"Saya mungkin agak terlambat membaca blog milik Antony Sutton yang ia beri nama Jakarta Casual. Tetapi, cukup selalu menarik minat saya mengenai apa yang ia tuliskan... Antony tampak menyukai apa yang ia lihat dan rasakan, saya selalu merasakan getaran besar dalam setiap tulisannya. Menarik kemudian jika ia ternyata juga sering berinteraksi dengan para pemain, bahkan ternyata tampaknya kami pernah berjumpa."─Kurniawan Dwi Yulianto, mantan pemain profesional Indonesia
"Selama berada di Indonesia, saya menemukan blog milik Antony yang bernama Jakarta Casual. Dengan penuh kekhusyuan saya membaca segala ujarannya tentang sepak bola dan sepak bola Indonesia yang bagi saya dituliskan dengan penuh keimanan. Saya suka cara dia bertutur yang jauh dari basa-basi omong kosong serta tidak takut pada yang ia tuliskan."─Robbie Gaspar, mantan pemain Persib Bandung dan Persiba Balikpapan
"Antony dan saya sama-sama mencintai sepak bola Indonesia, dan ingin sekali melihat sepak bola Indonesia bisa bergerak menjadi lebih baik lagi dan pergi ke tingkatan yang lebih tinggi."─Timo Scheunemann, pelatih Persiba Balikpapan
Buku kedua berkenaan bolasepak dari Indonesia yang saya baca setelah buku Sepakbola Seribu Tafsir. Ternyata tidak mengecewakan.
Menyelusuri kisah bolasepak Indonesia luar dan dalam dari perspektif seorang yang asing dari budaya tersebut pada mulanya namun telah melaburkan beberapa tahun dari hidupnya untuk meneliti permainan yang indah ini secara setempat amatlah mengasyikkan. Bermula dari segi kedudukan demografi setiap pasukan, sejarah dan kisah silam antara kelab, hingga kepada kisah PSSI-nya, para pemain & jurulatihnya dan para penyokongnya (ultras, casual dsb), semuanya dibincangkan secara terperinci oleh penulis di dalam buku ini. Memang menarik.
Selain keindahannya, buku ini juga menunjukkan realiti yang hodoh serta kurang baik dari sisi bolasepak Indonesia juga. Satu usaha yang bagus oleh penulis untuk menyediakan audit terkini buat pihak-pihak yang berkaitan sebagai pemerhati neutral. Harapan beliau di pengakhiran buku ini juga menunjukkan betapa besarnya harapan penulis terhadap bolasepak Indonesia di masa hadapan, walaupun datang dari negara bolasepak terunggul di dunia, iaitu England.
Buku yang bagus untuk memberitahu dunia bahawa bolasepak di Asia juga boleh menjadi segila di Eropah & Amerika Latin.
Dicadangkan untuk penggila bolasepak seluruh dunia amnya dan Asia Tenggara khususnya. Bukan banyak buku berkenaan bolasepak di luar lingkup Piala Dunia dan Eropah berada di pasaran. Dapatkannya sebelum kehabisan!
Nota kaki : Yang berada di Malaysia boleh dapatkan dari saya ya di talian +0122527472. RM40 tidak termasuk poslaju 😊
Banyak kekonyolan yang terjadi di sepak bola kita. Bagaimana sebuah pertandingan bisa tak jadi berlangsung hanya karena petugas keamanan yang tidak siap. Belum lagi soal kisruh di PSSI yang berebut kepentingan di luar sepak bola. Sepak bola Indonesia masih dalam ambang yang sangat kacau terutama untuk urusan administrasi, jadwal sampai pembinaan usia muda.
Namun semua itu tak menghalangi penggila bola untuk menyaksikan sepak bola di stadion. Sebab satu-satunya cara menyaksikan sepak bola adalah dengan menontonnya langsung di stadion.
Sepak bola bukan sekedar pertandingan 90 menit. lebih dari itu sepak bola adalah harapan dan kehidupan.
Antony Sutton memberikan saya "hantaman" ketika membaca buku ini. Menemukan dirinya berbincang panjang tentang sepakbola Indonesia dari sudut pandang ia sebagai seorang ekspatriat Inggris yang menggilai Arsenal menjadi cermin bagi saya lebih menekuni sepakbola luar dibandingkan dalam negeri. Tidak sekedar romantisme sejarah masa lalu jika sepantas membaca, namun ia mencoba membuka ruang modernitas yang mulai dijejaki sepakbola Indonesia dengan berkaca kepada pengalaman sepakbola Inggris yang menjadi bagian dari hidupnya dan tetap hadir selagi ia melalangbuana. Itu jelas nyata mengutip daripada halaman 159, paragraf 4 yang berbunyi "Di abad 21 ini nama besar tak akan bermakna jika tak bisa mengorganisir manajemen dengan baik." ketika menyoroti kisah Persebaya di abad ke-21.
Sutton mencoba menuliskan dari beragam sisi: masyarakat awam, fans, suporter, pemain, pelatih, siapapun yang memiliki kaitan dengan sepakbola coba ia kuliti. Buku ini bisa dikatakan kulminasi daripada blog sepakbola yang ia tulis selama ini, dan itu tidak menjadi masalah bagi saya pembaca yang tidak akrab dengan blognya sendiri. 5 bintang merupakan subjektivitas saya dan tidak memungkiri ada kelemahan yang saya rasa dapat diperbaiki terutama dalam pengembangan akan karakter masyarakat Jawa sendiri atau Indonesia sendiri yang nyata-nyatanya beragam yang kemudian memberikan warna kepada sepakbolanya. Karakter tersebut memang tidak dibahas mendalam dan itu satu kewajaran mengingat, kembali lagi, ini merupakan buku sepakbola.
As an Indonesian, it fascinates me that a foreigner from a faraway land (England), has been dedicating a huge part of his life to write stories about football in Indonesia, with a playful yet truthful manner.
However, since this is Goodreads and I’m reviewing the book itself, I found so many errors in translation and grammar that made it unbearable to read at times. I believe that if this book was more enjoyable linguistically, I’ll probably give it a 4.5/5!
Nevertheless, this is a great book for all Indonesian football lovers out there. Some things are a bit of outdated though. My local team (Bali Utd) is currently the reigning champions, while this book barely mentions about it, as it was written in a time when Indonesia just got back from a disastrous period of PSSI leadership and the FIFA bans.
Oh, how I miss listening to the supporters chanting their clubs’ names in packed stadiums full of emotions.
Semoga sepakbola Indonesia bisa selalu berbenah, dan terus berkembang, walau banyak rintangan!
Setelah membaca buku ini, saya rasa sumber masalah tidak berkembangnya persepakbolaan Indonesia itu tidak hanya dari satu atau dua pihak. Setiap pihak yang terlibat memiliki andilnya masing-masing.
Buku ini menceritakan bagaimana ruwetnya masalah persepakbolaan Indonesia dari mata seorang Gooners asli Inggris, Antony Sutton. Saya berhasil dibuat menganga di tiap babnya. Kadang ada ketawa-ketawa kecil karena bener2 ga nyangka, “kok bisa ya ada orang-orang kyk gini?”
Buku ini juga memberikan beberapa wawancara eksklusif Antony dengan beberapa suporter. Di situ kita bisa melihat bagaimana Antony mengulik beberapa kelompok suporter, terkait dengan masalah yang mereka hadapi.
Kalau kalian mau tau lebih detail pada kasus-kasus seperti dualisme liga dan klub, kalian bisa baca buku ini.
Kalau boleh saya bilang, buku ini adalah buku yang menyebalkan. Semakin dibaca semakin bikin sebal dan sakit hati. Bukan soal penulis dan bukunya, tapi topik-topik yang dibahas penulis membuat saya jatuh sebal dengan dunia sepakbola Indonesia yang memang tidak pernah memantik minat saya sejak dulu. Tapi, di sisi lain, saya salut dengan keberanian ala Sutton yang mendedahkan carut-marut dunia sepakbola nasional dengan lugas dan berani. Kelebihan lainnya dari buku ini adalah kedekatan akses penulis dengan sumber informasi, sehingga ia mendapatkan kisah-kisah itu langsung dari sumbernya. Bagi para peminat literatur tentang sepakbola lokal dan dunianya, buku ini, menurut saya, adalah satu buku yang must-read. Biar penikmat dan pelakunya sama-sama sadar tentang betapa menyebalkannya dunia sepakbola nasional.