Merah itu warna darah, warna nilai rapor yang di bawah KKM, warna api yang membakar, warna yang nyuruh berhenti di setopan jalan, warna yang ngelarang orang-orang melakukan ini itu, dan bikin sakit mata kalau dilihat terus-terusan. Bottomline, I hate red. Coba sebutkan satu alasan kenapa kita enggak harus benci warna merah?
"Merah itu warna yang berani. Warna yang ... romantis." Itu yang dibilang Chris, cowok yang kutemui di Berry-Tasty. Tapi dia punya problem dengan kejiwaan. Misi utamanya ingin bunuh diri. Jadi, pendapat dia enggak valid. "Gue sih sukanya turquoise." Nah, kalau ini Adam yang ngomong. Enggak nyambung sama topik yang sedang kubahas, tapi pendapatnya perlu kumasukkan. Karena, dia banyak banget bantu aku selama menjadi jurnalis di majalah anak SMA se-Bandung, Periwinkle. Keduanya penting. They both are sooo kind and helpful and cute and ... Aku suka dua-duanya. Serius.
The problem is ... ini lebih parah dibandingkan aku melihat warna merah di depan mukaku. Chris adalah cowok tajir, berprestasi, perhatian, tapi bersikeras untuk mati. Sementara Adam banyak fans, botak, lucu, tapi punya banyak utang. Aku harus pilih mana? Yang umurnya pendek atau yang jatuh miskin?
Terkejut juga ternyata Moemoe Rizal nulis di Pastel Books. Iseng, gue beli deh novelnya karena udah lama nggak baca karyanya. Gue masih inget kok, dia asyik banget nulis salah satu serial Glam Girls. Jadi, untuk novel remaja begini, kayaknya nggak bakal ngecewain.
Iya sih, di awal cerita udah kentara banget gaulnya. Acungin jempol juga pengarang satu ini bisa jadi "Raelia" dengan PoV 1. Premisnya cukup unik juga, soal Raelia yang dipindahtugaskan dari artikel fesyen ke traveling.
Raelia yang galau dengan sikap Adam yang ternyata nyenengin. Juga Raelia yang bimbang karena dideketin atlet ganteng kayak Chris tapi kepingin bunuh diri.
Sayangnyaaa... gue ngerasa novel ini flat banget. Nggak tahu ya kenapa. Mungkin karena ekspektasi gue ketinggian buat novel ini kali, ya?
Rasanya kayak nemu harta karun waktu liat nama Moemoe Rizal mejeng di toko buku setelah sekian lama. Dari jaman dulu udah suka banget sama penulis ini. Langsung beli ga pake mikir, dan... sejujurnya rada2 kecewa sama buku ini. Premisnya bagus banget dan tokoh2nya unik, tapi saya akui bahwa buku ini nggak selincah dan seasik style-nya Moemoe Rizal yg biasa. Kurang chemistry. Kayak kehilangan mejik gitu.
Apa yg sesungguhnya menimpa Chris juga udah bisa saya tebak dari awal, entah gimana. Tapi selain itu, saya suka bgt sm ide ceritanya, humornya, tokoh2nya, dan yg terpenting, POV Raelia-nya. 3,5 stars.
Saya bukan penggemar buku yang mengangkat cerita anak remaja yang sok gaul. Namun, karena melihat penulisnya adalah yang pernah saya kenal dan saya anggap baik, membuat saya memaukan diri untuk membacanya. Oke saya tinggal di kota yang kecil dan tak bergaul, kalau itu adalah anggapan anda. Namun, bagi saya hampir semua adegan yang terjadi di dalam ini tidak realistik dan lebih mirip seperti drama sabun ala oppa korea yang sering saya tonton di KDrama. Tapi jangan anggap saya juga penggemar drama korea. Saya nonton drama korea bukan karena saya suka sama oppa atau noona korea; saya nonton drama korea karena saya suka politik, kultur, dan singgungan sosial oleh masyarakat korea itu sendiri.
Balik lagi ke cerita... SPOILERS WARNING!!!
Saya akan membagi bagian-bagian mana yang terjadi secara tidak alami atau seperti dipaksakan. : Yang pertama adalah bagian Chris yang mengajak Raelia untuk duduk bersamanya padahal mereka belum pernah saling mengenal. Apa lagi setiap chris berkata tanpa berpikir panjang dahulu seolah-olah mereka sudah saling mengenal. Raelia yang salah ngomong, "gagal malam mingguan" tersebut terbilang juga terlalu dipaksakan oleh Moemoe Rizal sendiri. Kemudian tanggapan sok-sok misterius Chris pun juga terlalu goblok dan hampir tidak akan ditemukan di kehidupan nyata. Chris juga berulang kali mengucapkan aku ingin bunuh diri, bla... bla... bla... *gue menggumam setiap baca buku ini dengan, "i don't fucking care what you're going to do, just kill yourself already so i can focus to this main character."*
Yang kedua adalah pada bagian Adam (dalam intensinya tidak berkata menembak) : Adam berkata kalau dia menginginkan perempuan yang seperti Raelia dan anggapan RAelia adam sedang menembaknya. Jawaban yang sangat bodoh dan pasaran di jawab oleh adam adalah, "saya tidak akan menembak kamu, nanti saya dipenjarakan." Semua orang juga tahu kalau candaan ini sudah diuntaikan berjutaan umat dan sangat menjijikkan untuk didengar.
Kemudian ada crhis yang mencoba bunuh diri. Adegan ini adalah adegan pasti setiap penyuka oppa korea sedang membayangkan oppanya saat ini menjadi aktor chris dalam otak mereka. Chris membeli banyak strawberry shortcake dalam simbolis pink adalah warna yang disukai oleh Raelia dan merencankan untuk membunuh dirinya karena cintanya dikacangin oleh wanita itu. Saya geleng-geleng kepala membaca bagian ini. Ini chris maunya apa sih? Kemudian dia bunuh diri tenggelam pake strawberry shortcake. What the heck? Apa yang dia rencanakan dari itu? Bunuh diri gitu bisa dibilang romantis? Gitu? Ga ada cara yang tradisional apa? Kaya overdosis obat atau gantung diri.
Kemudian yang terakhir adalah rahasia chris yang bodohnya minta ampun. Dia punya HIV AIDS. What? Saya juga ga paham lagi sudah ini saya baca cepat-cepat semoga itu buku habis. Kalau memang ingin membunuh, membuang karakter ini ga harus gitu juga kali. Ga harus wah dia ini memang third wheel dari cerita ini. Ini adalah bagian yang paling dipaksakan oleh Moemoe rizal bagi saya. Apalah maksud dari HIV AIDS ini? Buang-buang paragraf dan membuat orang malas baca. Lebih baik bikin sesuatu yang lebih alami dari ini.
Maaf kalau ini terdengar seperti RANT daripada Review. Tapi saya nggak nyesel kok bacanya. Sumpah. Saya masih suka sama Moemoe Rizal dan tulisan-tulisannya. Saya juga suka gambaran bagaimana mereka menikmati bali. Saya suka bahwa faktanya Raelia adalah cewek yang peduli dengan orang.
Tolong jangan anggap review saya sebagai hate speech. Terimakasih.
Raelia bercerita tentang seorang penulis artikel di sebuah majalah remaja. Bukan sembarang artikel, tapi ini adalah travel article walaupun sebenarnya sebelum ini dia ditugaskan untuk mengisi kolom fashion. Dan dia bekerja di majalah remaja “Periwinkle”. Raelia suka banget sama yang namanya warna pink. Raelia memiliki sahabat bernama Katarina dan Rini.
Raelia yang belum pernah pergi sendirian ke Bali, diminta oleh Tim Editorialnya untuk segera berangkat ke Bali dan meliput berbagai tempat di Bali. Padahal waktu itu Raelia baru nongcan bareng Katarina dan Rini di Berry-Tasty. Raelia diminta untuk berangkat bersama fotografer Periwinkle yang ngegemesin karena kecerobohannya dan suka jahil sama orang. Alhasil Raelia merasa tenang, karena tentu saja dia bisa mendatangi tempat-tempat yang indah di Bali. Apa yang terjadi selanjutnya? Kecurigaan apa yang berhasil dibuktikan Katarina pada Raelia? Lalu apa yang terjadi pada Adam – Raelia – Chris? Penasaran, jangan lupa buat baca novelnya yang bisa kalian dapatkan di toko buku kesayangan kalian atau kalian bisa ikutan giveawaynya di Instagramku.
Membaca cerita ini benar-benar berhasil membuatku menangis, gemes, baper dan tertawa sendiri. Aku selalu suka dengan cerita yang berbeda dari yang lain. Setting yang berbeda. Seperti di Raelia ini, setting yang berbeda adalah setting pekerjaan tokoh utamanya. Karena jarang banget lho ada yang nulis cerita tentang seorang gadis yang bekerja di sebuah majalah dan mengisi kolom travel article.
Buat aku menulis sebuah tulisan mengenai travelling itu sebenarnya gampang-gampang susah. Kenapa? Karena kita harus tahu tempat tersebut, apa yang ada disana, ada cerita apa, kekhasan dari tempat tersebut apa, dsb. Banyak hal yang dibahas tentunya. Raelia salah satunya. Pekerjaannya sebagai penulis di kolom travel article di Periwinkle membawanya pada petualangan bertemu dengan 2 cowok. Satunya cogan, alias cowok ganteng, dan satunya comut alias cowok imut. Kamu pilih mana? Aku pilih comut. Silahkan cogannya boleh dibawa pulang hihi..
Pernah beli buku gara2 summary di sampul belakangnya bagus/lucu? . . Novel Raelia karya Moemoe Rizal ini contohnya buat saya. Tagline nya ngena banget waktu itu: "kenapa kamu enggak pernah bener nyebut nama aku?" . Summary: Chris adalah cowok tajir, berprestasi, perhatian, tapi bersikeras untuk mati. Sementara Adam banyak fans, botak, lucu, tapi punya banyak utang. Aku harus pilih mana? Yang umurnya pendek atau yang jatuh miskin? . . Hmm gimana ya, ini pertama kalinya baca karya Moemoe Rizal, jadi ga tahu gaya nulisnya memang seperti ini, atau kebetulan karena di novel ini setting nya majalah remaja kekinian, jadi gaya nulisnya gini. "Gini" dalam artian, walaupun ini novel bahasa indonesia, kesannya seperti baca novel yang "diterjemahkan" KE bahasa indonesia. Ada beberapa frase yg ga akan aneh di novel bahasa inggris, tapinya jadi janggal kalau dipake di novel indonesia karena emang ga lazim. Contoh: "Ia memutar bola matanya." (She rolls her eyes). Terus2an ada frase sejenis ini, jadi mikir, apa si pengarang jangan2 nulisnya di bahasa inggris dulu gitu ya, trus baru di terjemahin ke indo? 😁 Buat saya, ini cukup bikin ga nyaman saat baca.
Tebal buku 235 hal, tapi font nya tergolong gede, jadi agak boros.
Mengenai tokohnya sendiri, protagnya, Raelia, menurut saya tergolong datar. Saya baru mulai semangat ngikutin cerita saat tokoh Adam yg lucu datang. Secara garis besar, cerita nya ga bikin saya simpatik ke para karakternya. I am not at all invested in them. Kita ga tau kenapa nih dua cowok pada suka ke Raelia. Jadi pas nyampe akhir pun, Alhamdulillah, udah selesai baca, jadi bisa ganti buku 😅
Hal yg saya suka dari buku ini, yakni si tagline yg disampul depan itu, yg "kenapa kamu enggak pernah bener nyebut nama aku?" akhirnya dijawab persis banget di halaman terakhir, dan memang sih, agak bikin klepek2. Judul, tagline, sama epilogue nya berarti nyambung banget.
Ini kali pertama aku baca tulisannya Moemoe Rizal, dan aku suka. Cara penyampaiannya asyik dan mengalir. Apalagi kan genre novel ini tuh young adult, jadi nuansa young adult-nya tuh kerasa. Meski aku juga ngerasain ada sentuhan chicklit. Untuk ukuran novel YA, ide novel ini tergolong segar. Dan kupikir idenya tuh cuma seputaran itu aja, tapi ternyata aku salah. Di bagian-bagian akhir, penulis ngasih dua kejutan yang bikin aku cukup syok.
Untuk plot dan konfliknya rapi. Untuk karakterisasi, aku nggak bisa nentuin tokoh mana yang kusuka. Soalnya tiap tokoh tuh punya karakter masing-masing. Ada yang bikin kesel, ngakak, ngedumel, dsb. Dan bagiku bikin novel dengan tokoh-tokoh begini tuh susah banget. Kenapa? Karena bikin novel jadi lebih hidup dari interaksi antartokohnya. Novel ini juga punya banyak amanat yang bagus dan bisa kita terapin buat tulisan kita sendiri. Soalnya cara penyampaian amanatnya tuh nggak menggurui.
Bagian yang kusuka saat trip ke Yogya, pas flashmob, sama bagian mengejutkan menuju ending. Untuk bagian yang nggak suka, sebenernya keliatan kecil sih. Apa? Tentang alasan Rae nggak suka warna merah. Aku ngerasa hubungan alasan itu sama konsep cerita ini masih belum kuat. Selain itu, judul Raelia ini menurutku masih kurang nendang. Emang sih, di bab penutup nanti dikasih tahu soal judul ini, tapi kalo ditilik dari keseluruhan cerita, judul Raelia ini nggak gitu merangkum. Padahal, yg dilalui para tokohnya tuh ada lumayan banyak.
Tertarik baca ini setelah liat review di Instagram, katanya bagus, pas banget diskonannya juga ada di BBW Surabaya, jadi keangkut Si Raelia ini 😄
Saya termasuk jarang baca romance genre remaja begini, karena pasti banyak nggak sreg-nya. Dan ternyata benar. Seperti biasa.
Yang bikin nggak sreg, ini kisah romansa anak SMA, tapi latar sekolahnya dikiiit banget, nyaris nggak ada malah. Mungkin karena memang bukan kisah kasih di sekolah 😂 latar ceritanya kebanyakan tentang nongkrong sepulang sekolah, kerja di majalah anak SMA, dst... Dst...
Bukunya cuma 235 halaman, dengan font yang lumayan gede.
Memakai POV orang pertama, dari Raelia, agak keganggu dengan kata "Enggak" di bagian narasi, juga penggunaan "Aku" yang berulang di dialog, bahkan sempet mandek bacanya, saya tinggal maraton nonton Hill House 😂 tapi setelah dilanjut lagi udah nggak begitu keganggu, dan saya bisa selesai baca dalam sekali duduk.
Dan coba tebak? Kapal saya karam 😭 berharap begini, begitu, ternyata malah... Hiks.
Secara keseluruhan, saya cukup suka ceritanya, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari Raelia, meski mungkin memang roman remaja begini bukan selera saya.
Duh, drama... drama banget. Chemistry-nya kayak dipaksakan. Tokoh-tokohnya cukup menarik, tapi aku merasa Raelia-nya sendiri seakan datar dan malah agak nyebelin. Ngga ngerti kenapa dia disukai dua cowok di saat bersamaan. Lumayan sih alur ceritanya, tapi untuk tulisan seorang Moemoe, kurang seru! :p
Not bad buat buku baca ngisi waktu luang, plot sederhana dan remaja banget. Plotnya rada ketebak, karakternya unik tapi eksekusinya kurang. I believe Kak Moemoe could do much better than this! :)
Mungkin dari blurb nya kalian bakal mikir ini cerita klise, tentang perempuan yang kebingungan memilih dua laki-laki yang dia sukai. Tapi buku ini berhasil buat aku jatuh cinta. Dari semua buku yang aku baca, narasi di buku ini benar-benar cantik.
Aku sudah lama baca buku ini, jadi aku sudah lupa apa saja isi ceritanya. Yang aku ingat cuma perasaan kagum aku kepada penulis yang sudah menulis narasi sebagus ini. Mungkin kamu berpikir ini berlebihan, tapi aku sangat cocok dengan buku ini.
Penulis travel article di majalah remaja "Periwinkle" yang suka banget sama warna pink. Punya dua sahabat baik yaitu Katarina dan Rini yang menyebut diri mereka sebagai Cotton Candy. Sebelumnya Raelia bertugas untuk mengisi kolom fashion, lalu ia dipindah tugaskan untuk menulis travel article.
"Kami menyukai semua hal berbau pink. Bahkan, kami punya spesifikasi tersendiri. Aku paling suka soft pink, seperti krim strawberry shortcake, kelopak bunga sakura, atau bias cahaya mutiara. Rini, seperti karakternya, menyukai shocking pink karena di antara kami, dia yang paling berani dan tampil heboh. Sementara Katarina menyukai flirty pink, sehingga dia disukai banyak orang, sekaligus menarik perhatian." (P. 12)
Ketika sedang bersama Katarina dan Rini di Berry-Tasty, Raelia mendapat telepon dari Editorial team untuk berangkat ke Bali dan meliput tempat-tempat indah di Bali. Raelia belum pernah pergi sendiri ke Bali, ia tak tahu di mana tempat-tempat yang harus ia datangi. Namun, ternyata Raelia tak berangkat sendirian, ia akan ditemani oleh Adam, fotografer Periwinkle yang jail dan ceroboh.
Ketika sedang melamun di Berry Tasty tentang perjalannya ke Bali, seorang pria datang menghampiri meja Raelia. Tadinya Raelia hendak beranjak pergi, tapi karena laki-laki tersebut memintanya untuk tetap duduk dan melanjutkan lamunannya, Raelia pun berubah pikiran. Namanya Chris. Yang diketahui Raelia dari obrolannya dengan Chris sore itu, laki-laki tersebut suka warna merah dan memiliki niat bunuh diri.
Adam
Cowok botak yang punya tampang imut (menurut teman-teman Raelia) adalah fotografer majalah Periwinkle. Sejak ayah ibunya bangkrut Adam harus bekerja lebih ekstra untuk membayar hutang-hutang dan menghidupi keluarganya. Selain punya semangat yang menggebu-gebu, Adam ini lucu banget.
Erica
Salah satu anggota majalah Periwinkle yang selalu bertingkah menyebalkan di depan Raelia. Selain cemburu dengan kinerja Raelia di Periwinkle, Erica juga cemburu karena Adam lebih sering bersama Raelia dari pada dirinya
Chris
Atlet renang yang tak punya semangat hidup. Hal yang diinginkannya cuma satu: Chris ingin bunuh diri. Sejak bertemu Raelia di Berry-Tasty, Chris berpikir untuk menunda kematiannya.
"Dia cowok. Tamu juga, bukan pelayan Berry-Tasty. Setelannya tampak rapi, bahkan tampak mahal. Dia mengenakan celana chino gelap, dipadu dengan kaus V-neck berwarna senada dan jas satin tipis yang tampak mahal. Kulitnya putih, persis artis FTV. Bahkan, aku sempat curiga dia artis FTV beneran. Kukira dia hanya lewat saja. Namun, dia rupanya berbicara kepadaku." (P. 25)
Novel dengan cover cantik ini ternyata juga memiliki cerita yang menarik. Kehidupan Raelia yang damai tiba-tiba sedikit lebih rumit dari biasanya sejak ia mengisi kolom travel article untuk Periwinkle. Menulis kolom traveling mempertemukan Raelia dengan dua orang laki-laki yang sungguh berbeda. Adam, laki-laki penuh semangat yang punya banyak hutang dan Chris atlet renang tampan yang tak punya semangat hidup.
Saya suka konflik dalam novel Raelia ini. Untuk ukuran novel teenlit, konflik dalam buku ini menurut saya sangat pas. Gaya bercerita penulis juga membuat pembaca nyaman dan menikmati tulisannya. Walaupun teenlit merupakan genre yang bukan termasuk dalam genre favorit saya, namun Raelia membuat saya penasaran untuk membacanya hingga tamat. Salah satu hal yang membuat saya penasaran adalah alasan mengapa Chris ingin bunuh diri padahal ia atlet renang yang terkenal, tampan dan kaya.
“Kalau mau pacaran kayak monyet, berdaarkan suka ama suka sesaat gara-gara kita anak SMA dan kita pacaran biar dianggap gaul; silakan. Cuma gue sih enggak akan. Gue enggak akan bohong kalau maalahnya ada di dompet gue. Gue nunggu cewek yang bisa nyuri hati gue dan bikin gue cinta beneran ama dia. Supaya pas gue ngutang sana-sini buat nyenengin dia, guenya enggak akan nyesel. (p. 94)
Bagian interaksi antara Adam dan Raelia adalah bagian-bagian favorit saya. Karakter Adam yang humoris dan tidak pernah bisa menyebut nama Raelia dengan benar membuat saya berulang kali tertawa. Sepanjang cerita Adam senang sekali memanggil nama Raelia dengan nama-nama aneh, seperti Somalia, Solaria, Selia, Malia, dan nama-nama lainnya yang berakhiran –lia.
Raelia tidak cuma cocok dibaca para remaja, namun pembaca dewasa juga pasti bisa menikmati cerita yang ditulis oleh Moemoe Rizal ini.