Jump to ratings and reviews
Rate this book

Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi

Rate this book
SUNGU LEMBU menjalani hidup membawa dendam. Raden Mandasia menjalani hari-hari memikirkan penyelamatan Kerajaan Gilingwesi. Keduanya bertemu di rumah dadu Nyai Manggis di Kelapa. Sungu Lembu mengerti bahwa Raden Mandasia yang memiliki kegemaran ganjil mencuri daging sapi adalah pembuka jalan bagi rencananya. Maka, ia pun menyanggupi ketika Raden Mandasia mengajaknya menempuh perjalanan menuju Kerajaan Gerbang Agung.

Berdua, mereka tergulung dalam pengalaman-pengalaman mendebarkan: bertarung melawan lanun di lautan, ikut menyelamatkan pembawa wahyu, bertemu dengan juru masak menyebalkan dan hartawan dengan selera makan yang menakjubkan, singgah di desa penghasil kain celup yang melarang penyebutan warna, berlomba melawan maut di gurun, mengenakan kulit sida-sida, mencari cara menjumpai Putri Tabassum Sang Permata Gerbang Agung yang konon tak pernah berkaca—cermin-cermin di istananya bakal langsung pecah berkeping-keping karena tak sanggup menahan kecantikannya, dan akhirnya terlibat dalam perang besar yang menghadirkan hujan mayat belasan ribu dari langit.

Meminjam berbagai khazanah cerita dari masa-masa yang berlainan, Yusi Avianto Pareanom menyuguhkan dongeng kontemporer yang memantik tawa, tangis, dan maki makian Anda dalam waktu berdekatan—mungkin bersamaan.

470 pages, Paperback

First published March 9, 2016

133 people are currently reading
1927 people want to read

About the author

Yusi Avianto Pareanom

24 books184 followers
Lulusan Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pernah bekerja sebagai wartawan di majalah Forum Keadilan dan Tempo. Saat ini berkhidmat di Penerbit Banana. Selain menulis fiksi dan nonfiksi, ia juga menerjemahkan dan menyunting karya-karya penulis asing. Ia terlibat dalam karya kerjasama novel grafis Ekspedisi Kapal Borobudur: Jalur Kayu Manis dan Eendaagsche Exprestreinen.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
1,036 (65%)
4 stars
451 (28%)
3 stars
69 (4%)
2 stars
8 (<1%)
1 star
11 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 418 reviews
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews297 followers
February 10, 2017
Akhirnya selesai juga setelah kepending lamaaaaaaa sekali. Bertarung dengan mood bacaku yg ancur-ancuran setengah tahun terakhir ini.

Buku ini beneran mewah, mulai dari diksi, karakter para tokohnya yg sangat kuat, deskripsinya, humornya, plot twist nya, terus endingnya Epic banget!

Dari semua buku yg gagal baca tahun ini aku bela-lain untuk berkata tidak bagi Raden Mandasia, aku usahain tamat sebelum berganti tahun karena ingin memasukkannya ke dalam list buku terbaik yang aku baca di tahun ini.


Setelah Leila S. Chudori, Yusi Avianto Pareanom membuatku nyaman keluar dari zona nyaman, bahwa buku 'berat' bisa dinikmati secara mudah.


Berburu bukunya yang lain ahhhhhh
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
December 8, 2016
resensi mandasia di Kompas, 26 November 2016

https://alterteguh.wordpress.com/2016...

Hendak hati memberi lima bintang, tapi merasa terlalu sempurna dan mundak kemaruk entar. Saya harus akui buku ini punya taste yang segar dan menarik. Dan saya sudah menemukan lawan O punya Eka Kurniawan di Kusala tahun ini. Semoga juri semakin banyak membaca buku-buku sastra yang tidak melulu diterbitkan oleh penerbit raksasa itu.

Novel ini dari judul saja sudah terawa bahwa ini akan membawa ingatan kita pada serial kolosal Ko Ping Ho, SH Mintardja, serial wiro sableng, dsb. Ya, novel ini sedang menghadirkan aroma kolosal yang dahulu jaya kemudian tergerus dengan sastra modern kemudian pop, dsb dsb.

Saya tidak ada memberi ulasan tentang alur atau kutipan. Bacalah sendiri, kalian akan merasakan badai yang saya juga alami.

Buku ini selain menghadirkan kolosal, ada juga selipan bahwa paman Yusi adalah pakar kuliner yang apik. Maua tidak mau harus saya bandingkan dengan Aruna milik Laksmi. Dan saya lebih memilih Raden Mandasia. Deretan makanan dalam buku ini hadir dengan keelokan yang membanjirkan liur di lidah. Saya akan pengen segera ke warung steak saat Paman Yusi mendiskripsikan bagian2 dari sapi yang enak. Atau bagaimana babi panggang, kue tradisional, dsb. semuanya tampak menggiurkan.

Dan kalau teman2 tak abai dalam membaca, Paman Yusi menghadirkan banyak sekali diksi aneh yang menamabah kesan kolosal ini. Saya suka.

Dan buku ini berhasil membuat saya mengumpat di kereta!
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
March 15, 2017
Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi bercerita tentang kisah petualangan Sungu Lembu, seorang pria Banjaran Waru yang benci setengah mati pada Gilingwesi, kerajaan besar yang telah menginvasi tempat tinggalnya dan memorakporandakan hidupnya. Secara tidak sengaja, dia bertemu dengan Raden Mandasia, salah satu pangeran dari Kerajaan Gilingwesi. Berpikir bahwa Mandasia adalah jalannya untuk membalas dendam pada Gilingwesi, Sungu Lembu akhirnya memulai perjalanan bersama Mandasia yang ternyata memiliki sebuah rencana yang dapat berpengaruh besar bagi kerajaannya.

Aduh, akhirnya saya baca buku ini juga. Sebenarnya saya sudah beli sejak November 2016 lalu, bahkan sudah buat video unboxingnya. Penginnya langsung baca sampai habis, eh dia malah disalip buku lain terus :)).

Tidak salah kalau banyak yang bilang ini novel kolosal. Lingkup ceritanya memang besar dengan banyak tema, karakter, serta rentang waktu dan perjalanan karakternya yang luas.

Ceritanya sendiri tampak mengambil banyak unsur dari cerita lainnya. Misalkan kisah Sungu Lembu dan Nyai Manggis yang mengingatkan saya pada Minke dan Nyai Ontosoroh dari Tetralogi Buru. Lalu ada juga yang menyentil kisah Pinokio hingga Nabi Yunus. Ada juga bagian yang mengingatkan pada cerita rakyat Indonesia.

"Nah, Raden," kata Nyai Manggis, "mungkin memang ini yang seperti Raden Mandasia katakan, garis langit. Kau berjodoh denganny untuk bertualang bersama. Aku percaya pasti ia akan membawamu ke hadapan Watugunung." (hal. 171)


Ceritanya lucu, seru, dan memiliki banyak momen yang tidak terduga. Mulai dari kebiasaan Raden Mandasia mencuri sapi, cara bertemu dengan seorang putri, hingga akhir ceritanya. Akhir ceritanya ini jugalah yang membuat saya menaikkan bintangnya dari empat ke lima. Penyelesaiannya nendang banget :').

Secara keseluruhan, Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi adalah buku yang patut dibaca. Rasanya para juri KSK membuat keputusan yang tepat untuk memilih buku ini sebagai pemenang. Kemenangan novel ini membantu pembaca menemukan permata di tempat yang tidak terduga :').

Let's meet on social media:
Instagram | Twitter | Youtube
Profile Image for Reymigius.
117 reviews36 followers
March 7, 2017
Bukan, buku ini bukan saja tentang penyelamatan sebuah kerajaan dan pembalasan dendam. Walau mungkin memang itu gambaran besarnya, bagiku hal tersebut terdengar menyepelekan cerita-cerita kecil yang mengiringinya; menyepelekan lelaki tua dan bonekanya yang hilang, pembawa wahyu yang melarikan diri dari umatnya, Loki Tua dan tantangannya kepada Hoyoso, dsb. Ini buku yang kaya dan megah dan mewah. Ini buku yang akan kaunikmati tiap lembarnya.

Dongeng kolosal jenis ini juga bukan hanya menyajikan adegan laga yang epik dan dahsyat. Ya, kau memang akan menemukan hal tersebut di dalam novel ini--tapi kau juga akan menemukan petualangan seksual, pengalaman kuliner, ilmu pelayaran dan pertukangan, pengetahuan tentang berbagai jenis obat dan racun, dsb. Semuanya begitu detail dan gamblang dan genah. Kau akan dibikin merancap dan lapar dan belajar karenanya.

Dan anjing, aku suka sekali dengan penokohan para karakter dalam novel ini. Dari Sungu Lembu, ke Raden Mandasia, hingga karakter sekilas seperti Wimba dan Panuluh sekalipun; semuanya terasa begitu dekat dan manusiawi. Mereka bisa dihajar, terluka, dan menemui ajal. Mereka juga bisa kebelet buang air besar.

Aku terutama menyukai karakter Sungu Lembu, dan itu tak berkaitan dengan kepiawaiannya dalam mengumpat dan melontarkan sarkasme. Dia datang sebagai orang yang membawa dendam dalam rongga dadanya, dengan tekad baja dan satu tujuan pasti. Tanpa dinyana, bertemu dengan Raden Mandasia dan orang-orang lain sepanjang perjalanannya lambat laun malah mengubah cara pandangnya. Proses inilah yang kunikmati dari penokohan Sungu Lembu.

Terakhir, aku harap orang-orang tergerak untuk membaca buku ini. Tahun lalu aku sama sekali alpa dalam membaca buku-buku lokal, dan buku ini berhasil mengentaskan segala keskeptisan itu. Aku sudah mengantrekan Semua Ikan Di Langit, O, dan Pulang sebagai buku lokal yang tahun ini akan kubaca; dan salah satu alasannya adalah perasaan puas yang kuperoleh seusai membaca sastra yang hebat ini.

Salut buat Om Yusi!
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
November 15, 2016
** Books 294 - 2016 **

4,5 dari 5 bintang!

Akhirnya dini hari ini saya bisa menamatkan buku ini dengan senyuman manis terukir di bibir. Yahh jika kalian ingin menikmati karya sastra dari Indonesia yang begitu terasa kaya dan komplit racikannya bacalah buku ini! BAGUSSS!! AKKKKK!!

Tema kolosal yang diangkat didalam buku ini benar-benar berhasil menghipnotis saya sampai dengan halaman terakhirnya. Saya sangat menyukai membaca buku yang berbau sejarah dan jujur ini pertama kalinya saya membaca buku dengan tema kolosal dan jangan tanyakan dengan film kolosal yang saya ingat hanya si pembawa kapak geni 212 alias Wiro Sableng dan dulu juga ada yang namanya Angling Dharma (Iya bukan sih?). Selain itu saya mendengar ada kuliner yang juga dibahas didalam buku ini nah jadi semakin penasaran akhirnya pertama kalinya saya membaca karya Yusi Avianto Pareanom ini! :D

Buku ini dipaparkan dari sudut pandang Sungu Lembu yang merupakan pangeran dari Kerajaan Banjaran Waru. Ia memiliki dendam kesumat kepada kerajaan Giliwesi yang mengambil secara paksa kerajaan Banjaran Waru sehingga ia bersumpah akan membalas dendam kepada Prabu Watugunung. Disinilah kisah perjalanan Sungu Lembu dimulai. Dimulai pertemuan dengan Nyi Manggis di Rumah Dadu yang membawanya kepadanya Raden Mandasia yang merupakan salah satu pangeran dari Kerajaan Giliwesi, darah kandung dari orang yang ia benci. Raden Mandasia mempunyai misi untuk bertemu dengan Putri Tabassum yang merupakan sang permata dari Kerajaan Gerbang Agung. Atas misi tersebut, Sungu Lembu akhirnya berpetualang dengan Raden Mandasia mulai mengarungi arus lautan dan melawan bajak laut, bertemu dengan Loki si Tua yang merupakan juru masak yang handal, Melawan maut di gurun dan hingga memikirkan cara bagaimana bisa lolos untuk bertemu dengan Putri Tabassum di istananya. Semua hal itu berubah ketika ada perang yang menanti didepan mata Raden mandasia dan Sungu Lembu. Apakah misi mereka akan sukses? Apakah Sungu Lembu berhasil membalaskan dendamnya kepada Prabu Watugunung?

Hal yang menarik didalam buku ini adalah alur maju dan mundurnya sehingga kita akan mengetahui cerita kisah hidup dari masing-masing tokohnya yang secara tidak langsung berkaitan satu sama lain. Selain itu buku ini benar-benar harus dinikmati dengan perlahan-perlahan agar kenikmatannya tidak dirusak oleh waktu karena jujur buku ini sangat detail dari deskripsi dan tokohnya (Jangan harap untuk bisa melakukan skimming) sehingga saya baru bisa menuntaskan buku ini selama 3 hari Biasanya kalau buku Indonesia lainnya 100-200 halaman selesai 1 jam saja . Tetapi saya puass sekali dengan membaca buku ini perlahan-lahan kita bisa lebih mendalami masing-masing karakter dan alur ceritanya. Endingnya juga membuat saya terkejut sekaligus miris. Siapa yang menyangka kalau X ternyata masih ada hubungannya dengan X dan yang menjadi titik awal petaka dari semuanya.

Ketika membaca karya Yusi Avianto Pareanom ini sekilas mengingatkan saya akan kisah Mahabharata apalagi Prabu Watugunung ini dikisahkan memiliki 21 putra kembar yang tidak langsung mengingatkan saya akan kisah Ratu Gandhari yang melahirkan 100 anak keluarga Kurawa. Ada juga yang mengatakan buku Raden mandasia ini adalah Babad Tanah Jawi-nya Yusi Avianto Pareanom. Namun sayangnya saya belum berkesempatan membaca buku itu sehingga tidak bisa saya bandingkan akan tetapi jika saya telusuri lagi pengalaman saya kemarin didalam benak saya image Kerajaan Giliwesi seakan saya berkunjung ke Kerajaan Majapahit. Dimana Kerajaan majapahit sendiri adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Kitab Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur,. Sedangkan mungkin image Kerajaan Gerbang Agung seakan saya sedang mengunjungi Kerajaan Sriwijaya. Entahlah dari pemaparan kejayaan-kejayaan kerajaan itu membuat saya berpikir ke arah sana.

Intinya jika kalian ingin membaca buku Indonesia yang kaya akan pemaparan, kuat di alur cerita dan tokohnya saya rekomendasikan novel ini! Pantas saja kalau Novel ini berhasil menjadi pemenang di Khatulistiwa Literary Award 2016!

saya kepo berapa jumlah kata 'anjing' yang digunakan didalam buku ini? ;p
Profile Image for Delasyahma.
242 reviews125 followers
February 27, 2018
Menceritakan tentang salah satu anak pangeran Gilingwesi bernama Raden Mandasia, yang memiliki sahabat karib bernama Sungu Lembu, bersama-sama mereka berpetualang untuk sampai ke Gerbang Agung, menemui Putri Tabassum untuk mencegah perang besar terjadi.

Awal aku membaca cerita ini. Aku berpikir bahwa buku ini mungkin akan diceritakan menggunakan sudut pandang Raden Mandasia, tapi, pikiran itu sia-sia belaka. Ternyata buku ini memakai Sungu Lembu sebagai POV 1. Ah aku tertipu.

Membaca cerita ini, aku seperti diajak untuk memikirkan kehidupan pada jaman kerajaan dahulu. Bak film kolosal yang dulu juga sering sekali muncul di televisi.

Cata bercerita sangat2 membuat nyaman dan menyenangkan, umpatan2 yang lucu dan juga seperti pada porsinya.

Ada satu hal yang membuat aku menyukai buku ini selain konflik yg dibangun dengan sangat baik oleh penulis, yaitu, karakter tokoh yang cukup kuat, bahkan tokoh pembantu pun terasa cukup kuat dalam cerita. Itu mengingatkan aku pada satu penulis favoritku, Eka Kurniawan.

Plot twist yang gak bisa aku duga sama sekali, membuat aku sendiri mengumpat, "A*g burik apa2an ini". Merasa ditipu oleh alur yang juga membuat aku penasaran, kemana sebenarnya cerita akan dibawa.

Secara keseluruhan aku sangat menyukai buku ini selain membuat tertawa, buku ini pun sukses membuat aku menitikan air mata.

Rate : 4,8/5 🌟
Profile Image for Lantip Sukaswanto.
36 reviews9 followers
April 29, 2018
Cerita silat yang berbeda. Gak bisa dibilang 'kurang silat', tapi memang cara bertuturnya yg berbeda.

Ini keren. Bahasa lainnya, cerita silat yang lebih memunculkan sisi manusianya. Seksi kata anak milenial.

Saya anggap ini cerita silat sastra saja. Ini pujian, sekaligus rasa gelisah saya sebagai pembaca yang membacanya sampai 2 kali. (Pembacaan kedua krn ingin tau, kenapa novel ini keren ya? )


Harapannya, buku yang sangat bermutu seperti ini, apalagi sudah saya anggap cukup laris (setelah boom Kusala KLA thn lalu), akan diterjemahkan juga ke mancanegara.

Yang masih santer di Eropa (barat dan bagian tengah), yang diterjemahkan ke bahasa asing (spt Jerman / Belanda) adalah buku2 yang punya nilai politik modern/ soal PKI/ dan terkait Mei 98 misalnya. Penulis yang sudah duluan bukunya berjaya di Eropa tsb itu yang punya jaringan, atau kedekatan dgn titik yang penting, atau yang aktif. Saya ngarepin banget mas Yusi juga punya tempat di mancanegara.

"Asu, iki apik tenan" itu kata saya.

Padahal buku spt Mandasia ini juga sangat layak dibaca di Eropa (dan negara lain). Indonesia dlm sastra. Sastra yang lain. Sastra yang kampret banget dah pokoknya. Salut mas Yusi
Profile Image for Bernard Batubara.
Author 26 books818 followers
March 26, 2016
anjing. anjing. anjing.

hanya kata itu yang paling sering berloncatan dari mulut sepanjang membaca buku ini. dalam beberapa puluh halaman saja, setidaknya sudah terlontar 'anjing!' dalam beragam intonasi, misal yang agak panjang: 'anjiiiiiing...', yang berulang-ulang: 'anjing! anjing!', atau yang tegas dan singkat saja: 'anjing.'

saya menghindar dari menebar umpatan dalam komentar pendek ini, tapi apa boleh buat, lidah tak bisa berbohong saat berhadapan dengan cerita bagus dari buku bagus, dan ukuran saya dalam menilai suatu buku bagus atau tidak sederhana saja: berapa kali kata 'anjing' yang saya ucapkan sepanjang membacanya?

dan raden mandasia ini, kawan-kawan, berhasil membuat saya mengeluarkan setidak-tidaknya dua puluh hingga tiga puluh varian kata 'anjing'.

ya, sebagus itulah buku ini.


(ps: maaf bagi yang tak nyaman dengan umpatan tersebut, tapi tak ada cara lain buat saya untuk mendeskripsikan bagaimana bagusnya buku ini)
Profile Image for Ikra Amesta.
149 reviews28 followers
February 23, 2021
Sungu Lembu memendam dendam terhadap Kerajaan Gilingwesi, tidak tanggung-tanggung ia mendambakan kepala Raja Watugunung tergantung di tangannya. Ia bahkan tak peduli seandainya nyawanya nanti harus melayang asalkan tujuannya itu tercapai. Dendamnya adalah dendam Banjaran Waru, kampung halamannya, kerajaan kecil yang dijajah Gilingwesi, tempat sebagian besar keluarganya ditangkap atau dibunuh karena memberontak. Namun di tengah misinya itu, garis nasib mempertemukannya dengan Raden Mandasia, salah satu anak Watugunung, dalam sebuah urusan yang sepele: mencuri daging sapi ternak untuk disantap. Bersama-sama mereka terlibat dalam petualangan seru sampai ke negeri yang jauh di seberang samudra.

Sebut saya munafik atau murtad sekalian tapi menurut saya tidak ada yang baru di sini. Saya tidak salah-salah amat karena di sampul belakang bukunya bahkan tertulis kalau kisah ini “meminjam berbagai khazanah cerita dari masa-masa yang berlainan” ─ dan karenanya tak jarang plotnya terasa familiar. Yang berhasil adalah pengemasannya. Perpaduan gaya bahasa kontemporer dengan setting zaman kerajaan sekitar abad ke-6 atau 7 membuat nuansa cerita yang seharusnya ‘Jawa klasik banget’ ini jadi lebih segar. Karakterisasi tokoh-tokohnya pun sebenarnya dibuat lebih modern ─ pola pikir, interaksi antartokoh, dialog, kebiasaan-kebiasaan ─ sehingga pembaca bisa lebih mudah larut dalam cerita. Termasuk saya sebagai laki-laki yang tidak kuasa memfantasikan sosok Nyai Manggis ─ bagaimana rupa wajahnya, kemontokan badannya, dan betapa ‘baiknya’ dia kepada Sungu Lembu karena memberikan nyaris apa saja yang ia miliki secara lahiriah.

Kekuatan utama novel ini terletak pada kelihaian dan keahlian dalam menggambarkan situasi yang menyertai protagonisnya sehingga kisah jadi begitu hidup sekaligus juga membuka cakrawala baru. Yusi Avianto Pareanom tidak sekedar cermat dalam menyuguhkan latar ruang dan waktu zaman kuno saja tetapi juga saat membedah subyek-subyek esoterik seperti kuliner, pelayaran, atau dunia silat. Inilah yang kemudian membuat saya betah membaca berparagraf-paragraf narasi tentang resep makanan atau jurus silat--meski pada akhirnya saya lupa juga.

Yang jelas ini adalah novel yang sangat menghibur, dalam artian memainkan emosi pembacanya untuk marah atau tertawa (terutama untuk tertawa) dalam kaidah-kaidah sastrawi ─ kalau memang istilah seperti itu ada. Khas buku-buku yang tidak mungkin masuk ke toko buku-toko buku konvensional, apalagi dipajang di etalase Best Seller.
Profile Image for afin.
267 reviews20 followers
August 9, 2016
Rated 5 / 5 stars

Sinopsis:
SUNGU LEMBU menjalani hidup membawa dendam. Raden Mandasia menjalani hari-hari memikirkan penyelamatan Kerajaan Gilingwesi. Keduanya bertemu di rumah dadu Nyai Manggis di Kelapa. Sungu Lembu mengerti bahwa Raden Mandasia yang memiliki kegemaran ganjil mencuri daging sapi adalah pembuka jalan bagi rencananya. Maka, ia pun menyanggupi ketika Raden Mandasia mengajaknya menempuh perjalanan menuju Kerajaan Gerbang Agung.

Berdua, mereka tergulung dalam pengalaman-pengalaman mendebarkan: bertarung melawan lanun di lautan, ikut menyelamatkan pembawa wahyu, bertemu dengan juru masak menyebalkan dan hartawan dengan selera makan yang menakjubkan, singgah di desa penghasil kain celup yang melarang penyebutan warna, berlomba melawan maut di gurun, mengenakan kulit sida-sida, mencari cara menjumpai Putri Tabassum Sang Permata Gerbang Agung yang konon tak pernah berkaca—cermin-cermin di istananya bakal langsung pecah berkeping-keping karena tak sanggup menahan kecantikannya, dan akhirnya terlibat dalam perang besar yang menghadirkan hujan mayat belasan ribu dari langit.

Meminjam berbagai khazanah cerita dari masa-masa yang berlainan, Yusi Avianto Pareanom menyuguhkan dongeng kontemporer yang memantik tawa, tangis, dan maki makian Anda dalam waktu berdekatan—mungkin bersamaan.

Review:
Banjaran Waru dulunya merdeka, tapi setelah dijajah oleh Kerajaan Gilingwesi sekarang Banjaran Waru menjadi tunduk kepada Kerajaan Gilingwesi. Banyak orang yang menerima keadaan ini dan ada juga yang memilih untuk melawan dengan membuat gerakan pemberontakan yang bertujuan untuk menjatuhkan kejayaan Kerajaan Gilingwesi. Sungu Lembu adalah seorang pangeran Banjaran Waru sedangkan Raden Mandasia adalah seorang pangeran Kerajaan Gilingwesi.Keduanya bertemu di Kelapa, tepatnya di Rumah Dada Nyai Manggis. Rumah tersebut adalah pemberhentian sesaat mereka berdua dalam menempuh misinya masing-masing. Sungu Lembu dengan misinya untuk menghancurkan Kerajaan Gilingwesi atas apa yang terjadi pada Banjaran Waru dan Raden Mandasia sedang dalam misi untuk pergi ke Kerajaan Gerbang Agung untuk berupaya mencegah perang besar yang akan datang.

Karena sebuah janji kepada Nyai Manggis, Sungu Lembu terpaksa mengikuti Raden Mandasia dalam misinya ke Kerajaan Gerbang Agung dalam upayanya mencegah perang antara Kerajaan Gilingwesi dan Kerajaan Gerbang Agung. Sungu Lembu yang seharusnya membenci Raden Mandasia karena ia adalah darah daging dari orang yang ia incar kepalanya yaitu Prabu Watugunung, lama-kelamaan setelah menghabiskan waktu bersama Raden Mandasia ia mulai menganggap Raden Mandasia sebagai kawan, sedikit demi sedikit ia mulai mengenal Raden Mandasia dan akhirnya tau akan kebiasaan anehnya yaitu ia senang sekali memotong sapi hidup-hidup dan mencuri dagingnya.

Dalam perjalanan menuju Kerajaan Gerbang Agung, Sungu Lembu dan Raden Mandasia melewati banyak petualangan gila, melelahkan dan mengesankan. Meskipun Sungu Lembu ikut serta dalam petualangan Raden Mandasia ini bukan berarti dia telah ikhlas atas perbuatan Kerajaan Gilingwesi terhadap Banjaran Waru melainkan karena ia yakin bahwa Raden Mandasia akan membawanya pada Prabu Watugunung dan bila saat itu tiba itulah kesempatan Sungu Lembu untuk membalaskan dendamnya.

"Maut tak perlu ditantang, bila waktunya datang ia pasti mening."

Read my full review on my blog http://booksoverall.blogspot.co.id/20...
Profile Image for Frida.
201 reviews16 followers
June 7, 2017
Rating saya: 4,5

Kisah ini merupakan catatan Sungu Lembu atas petualangan yang telah ia alami. Ia mulai menulis sejak Loki Tua menyarankannya demikian.

Menulislah, agar hidupmu tak seperti hewan ternak, sekadar makan dan tidur sebelum disembelih.
(Loki Tua, hlm. 306)


Sungu Lembu mengawali kisahnya dengan insiden pascapencurian sapi, setelah itu ia mundur untuk menceritakan bagaimana awal pertemuannya dengan Raden Mandasia. Yang berarti, mulai dari bagaimana ia bisa sampai di Rumah Dadu Nyai Manggis. Yang berarti lagi, mulai dari riwayat hidupnya semasa masih di Banjaran Waru. Sejak itu, ia menceritakan kisahnya dengan alur maju.

Meskipun kisah ini mencatut nama “Raden Mandasia” sebagai judulnya, setelah membacanya, kau akan jauh lebih mengenal Sungu Lembu ketimbang Raden Mandasia. Wajar, karena kisah ini dituturkan dari sudut pandang orang pertama Sungu Lembu. Sepanjang 450 halaman mengenal Sungu Lembu, kau akan tahu bahwa ia memiliki pandangan yang jeli. Isi pikiran Sungu Lembu, yang sering blak-blakan, akan membuatmu sering nyengir atau bahkan tertawa.

Pelajaran-pelajaran Sungu Lembu dengan Banyak Wetan, kadang berisi dialog yang menunjukkan sikap Sungu Lembu yang blak-blakan dan mengundang tawa. Namun kemudian, humor itu dengan lihai beralih jadi wejangan serius Banyak Wetan.

“[…] Setahuku beberapa raja malah tak menyandang keris sama sekali.”
“Raja jenis apa?”
“Raja yang mau lengser dan menjadi pandita.”
“Kautahu kenapa?”
“Bosan jadi raja mungkin.”
Banyak Wetan tertawa. Ia menonyorku lagi. Ia sering melakukannya justru ketika hatinya riang.
“Maksudku, kenapa ia tak membawa keris?"
“Biar duduknya enak mungkin.”
Banyak Wetan tertawa lebih keras lagi. “Ia kadang tak perlu senjata dalam pengertian sesungguhnya. Musuhnya sangat dekat, ada dalam dirinya, hawa nafsunya sendiri.”
“Paman, aku tidak paham dan aku ingin tidak mempan dibacok atau ditombak orang. Kebal itu hebat,” kataku saat itu.

(hlm. 84)


Mungkin kau akan suka dengan cara Banyak Wetan mendidik Sungu Lembu, misalnya saat ia dilatih memakan racun. Orang lain mungkin akan menganggapnya sebagai cara yang kejam, tapi tentu Banyak Wetan punya tujuan. Berkat didikan ini, Sungu Lembu mampu mengenali semua jenis racun yang ada di Pulau Padi dan dari negeri asing yang pernah masuk ke Banjaran Waru (hlm. 92). Sungu Lembu juga punya bakat istimewa: ingatan lidah. Sekali mencicipi masakan, ia bisa tahu semua rempah yang ada di dalamnya. Belakangan, bakatnya ini berguna untuk membawanya dan Raden Mandasia ke Gerbang Agung.

Sungu Lembu bisa begitu lucu, bahkan saat ia menceritakan hal yang menyedihkan. Maaf, aku tak bisa menahan tawa karena aku merasakan ada humor di balik tragedi meninggalkan Kasim U.

Air mataku menetes untuk Kasim U. Ia mati sebagai budak, tapi kulitnya akhirnya merdeka. (hlm. 361)


Ah, yang jelas, kau akan sungguh paham bahwa Sungu Lembu gemar mengumpat. Dan sungguh, ini menular kepadaku. Hati-hati, mungkin kau akan keceplosan, “Anjing!” jika ada orang yang mengganggumu saat sedang membaca kisah ini. Atau kau akan bergumam, “Ini sungguh anjing!” jika ada bagian kisah ini yang memesonamu. (Dan aku sendiri, sering terpesona, maka sering jugalah aku berkata “anjing”.)

***
Kisah petualangan ini tak hanya bisa membuatmu tertawa, tapi juga berpikir. Misalnya tentang pekerjaan para penyair yang sangat dihargai di Gilingwesi. Kerajaan itu menaruh perhatian besar terhadap sastra; mereka membayar para penyair dan menjamin hidupnya sekeluarga; penyair yang sedang bekerja tidak boleh diganggu—karena siapa tahu, “bisa-bisa syair yang hebat gagal tercipta” (hlm. 111). Sungu Lembu menertawakan ini dalam hati.

Sedemikian degilnya Watugunung sampai-sampai ia harus membayar orang untuk menyanjungnya dalam syair-syair. (hlm. 111)


Duh, seandainya di dunia nyata saat ini para penyair dihargai sebesar itu…

Dongeng kontemporer yang diracik dengan diksi yang megah namun tetap renyah dinikmati ini juga akan memperkaya (bahkan mengenalkanmu?) khazanah kosakata bahasa Indonesiamu. Banyak kata yang jarang digunakan (tapi ternyata ada) aku temukan di sini. Tak hanya itu, kisah hidup Sungu Lembu memberikan pelajaran bagiku. Lewat perkataan Bandempo terhadap Nyai Manggis:

Kalau memang mereka tak menghormatimu, aku akan memutuskan hubungan dengan mereka. Orang yang merasa lebih suci daripada yang lainnya bukanlah temanku. (Bandempo, hlm. 153)


Lewat kebijaksanaan Wulu Banyak saat membangun kapal:

Sebuah kapal memang tak boleh sempurna. Sesuatu yang sempurna tak punya hasrat lagi mencari. Sebuah perahu yang sempurna tak akan butuh lagi mencari ikan, muatan, teman, pelanggan, bahkan tanah baru. (Wulu Banyak, hlm. 208)


Lewat Sungu Lembu sendiri, yang akhirnya menyadari beberapa ketololan yang telah ia lakukan. Pertama, terkait Pong, teman sekamarnya di kapal yang terbunuh dan meninggalkan batu zamrud untuknya, padahal ia bisa dibilang hampir tidak mengenalnya.

Kami tak benar-benar saling kenal dan pada saat terakhir hidupnya ia memberikan batu permata miliknya. Betul, percakapan kami terbatas—atau malah tak ada percakapan sama sekali. Tapi, sekiranya mau, aku yakin kami pasti bisa menemukan cara bercakap-cakap. Aku cukup berbakat menguasai bahasa-bahasa baru. Aku hanya benar-benar tak pernah berusaha mengenal Pong lebih jauh. Anjing. Aku bahkan tak berusaha mengenalnya sama sekali, aku betul-betul tak peduli. (hlm. 255)


Kedua, terkait Raden Mandasia:

Semakin banyak aku mencoba mencari tahu tentang Raden Mandasia, semakin gelap saja rasanya. Mataku membasah. Raden Mandasia adalah hal paling dekat yang bisa kusebut sebagai teman dan kami ternyata saling mengenal sedikit saja. (hlm. 412)


Sungu Lembu seakan berkata padaku, “Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi,” sambil memintaku belajar dari pengalamannya: pergunakan waktu sebaik-baiknya untuk mengenal orang-orang terdekatmu. Ah, iya, kisah ini juga mengingatkanku untuk bertualang sesenang mungkin selama masih muda.

Novel ini sudah cetak ulang dengan kaver baru, tapi aku lebih suka kaver yang lama, dengan latar warna langit setelah matahari menggelincir dalam lelap tapi masih menyisakan larikan cahaya dan siluet tiga orang berlari di kejauhan. Tiga orang itu tak lain adalah Sungu Lembu, Raden Mandasia, dan Loki Tua. Kaver ini menggambarkan salah satu adegan saat mereka bertiga memilih berlari melintasi gurun sambil menggendong anjing.

Buku ini jadi salah satu favoritku, juga adalah salah satu buku terbaik yang kubaca tahun ini. Ah, sayang sekali, ada beberapa halaman yang susunannya terbalik. Tidak ada kekurangan lain kutemukan dalam novel ini, kecuali bahwa bagian akhirnya terasa terlalu ringkas diceritakan. Penulis seperti terburu-buru ingin segera menuntaskan kisah ini. Meski begitu, adalah pengalaman yang sangat menyenangkan membaca kisah ini. Anjing sekali!
Profile Image for Nurina Widiani.
Author 2 books15 followers
February 7, 2017
Setelah dicimit-cimit bacanya, akhirnya kelar juga. Dan sekarang... susah move on. Hahahahanjing!

Yang muncul di benak saya kemudian adalah, Raden Mandasia yang konon menggemari daging sapi itu, pada akhirnya berpetualang dan mencuri daging sapi bersama sapi (lembu) pula. Entah hal itu disadari Mandasia dan Sungu Lembu atau tidak ^^

Review selengkapnya di
http://kendengpanali.blogspot.co.id/2...
Profile Image for Sulin.
330 reviews56 followers
January 21, 2018
Demi keberkahan alam semesta raya, saya salah satu manusia yang beruntung memiliki edisi bertanda-tangan.

Mulai sekarang saya mau nyembah Pakde Yusi aja.
Sungkem ke Ganang, karena sudah mengenalkan saya pada penulis satu ini.

Terakhir kalinya saya membaca buku dengan kecepatan membalik halaman dan kerinduan ketika pause adalah waktu SMP. Tepatnya saat membaca Hary Potter. NAMUN! Sungu Lembu tengik satu ini, membuat saya ingin cepat-cepat pulang setiap harinya karena dia layaknya hidup di pikiran dan meronta-ronta untuk cepat ditemani berpetualang!

Sepanjang membaca tak pernah diriku sekalipun menengok halaman seperti kala membaca buku tebal lainnya. Saya merasa sedang terbang. Mungkin buku ini juga yang sudah seminggu ini menyajikan bunga tidur ganjil dengan latar belakang seperti di dalam cerita.

Gaya penuturan tidak perlu dipertanyakan! Ini Hary Potter dengan kearifan lokal! Tidak, bahkan ini tak bisa disandingkan. Bagus banget banget banget. Iya! Sebagus itu! Saya berkali ngakak, sedih, pilu, penasaran. Apalagi cerita di dalamnya mengingatkan saya dengan berbagai cerita klasik seperti Pinokio sampai Sangkuriang. Hanya orang terpilih yang bisa menyomot dengan epik begitu.

Novel kerajaan kuno dan perang-perangan jelas bukan selera saya, tapi anehnya tidak pernah separagrafpun merasa bosan. Ini buku yang benar-benar bagus dan informatif. Buku yang aneh, kisah yang tidak pernah saya baca dimanapun. Bahkan! saya tidak menemukan plothole atau kejanggalan dari segi pemilihan waktu. Semua teknologi dan kondisi cocok dengan zaman di dalam kisahnya. Misalnya saja pengukuran yang memakai satuan depa atau tombak-satu depa, depuluh tombak-, atau pengukuran jarak menggunakan satuan malam. Bagus sekali ahhhh sedihnya sudah selesai membaca buku ini. Pengen lagi...

Saya benar-benar tidak bisa membuat sinopsis karena semua bagian adalah keindahan yang tidak ingin saya potong-potong. Benar-benar novel terbaik sepanjang segala abad amin.
"..tak ada senjata yang lebih tajam ketimbang akal, tak ada perisai yang lebih ampuh ketimbang nyali, dan tak ada siasat yang lebih unggul ketimbang hati. Dan perubahan damai,"
-Banyak Wetan, hlm. 88-


n.b Saya baru sadar, ketika beberes kamar dan melihat bukunya terbalik. Mengapa dari jauh sampul edisi cetakan kedua ini seperti bendera Jerman?

Bila Pakde Yusi meluncurkan buku lagi, saya pastikan akan ikut PO di garis depan.
Sayangnya, untuk saat ini, Pakde Yusi belum terlalu termasyur di kalangan medioker padahal kualitas tulisan beliau dewa sedewa-dewanya dewa. Aku padamu Pakde Yusi.
Apabila teman-teman punya rekomendasi penulis Indonesia yang karyanya sekelas beliau tapi underrated saya mau diinfokan! SEGERA!
Profile Image for Alvina.
732 reviews122 followers
February 7, 2017
Sesuatu yang sempurna tak punya hasrat lagi mencari


Saya membuka tahun 2017 ini dengan bacaan bacaan bagus, senangnyaa. Salah satunya adalah Raden Mandasia yang tahun lalu menyabet juara KLA di segmen prosa.

Tergoda oleh rasa penasaran sekaligus promo dan kompor dari banyak kawan, saya memaksakan diri untuk menyegerakan baca buku ini sebelum boomingnya hilang. Maka itu di awal tahun, saya dan sepasukan kawan di telegram (Aki, Mba Mute, dkk) meniatkan diri untuk baca bareng (dengan hestek #BacaBarengAki), meski entah kelarnya kapan.



Buku ini menceritakan perjalanan Sungu Lembu yang ingin membalaskan dendamnya kepada Watugunung, Sang Raja Gilingwesi. Pasalnya, kerajaan tempat tinggal Sungu Lembu (dicaplok) oleh Kerajaan Gilingwesi dan orang orang terdekatnya dibunuh oleh prajurit Gilingwesi. Tentu saja kepala Sang Raja akan menjadi balasan yang setimpal.

Tapi membunuh Watugunung ternyata tidaklah mudah. Ia sakti dan pengawalnya banyak. Jangankan membunuhnya, Sungu Lembu bahkan tak tahu seperti apa wajah sang Raja. Bagaimana cara dia bisa membunuhnya?

Takdir pun berkata lain. Dalam suatu pertemuan di Rumah dadu milik Nyai Manggis, Sungu malah bertemu dengan Mandasia, salah satu putra Watugunung. Raden Mandasia mengajak Sungu Lembu untuk menemaninya dalam perjalanan ke Barat, demi mencegah peperangan antara dua kerajaan besar, Gilingwesi dengan Gerbang Agung. Tadinya Sungu Lembu berberat hati untuk mengiyakan, namun bukankah ini berarti selangkah lebih dekat untuk menebas kepala Watugunung?

Maka pergilah mereka berdua dan tersesat dalam petualangan yang kocak sekaligus seru. Berlayar berminggu minggu, menyeberangi gurun pasir berhari hari, serta menjadi saksi jatuhnya ribuan mayat dari langit.

Apakah kelak Sungu Lembu berhasil membalaskan dendamnya?

Membaca buku ini awalnya sih agak lelet. Mungkin karena masa adaptasi dengan tokoh dan pembawaan karakter karakternya yang unik. Setelah dua tiga bab berlalu, saya mulai jatuh hati dengan ceritanya. Alurnya memang cepat, tapi cukup menyita konsentrasi karena dijabarkan secara maju mundur. Bahkan ada yang udah mundur, eh dimundurin lagi ke belakang. Tapi secara garis besar ngga terlalu memusingkan sih. Alur mundur ini biasanya berupa alasan dan pengenalan menegenai suatu tokoh baru serta apa kepentingan si tokoh dalam alur cerita utama.

Ada banyak tokoh dalam buku ini, sebagian hanya diceritakan selewat namun beberapa memainkan peran penting dalam mendampingi Mandasia dan Sungu Lembu. Di antara Mandasia dan Sungu Lembu sendiri, sebenarnya saya malah lebih suka dengan Sungu Lembu. Mungkin karena cerita ini memang menggunakan karakternya sebagai PoV pencerita sehingga saya terpengaruhi sudut pandangnya atas berbagai hal. Mungkin juga karena saya suka dengan sifatnya yang bengal, ceroboh, keras kepala, tapi blak blakan kalau ngomong. Cara dia mencaci maki pun tak urung sering membuat saya tersenyum geli saat membaca. Ah betapa saya jadi rindu lagi membaca kisahnya.

Hal lain yang membuat saya suka sama novel ini adalah bahasanya yang kaya. Si penulis menggunakan banyak kosakata lawas namun baru terdengar bagi saya. Hal ini anehnya terasa cocok karena malah makin menguatkan kesan "dongeng" yang muncul saat membacanya. Iya, biar bagaimanapun, buku ini menceritakan dongeng, bahkan bila pembaca jeli dalam mengingat, ada beberapa dongeng yang terkenal yang dipadupadankan di dalam novel ini.

Perlu diketahui juga bahwa novel ini memang ditujukan untuk pembaca Dewasa. Adegan adegan dan humornya saya rasa tidak akan banyak dimengerti oleh anak di bawah 15 tahun, misalnya. Sedangkan bagi saya, sebagai seorang yang dewasa (#tsaaah), Sungu Lembu menunjukkan betapa pelajaran tentang kehidupan adalah mahal harganya. Baginya itu berarti menjalani pelatihan keras dan didikan yang ketat oleh sang paman, termasuk mencicipi segala macam racun sebagai bentuk penjagaan diri. Ia juga tak bisa seenak udelnya menginginkan pembalasan dendam kepada Sang Raja, karena tentu saja, akan ada hal yang harus dibayar demi niat sebesar itu.
Saya puas membaca novel ini. Tak salah bila ia mendapat anugerah Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2016 untuk kategori prosa.
Profile Image for Wirotomo Nofamilyname.
380 reviews51 followers
May 21, 2018
Buku #11 di tahun 2018.

Buku ini menunjukkan bahwa anda bisa membuat karya sastra yang serius tapi sekaligus seru dan menyenangkan. :-) Dengan membaca buku ini anda mendapat sebuah kisah dongeng yang seru, lucu, kadang bikin air liur menetes (dengan cerita kuliner yang disantap sang tokoh), dan kadang bikin hati tersentuh, mak tratap.
Yang kadang bikin saya tertawa, Mr. Yusi ini senang sekali tiba-tiba memunculkan kisah dongeng lain di dongeng ini. Mulai dari bapak tua yang mirip Gepetto, kisah Sangkuriang, kisah Nabi Yunus, dsb. bahkan saya merasa (mungkin saya salah) bahwa adegan penyerbuan ke Gerbang Agung seperti kisah Lord of the Rings saat penyerbuan ke Minas Tirith, eh bener kan... ke situ hahaha).

Sedang hal paling penting yang bisa saya ambil hikmahnya di buku ini (mungkin kita bisa tidak sependapat soal ini) adalah betapa Sungu Lembu yang begitu benci kepada orang-orang Gilingwesi akhirnya menjadi tidak begitu benci setelah bergaul begitu lama dengan mereka di Gerbang Agung. Pepatah "tak kenal maka tak sayang" sepertinya benar. Anda hanya membenci seseorang hanya kalau anda kurang mengenalnya. begitu anda mengenalnya lebih dalam, anda melihat mereka ya orang biasa seperti anda, yang kadang bisa menyenangkan juga. Di akhir cerita Sungu Lembu terlihat memiliki rasa simpati kepada Watugunung, musuh besarnya, dan ikut merasakan kepedihannya. Saya cukup tersentuh membacanya.
Jadi nggak perlulah sebenci itu sama orang lain. kenali dan sayangi musuhmu. :-)

Oh iya, ini bukan buku untuk anak "dibawah umur", adegan "tidak pantas"nya cukup banyak untuk "ditelan" anak di bawah umur. Tapi lumayanlah kalau buat Bapak-bapaknya :-)
Dan di cerita sepanjang 468 halaman ini, saya tidak berusaha menghapalkan nama 26 saudara kandung Raden Mandasia. :-) Saya nyerah.. dan saya rasa sebaiknya anda juga.

Tokoh yang paling bikin saya berbunga-bunga adalah: Nyi Manggis. Apa iya ada wanita dengan fisik sesempurna itu? Ah namanya juga dongeng. Tapi saya senang membayangkan seorang wanita dengan deskripsi seperti yang digambarkan Mr. Yusi untuk Nyi Manggis itu.
Sedang tokoh favorit saya adalah: Hoyoso. Saya belum pernah bertemu orang (walau cuma di dongeng) yang sepersisten itu. Hahaha. Tantangan untuk makan 1 babi panggang, setiap hari, dan akhirnya sampai jangka waktu 10 tahun. Wow itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang hebat dan dengan tekad yang kuat. :-)

Saya beri bintang 5 untuk petualangan seru Sungu Lembu bersama Raden Mandasia di buku ini. Mengapa? Karena Buku ini "amazing" sekali buat saya. Hehehe.
Profile Image for Christan Reksa.
184 reviews11 followers
February 20, 2019
Buku pertama yang saya baca tahun ini adalah novel yang sudah lama saya ingin baca tapi tidak jadi-jadi beli juga karena berbagai alasan.

Ketika akhirnya membeli dan membacanya sampai selesai (dengan tanpa membutuhkan banyak waktu), yang pertama muncul adalah rasa sesal kenapa tidak beli dan baca sejak cetakan pertama hampir 3 tahun lalu itu saja hahaha. Benar-benar keren, perpaduan dongeng, cerita rakyat, sejarah, sekaligus kisah orisinal dengan ramuan yang tepat. Tak butuh waktu lama untuk menertawakan namun mengagumi pula sang tokoh utama, Sungu Lembu, yang suka mengumpat terutama dengan kata-kata "anjing" dan "tapir busung", penuh semangat khas pemuda, cerdas walaupun terkadang dungu, tapi terutamanya didewasakan oleh perjalanan panjangnya bersama Raden Mandasia dan Loki Tua.

Tak jarang muncul rasa kagum ketika melihat bagaimana Yusi menuturkan alur cerita yang mundur ke belakang dengan segala kompleksitasnya. Mulai dari tentang latar belakang hidup Sungu Lembu sebagai pangeran Banjaran Waru yang terjajah oleh Gilingwesi dan pelan-pelan mendendam kepada Watugunung, raja sekaligus simbol Gilingwesi, tentang pertemuannya dengan Raden Mandasia, salah satu anak Watugunung yang punya hobi mencuri daging sapi, hingga perjalanan panjang mereka yang penuh kegilaan dan kerumitan untuk mencegah kerajaan Gilingwesi perang dengan kerajaan Gerbang Agung. Puncaknya adalah ketika perang akbar itu terjadi juga, yang merenggut korban begitu banyak, baik manusia yang mati maupun hati yang tercabik-cabik melihat kehancuran segalanya.

Ada begitu banyak kutipan keren dan pelajaran bijak serta menarik dari novel ini. Pembaca diundang untuk melihat setiap tokoh di dalamnya sebagai manusia yang rumit di balik segala kemarahan, nafsu, dan dendam mereka untuk saling menaklukkan satu sama lain.

Satu-satunya kekurangan yang bisa saya lihat hanyalah bagian akhirnya (setelah peperangan akbar selesai) yang terasa agak terburu-buru ingin dibereskan. Namun melihat kedalaman plot yang begitu dalam dan berjalan ke sana kemari tanpa terasa membosankan sedikitpun, juga latar belakang sejarah pada setting waktu cerita (yang membuat saya yakin sang penulis telah melakukan riset yang luar biasa), rasanya saya makin penasaran lagi dengan buku karangan Yusi yang lain. Buku ini benar-benar jalan masuk yang mengesankan, dan mengingatkan lagi bahwa selalu ada penulis lokal yang keren dengan karya yang menyegarkan.
Profile Image for Astrid Lim.
1,324 reviews46 followers
August 23, 2022
Wow - didn't expect that I would enjoy this book so much!

Yusi is a natural storyteller, and his writing mesmerized me from the beginning to the end. There are some unrelated stories and plots here and there, but they're not too annoying. I love the characters and setting, although it would be better if there's a map to make it easier imagine the fictional setting.
Profile Image for Mochammad Yusni.
78 reviews5 followers
May 23, 2017
Buat saya, buku ini butuh beberapa kali editan lagi supaya bisa lebih menarik. Saya tidak bisa mendapat chemistry dengan buku ini. Dari awal saya tidak mendapatkan misteri yg membuat saya harus berjalan terus untuk menyelesaikan, dan semakin berjalan, semakin saya terganggu dgn gaya penulisannya.

Menurut saya, banyak ungkapan yg klise. Bahasa juga kadang dibuat terlalu puitis, namun memberi kesan yg kurang tepat. Banyak deskripsi yg kurang penting: seperti bagian menjelaskan daging di sapi bisa dimasak apa saja tanpa ada relevansinya dengan cerita. Kalimatnya juga kurang efisien, banyak yang diulang. Karena itu saya beri bintang dua saja.
Profile Image for Daniel.
1,179 reviews851 followers
January 25, 2020
Yusi Avianto Pareanom
Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi
Banana Publishing
470 halaman
8.9 (Best Book)

Yusi Avianto Pareanom meminjam begitu banyak elemen dari kejadian dan kondisi geografis di dunia nyata dan juga beraneka ragam dongeng legenda, mulai dari kisah Yunus hingga Sangkuriang, kemudian meramunya menjadi suatu epik yang kolosal. Kepiawaian Pareanom pun tampak jelas tatkala menjahit keseluruhan elemen yang tidak saling terhubung itu menjadi satu jahitan cerita yang utuh dan menyenangkan.
Profile Image for Dedi Setiadi.
291 reviews24 followers
April 2, 2016
Dongeng kolosal yang epik dan apik!

Gaya penulisan dan tema 'revenge, sex and violance dengan kearifan lokal' nya agak mengingatkan saya dengan Eka Kurniawan. Ya istilahnya kalau suka dengan novel2nya doi bakal suka dengan si Raden Mandasia ini.
Overall novelnya seru, page-turner banget dari awal sampe akhir dan karakter2nya juga asik (walaupun kadang jadi sok asik karena kebanyakan ngomong anjing).
Profile Image for Uci .
617 reviews123 followers
August 10, 2017
Yang jelas, habis baca buku ini jadi malu sama kosa kata bahasa Indonesia saya yang terbatas 😀
Profile Image for Ariel Seraphino.
Author 1 book52 followers
July 1, 2017
Kisah silat kolosal yang unik, lucu, dan juga anjing. Salah satu buku terlama yang saya baca karena mulai baca dari November tahun lalu dan baru selesai sekarang. Sengaja juga sih rasanya karena tidak ingin segera habis. Tapi sekarang langsung geber utk selesaikan. Bagian akhir menjadi bagian yang paling mendebarkan. Satu demi satu selimut kisah terungkap dan hal inilah yang membuat novel ini selayaknya kamu harus baca. Dengan kemampuan menulis dan bercerita seperti ini tentu sajaa Paman Yusi jadi salah satu penulis idola penulis pemula di luar sana. Banyak teknik dan gayaa bercerita yang bisa kamu tiru dari novel ini. Di samping tentu saja genre dan topik yang jarang sekali kita jumpai dalaam novel kekinian. Rasanya ini mah bintang lima juga kurang. Hehe.
Profile Image for Jon Budi Prayogo.
85 reviews
December 17, 2025
Pembaca diajak ikut berpetualang bersama Raden Mandasia dan Sungu Lembu bersama Loki Tua menuju Kerajaan Gerbang Agung untuk mencegah terjadinya perang. Dengan teknik alur penceritaan maju-mundur kita bisa menyaksikan dongeng klasik dengan penuh fantasi dan realisme sosial yang berhasil menggabungkan dari berbagai sumber sebagai referensi cerita. Fiksi tapi seperti nyata.

Raden Mandasia bukan hanya sekedar soal petualangan, tapi juga menyinggung konflik sosial seperti peperangan perebutan kekuasaan, balas dendam, cinta, dan pencarian akan arti makna hidup dengan diselingi oleh humor-humor yang bisa membuat kita ketawa dan tersenyum tipis-tipis serta adegan-adegan yang dramatis.

Buku bagus, menghibur dan sangat direkomendasikan untuk dibaca!
Profile Image for Ray Hamonangan.
Author 1 book17 followers
November 21, 2016
Akhirnya selesai juga baca nih buku sebulan, kalo biasanya sih bisa 3-5 hari, tapi karena baca selang-seling sama buku2 lain, ya jadinya lebih lama.

Ini adalah novel ketiga bertema kolosal yang pernah saya baca, setelah Negeri Senja dan Kitab Omong Kosong yang semuanya karya Seno Gumira Ajidarma.

Novel ini dikisahkan melalui sudut pandang Sungu Lembu, pangeran asal Banjaran Waru yang berniat untuk membalaskan dendam terhadap Gilingwesi dan pemimpinnya yang sangat jago dalam bertarung, Watugunung. Sungu Lembu harus melalui berbagai perjalanan jauh untuk menjalankan niatnya tersebut, mulai dari bertemu Nyai Manggis, pemilik rumah judi "plus plus", Raden Mandasia, pangeran asal Gilingwesi, yang hobinya adalah mencuri daging sapi (bahkan hafal setiap bagian2nya sapi, saya sendiri ga terlalu tau letak2nya di mana), Loki Tua, koki yang paling handal di dalam buku ini, Putri Tabassum, putri yang menjadi maskot Gerbang Agung, sampai dengan Watugunung sendiri.

Sungu Lembu di novel ini doyan betul mengeluarkan umpatan, seperti Anjing!, Babi! (kebiasaan yang kayanya masih banyak diucapkan antar sesama teman, bete kalo dengernya, tapi masih dimaklumi dan kadang suka dilakukan). Meskipun novel ini judulnya Raden Mandasia, tapi cerita nya tidak melulu mengenai Raden Mandasia itu sendiri. Novelnya dimulai dengan kejar2an antara prajurit Gilingwesi dengan Sungu Lembu yang berpartner dengan Raden Mandasia setelah ketahuan sedang memotong2 sapi di daerah asing. Setelah tertangkap, mereka berdua dirawat dengan baik dan berjumpa dengan Loki Tua yang mampu memasak berbagai jenis makanan, mulai dari yang mudah hingga yang sangat susah didapatkan. Setelah itu, ada semacam flashback kehidupan Sungu Lembu yang dimulai dari saat kecil hingga dia dewasa.

Selain berpusat di Sungu Lembu-Raden Mandasia, novel ini juga menghadirkan peperangan antara Kerajaan Gerbang Agung (yang menjadi pihak diserang) vs Kerajaan Giliwengsi (yang menjadi pihak penyerang). Watugunung mau tidak mau harus menaklukkan Kerajaan Gerbang Agung yang temboknya sangat tinggi, seperti Menara Babel saja tingginya banget2 :)), dan Watugunung juga punya niatan untuk memperistri Putri Tabassum yang cantiknya bisa membuat cermin hancur berantakan setelah ditatap Putri Tabassum.

Setiap nama-nama daerah yang ada di dalam novel ini bisa diumpamakan dengan dunia nyata di sini. (ga bisa sebutin satu2, saking banyaknya, serta masih belum terlalu paham sejarah2 dunia). Saat Loki Tua menyiapkan makanan, rasanya yg membaca pun ikutan lapar untuk penasaran mencicipi masakan buatan Loki Tua

Pokoknya kita serasa berpetualang pas sedang membaca novel / dongeng ini. Bisa lah diadaptasi jadi TV serial kaya Game of Thrones atau film2 kolosal kaya Ben-Hur yang saya sempet tonton beberapa bulan lalu.

Bener-bener ANJING! (kalo ada waktu, saya hitungin deh, tapi ada sedikit masalah karena buku yg saya punya halamannya dobel, hal. 429-430 muncul 2 kali, dan langsung loncat ke hal. 433)
Profile Image for Vanda Kemala.
233 reviews68 followers
February 24, 2017
Lupakan kata Anjing yang sering banget muncul, tapi buku ini memang (maaf) anjing kerennya!

Campuran antara cerita dongeng, cerita rakyat, sama drama kolosal. Agak membosankan pas serbuan Gilingwesi, soalnya nggak ada percakapan sama sekali. Tapi Yusi cukup oke bikin narasinya, dan itu jadi terkesan nyata. Tulisannya mengalir. enak dibaca.

Suka!
Profile Image for Boyke Rahardian.
340 reviews23 followers
July 17, 2022
Kerangkanya diambil dari legenda raja Watugunung dan kerajaan Gilingwesi dari Babad Tanah Jawi. Tetapi hikayat tersebut dikembangkan sehingga menjadi cerita petualangan yang fantastis. Penjelajahan tokoh-tokohnya membawa kita ke seluruh Jawa, India dan kemungkinan Turki pada masa itu yang mempertemukan mereka dengan beragam kawan dan lawan. Digambarkan juga segala muslihat yang dilakukan dan pertempuran yang dilewati para tokoh utama untuk mencapai tujuan utamanya...yang ternyata berakhir sia-sia. Keterampilan bercerita Yusi Avianto Pareanom berhasil membungkus aneka petualangan tersebut menjadi sebuah dongeng yang sungguh enak dinikmati.
Profile Image for Dita.
359 reviews17 followers
November 24, 2020
Tapir buntung. Buku ini keren sekali. Cerita petualangannya bikin hanyut, tokoh-tokohnya unik dan yang paling gw suka: bahasa Indonesia-nya bikin jatuh cinta. Ada kata rungsing, cindai, cadik dan depa depa di buku ini. Ga kebayang sebelumnya bakal baca cerita dengan kata-kata lawas itu bertebaran, tapi terasa enak aja.
Sepintas bagian balas dendamnya mirip kisah Sidney Sheldon. Dari yang terinjak-injak, lalu roda kehidupan berputar hingga berhasil bikin musuh kesakitan. Tapi porsinya cukup aja, karena petualangannya bikin larut dengan tebaran humor di sana sini. Makasih ya Om Yusi!
Profile Image for Yuniar Meilyanti.
15 reviews10 followers
November 22, 2022
PERINGATAN: Barang siapa yang memutuskan untuk membaca buku ini sampai tuntas, bersiaplah untuk merogoh kocek ke restoran steik terdekat, sebab saya jamin Anda pasti langsung mengidam daging sapi.
 
Anjing! Anjingggg! ANJINGGGGGGGGGG! Tiga kata untuk Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi ini. Saya mengecap diri saya bukan sebagai penikmat cerita petualangan dan aksi, tetapi buku ini memaksa saya untuk langsung jatuh cinta pada genre-genre tersebut. Sungu Lembu yang membawa dendam kepada Kerajaan Gilingwesi sebab mencaplok dan membabat habis tanah kelahirannya, malah membawanya untuk bertualang ke Kerajaan Gerbang Agung bersama Raden Mandasia, pangeran kembar ketujuh Kerajaan Gilingwesi atas wasiat terakhir Nyai Manggis- mantan pelacur kakap sekaligus pemilik rumah judi yang sangat dicintai Sungu Lembu. Apabila hasrat Sungu Lembu menuju Gerbang Agung untuk menebas kepala Prabu Watugunung- Raja Gilingwesi, maka tujuan Raden Mandasia ialah untuk menghentikan peperangan antara Gilingwesi dan Gerbang Agung.
 
Petualangan dua orang dengan latar belakang dan tujuan yang berbeda ini menjadi sangat menarik sekali untuk diikuti. Pak Yusi sangat lihai dalam mengemas cerita ini menjadi sebuah dongeng petualangan yang membuat para pembaca sangat penasaran untuk mengetahui kelanjutan perjalanan mereka. Acap kali, Pak Yusi memakai kata-kata yang entah kelewat baku atau jadul, namun indah secara bersamaan yang membuat saya bolak-balik mencari artinya dalam KBBI. Ketakjuban saya pada buku ini juga tentang bagaimana penjelasan Pak Yusi dalam mendeskripsikan satuan jarak, ukuran, dan waktu secara kuno mengingat cerita ini berlatar kerajaan atau kolosal. Salut!
 
Saya mengakui, bab-bab awal buku ini agak berjalan lambat dan sedikit bosan untuk dibaca sebab berisi penjelasan yang mendetail tentang latar belakang Sungu Lembu dan Nyai Manggis. Membaca buku ini harus ditemani suasana hati yang niat, sebab tidak akan masuk otak apabila kita sedang dalam keadaan tidak terlalu minat membaca. Namun, setelah memasuki bab-bab petualangan Sungu & Mandasia dari berlayar bersama nabi pembawa wahyu, bertarung menghadapi bajak laut, menemui juru masak ajaib dan seorang kaya yang rakus makan, terpaksa membawa dua ekor anjing peliharaan si juru masak dalam perjalanan melintasi gurun (juga makan dan minum sambil berlari di gurun), hingga secara tidak sadar juga memakan daging anjing si juru masak.
 
Bagian kesukaan saya dalam buku ini (selain bagian kegilaaan dan obsesi Raden Mandasia untuk mencuri sapi-sapi kemudian memotong-motongnya) yang pertama adalah Ketika Sungu & Mandasia menemui Loki Tua tadi, si juru masak ajaib, yang membuat perut saya terkocok sebab terlalu banyak tertawa. Bonusnya pada bab ini, saya mulai mencurigai apakah Pak Yusi pernah berprofesi sebagai seorang koki sebab begitu mahirnya ia menceritakan daging babi dan daging sapi yang dimasak oleh Loki Tua dalam balutan kata-kata hingga aroma masakan tersebut secara “mistis” dapat saya cium (mungkin karena terlalu menghayati) dan anjingnya, saya langsung bergegas ke restoran steik terdekat. Tidak sampai di sana, perjalanan Sungu, Mandasia, dan Loki Tua berlanjut menuju Gerbang Agung, yang mana dengan kenekatan dan kekonyolan mereka untuk menemui Putri Tabassum- legenda Gerbang Agung yang mana merupakan putri yang paling cantik hingga tidak berani berkaca sebab kaca takut melihat kecantikannya menghasilkan ide untuk membayar dan menguliti seorang kasim Tabassum yang hampir mati, kemudian memakai kulit kasim tersebut untuk menyamar. Gila, tidak habis pikir dengan ide yang satu ini! Ditambah, ternyata si Kasim tidak masalah disebut xxxxxx sebab dia ingin mencoba melakukan xxxxxxxx dengan Sungu Lembu (yang akhirnya diganti oleh Loki Tua) sebelum ia mati dikuliti. Anjing, gila!
 
Peperangan antara Gilingwesi dengan Gerbang Agung yang melemparkan ribuan mayat yang terjangkit penyakit ke Gerbang Agung sangat mendebarkan untuk diikuti. Memasuki bagian akhir, saya berkali-kali mengumpat “HAAAAAAAAA YANG BENAR SAJA” pada pukul tiga pagi. Saya menangis untuk akhir cerita ini, namun senang dan lega pada saat yang bersamaan. Ah, betapa ciamiknya cerita ini, mengetahui bahwa ini novel pertama karya Pak Yusi yang berhasil pula membawanya mendapatkan penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2016.
 
Waktu itu saya sempat bertemu dengan beliau di salah satu acara bincang buku. Terlihat sekali ketika berbagi tips bagaimana menulis cerita fiksi kotemporer, beliau mengatakan bahwa harus tahu bagaimana keseluruhan cerita yang akan ditulis, dan bagaimana cerita fiksi adalah wadah penulis untuk berimajinasi sebebasnya tanpa perlu takut “tidak masuk akal” sebab cerita fiksi sendiri adalah dunia yang penulis ciptakan.
 
Tahun 2020, buku terbaik yang saya baca adalah Cantik Itu Luka. Tahun 2021, dipegang oleh Harimau! Harimau! sebagai buku terbaik. Maka, pada tahun 2022 ini, saya putuskan Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi sebagai buku terbaik yang saya baca.
 
Ps: Saya sempat bertanya pada Pak Yusi, apakah ada hubungan antara kegilaan Raden Mandasia mencuri daging sapi dan nama Sungu Lembu yang mengandung kata “Lembu” (lembu=sapi), namun beliau hanya tersenyum dan menyuruh untuk mencari tahu sendiri. Pengalaman yang tidak akan pernah saya lupakan.

 
Rate: 5/5 (buku terbaik versi saya tahun 2022).
Displaying 1 - 30 of 418 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.