----

Puisi itu seksi.
Walau terkadang saya ngga selalu mengerti. 😂
Profile Image for Alistya Dewi Esty.
21 reviews2 followers
August 29, 2018
Sebagaimana buku-bukunya yang lain—bagi saya—tidak pernah mengecewakan. Dalam buku yang kecil dan tipis ini, Aan Mansyur selalu berhasil menuliskan puisinya dengan sederhana, singkat, namun padat makna. Ia adalah salah seorang dari penulis-penulis Indonesia yang memiliki ciri khas sangat kuat dalam tulisannya. Orang-orang (atau setidaknya; saya) bisa langsung mengetahui bahwa itu tulisannya walau dengan membaca satu atau dua baris kalimat saja. Itulah yang saya suka darinya.
Profile Image for Sta.
40 reviews25 followers
March 11, 2024
Ada beberapa halaman yang kena di hati, ada juga yang tidak. Yah siapa suruh mencari diri dalam puisi?
Profile Image for Ayah & ibu.
52 reviews1 follower
April 8, 2017
Buku aan mansyur pertama kali yang saya baca ( walaupun punya yang tidak ad new york hari ini tapi belum tersentuh
Profile Image for Afifah Alfiandri.
46 reviews
May 10, 2022
Bagi saya, buku puisi ini adalah buku yang bisa dinikmati banyak orang, sekalipun tidak menyukai puisi. Buku ini cukup tipis, tak lebih dari 70 halaman. Ukuran bukunya pun kecil. Bisa dijadikan teman perjalanan. Puisi favorit saya adalah puisi dengan judul buku ini, yakni "Sebelum Sendiri", karena maknanya "relate" bagi orang-orang yang menuju dewasa, di mana seringkali meragukan diri sendiri.
Profile Image for Muhammad Muhsin.
54 reviews20 followers
June 17, 2021
"Jika puisi itu serupa 'jembatan', maka 'jembatan' paling sulit dibangun, mudah roboh, dan reyot itu kemungkinan adalah jembatan yang kita bangun untuk diri sendiri."

Aan Mansyur membuka buku ini dengan persembahan sekaligus antitesis dari "Cogito Ergo Sum"-nya Rene Descartes.. di mana buku ini ditulis "kepada seseorang dalam diriku yang selalu kuragukan".. lalu keraguan ini mencoba membangun "jembatan" setelah terjebak dalam "belantara kata-kata", dengan "sekolah", dengan "cinta", dengan "matahari gelap" pada fragmen "Sebelum Sendiri"..

Sang diri kemudian mendapat ketenangan saat mencoba membangun "jembatan" dengan "langit", "perempuan berbibir tenang".. lalu dengan "musik" sampai diri kemudian mendapat pencerahan karena memiliki "mata yang lain" (yang mungkin merujuk pada hati yang baru atau pikiran yang jernih).

Jika jembatan-jembatan yang dibangun pada "Melihat Api Bekerja" menjadikanmu bisa bebas dari patah hati, atau "Tidak Ada New York Hari Ini" dapat membebaskanmu dari rasa bersalah pada cinta yang rumit, "Sebelum Sendiri" pelan-pelan mencoba menjajaki dirimu untuk coba berani menghadapi kebimbangan dalam dirimu, dan mencoba meraih apa saja agar kebingungan itu tidak makin menenggelamkan, hingga mendapat "mata yang baru"..

"Sebelum Sendiri" tentu menjadi fragmen paling sulit karena kita menyadari bahwa kita terjebak dalam belantara, dengan masa sekolah, dengan perjalanan yang asing, meski ketika dipungut kembali.. kerumitan-kerumitan itu menenangkan jika mau sebatas diterima.. tak diragukan, tak diberi tanda tanya..

Fragmen lainnya saya rasa lebih ringan karena kata-kata, diri, dan peristiwa yang diraih mulai terasa akrab...bahkan rasanya menjadi intim ketika kita mendapat "mata yang baru".

Saya suka sih sama buku ini.. bintang 4 saya berikan karena saya suka dengan pembabakannya, tapi jujur saja, romantisasi yang terlalu pelik pada fragmen pertama sebelum menuju pada terang saya rasa sebenarnya bisa lebih baik jika melibatkan kontinuitas dengan bagian tengah & akhir, di mana diksi "mata yang lama" atau "musik-musik yang tidak merdu" bisa membuat pembaca tidak terlalu asing & relate kembali dengan asal "jembatannya."
Profile Image for Meta Morfillah.
665 reviews23 followers
July 10, 2018
Judul: Sebelum sendiri
Penulis: M. Aan Mansyur
Penerbit: JBS
Dimensi: 12 x 18 cm, 70 hlm, cetakan pertama Maret 2017
ISBN: 978 602 61256 06

Terbagi menjadi 5 babak, di mana tiap babak beragam jumlah puisinya. Sejujurnya, saya tak paham tentang kaidah puisi kaliber sastra. Tapi saya selalu suka puisi Aan. Diksinya indah, cerdas, dan menyentuh hati. Meski kadang saya bingung bagaimana interpretasi sebenarnya.

Juga terkait penulisan dalam puisi. Di buku ini, tidak ada huruf kapital di awal kalimat. Penempatan titik yang kadang terasa gantung, sebab ada spasi dan garis baru. Membuat saya bingung bagaimana memenggal kata dan maknanya.

Saya apresiasi 3 dari 5 bintang.

"tapi menulis puisi ialah melupakan dan meluapkan ingatan." (H.24)

"kelak kau menginginkan sepi melebihi apa pun, ketika tidak kautemukan dirimu di mana-mana." (H.29)

"kau tahu kau mencari seseorang tapi kau tidak tahu siapa. kau berharap: ia mencari dan kelak menemukan aku.
kau ingin sendiri. tapi kau tidak sanggup. kita lahir bersama kesedihan orang-orang yang berbahagia sebelum kita." (H.34)

"jika kau merasa kehabisan kata-kata, mungkin itu cuma mungkin. sebab dunia adalah kau, puisi yang selalu lepas dari tangkup kata." (H.50)

"jika kau anggap masa lalu sebagai bencana, apakah kau sanggup hidup di masa depan sebagai pengungsi?" (H.66)

Meta morfillah
Profile Image for Putu Restu.
42 reviews4 followers
August 4, 2020
Aku menemukan setumpuk kepahitan saat membaca buku ini. Aku mengartikannya seperti keputusasaan (?), perasaan bertepuk sebelah tangan namun tidak pernah lelah mencintai (?). Entahlah, membaca puisi Aan memang menghadirkan pengalaman dan penafsiran yang tidak pernah sedikit. Mungkin orang lain akan menerimanya dengan perasaan yang jauh berbeda(?). Mungkin.

Seperti puisi di atas, itu adalah petikan dari puisi berjudul Sebelum Sendiri bagian 14. Pada puisi ini, aku menemukan arti kehampaan hidup dan sebuah diorama kehilangan harapan. Aan membuat puisi dalam beberapa bagian, yang masing-masing bagiannya menggambarkan arti kehampaannya tersendiri, entah itu patah hati, lelah dengan penantian hidup, bosan dengan rutinitas, dan hal-hal lain yang mungkin akan berbeda makna dalam pembacaan kalian.

Setelah membaca buku ini, aku merasa tidak sendiri. Ada teman untuk menikmati emosi saat ini dan ada sesuatu yang membantuku tak berhenti berhayal, bahwa dalam sekian sudut gelapnya hidup akan ada pintu terbuka. Entah isinya cahaya, atau bahaya, akan selalu ada jalan keluar dari kegelapan. Dan kita hanya perlu mencarinya.

Buku ini tipis dan bisa dihabiskan dalam sekali lahap. Karena isinya yg banyak mengandung refleksi dalam proses mencintai, aku merekomendasikan buku ini buat kalian yang lagi pingin sendiri dan menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri.
Profile Image for Mazdan Assyayuti .
58 reviews3 followers
January 1, 2023
(#BukuUntuk2022)

Selesai baca buku ke-14
Sebelum Sendiri – M Aan Mansyur
JBS, Yogyakarta (ii, 2021)
84 halaman
Lama baca: 23 Agustus - 16 Desember 2022

Buku ini sudah ku pastikan menjadi buku puisi terakhir yang aku baca di tahun ini. Sekaligus buku terakhir dari budaya membaca sampingan. Rasanya sudah tak sanggup lagi dengan ritme yang demikian. Huft.

Kendala menilai buku puisi selalu sama, aku tidak memiliki legal standing yang pas, kecuali hanya sebagai penikmat saja. Takut salah interpretasi lalu malah jadi salah menafsirkan, jadinya salah kaprah meski manusia memang tempat salah dan tempat sampah.

Ihwal yang aku suka yaitu topik kepedulian lingkungan menjadi latar belakang beberapa puisi. Kelestarian, pepohonan, sawah, pembangunan, dan lain sebagainya menjadi tema-tema yang khas dari seorang Aan Mansyur.

Ada nuansa modern dan urban yang berbalut pada nilai-nilai ketradisionalan. Tak kutemui romantisasi. Kebanyakan menormalisasi kritik atas diri sendiri, diri bangsa, dan diri pemerintah. Aku suka karena seperti aku menemukan aku di dalamnya, menemukan kesukaanku di dalam baris-baris kata-katanya.

Ulasan lebih lengkapnya bisa dilihat di s.id/elsuyuthi

#dalifnun #nahdliquerz #books #bookreview #bookaddict #bookstagram #bookstagramindonesia #resensibuku #bibliophile #bukupuisi #poems #aanmansyur #tidakadanewyorkhariini #puisi
Profile Image for Olive Hateem.
Author 1 book258 followers
December 6, 2017
tapi aku ingin mengajak kau membaca
dan berbahagia dan terbuka dan terluka
tapi aku percaya tiap manusia
cuma pemeluk sangsi masing-masing


tiap kali jatuh kukumpulkan
kepingan-kepingan diriku
tidak tahu: yang mana harus kusimpan
yang mana harus kulupakan


masih jauh. masih jauh. masih jauh.
tujuan tertinggal ribuan kilometer di belakangnya.


(lagi, dua orang merelakan diri masuk ke dalam bahaya dan jarak.)


Sudah cukup lama saya mengenal nama Aan Mansyur, namun baru kali ini berkesempatan untuk membaca karyanya secara utuh. "Menulis puisi itu ibaratnya seperti tukang yang sedang membangun sesuatu, bedanya yang dirangkai itu kata-kata." ucap beliau di salah satu acara yang saya hadiri tahun lalu. Sebagai seseorang yang masih sangat jarang membaca karya-karya berbentuk puisi, menurut saya Sebelum Sendiri cukup manis dan menyenangkan. Akan segera mencoba membaca karya-karya Aan yang lain. Semoga.
Profile Image for Dionisius Dexon.
Author 8 books11 followers
February 11, 2020
Karena isinya tak terlalu banyak, saya berhasil menghabiskan buku ini dalam sekali kunyah (baca: baca). Namun, meski begitu, saya tetap tak bisa memungkiri bahwa setiap halaman yang ada di dalam buku ini membuat saya bertanya-tanya kepada diri sendiri, kepada masa lalu, kepada keinginan, kepada Google, kepada tetangga, dan seterusnya. Sebenarnya, tidak benar-benar seperti itu. Saya hanya ingin menggambarkan bahwa buku ini berhasil memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah ada di kepala saya. Tentu saja, menjawab pertanyaan-pertanyaan itu adalah hal yang menyenangkan. Saya suka.
Profile Image for Sintia Astarina.
Author 5 books358 followers
January 2, 2021
Aura sepi dan sendiri nampak terasa ketika membaca buku puisi setebal 69 halaman ini. Ini tentang menunggu, kehilangan, kepergian, kekosongan, hingga pencarian jati diri.

Salah satu puisi yang kusuka dapat ditemukan di halaman 27. Begini sebagian isinya:

"tidak ada yang pernah sungguh sanggup
meninggalkan orang yang ia cintai. kau
selalu bebas untuk pergi dan sebab itu kau memilih tidak ke mana-mana."

Seperti biasa, kalau membaca buku puisi, rasanya akan lebih menjiwai jika kita paham akan makna atau mungkin pernah merasakannya. Sebaliknya, jika tidak, barisan-barisan ini tidak akan meninggalkan bekas apa-apa. Dan ya, aku merasakan keduanya.
Profile Image for Aya Canina.
Author 2 books44 followers
December 14, 2017
sejak tahun lalu, Aan Mansyur jadi penyair yang paling saya favoritkan. puisi-puisinya menjebak dan menjambak realita. saya suka tenggelam bersama irama tiap baitnya yang dekat dengan realita dan suka berangan-angan.

buku puisi tipis ini sudah dua kali saya baca, dengan tenang sekaligus gelisah. Sebelum Sendiri benar-benar membuat saya bertanya pada diri sendiri; perihal cinta dan perjalanan. membuat saya ingin terbang ke antah berantah. empat bagian di dalamnya berhasil, sekali lagi, membuat saya semakin mencintai puisi, dan Mas Aan.
Profile Image for 🐓.
38 reviews1 follower
December 8, 2020
"... Kau alasan aku tenggelam."

"Jangan meminta aku bernapas."




Saya sendiri memberikan pandangan lain terhadap buku ini. Ntah bagaimana caranya saya memanggambarkannya lewat kata-kata di sini. Buku ini menurut cara pandang saya, menceritakan seorang yang sedang berputus asa tidak mencintai diri sendiri. Dia membenci, sangat membenci dirinya sampai dia ingin mati. Dia ingin meninggalkan diri sendiri dan pergi.

Mungkin dari banyak pembaca ada yang mempunyai sudut pandang lain. Mencintai diri sendiri jauh lebih rapuh daripada ditinggalkan oleh cinta orang lain.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Anita Awang.
45 reviews
June 29, 2021
Kalau hidup ialah permainan, aku kalah setiap hari oleh diri sendiri

Tanda tanya yang membangunkan lebih banyak penasaran.

Aku mencintai dengan pikiran dan perasaan yang tidak mampu kuubah jadi kata-kata.

Kadang-kadang datang seorang menghibur: tidak ada permukaan indah tanpa kesedihan di dasarnya, dan aku mendambakan sebaliknya.

Apakah aku manusia terakhir yang suka bercakap dengan langit

(jangan bangun, kebahagiaan yang tidak cukup, kesedihan yang tidak sanggup menghibur diri, tidurlah, tidurlah kembali)

#MalaysiaMembaca
Profile Image for Aqila Hussain.
1 review1 follower
March 22, 2021
Sebuah naskhah puisi yang agak berjaya membuatkan saya mengiyakan untuk riak-riak perasaan yang penulis sampaikan, membiar diri tenggelam dalam lautan perasaan yang rencam.

Ulang baca untuk kali kedua, masih juga tidak mengerti bait-bait untuk beberapa buah puisi tapi saya kira, begitulah episod bacaan buku puisi -tak semua harus kita fahami.

Bagi yang amatur dalam dunia puisi, setidaknya ini boleh mendekatkan lagi diri dengan cara penulisan dan susunan bentuk puisi -tentunya!


Profile Image for literautres.
290 reviews26 followers
October 10, 2021
kematian berseru
kepadamu: jangan
berhenti. tetapi

kau tahu kau tidak
memiliki tujuan dan tempat
kembali

kehidupan meminta
kepadaku: buka kedua
tanganmu. tetapi

aku takut aku tidak
menggenggam
apa-apa.


i want to be buried between the pages of this book hiks aku sedih banget lah aku pengen nangis yang lama makasih udah nemenin aku @ buku ini.. the fights have been very lonely
Profile Image for Kartini NRG.
77 reviews
March 20, 2022
Bukunya tipis banget. Tapi isinya dalem banget.
Yang kusuka dari puisi-puisi Aan Mansyur adalah perasaan seolah ada teriakan yang tertahan pun tak tersadarkan, yang bersemayam dalam diriku, dan lewat rangkaian puisi yang dibuatnya, teriakan itu pun terwakilkan. Tentang ironi kehidupan, keinginan menyendiri, patah hati, menyayangi, sampai ke kritik politik. Kadang diajak berpikir kritis, tapi tak jarang juga dianjurkan membiarkan.

Rating: 4.5/5.0
Profile Image for Heni Mujaa.
168 reviews22 followers
May 31, 2017
Meskipun bagi saya 'Melihat Api Bekerja' masih belum terkalahkan, tapi Sebelum Sendiri tetap saja lebih menghangatkan dibandingkan Tak Ada New York Hari Ini.

"tidak ada kejujuran. orang-orang tidak suka
kebenaran. mereka lebih senang jatuh cinta
kepada hal-hal ringan dan mudah terbakar.

kau kata-kata yang takut aku tulis. kalimat
yang menggigit lidahku."
Profile Image for Aira Zakirah.
173 reviews8 followers
September 11, 2017
Rumit yang bisa dibahasakan dengan sederhana. Puisi kadang seambigu ini.
Dan saya belum mampu memahami beberapa bagian rumit yang dikatakan sederhana oleh penulis.
Singkatnya saya masih lebih suka membaca puisi terang dibanding gelap. Menemukan makna kadang tak mudah. Subjektif sebenarnya cuman saya termasuk agak kompleks untuk menanggapi sebuah buku.
Profile Image for Noni Sitinjak.
13 reviews
March 8, 2018
Tak ada alasan untuk tak mencintai puisi Mas Aan,
Ini adalah buku 4 yang saya beli dihari pertamanya beredar.
Saya bawa ke acara Asean Literary Festival 2017 lalu, dan ditanda
tangani oleh sang empunya buku.

Masih tak bisa saya gambarkan dengan jelas dan rinci,
tapi yang pasti puisi-puisi dibuku ini lagi-lagi membuat saja
jatuh hati.
21 reviews
June 7, 2021
Biasanya membaca puisi Aan Mansyur di laman media sosial dan selalu ada perasaan terenyuh menanggapinya, yang entah kenapa tidak terasa saat membeli buku fisiknya.

Entah karena aku yang bodoh, atau memang per puisi harus di kontemplasi kata per-katanya?

Entahlah

Tapi aku cukup mengamini beberapa puisi didalamnya, selain itu, terasa seperti perjalanan menuju kesendirian
65 reviews
August 2, 2021
Salah satu kumpulan puisi yang aku sukai banget.

Kumpulan puisi ini kayak pencerah bagi diri sendiri. Terus hal yang menurut aku suka banget itu adalah setiap kata yang dirangkai sangat sederhana dan indah. Menarik banget buat aku yang gak terlalu suka puisi, tapi ini keren banget. Beberapa kali aku nangis gitu karena relevan dan menyentuh hati.
Displaying 1 - 30 of 56 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.