Jump to ratings and reviews
Rate this book

Sophismata

Rate this book
What happens when you dislike politicians so much, yet you fall in love with one?

Meski sudah tiga tahun bekerja sebagai staf seorang Anggota DPR, Sigi tidak juga bisa menyukai politik. Ia hanya ingin belajar dari atasannya itu, mantan aktivis 1998 yang sejak lama ia idolakan. Dan ia juga berharap ia bisa segera dipromosikan menjadi tenaga ahli. Tetapi, semakin hari ia justru dipaksa menghadapi berbagai intrik yang baginya menggelikan. Hingga ia bertemu lagi dengan Timur, seniornya di SMA yang begitu bersemangat mendirikan partai politik. Cara pria itu membicarakan ambisinya menarik perhatian Sigi. Perlahan Sigi menyadari bahwa tidak semua politisi seburuk yang ia pikir.

272 pages, Paperback

First published June 12, 2017

31 people are currently reading
282 people want to read

About the author

Alanda Kariza

14 books326 followers
Alanda Kariza is a 20-something Indonesian writer. She has published four books on her own (Mint Chocolate Chips, Vice Versa, DreamCatcher, Travel Young), and four books as a co-writer (Pertama Kalinya!, The Journeys 2, Jika, Beats Apart).

For more information, please contact: info@alandakariza.com.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
70 (13%)
4 stars
209 (39%)
3 stars
206 (38%)
2 stars
40 (7%)
1 star
10 (1%)
Displaying 1 - 30 of 146 reviews
Profile Image for Alanda Kariza.
Author 14 books326 followers
Read
June 18, 2017
Saya pertama kali menerbitkan buku di tahun 2005 -- sebuah novel fiksi. 12 tahun kemudian, Sophismata menjadi novel fiksi saya yang kedua, setelah sebelumnya menulis dan menerbitkan sejumlah buku non-fiksi serta kumpulan cerita pendek. Menyelesaikan draf pertama novel ini membutuhkan waktu satu bulan, dilanjutkan dengan proses penyuntingan dari saya dan editor selama hampir satu tahun.

Melihat Sophismata dilepas ke pasar membuat jantung saya berdebar-debar, penuh kekhawatiran bahwa usaha dalam melahirkan karya ini tidak sampai ke pembacanya. Tapi, akhirnya saya berani untuk melepasnya dan membiarkannya dibaca oleh Anda. Semua penulis, termasuk saya, harus berkembang -- dan itu tidak akan terjadi apabila kita tidak mendapatkan masukan soal tulisan kita dari orang lain; dari orang-orang seperti Anda yang membaca dan akan mengulas buku ini.

Sophismata menjadi bagian dari proses pendewasaan saya sebagai penulis, karena dengannya saya mencoba untuk keluar dari zona nyaman saya. Sejauh ini, Sophismata menjadi salah satu karya yang paling saya nikmati proses penulisannya, sebab dalam proses tersebut saya belajar banyak. Saya harap, Anda akan menikmati kisah Sigi dan Timur seperti saya menikmati menuliskannya. Selamat membaca. Saya tunggu ulasan Anda di Goodreads. :)

Salam hangat,
Alanda Kariza
Profile Image for mollusskka.
250 reviews159 followers
June 7, 2020
Dunia politik memang dunia yang abu-abu. Orang yang perlu ketegasan, nggak akan mudah mengikuti aturan main dalam dunia ini. Contohnya Sigi. Meski benci politik, dia justru bekerja pada seorang politikus, yang dulunya adalah aktivis yang diidolakannya. Bahkan, bosnya tersebut terjerat skandal yang membuat Sigi semakin berpandangan negatif pada para politikus. Dan pandangannya mulai berubah ketika dia ketemu lagi sama Timur.

Aku suka dengan dunia politik yang coba diangkat oleh penulis. Melalui buku ini aku jadi lebih tahu sistem kerja orang-orang yang terlibat di dalamnya. Menambah pengetahuan banget. Sayangnya konfliknya kurang greget. Agak-agak hampa, gitu. Aku juga nggak begitu merasakan keterikatan emosional dengan tokoh utamanya, yaitu Sigi. Kecuali waktu ada adegan romantis sama Timur. Waktu Pak Johar marah juga nggak begitu bikin cemas. Tapi aku bisa merasakan antusiasme Timur. Dia benar-benar anak muda yang inspiratif.

Profile Image for Hestia Istiviani.
1,035 reviews1,962 followers
June 19, 2017
Membaca Alanda Kariza terakhir adalah Beats Apart. Waktu itu masih belum terlalu paham dengan konteksnya sehingga perasaan yang ingin disampaikan tidak diterima dengan baik. Seiring berjalannya waktu, mencoba untuk membaca Beats Apart kembali dan ternyata paham. Bahkan menjadi sedikit hangover. Meninggalkan perasaan yang sedih namun ketagihan. Tidak heran kalau menunggu Sophismata memberikan sensasi tersendiri.

Sophismata berhasil didapatkan dari sistem Pre Order dan diterima di tangan tanggal 16 Juni 2017. Sayang, harus tertunda membacanya karena masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan.

Membaca Sophismata ternyata menyenangkan. Sengaja tidak berekspektasi apa-apa karena memang ingin menerima cerita ini apa adanya. Dengan latar belakang yang bagi Alanda merupakan sesuatu yang baru. Cara penceritaannya tidak terlalu cepat. Pembaca bisa menikmatinya tanpa harus diburu-buru.

Alanda membuktikan bahwa dirinya tidak sekedar menulis novel. Ada pengetahuan baru yang dibawakan disamping cerita cinta antara Sigi dengan Timur. Dengan kata lain, pembaca mendapatkan hal lain: seluk beluk tentang bekerja di bidang politik. Tidak begitu padat, tapi cukup mampu memicu pembaca untuk mencari bacaan mengenai politik praktis yang ringan.

Berbicara tentang Sigi dan Timur, kedua tokoh tersebut memiliki latar belakang yang cukup kuat. Terutama Sigi. Alanda mempertegas bahwa cerita ini soal Sigi. Bukan soal Timur. Maka jangan heran jika banyak sekali bagian yang bergulir di sekeliling Sigi.

Pesan yang ingin disampaikan Alanda pun ada yang tersirat dan ada yang tersurat. Terutama jika membahas tentang kesetaraan, baik tokoh pendukung lain maupun tokoh utamanya, selalu ada yang menyampaikan pesan tersebut.

Sophismata merupakan bacaan yang unik. Memberikan pengetahuan baru tentang politik namun membawakan kisah cinta di dalamnya.

Bisa ditebak, saya jatuh cinta dengan sosok Timur yang cerdas itu.
Profile Image for Lelita P..
627 reviews59 followers
July 10, 2017
Sepanjang saya membaca buku dari kecil sampai sekarang, satu-satunya buku yang karakter utamanya terasa begitu relatable bagi saya secara hampir luar dalam adalah A Monster Calls (review). Setelah lama berselang, baru ada lagi buku seperti itu, yaitu Sophismata. Novel ini menjadi buku kedua yang karakternya sangat sangat sangat relatable bagi diri saya pribadi, sampai membacanya terasa berkaca. Dan perasaan relatable inilah yang membuat saya sangat menyukai Sophismata.

Bagian apa saja relatable-nya?
(Warning: penjelasan ini akan memasuki ranah personal saya, yang barangkali membosankan, tapi saya merasa penting untuk dituliskan di sini, karena hal inilah yang bagi saya menunjukkan kenapa Sophismata sangat berarti buat saya.)



Selain hal-hal relatable di atas, yang saya sukai dari Sophismata adalah bagaimana Mbak Alanda Kariza menuliskan tentang politik, partai, dan sebagainya dengan tidak terlalu rumit, tapi cukup untuk menyentil dan bikin mikir. Saya selalu suka novel yang membacanya perlu mikir, apalagi sejak dulu saya cukup tertarik dengan politik dan pemerintahan (sebagai pengamat ya, bukan untuk terlibat). Saya senang membaca di novel ini tentang bagaimana sebuah partai didirikan, bagaimana sebuah program dirancang untuk masyarakat, bagaimana pertemuan antara politikus dan birokrat, bagaimana politik itu memang terkadang kotor dan penuh skandal. Barangkali novel semacam ini adalah sesuatu yang sejak dulu ingin saya baca, hanya saja baru ada yang menuliskannya sekarang.

Saya juga suka kisah cinta Sigi dan Timur. Dewasa, berisi, nggak kacangan, manis pada kadar yang pas dan sedikit bikin gregetan. Yang paling saya sukai adalah bagaimana Timur mendukung Sigi dengan cara yang begitu dewasa:

"Sini, sini." Lengan Timur melingkari pundak Sigi dan merangkul perempuan itu mendekat. "Kamu nggak butuh nasihatku. Kalau menurutku sih, perempuan seperti kamu pasti tahu apa yang harus dilakukan. Jangan indecisive begitu, Gi. Kemampuanmu untuk mengambil keputusan dan memiliki prinsip itu salah satu yang bikin aku suka. Beneran, kamu nggak butuh diyakinin sama aku ataupun orang lain." (hal 203)


Manis banget kan? Di saat banyak pasangan menghakimi pasangannya, lha ini mendukung dengan cara yang begitu gentle. Saya salut bagaimana Timur menghargai perempuan dengan cara seperti itu.

Yang agak kurang memuaskan dari hubungan mereka adalah saya kurang merasakan chemistry awalnya. Memang dikisahkan Timur dan Sigi sudah kenal sejak SMA; Timur kakak kelasnya Sigi. Cuma ya... kan udah bertahun-tahun nggak ketemu, terus hanya sempat disinggung sedikit-sedikit tentang bagaimana interaksi mereka di SMA. Mereka kenalnya gimana pertama kali? Saya cukup penasaran. Meskipun ada saja--banyak kali ya--interaksi singkat antara dua orang yang tidak intens tapi meninggalkan kesan mendalam di hati.

Terus... apa lagi ya. Karakter-karakter lainnya cukup oke. Johar dan Gilbert dibikin abu-abu sebagaimana politikus. Peran Catra nggak terlalu menonjol, sih. Dan Megara itu bumbu yang pas.

Kekurangan lain... Well, jujur saya nggak suka pewajahan bukunya yang ada hitam-hitam di kiri atas dan kanan bawah. -_- Entah itu maksudnya artistik atau gimana, kesannya malah ngotorin. Awalnya malah saya ngira itu kesalahan cetak.

Overall saya suka sekali Sophismata ini. Porsinya pas; tidak menuntut kurang dan lebih karena rasanya seperti membaca sepotong kisah kehidupan orang. Toh semua konfliknya terselesaikan dengan baik.

Direkomendasikan bagi mereka yang ingin membaca sesuatu yang "beda". Novel segar bernuansa politik berbalut kisah cinta adalah pilihan yang menyenangkan.
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews296 followers
July 9, 2017
Review bisa juga dibaca di http://www.kubikelromance.com/2017/07...


Alanda Kariza mengemukakan bahwa Sophismata adalah sebuah istilah di dunia filsafat, kalimat yang menunjukkan bagaimana nilai kebenaran bisa jadi sulit untuk ditentukan karena bersifat ambigu dan membuat kita bertanya-tanya. Selain unik dan tidak biasa, judul buku ini menggambarkan betul apa yang dirasakan oleh tokoh utamanya, Sigi.

Sigi tidak pernah menyukai politik, lucunya dia bekerja sebagai staf administrasi salah seorang anggota DPR yang cukup terkenal karena pada masa mudanya dia seorang aktivis reformasi, Johar Sancoyo, seseorang yang dari dulu Sigi idolakan. Sigi bermimpi untuk menjadi tenaga ahli, tidak hanya mengurusi hal monoton, tapi statusnya yang hanya seorang perempuan terlebih tidak memiliki gelar S2 kerap kali diremehkan oleh rekan kerja, bahkan atasannya sendiri.

Pandangan Sigi akan politik yang awalnya negatif mulai bergeser ketika dia bertemu kembali dengan kakak kelasnya sewaktu di SMA, Timur. Timur juga menyadarkan Sigi akan pentingnya meraih apa yang diimpikan, yang harus diperjuangkan. Timur yang terobsesi ingin membuat partai politik, bahkan rela melepaskan pekerjaan sebagai pengacara bergaji besa, mendalami ilmu hukum sebaik mungkin agar bisa terjun ke dunia politik, membuat Sigi memikirkan kembali akan pandangannya tentang politik.

Bahwa tidak semua orang yang terjun di dunia politik itu busuk, ada segelintir orang, mungkin lebih, yang benar-benar bekerja untuk rakyat, menepati janji waktu kampanye. Bahwa politik seharusnya diisi oleh orang-orang yang bersemangat, berintegritas, bertanggung jawab, percaya bahwa semua warga Indonesia harus hidup setara.
"Politik adalah tempat kepentingan yang berbeda-beda diakomodir. Seperti memiliki satu piza yang hendak dimakan banyak orang. Potongan-potongannya dibagikan ke sana-sini. Berapa besarannya? Tergantung proporsi kontribusi mereka terhadap kemakmuran masnyarakat. Contoh nyatanya bisa kamu lihat sehari-hari. Misalnya, ketika Presiden bagi-bagi jatah kursi di kabinet untuk birokrat, teknokrat, dan tentunya orang partai."
"Politik itu soal kekuasaan dan kepentingan. Aku pengin bisa memperjuangkan kepentingan orang banyak, tapi untuk bisa memperoleh itu, ya aku harus punya kekuasaan dulu. Jalan menuju hal itu panjang dan berliku."
"Politik memang bukan untuk semua orang, apalagi buat kamu yang sukanya hal-hal absolut -semua harus hitam dan putih, dan tidak boleh abu-abu. Tapi, aku harus bekerja di bidang ini, supaya orang-orang yang korup, yang tidak memenuhi janji kampanye mereka, yang tidak mempertanggungjawabkan pekerjaanya kepada rakyat, bisa diganti sama orang-orang yang punya integritas, lebih adil, dan percaya bahwa semua warga Indonesia harus hidup setara."
Sophismata adalah kisah cinta yang dibalut politik, kedua unsur tersebut penulis sajikan secara pas, sama-sama tidak berlebihan. Kisah cinta tidak mendominasi, pun dengan politik yang bisa dibilang baru dalam tahap dasar. Lewat interaksi Sigi dan Timur yang cerdas tapi tidak terkesan menggurui, dunia polotik terasa ringan. Selain melihat karakter utama berbagi mimpi dan pandangan hidup, kita juga sekalian belajar memahami dunia politik. Misalkan saja dinamika pekerjaan tenaga ahli di DPR, yang diperlukan untuk mendirikan sebuah partai politik, sampai yang paling remeh, jurusan apa yang bisa diambil kalau kita ingin terjun ke dunia politik. Alanda Kariza membuat tema yang berat menjadi menyenangkan untuk diikuti.

Bukan hanya menyinggung tentang kisah cinta dan warna warni dunia politik, penulis juga menyinggung tentang peran perempuan, yang kerap kali dipandang sebelah mata oleh segelintir orang, baik dari segi pendidikan maupun profesional. Politik didominasi oleh laki-laki, tidak banyak perempuan yang terjun langsung. Bahwa perempuan yang terlalu pintar membuat laki-laki menjauh. Sigi ingin mematahkan pandangan umum di mana perempuannya baiknya mengerjakan bagian yang sederhana seperti staf administrasi atau ibu rumah tangga saja. Sigi ingin berkembang, terus belajar, dia merasa tidak akan 'kemana-mana' kalau hanya mengurusi jadwal atasannya.

Bagian favorit saya adalah ketika Sigi bertemu atau berbicara dengan Timur, saya sangat menikmati percakapan mereka. Timur adalah orang yang sangat berpikiran terbuka, dia tidak pernah memaksa kehendak atau menggurui ketika Sigi meminta pendapatnya, Timur selalu objektif, tidak membela maupun menyalahkan, dia akan selalu mendukung apa pun pilihan Sigi. Timur fix menjadi book boyfriend saya :D. Sigi juga terlihat bisa lepas ketika bersama Timur, bebas mengeluarkan apa yang dipendam ketika merasa tidak memiliki suara di tempat kerja, bebas mengemukakan apa yang dia inginkan. Hubungan mereka memang dewasa bukan hanya dari segi fisik, tapi juga pemikiran.

Tentu saja kita akan diperlihatkan bagaimana busuknya dunia politik, seperti ingkar janji, memanfaatkan kepentingan rakyat demi kepentingan pribadi, sampai peran perempuan yang dipandang sebelah mata di dunia politik. Namun, tidak semua yang jahat selalu mendominasi, ada bagian kecil yang berharap menjadi besar, untuk Indonesia yang lebih baik. Ada anak-anak muda seperti Timur yang vokal akan impiannya, harus ada seperti mereka di dunia politik. Buku ini layaknya mengkampanyekan betapa pentingnya peran generasi muda untuk angkat suara, untuk tidak apatis dengan negaranya sendiri.
"Terkadang, kita memang harus terpuruk dulu untuk bisa bangkit," tambah Timur. "Dessert wine dari Australia, namanya Noble One, adalah salah satu wine terbaik di dunia -sering sekali dapat penghargaan. Gue pernah coba. rasanya seperti madu, Gi. Ternyata, dibuatnya dari anggur-anggur busuk, atau yang sengaja dibuat busuk. Terkadang mungkin kita memang harus bekerja sampai busuk dulu untuk bisa mencapai sesuatu. Cheers?"
Buku ini recommended bagi kalian yang ingin mengenal dunia politik secara ringan dan menyenangkan.

4 sayap untuk Sophismata.
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
August 21, 2017
** Books 248 - 2017 **

Buku ini untuk menyelesaikan Tsundoku Books Challenge 2017

3,1 dari 5 bintang!


Saya menyukai kisah romansa yang dibumbui dengan pengetahuan politik. Hal ini yang membuat saya memberikan bintang lebih namun maaf kalau dari segi cerita sebenarnya biasa saja hanya saya berikan 2,7 bintang sisanya untuk pengetahuan politik yang bagus untuk masyarakat awam seperti saya
Profile Image for Stefanie Sugia.
731 reviews178 followers
October 11, 2017
"Kejadian ini seolah menjadi bukti bahwa apa yang gue percayai selama ini memang benar: politik itu kotor! Gue nggak mau jadi bagian itu."
Salah satu alasan utama aku membeli buku ini adalah karena penulisnya Alanda Kariza, yang selama ini cukup aku sukai cara penulisannya. Alasan keduanya adalah karena buku ini mengangkat tema yang cukup unik, yaitu romance yang dilatarbelakangi oleh kisah politik. Sebelumnya, harus kuakui aku bukanlah penggemar politik dan tidak begitu mengikuti perkembangannya. Sehingga saat aku mulai memasuki buku ini, ada beberapa istilah yang terasa asing bagiku. Untungnya penulis memberikan cukup banyak informasi sehingga buku ini masih tetap bisa dinikmati bahkan oleh orang yang buta soal masalah politik. Meskipun bisa kukatakan aku cukup menikmati ceritanya, sayangnya banyak hal yang membuatku kurang begitu puas sewaktu aku menyelesaikan buku ini.
"Kalau boleh jujur, aku nggak terlalu percaya passion. Buatku, bikin kue itu semacam rekreasi. Aku takut kalau itu aku jadikan pekerjaan, nanti malah jadi nggak fun. Lagi pula, perkara do what you love itu terlalu utopis. Semua kerjaan, semenyenangkan apa pun, pasti ada satu titik akan melelahkan. Mending cari kerjaan yang aku sedikit suka, tapi sekaligus menantang. Biar aku juga bisa berkembang, ya kan?"
Untuk ukuran sebuah cerita yang mengusung tema politik, aku sedikit terkejut dengan alur ceritanya yang bisa dikatakan cukup sederhana dan bahkan mudah ditebak. Entah apakah ini karena sebelum membaca buku ini aku baru saja menyelesaikan buku yang luar biasa kompleks ( A Little Life by Hanya Yanagihara) atau karena memang aku mengharapkan konflik politik yang lebih rumit (dark and twisted, maybe?). Selain dari sisi politiknya, entah bagaimana aku juga kurang begitu puas dengan bagian romance-nya. Di beberapa bagian, aku merasa kisah cinta mereka agak dipaksakan dan tidak ada chemistry antara keduanya. Atau terlalu banyak unsur politik yang dilibatkan dalam hubungan mereka sehingga malah jadi tidak terasa keromantisannya. Secara keseluruhan aku merasa kedua hal yang diangkat dalam buku ini jadi terkesan tanggung atau setengah-setengah.
"Kamu bisa sebergairah ini waktu membicarakan bekerja dalam politik, sementara aku nggak bisa. Setelah apa yang terjadi belakangan ini, bukannya simpatik, aku justru semakin muak sama dunia politik ini. Melihat bagaimana orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka mau—bukan cuma politisinya, tapi juga orang-orang di sekitarnya. Bahkan aku merasa lambat laun aku sendiri jadi seperti itu. Aku seperti kehilangan diriku dalam dunia politik."
Di samping hal-hal yang kurang memuaskan bagiku, di saat yang sama aku bisa belajar sedikit tentang dunia politik juga melalui buku ini. Aku menyadari memang keberadaan wanita masih belum dianggap seratus persen setara dengan laki-laki (di berbagai bidang, tetapi terutama dalam dunia politik). Dan aku menyukai karakter Sigi yang dibuat kuat dan berprinsip dalam meraih impian yang ingin ia capai. Terlepas dari pendidikannya yang tidak mencapai S2, ia berusaha dan belajar sendiri untuk bisa memiliki kapabilitas yang sama sebanding dengan rekan-rekan kerjanya. Dan itu adalah sesuatu yang membuatku salut dengan karakternya.

Overall, it's an 'okay' book. Sophismata cukup memenuhi kebutuhanku akan bacaan yang ringan setelah selesai membaca buku yang terlalu berat dan kompleks untuk kubaca. Aku rasa ketidaktertarikanku pada dunia politik juga mempengaruhi kenikmatanku saat membaca buku ini. Jadi kesimpulannya, lain kali aku tidak perlu mencoba membaca sesuatu yang aku tahu tidak sesuai dengan seleraku. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan kalian bisa menyukai buku ini, tentu saja. Mungkin orang yang suka pembahasan politik dan kisah di balik dunia tersebut akan lebih bisa menikmati buku ini daripada aku. Dan buku ini tidak membuatku kapok untuk membaca tulisan Alanda Kariza, kok ;)

Baca review selengkapnya di:
http://www.thebookielooker.com/2017/1...
Profile Image for Jia.
Author 30 books95 followers
July 16, 2017
Aku membeli buku ini karena tertarik sama premisnya. Jarang-jarang penulis Indonesia yang mengambil tema politik. Oh, oke, banyak, tapi novel-novel itu berada di kategori "sastra". Aku berharap akan menemukan banyak intrik politik, tapi ternyata enggak terlalu banyak. Konfliknya hanya seputar Sigi dan perasaan dia soal politik dan kariernya.
Sejak awal baca, yang mengganggu pikiranku adalah pertanyaan: kalau Sigi emang enggak suka sama politik? Kok bisa mengidolakan dan mengagumi seorang politisi? Naif banget jadinya, padahal Sigi selalu digambarkan cerdas (Eh, naif dan cerdas masih bisa beriringan, nggak?). Terus, kok masih bertahan jadi staf administrasi anggota DPR? Ketidaksukaan Sigi terhadap politik itu apakah sebelum ngantor ataukah setelah berkecimpung di dalamnya? Taglinenya membuatku berpikir kalau Sigi emang sejak awal enggak suka politik, tapi kurasa akhirnya itu cuma jadi tagline.
Akan tetapi, terlepas dari semua pertanyaan yang berkelindan di benak itu, ini adalah bacaan ringan yang lumayan. Aku menyelesaikannya dengan cepat setelah membaca Pretty Girls yang kompleks, brutal, dan mengerikan. Dan seperti biasa, setiap kali membaca novel lokal, hasrat ingin mengedit membuncah.
Kurasa, Sophismata akan lebih asyik kalau lebih tebal dan konfliknya lebih banyak. Novel ini rasanya masih "main aman".
Profile Image for Daniel.
1,179 reviews851 followers
January 12, 2019
Alanda Kariza
Sophismata
Gramedia Pustaka Utama
272 halaman
6.3

Alanda Kariza's second novel offers something fresh for Indonesian popular literature. Her effort in combining quarter-life crisis and millennial culture with the local political scene is something admirable. Still, Sophismata barely has any plot and conflict, not to mention the fast pace in the final act and the abrupt ending and resolution that makes us, "Eh?"
Profile Image for The Eod.
133 reviews6 followers
July 30, 2017
GAK PERLU BLURB YA KARENA UDA DI JELASIN HEHE!!

Membaca buku ini memang benar - benar terasa ringan, seakan menghantuiku untuk terus memutar halaman demi halaman. Penjelasan tentang dunia politik dan berbagai istilahnya dikupas tuntas sama penulis. Ah tak hanya itu, penulis juga membahas tentang permasalahan sosial perempuan.

Aku suka covernya, sangat sederhana dan menggambarkan Sigi dan kehidupannya melalui mawar kusut di kepalanya.

Konflik menurutku masih standar, tetapi masih terjadi di kehidupan kita sehari - hari.

Baru pertama kali ketika baca novel aku menyukai dua karakter utama. Yaitu Sigi dan Timur, mereka berdua saling mengisi, mengimbangi, dan pemikiran mereka berdua sangatlah luas. Timur adalah lelaki objektif, tidak pernah menghakimi Sigi ketika Sigi dilanda masalah, malah di hibur wkwk.

Kekurangannya cuma mungkin interaksi antara Timur dan Sigi harus diperbanyak lagi. Atau menambah flashback kecil"an dimana mereka bertemu pertama kali. Kemudian kekurangan selanjutnya adalah jumlah halamannya kurang, jadi nggak puas bacanya hehe. Tapi tetep cinta lah sama novel ini.


BRAVO KAK ALANDA, KUTUNGGU KARYA KAMU SELANJUTNYA HIHIHI
Profile Image for Nidos.
300 reviews77 followers
July 15, 2017
I have mixed feelings about this book.

First thing first, I'd like to congratulate the author (hey there, sis) for a well-researched piece of fiction. Just admit it: we hate politics so much we don't even bother to know how it actually works. And that's why Sophismata tastes so fresh on my palate for it's something I've never eaten before. The latest political-themed fiction I read was Thorne's YA The Wrong Side of Right (which I loved), but it's about the States so having read an Indonesian-based politicians kinda story was quite an eye-opener.

BUT!

I don't like how Kariza describe our main leads, especially Sigi the heroine. Repetitive "dingin-asertif-cerdas" combo ain't worked well on me like, "OK, Narrator, we knew those qualities already so could you please just stop shoveling those words into our mouth?" Showing over telling, svp. And the analogies, tho. I know it's important to strengthen Sigi's passion towards bakery, but somehow it's just too much to see her comparing anything see did to baking. One more, I did love the sassy banters between her and Timur, but Idk... here many of them seemed unnatural. Ergo, I didn't feel like I was attracted to Timur's personality either.

And the word sophismata ain't make any appearance at all? The confusion was similar after I read Quatro's Notasi.

Anyways, as someone whose age is around Sigi, many pieces of her thoughts ring within me. Stagnancy after years of working, self-asking should I stay or should I go, feeling like you deserve so much better but at the same time doubting if you can handle the wave, and the urge to make impact towards society. And daily misogynistic comments oh God hands down (although I mostly saw them online). The fact that there are loads to worry about besides how much you earn each month or who will be your future spouse.

To conclude, I may have some rants about the details in Sophismata, but I love the bigger picture of the universe Kariza brought us here. Also, Sophismata is a perfect example of how English and brands should be put in a metropolitan-based writing: it's there, but definitely not everywhere.

Three and almost a half stars.
Profile Image for raafi.
926 reviews448 followers
July 27, 2017
60 halaman terakhir dibaca secara skimming. Untung bukunya berwawasan karena ceritanya terlalu biasa.

Ulasan lengkapnya menyusul.
Profile Image for Alinda.
131 reviews
July 7, 2017
2.5 stars.

the stars might shock you. a lot, maybe. but this is a truth. saya mulai baca buku ini beberapa hari sebelum lebaran dan selesainya sekian hari setelah lebaran. jadi, kalo diitung-itung, saya perlu waktu 13 hari untuk nyelesain buku ini. kebaca semua? oh nggak. semua yang politik2 di lembar2 terakhirnya saya skip. bukan selera saya ternyata. ini perdana saya baca buku fiksi tentang politik, rasanya. yang seriusan politik macam partai2 ya maksudnya. dan berkat buku ini, saya sadar kalau politik bukan selera saya. that's 1st reason.

selanjutnya? saya gak tertarik dengan Sigi dan Timur. saya gak kepengen tahu bagaimana perkembangan hubungan mereka. dan bagi saya, itu fatal. how could i continue to read if i don't even engaged with the character itself? saya tahu, kesannya saya kok kejam sekali atau apa. tapi lagi dan lagi, ini cuma masalah selera. saya ini aslinya mudah disenangkan, kok dalam hal karakter cowok novel. tapi kenapa ya saya gak sreg sama Timur ini. then, whattabout Sigi? i like her! tapi tidak "sesuka" itu. when it comes to Timur and Sigi, i like Sigi character mucccch more. dia ini cewek tough yang mandiri, yang gak perlu pendapat orang lain untuk menentukan hidupnya. she knows what's best for her and that's worth a star.

terus? alur ceritanya. saya gak tau apa yang salah. plotnya gak masuk di saya. saya beberapa kali "kaget" dengan perpindahan alur yang oh, tahu2 mereka udah akrab, tahu2 udah ga awkward lagi. is it me that miss a thing or what? plotnya lompat-lompat menurut saya. cmiiw. mungkin ini saya aja yang bacanya berenti-berenti jadi ga fokus.

masih ada lagi, lin? udah, segitu aja. tapi sekalian, deh saya mau cerita, kenapa saya beli buku ini, which is the first book of Alanda that i read. jadi.... saya ini punya sejarah panjang sama Alanda. ciye elah. apaan? jadi, bukunya yang beberapa tahun lalu hits.. tahu? ituloh Dream Catcher. tahu kaaaan? nah, itu saya ngikutin hype-nya karena ada kolaborasi sama iwearup. at that moment, i was a fan of iwearup so i follow the update. pas ada keluaran sepatu kolaborasi itu, saya cari tahulah soal alanda sedikit2 dan sejak saat itu namanya melekat di otak saya. i'm gonna buy your next book. that's what i said couple years ago. dan dari situlah hasrat pre order Sophismata saya muncul!! sekian :)

btw, bintang 2 di goodreads ini bukan berarti jelek loh. artinya it was OK. jadi, kalau ada yang bertanya-tanya, should i give this book a try? you should. selera tiap orang kan beda. go give this book a try and see if it fits your taste :)

oh iyaaa, satu lagi!! kapok gak baca fiksinya Alanda? nggak. what?? masak?? iyaaa beneran. tapi kayaknya saya gak kepengen lagi ikut pre ordernya. i'm gonna wait and enjoy the next book with heart. "more heart", i promise. see you ^^
Profile Image for Devina Heriyanto.
372 reviews255 followers
September 18, 2017
Disclaimer: Baca buku ini karena dipinjamkan teman, yang mungkin memengaruhi pendapat soal buku ini karena saya tidak usah menjustifikasi uang yang sudah dikeluarkan untuk beli. :)

Masalah utama saya ada pada karakter Sigi, yang harusnya menjadi protagonis yang diandalkan atau dielukan. Sigi seharusnya adalah wanita cerdas, asertif, dan pekerja keras, tapi kesan yang saya dapat tidak seperti itu. Malahan, Sigi kelihatan seperti anak seusia 20an awal yang banyak tuntutan tapi kurang kerja keras -- bahasa kerennya, entitled.

Kenapa begitu?
- 3 tahun kerja jadi staf administrasi untuk anggota DPR, mengaku tidak tertarik politik, bahkan tidak pernah tertarik dengan buku-buku di rak atasannya, tapi dia minta dinaikkan menjadi staf ahli. Saya nggak pernah ada di DPR, tapi bukankah di mana-mana harus menunjukkan antusiasme dalam pekerjaan kalau mau dianggap pekerja baik dan akhirnya mendapat promosi?

- Ceritanya teleponan dengan Timur, gebetannya yang juga aktivis partai muda. Timur menyebutkan PODEMOS, partai Spanyol yang jadi inspirasinya. Sigi mencatat nama-nama yang Timur sebutkan untuk dipelajari lebih lanjut. Wow, hebat sekali. Hanya saja beberapa bab berikutnya, Sigi menanyakan lagi PODEMOS itu apa ke Timur. Rupanya tidak serajin itu ya, Sigi.

- Cita-citanya mau diangkat jadi staf ahli, dan ini adalah penggerak karakter Sigi dalam cerita ini. Tapi begitu diangkat, langsung pindah kerja saja dong. Ke mana rasa tanggung jawabmu?

Sejujurnya dari awal saya terganggu dengan penggambaran Sigi yang tidak suka politik itu. Kalau tidak suka politik, kenapa lalu mengidolakan mantan aktivis yang sekarang anggota DPR? Ini adalah backstory yang tidak pernah dijelaskan lebih jauh, yang membuat saya tidak tertarik amat dengan karakter JS dan merasa bahwa keputusan Sigi beralasan.

Selain itu, Sigi bilang tidak mau berpolitik tapi mau menjadi bagian dari eksekutif. Rasa-rasanya, pengertian 'politik' dan yang bukan politik harus dijelaskan lebih gamblang. Ya, politik memang sulit didefinisikan, tapi saya sebagai pembaca bingung dengan pernyataan Sigi karena dalam anggapan saya, eksekutif pun bagian dari mesin politik.

Ngomong-ngomong, saya juga kurang suka konfliknya -- skandal Megara dan JS, cara Sigi menyingkapinya (kalau sudah selesai, kenapa harus menemui Megara lagi dan ikut campur?), juga blow up di akhir yang agak meh.
Profile Image for Ossy Firstan.
Author 2 books102 followers
November 29, 2018
What happens when you dislike politicians so much, yet you fall in love with one?



Sigi yang nggak suka politik, bekerja sebagai staf di gedung DPR. Dia jadi stafnya Johar, anggota DPR dari partai-yang-aku-lupa-namanya dan mantan aktivis 1998. Sigi pengin banget naik jabatan, tapi karena beberapa hal, ya, akhirnya Sigi tetap jadi staf admin.


Pada suatu malam, Sigi ketemu sama Timur yang ternyata janjian sama Pak Johar. Sebaliknya, Timur nih suka kali sama politik. Timur malah mau bikin partainya yang namanya PIS —love, and gaul!  


Kusuka. Semacam dapat wawasan baru tentang politik —hal yang kayaknya paling malas kulirik — juga gimana dunia kerja di kantor DPR. Kusuka dengan Sigi yang pekerja keras dan suka buat kue. Kujuga suka dengan Timur, idealisnya, dan semangatnya. Kuharap, manusia-manusia macam Timur ini membanyak. Dan... kusalut dengan risetnya. Waktu membaca, terasa halus dan natural aja gitu kehidupan di kantor DPR dengan segala dingdongdingdongnya. Yah, pokoknya jikalau ingin membatja buku tentang perpolitikan yang 'muda' pakai bumbu sedikit merah muda, kurekomendasikan buku ini. 

Profile Image for Afifah.
409 reviews17 followers
August 11, 2018
Aku suka dengan cover buku ini yang cantik tapi berkesan dingin, mirip penggambaran Sigi dalam buku. Dari segi cerita, menurutku buku ini menarik. Perkembangan karakternya juga.

Hal yang kurang aku sukai dari bagian awal buku ini adalah 'selipan' kisah antara Sigi dan kue yang kadang berasa out of place dan kurang didalami. Baru di bagian dia membuat cheesecake-lah aku merasa konteksnya sesuai.

Selain itu, tagline buku ini juga kurang tepat. "What happens when you dislike politicians so much, yet you fall in love with one?". Menurutku konflik 'mencintai' dan 'politik' yang didalami di buku ini lebih dari sisi Timur, bukannya Sigi.

Overall aku cukup suka dengan buku ini, dan penasaran juga dengan buku-buku Alanda Kariza lainnya. 3.5 out of 5 stars.
Profile Image for Amu.
423 reviews8 followers
June 19, 2017
Suka sekali sama ceritanya! Aku ngga bisa berenti baca petualangan Sigi dan Timur dalam dunia politik. Semua konflik dalam novel ini pas bgt dan bener2 menarik untuk diikuti. Good job, Kak Alanda! :)
Profile Image for Yasfin.
119 reviews
July 21, 2017
Aku suka buku ini. Walaupun awalnya sempat pusing karena langsung bertemu dengan penjabaran tentang dunia politik, tapi seterusnya lancar jaya. Dan jadi berfaedah juga sebelum masuk kuliah diingatkan kepada pelajaran ilmu politik.
Membaca buku ini juga jadi dapat pengetahuan baru selain di tempat kuliah, tentang bagaimana gambaran dunia politik menurut penulis. Seperti yang diketahui juga kalo politik di Indonesia mendapatkan pandangan yang buruk untuk sebagian masyarakat karena menganggap politik itu 'kotor'. Padahal yang membuat politik menjadi 'kotor' adalah orang yang menjadi pelaku di dalam dunia politik. Ini juga menjadi salah satu alasan kenapa Sigi, sang toko utama, tidak menyukai dunia politik. Ia lebih suka memberikan kontribusi kepada Indonesia menjadi teknorat dibandingkan birokrat.

Buku ini juga menjadi gambaran buatku juga bagaimana bekerja di sektor pemerintahan. Dan ketika mendapati bahwa Sigi itu lulusan Administrasi Negara membuatku sedikit berpikir apakah saya akan bernasib sama seperti Sigi bila saya bekerja di sektor pemerintahan nantinya?
karena kebetulan aku juga mengambil jurusan yang sama dengan Sigi. Apalagi mengingat pandangan umum bahwa Administrasi Negara pastilah bekerja di bagian administrasi suatu instansi tertentu. Ditambah sebagai perempuan yang terkadang masih dianggap sebelah mata untuk ikut andil dalam suatu perubahan juga membuatku sedikit berpikir bagaimana ke depannya.

Tapi membaca sesuatu yang berbau politik memang menjadi ketertarikan tersendiri buatku. Apalagi novel ini bercerita tentang politik dalam pandangan anak muda. Buku ini lebih dominan politik. Romancenya tetap ada, walaupun tidak berlimpah dan menurutku itu sudah cukup. Tokoh Timur menjadi salah satu cowok idaman, tentunya.

Buat beberapa orang yang ingin mengenal dunia politik mungkin bisa mulai dengan membaca buku ini. Mungkin bakalan pusing karena tidak terbiasa, tapi sebenarnya membicarakan politik itu seru kok.
Profile Image for Devya Widhiyanti.
62 reviews3 followers
July 24, 2017
What happen when you dislike politics book so much, yet you fall in love with one?
YES. I do love this book.
Emang sih buat orang awan dan sangat gak suka dunia politik dan hukum, bacanya harus pelan-pelan biar ngerti dan terbawa suasana politiknya. Untungnya juga penulis berhasil menyusun kalimat dengan baik sehingga enak dibaca dan dipahami. Novel ini lebih tentang mimpi, cara kita menemukan passion, cara kita berjuang untuk meraih mimpi kita.
Ada beberapa halaman (aku lupa tandai maaf) yang sepertinya ketukar antara kamu atau akunya. Nanti aku coba cek lagi halaman berapa aja yaa. Kalau nggak salah sih ada 2 atau 3 gituu. But yes, kamu wajib banget baca buku ini.
Profile Image for yun with books.
714 reviews243 followers
September 30, 2017
Ini adalah buku karya Alanda Kariza pertama yang saya baca.
Awal membeli buku ini karena iseng aja, suka sama sampul bukunya.

Kesan pertama membaca sinopsisnya memang menarik banget. Misterius, yang bikin penasaran gitu. Lalu, setelah membaca buku ini (yang kebetulan tidak begitu tebal) saya sangat menyukai tema dan alur buku ini. Serius... 200 halaman sudah cukup banget membuat keseluruhan cerita sangat realistic dan relatable. Cerita cinta Sigi dan Timur juga tidak lebay-lebay banget. Benar-benar nyata...

Lebih suka karena, di dalam buku ber halaman tidak begitu tebal ini, cukup memberikan arahan kepada pembacanya bahwa hidup itu pilihan. Entah kamu mau pilih jadi orang yang absolut, yaitu melihat keadaan selalu hitam dan putih. Atau menjadi orang yang berada di kehidupan abu-abu. Dan kedua hal tersebut adalah sama-sama hal yang benar jika orang yang "menganut"nya juga benar.
Profile Image for Aqessa Aninda.
Author 5 books364 followers
November 11, 2017
Empat bintang untuk research dunia politik dan dunia kerja wakil rakyat. Yang ku suka disini justru ide kerja tim Johar ttg koperasi, gimana cara2 politik dia supaya dia di ‘notice’. Aku pun suka dengan idealisme Timur ttg politik dan partainya. Cuma, kalau mau dibilang romance, menurutku sih kurang berasa romancenya. Ya, mungkin karena Sigi dan Timur kan udah dewasa, jadi gak perlu adegan2 “aku-tak-tahu-kenapa-degup-jantungku-tak-pernah-biasa-jika-aku-bertemu-dengannya” ala ala drama korea hahahahaha. Hubungan Sigi dan Timur muncul karena terbiasa, karena saling berbagi cerita.
Kalo mau cari cerita berlatar politik dan dekat dengan 20-something issues, Sophismata bisa jd pilihan menarik.
Profile Image for Kurnia.
175 reviews10 followers
September 1, 2017
Done! And here it is. 3,4 stars. Cukup untuk membuat saya suka, sesekali geli dan tersenyum sipu karena cukup manis kisah cinta Sigi dan Timur dalam balutan dunia politik.

Sophismata ini bertumpu pada hidup Sigi. Perempuan perempat abad yang memilih bekerja menjadi staf administrasi di DPR. Beririsan dengan dunia politik tetapi ianya tak tertarik sama sekali. Bahkan bisa dibilang tidak suka. Dia bekerja hanya sekadar ingin belajar dan mencoba menantang diri sendiri, untuk bisa grow up dan mendapat promosi untuk karirnya. Bukan karena memang dia suka, A little bit passion for her job and challenge herself for more growing up. Beda saat dia bikin kue, ah, saya lebih suka Sigi saat membahas dan membuat kue. Jadi inget saya juga punya target biar bisa bikin kue ini-itu. Wkwkwk.

Sedangkan Timur, membahasnya sebenarnya lebih membuat saya tertarik secara pribadi. Passionnya dengan politik. Cita-citanya membangun partai dan melakukan perubahan lewat politik praktis. Sayangnya, apa yang saya harapkan dari Timur tidak begitu banyak. Cerita tentang partainya hanya sebagai pelengkap. tetapi saya masih terhibur dengan beberapa karakter Timur dan gagasan-gagasanya tiap ngobrol dengan Sigi. Selain itu, laki-laki akan selalu lebih menarik jika mereka cerdas dan pintar, kan? Apalagi yang berapi-api kalau sudah bahas sesuatu yang mereka ada passion di dalamnya. Totalitas! Saya setuju banget nih sama Sigi kalau tentang Timur. Bwahahaha.

Untuk kisah cinta mereka, hm, suka tapi kurang banyak juga, sih, hanya selingan tiap bab gitu. Coba agak intens yak? tapi ya okelah, cukup manis, kok, untuk agak bikin baper. Hahahaha.

Oke, saya akan coba list quotes favorit dalam novel ini.
1. "Mungkin, buku-buku itu seperti peralatan dapur buat lo, ya? Bikin senang, bikin mau melakukan sesuatu." (Timur, 62)

2. “...Berbeda itu nggak apa-apa, kan? Nggak harus disama-samain.” (Sigi, 108)

3. “Semua akan baik-baik saja, Gi. Semua hal selalu berakhir baik-baik saja. Kalau belum baik, berarti itu belum akhirnya.” (Timur, 166)

4. "Apa pun dan siapa pun yang berjodoh selalu bisa menemukan jalan menuju satu sama lain." (Sophismata, 217)

5. "Politik memang bukan untuk semua orang, apalagi buat kamu yang sukanya hal-hal absolut. Tapi aku harus bekerja di bidang ini, supaya orang-orang yang korup, yang tidak mempertanggung jawabkan pekerjaannya kepada rakyat, bisa diganti sama orang-orang yang punya integritas, lebih adil, dan percaya bahwa semua warga Indonesia harus tetap setara.' (Timur, 250).

Di akhir cerita I'm a little bit dissappointed, karena saya kira, pandangan Sigi tentang politik bisa berubah. Yeah, oke, berubah sedikit karena Timur, bukan karena atau untuk dirinya sendiri. Tapi ya sudahlah. Memang begitu adanya.

Ah, andai Sophismata bisa lebih dalam mengupas politik. Lebih banyak ngobrolin partai Indonesia Setara-nya Timur, dan mungkin lebih intens membangun kisah cinta Sigi-Timur. Ahahaha. Walaupun begitu tetep keren untuk gambaran tugas anggota DPR RI. Dan semoga sesuai tujuan dari adanya novel ini bisa jadi gambaran tentang dunia politik dan politik di kalangan anak muda.

Good job buat Alanda Kariza yang udah berani tampil beda, dan secara pribadi barangkali novelnya bisa jadi rujukan buat bikin novel yang punya tema keren macam sophismata. :D
Profile Image for Aya Aruki.
44 reviews4 followers
October 5, 2017
Sophismata mengisahkan tentang dua anak muda yang memiliki pandangan berbeda soal politik. Sigi, gadis yang bekerja sebagai staf DPR menganggap politik adalah sesuatu yang kotor. Meski bekerja pada seorang pilitikus, ia tidak pernah tertarik untuk memahami politik lebih jauh.
Sementara Timur, seorang politikus muda sedang dalan tahapan mendirikan sebuah partai dengan label kesetaraan. Ia adalah satu dari sedikit politukus yang menggunakan kekuasaan demi membangun negara. Timur adalah pemuda cerdas, tidak romantis namun selalu menepati janji.

Harus diakui bahwa penulis benar-benar serius melakukan riset demi menulis Sophismata. Kisah ini tulis seolah politik telah menjadi kesehariannya. Oleh karena itu, beberapa hal dalam novel ini terasa dekat dengan pembaca. Salah satunya adalah posisi perempuan dalam politik yang masih dipandang sebelah mata.
Hanya saja, saya merasa penulis berusaha memasukkan terlalu banyak hal ke dalam novelnya. Ditambah tidak adanya penjelasan untuk beberapa istilah menyebabkan saya tidak bisa menikmati novel ini meskipun saya lumayan mengikuti perkembangan dunia politik Indonesia. Dalam beberapa hal, jika tokohnya sudah membahas politik berkpanjangan, saya menjadi jenuh.

Romansa yang dijual dalam sinopsis belakang buku pun tidak banyak membantu. Karena kedua tokoh fokus pada karir masing-masing, kisah cinta mereka tidak banyak mendapat ruang dalam novel ini. Tidak ada hal-hal romantis yang mengikat hubungan mereka selain kontak fisik yang sering muncul tiba-tiba tanpa ada pembangun suasana. Ah... Saya merindukan drama.

Secara keseluruhan novel ini cukup menarik untuk diikuti. Saya senang dengan karakter Timur yang tidak banyak gombal tapi langsung beraksi, padahal biasanya kan politikus senang berjanji. Jika saya kurang bisa menikmati sentuhan politik yang disajikan penulis, itu karena saya masih kurang wawasan soal dunia politik. Masalahnya ada pada saya, bukan bukunya. Hehe.
Profile Image for Ardita .
337 reviews6 followers
July 17, 2017
Was interested to find something other than energy and power (as in electricity, not political power), but not too heavy. Here it is.

It was good to see the work of young (a millennial) Indonesian writer that offered something fresh with enough clarity. Great editing work as well. What came to my mind after reading through the book was: Here it is, a book that was written with sharp marketing strategy in mind.

Write about topics that you know. Write about you. Write about what you love. Who you love. It's far easier that way. Why? Because access to information source matters and it's usually costly. You nail this and it will spark life into your writing. Kariza did it. Then, know your readers. When you take an aim at something, know your target. With the writer's profile in mind, this one will be a sure hit among her peers. It certainly fills what Indonesia's literature product has been missing: a story for 20 something that is easy to digest, has some sense, and proper. It speaks their language and voiced their concerns as well.

There is room for improvement(s). But perhaps, marketing-wise, this is not necessary. Not the perfect paris brest. It's a decent fail-proof banana bread that everybody loves. Great product, BTW.

Three for the story and the effort to bring the story to life.
Four for the editing and marketing-mind.

PS:
The thing about boys/men and food: Gold.
Profile Image for Vinska Andrias.
23 reviews1 follower
July 15, 2018
Rada telat yo, udalama mau baca buku ini tapi baru sempet punya krn dpt lungsuran dari declutter temen. Soh! Politik, tapi genre romance? Awalnya nggak bisa nebak sih kayak apa ceritanya. Ditambah lagi, politik, tapi genre romance, tapi Alanda Kariza?

Turns out kealandakarizaannya nggak bisa dipungkiri sih. Buku ini easy read, smart, dengan romansa-romansa menggelitik. Sans dan pasti kau suka. Ngebuka wawasan tentang dunia parpol dan DPR2an yang nggak pernah terlintas di benak saya sebelumnya. Also a very good start for this year's reading ride.

Langsung battt rekomen buku ini ke teman2 fakir cintah~
Profile Image for Adila Afifah.
6 reviews
July 22, 2017
Sophismata terasa dekat sekali dengan saya. Bicara soal ideologi, cita-cita serta rasa mengabdi anak muda kepada negara. Perbedaan antara Timur dan Sigi juga mengajarkan pembaca bahwa beda juga bisa membawa hal yang baik dan sudah seharusnya kita menghormati perbedaan. Hubungan Sigi dan Timur juga dikemas apik, tidak berlebihan namun romantis.

Overall rating buku ini 3.5
Profile Image for Fakhrisina Amalia.
Author 14 books200 followers
June 6, 2018
Politik nggak pernah jadi bahasan yang menarik (apalagi menyenangkan) untuk saya. Sempat maju mundur mau baca buku ini, danakhirnya saya senang karena ternyata ceritanya dapat dengan mudah saya ikuti.
Profile Image for Irma Agsari.
119 reviews17 followers
August 10, 2017
Lumayann, setidaknya untuk buku yang kental dengan tema politik (yang selama ini nggak pernah bikin saya tertarik sama sekali), cara penyampaiannya mudah dimengerti dan nggak bikin bosan.
Displaying 1 - 30 of 146 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.