Ketika ada orang bilang bahwa orang jujur mulai susah ditemukan, katakan padanya,”Lihatlah lalu lalang orang di jalan raya. Orang-orang jujur numpuk di sana!”
Di jalan, orang akan tampil apa adanya. Jika memang kesehariannya gaya serampangan, ya, dia akan serampangan, tidak mungkin pura-pura saleh dan disiplin. Begitu pula sebaliknya.
Terkadang, kadang kita melihat ada orang yang tampak saleh karena busananya, padahal pikirannya jorok dan mesum. Kita melihat orang yang tampak sangat pintar, padahal dia begitu bergantung pada jaringan internet karena ilmunya Googleial dan Wikipedial. Kita sering pula melihat orang yang sangat sopan saat bicara tapi sangat kejam di saat berbeda. Semua itu bisa dipalsukan. Di jalan raya, terutama ketika mereka telah berada di belakang kemudi, sifat asli manusia akan muncul apa adanya.
Buku ini berisi celoteh tentang peristiwa dan kenyataan di jalan raya. Kebanyakan merupakan celoteh tentang kesemrawutan, ketidakpedulian, dan arogansi. Ibarat Anda sedang emosi karena ada seseorang yang memotong jalan secara mendadak, lalu Anda ingin menunjukkan rasa murka dengan membunyikan klakson panjang, tapi apa daya ternyata klakson Anda rusak, nah, buku inilah yang akan membantu Anda menyuarakan klakson tersebut demi menguraikan amarah Anda yang tertunda itu.
"Yang paling rendah di antara derajat tersebut adalah warga jalanan yang senantiasa merasa dan harus menang sendiri. Mereka adalah spesies melata paling lemah secara intelektual karena hanya bisa "memegang kemudi tapi tidak bisa mengemudi", juga "bisa pegang kendali tapi tidak bisa mengendalikan, bahkan harus dikendalikan". Orang seperti itu punya struktur organ tubuh yang salah tempat, otaknya ada pada otot." - - Hal. 36
Akhirnya ketemu buku yang mewakili suara hati aku. Setuju nih sama ini buku. Sarcasms-nya bagus dan mantap.
Sepemikiran, sepertanyaan, sepemahaman..masalah jalan raya dan penggunanya, sering jadi pemikiran, pertanyaan dan pemahaman saya bahwa, karakter sesorang memang bisa terbaca dari kelakuan dan perlakuan mereka di jalan dan ke pengguna jalan lainnya..
Saya bertahun-tahun naik angkot, sesekali nebeng dimobil orang, seskali dibonceng motor, dan karakter mereka memang terasa apakah dia sabar, tenang, empati, peduli atau sebaliknya, tipe peragu, tak sabaran, egois, dsb..
Setelah bertahun2 naik angkot yang belakangn sering tidak dapat kembalian dan mereka tak merasa bersalah zedikitpun, akhirnya saya beralih ke motor yang menambah volume kendaraan jalan raya..apa boleh buat.
Solusi pengendara yang tak tertib dibarengi dengan mudahnya mengurus SIM plus uang tip..mau gimana lagi..semua berawal dari aparat dan kesadaran diri sendiri yang sekolahnya entah berada dimana..karena tingginya strata pendidikan dan panjangnya embel2 keilmuan, serta status sosial tidak otomatis orang itu pasti peduli aturan atau peduli orang lain.
Saya tidak menyangka apa yang pernah saya pikirkan telah dibahas dengan rapi di buku ini. Tentu saja pengalaman dan informasi tentang berlalu lintas di negara lain, turut memperkaya penulis dalam membentuk standard berkendara dengan aman secara ideal. Bisa dibilang penulis cukup jeli dalam mengeksplore segala sisi jalanan dan pengemudi hingga terkumpul dalam satu buku ini. Tentu saja, saya berharap bahwa buku ini akan terbaca oleh mereka yang suka lalai dan menganggap enteng kehidupan jalanan sesuka hati mereka.
Isi bukunya lumayan bagus. Saya juga suka dengan cara berceritanya tapi yang saya tidak begitu suka itu dengan bagaimana hanya dengan satu cerita yg sama, beliau ulang ulang sampai akhir buku walaupun punya nilai yg berbeda beda tetapi intinya tetap sama.
Ini buku ngasih tau tntg bagaimana org org yg ada di jalan raya dengan di tempat lainnya. Seperti mereka terlihat berwibawa di kantor tetapi di jalan raya mereka terlihat sifat aslinya. Ya, kira-kira seperti itulah isi bukunya.