Hujan adalah janji setia langit kepada bumi. Yang pasti datang, tanpa payah menunggu. Kita terjebak di hujan yang sama, namun tak bisa saling bicara. Membuatku terus menunggumu memutar badan dan melempar senyum kepadaku.
Aneka rasa tumpah dari langit. Cemas dan rindu tanpa bisa kucegah. Rasa yang begitu besar, yang melenyapkan rasa lainnya.
Jarak kita tak jauh. Namun tak bisa bertatapan, apalagi berbicara. Rinduku sederas hujan sore itu.
Usahakan baca minimal 1 fiksi, dan 1 non-fiksi setiap bulan. Fiksi untuk hati, non-fiksi untuk kepala. – Ini juga pesan untuk kawan-kawan yang mencoba merintis jadi penulis. Jika ada yang menganggap karyamu baik, maka syukuri dan jangan terlalu terbang. Rekam itu di ingatan, jadikan dorongan untuk memberi dampak dan membawa pesan-pesan yang seru dan penting.
Jika rupanya ada yang tak suka, memberi kritik, saran, itu tak masalah. Beberapaa kritik malah bisa jadi pelontar yang ampuh untuk karyamu berikutnya. Lagi pula, orang sudah keluar uang untuk beli karyamu, masa mengkritik saja tidak boleh. Selama sesuatu itu karya manusia, pasti ada saja retak-retaknya.
Lain cerita jika menghina. Memang benar tak harus jadi koki untuk bisa menilai satu menu masakan itu enak atau tidak. Namun cukup jadi manusia untuk tidak menghina makanan yang barang kali tak cocok di lidahmu, kawan. – “Karya yang terbaik adalah karya yang selanjutnya.” Bisik seorang sahabat. “Tulislah sesuatu yang bahkan engkau sendiri akan tergetar apabila membacanya.” Sambung sahabat yang lain.
Manis, asam, gelap saya rasa ada semuanya dalam lembar-lembar "Rinduku Sederas Hujan Sore itu".
Ini karya pertama dari J.S Khairen yang saya baca, meskipun wishlist saya yang pertama adalah "30 Paspor di Kelas Sang Profesor", bukan yang ini,--bukan, tapi takdir menggiring saya memutuskan membaca karya ini terlebih dahulu. Mengapa? Karena saya duga rasanya akan manis, (kebetulan sedang kekurangan gula alias hipoglikemia saat itu) dan memang ternyata manis.
Manis karena, tiap subbab nya ditaburi bumbu dan sisip sajak-sajak yang manis nan jujur. Sajak itu melembutkan. Ia mengajak kita mengunjungi relung hati, untuk sekedar mensyukuri atau merenungi alam dan filosofinya.
Menjadi akar aku memilih untuk menjadi akar. tak harus terlihat agar jadi penguat. sebagaimana akar, tanpanya takkan ada kehidupan. sebagaimana akar, dia menyalurkan kekuatan. sebagaimana akar, dia tak perlu menyaksikan daun dan buah bermekaran. Akar tahu, ketika daun dan bunga itu menua atau diembus angin, mereka akan rebah ke tanah jua. akar akan selalu di dalam tanah, hanya butuh satu hal; janji langit bernama hujan.
Asam lebih tepatnya asem. Dengan lihai penulis bisa bangun-jatuhkan suasana hati. Cekikikan karena begitu senang dengan tokoh yang diciptkan dalam cerita, kemudian diakhir cerita dibuat tersungut-sungut dan ingin melempar buku dengan sandal jepit. (baca: Langsung Tidurkah Engkau kekasih?).
Gelap beberapa cerita memang ada yang terasa begitu dark. Salah satunya; Abregedew; menceritakan sebuah gambaran obsesi cinta terlarang dengan sudut pandang cerita yang bukan manusia. Abre, golongan makhluk yang konon katanya memilki nyawa sembilan: kucing-- jatuh cinta pada majikannya sendiri hingga menghalalkan segala cara untuk menggapai angan kosongnya.
Lewat permainan asam dan gelapnya Rinduku sederas hujan sore itu, cukup banyak ilmu tentang menulis yang secara tidak langsung penulis bagikan kepada para pembaca yang juga ingin belajar menulis.
Judulnya menarik. Rinduku Sederas Hujan Sore Itu. Membawa nuansa kerinduan yang sudah lama tersimpan dan belum juga tersampaikan. Dari situ saja, sudah mennimbulkan banyak perkiraan, akan seperti apa buku ini. Apakah menawarkan rasa pilu atau malah sebaliknya?
Ada yang berbeda kali ini dari tulisan seorang J.S Khairen. Entah itu karena efek judul yang seakan mengajak pembaca untuk menjadi mendayu-dayu, atau memang karena cara penyampaiannya yang menunjukkan sisi lain dari penulis. Bahkan bisa jadi, gabungan dari keduanya.
Rinduku Sederas Hujan Sore Itu adalah sebuah tulisan J.S Khairen yang lebih menonjolkan sisi dewasanya. Baik dari kisah, isu yang diangkat, hingga kosa kata yang dipilih. Aku rasa, aku tidak berlebihan jika memberikan 4 bintang untuk buku satu ini.
Awalnya kukira ini novel, ternyata buku ini berisi kumpulan cerita dan puisi. Tema yang diangkat nggak melulu soal cinta antara laki dan perempuan. Beragam. Kisah ceritanya lumayan menarik, terutama yang berkisah tentang kucing, di mana penulis menggambarkan isi hati seekor kucing yang cemburu berat sama saudaranya. Lucu. Terus yang isinya chat aja pun seru.
Penulis, yang notabene laki-laki, juga berhasil bercerita melalui sudut pandang seorang perempuan di sebuah cerita. Di beberapa cerita, terutama yang budaya lokalnya kuat banget, gaya menulisnya serupa dengan Andrea Hirata. Mungkin karena kampung halamannya deketan kali ya dan bahasa yang digunakan para tokoh yang kental khas Melayu itu jadi kayak mengingatkan aku sama cerita Laskar Pelangi dkk.
"... Benarlah cinta itu sederhana. Manusia yang memperumitnya." - Pg. 22
Rinduku Sederas Hujan Sore Itu berisi 28 cerpen yang ditulis kak Khairen di berbagai belahan kota di Indonesia. Terlihat dari catatan tempat dan waktu yang tertulis di akhir cerpen.
Yang menarik adalah di antara cerpen-cerpen yang dituliskan, diselipkan pula beberapa kutipan dengan ilustrasi yang berbeda-beda.
Cerpen yang dituliskan pun berbeda-beda kisahnya. Ada kisah tentang manusia juga tentang hewan. Kisah yang dihadirkan pun beragam, mulai dari cinta, persahabatan, pengkhianatan, keluarga, dendam, bahkan kisah fantasi dengan bumbu time travel pun ada. . . "Seperti Bulan yang selalu di dekat Bumi meski tak selalu terlihat. Hadirku ada bersama siang dan malamnya." -J.S. Khairen (Pg. 202) . . . "... Dia mempertemukan kita dengan orang yang salah terlebih dahulu, untuk kemudian di ujung jalan bertemu dengan penjaga hati yang tepat." - Pg. 257-258
Selesai! Ini adalah kali pertama aku membaca karya kak Khairen dan kali pertama juga membaca kumpulan cerpen yang diterbitkan menjadi satu buku.
Pertama, aku menyukai kumpulan cerpen dan beberapa puisi di dalam buku ini. Saat membacanya aku turut merasakan berbagai macam emosi yang hadir saat membaca masing-masing cerpen yang dituliskan.
Beberapa judul seperti Langsung Tidurkah Engkau, Kekasih?, Abregedew, Mungkin Aku yang Jahanam, juga Nusantara Top Secret Project: Rongga Waktu adalah empat dari sekian banyak judul yang menurutku berkesan saat membacanya.
Kumpulan cerpen ini selain memiliki cerpen-cerpen yang mampu membuat penasaran, juga memiliki cover yang cantik. Membawa nuansa sendu dan rindu yang terasa sederas hujan. Aku sangat menikmati waktuku saat membaca kumcer ini. Tipe bacaan page turner yang dapat kuselesaikan dalam sekali duduk. Rekomen!
Buku pertama dari J.S. Khairen yang saya baca. Buku ini adalah buku kumpulan cerpen dan ada juga beberapa puisi di dalamnya.
J.S. Khairen menuliskan banyak kisah kisah pendek yang penuh akan makna tentang kehidupan. Saya menyukai cerita yang berjudul Menemukanmu, Abregedew, Mungkin Aku Jahanam, Bioskop dan Stanford untuk Ayah, dan Merayakan Kematian.
Jika vorne diberi waktu 24 jam untuk mencari bunga kedudu, maka tidak sampai 24 jam aku telah menemukan titik rindu pada buku ini. Didalam novel ini pula saya menemukan alur cerita yang sangat komplit, membayangkan kembali ketika kita pernah dibangku SMA, dimana rindu akan dikalahkan dengan cita-cita kuliahmu. . Kemudian dengan kisah roni dan sukma bahwa kehilangan dua orang anak berturut-turut bukan berarti pernikahan kita menjadi tak lengkap, justru disanalah kita diuji mampukahh kita menua bersama dengan konsep bahagia yg lengkap menurut versi kita dengan saling menyemat ikhlas didalamnya. . Lalu pada kisah saiful, ibu linda dan lina kita mendapati bahwa disana jelas ada rindu yang menghimpit sampai membelit sebab orang orang yang dirindukan tangannya tak lagi mampu mereka gamit. . Siapapun yang telah membaca buku ini pasti merasakan seolah-olah kita berada diantara kisah mereka, yang tidak ingin sama sekali melewati secuilpun waktu bersama orang-orang yg berharga disisi kehidupan kita. . Dan pesan saya: Segeralah sadar, betapa keberadaan mu dikeluarga dan dikehidupan ini sangat dipenuhi oleh orang-orang yang merindukanmu. Sekian dulu ya, maaf tangan saya harus menyeka rembesan air mata rindu yang menghalau di sudut mata. ----------- Rinduku Sederas Hujan Sore itu J.S Khairen. FitraJuwita21.
"Kami menang. Cinta pemenangnya. Sebuah kemenangan mutlak yang tanpa harus kehilangan apapun dan tanpa harus mengalahkan siapapun, terjadi ketika tak takut lagi kehilangan yang amat dicintai". 🌧 "... kau pasti di belokkan berkali-kali oleh Sang Mahapasti entah ke daratan mana, teluk mana, ke pelabuhan mana. Namun, pada akhirnya, angin menghembuskan sauh dan layarmu ke tempat terindah. Nikmati sajalah". 🌧 "Jika engkau jatuh dan lemah suatu ketika, akulah yang akan menjadi penyangga jiwamu. Seperti bulan yang selalu di dekat bumi walau tak selalu tampak. Hadirku ada bersama siang malamnya". 🌧 Rinduku Sederas Hujan Sore Itu. Dari judulnya aja udah menarik. Font nya juga. Cover nya yang begitu artsy dan juga menawan. Suatu hari, ketika gue melihat postingan tentang buku ini di instagram penerbit noura,gue langsung masukin judul ini ke wishlist karena melihat nama J.S Khairen, yang sudah tidak asing lagi (karena gue membaca buku "30 Paspor di Kelas Sang Profesor"). Tidak hanya judul dan covernya yang indah, isi dari buku ini juga indah. Di buku ini ada 27 subjudul berisi cerita pendek dan puisi. Di sela-sela cerpen dan puisi itu, terdapat kutipan pendek atau quotes beserta gambar hitam putih. Gue suka banget sama konsep buku ini. Cerita dan puisinya juga bagus, dan feels nya dapet banget. Recommended bangetttttt 🔥💕
Sesuai dengan judulnya yaitu "Rinduku Sederas Hujan Sore Itu", buku ini menceritakan mengenai berbagai problematika kerinduan. Kerinduan yang dibahas sangatlah kompleks, mulai dari kerinduan kepada seorang kakak, adik, ayah, hingga ibu. Karena membahas mengenai kerinduan, sebagian besar cerita yang ditulis menggunakan alur flashback yang membuat pembaca semakin penasaran. Selain itu, bahasa yang digunakan dalam buku ini tidak terlalu rumit, sehingga memudahkan para pembaca untuk memahami maksud dari cerita yang terdapat dalam buku. Bahkan, terdapat salah satu cerita yang menjadikan binatang sebagai tokohnya, sehingga buku ini memberikan sudut pandang lain mengenai kerinduan. Dan yang menjadikan buku ini semakin menarik adalah dengan adanya puisi-puisi dengan bahasa yang mudah dipahami yang disisipkan diantara berbagai cerita tersebut. #RindukuSederasHujanSoreItu
Buku ini pencerita yang baik. Definisi dari teman mengobrol menyesup secangkir teh hangat di sore hari. Ceritanya kebanyakan tentang keluarga dan perjuangan cinta yang sangat menggugah. Bahasanya sederhana tanpa banyak metafora tidak perlu. Ditengah cerita biasa dibumbuhi selembar puisi sederhana juga. Secara keseluruhan kumcer ini sangat bagus kecuali pemilihan font-nya yang bikin susah fokus saat membaca. Hurufnya kurus, kecil, tinggi-tinggi bikin pusing.
Suka dan kayaknya akan mencoba baca karya J.S Khairen yang lain. Khairen menyajikan cerita-cerita pendek sekaligus puisi yang menarik tentang keluarga, cinta, dan hidup. Paling suka "Bunga Rinai" & "Bioskop dan Stanford untuk Ayah".
Terjebak di hujan yang sama, tapi tak bisa saling bicara. Aku tak kuasa menghentikan putaran bumi, begitu pula dengan rinduku yang sederas hujan sore ini. Namun, hujan adalah janji setia langit kepada bumi, yang tak perlu ditunggu dia pasti datang.
Ya rinduku sederas hujan sore itu. Tumpah dari langit tanpa ada yang bisa membendungnya. Adakah yang lebih setia daripada aku menunggu engkau memutar badan dan melempar seulas senyum ? Tak ada bahkan hujan sekalipun.
Jarak kita tak jauh. Namun, tak bisa bertatapan, apalagi berbicara. Rinduku sederas hujan sore itu. Sangatlah derasnya, hingga suara deru mesin kereta, suara perkotaan, suara-suara bising lainnya hilang. Sama betul seperti perasaanku padamu. Rasa yang begitu besar, yang melenyapkan perasaan lainnya.
-------
Sejauh ini terfavorit, entahlah meski terkesan mendayu-dayu dan terlalu picisan rasa-rasanya saya ikut takluk begitu merindu. Pemilihan kata-kata yang amat pas membuat mata betah terjaga untuk tetap membaca, membuat angan seketika ikut terbang melayang.
Sangat indah 😊, terimakasih karena telah melahirkan buku ini. "Nyatanya rinduku lebih deras dibanding hujan sore itu" 😆
Ini adalah buku yang hanya perlu waktu dua malam untuk saya habiskan. Cerita dalam buku ini membuat saya terus penasaran dengan cerita pendek berikutnya. Bagi saya, tulisan dalam buku ini sederhana dan ringan untuk dibaca tanpa menghilangkan nilai penting yang coba disampaikan penulisnya.
Beberapa cerita dalam buku ini tergolong "Dark" terutama cerita kucing kembar "Abregedew"! (Saya entah kenapa paling suka ini) tetapi lebih banyak dari cerita dalam buku ini mengangkat hal-hal sederhana yang bisa kita sendiri alami sehari-hari, tentang cinta, tentang keluarga, tentang perjuangan cinta. Buku yang tidak berlebihan menggambarkan cinta, tetapi menjelaskannya dengan sederhana dan 'dalam'. Oh dan satu hal lagi, buku ini: Romantis! Bukan jenis romantis yang berlebihan gula, tetapi romantis yang mampu membuat pembacanya menahan napas.
Sekarang sudah jarang bisa baca cerpen-cerpen berkualitas seperti ini ya (Setidaknya buat saya), untuk yang masa muda / kecil nya suka baca cerpen, you will find a great bunch of short stories in this book!
Buku ini menarik. Yang pertama membuat menarik adalah judul dan cover, selanjutnya cover bagian belakang, sehingga membuat orang semakin penasaran. Semua bagian buku ini saya suka kecuali bagian do[s]a. Pemilihan kata yang digunakan tidak bertele-tele dan langsung mengena walaupun menggunakan bahasa bersayap.
Tidak seperti buku-bukunya sebelumnya, kali ini J. S. Khairen punya karya yang terdiri dari beberapa judul cerita.
Membaca tulisan teman se-pers-kampus dulu, membuat saya mengingat gaya penulisannya lagi. Kalau dulu saya hanya mengenal gaya penulisan jurnalistiknya, sesudah membaca ini saya punya beberapa judul cerita tulisan non jurnalistiknya yang saya suka: Do[s]a, Kembalinya si Murai Batu, dan Kelak, Berikan Surat Ini Kepada Anakmu.
Buku yang keren! Suka sama gaya nulisnya.. Walaupun kebanyakan ceritanya lebih ke genre "darkness life", tapi overall aku suka, terutama sama tulisan yang ada di back cover.. Duh, kampret nih tulisan bikin baper maksimal, tulisan ini juga jadi salah satu alasanku buat memutuskan untuk beli buku ini.. Selain itu, ada beberapa cerita yang romantic dan absurd.. Kayak ceria si Abregedew, bikin aku ngakak miris.. Ini sumpah cerita absurd banget.. Dan lagi-lagi, aku suka sama puisi-puisi yang makananya ngena banget.. Hujan, salah satu ingredient yang pas buat buat karya dengan gaya seperti ini.. Cool!!
Habis baca buku ini, saya langsung nelpon papa saya. Terimakasih J.S. Khairen. . Sangat suka "vibe" bapak yang diberikan buku ini. Yah walaupun di kumpulan cerpen ini gak melulu bercerita tentang bapak ada juga tentang keluarga dan cinta lawan jenis bahkan beda spesies yang mengingatkan saya salah satu cerpen dee lestari tapi karakter bapak disini sangat kuat. . Sebenernya ini bukan buku pertama khairen yang pernah saya baca, malah baru tau 30 paspor di kelas profesor edisi 1 dan 2 adalah karyanya. Tapi lewat kumcer ini saya rasa karya selanjutnya patut diperhitungkan.
Buku ini bukan novel dengan sebuah cerita, melainkan berisi sejumlah cerpen dan puisi. Cerpen yang disajikan cukup menggugah hati dan mengaduk perasaan pembaca. Disaat sedang mendalami konflik sebuah cerita, tak lama cerita pun berakhir dan berganti cerita lainnya. Sehingga cukup mengombang-ambingkan mood pembaca. Dan, kata-kata yang digunakan cukup puitis tapi tetap mudah dipahami.
Membaca novel ini rasanya campur aduk, semua rasa ada didalam lembar demi lembar bukunya, manis pahitnya kerasa banget. Ibaratnya kayak naik roller coaster deh, emosi pembaca diajak naik turun. . Bahasa yang digunakan mudah dipahami, kata-katanya juga sangat pas. Langsung ngena kepembacanaya. . Membaca novel ini juga aku tidak membutuhkan waktu lama, cuma dalam waktu beberapa jam. *kuat banget kan bacanya? Karena ceritanya yang terus-terusan membuat aku penasaran dan enggan untuk menyudahinya. Kebayang kan gimana serunya? . Ceritanya sederhana, tetapi maknanya mendalam banget. Manis, romantis, tapi nggak alay. Malah membuat pembacanya kagum. Cocok nih dibaca pas hujan, ditambah secangkir kopi dan temannya, cemilan😂. . Sejauh membaca buku ini, aku nggak bisa memilih kisah mana yang menjadi paling favorit aku. Semuanya aku suka, lebih dari suka malah. Satu kata buat Rinduku Sederas Hujan Sore Itu "RECOMENDED" walau nyatanya rinduku lebih deras dari hujan sore itu😂
Dari beberapa buku J.S.Khairen yang saya baca, ini adalah buku terfavorit . Ada berbagai macam cerita singkat dalam satu buku yang tidak saling berkaitan. Cerita yang paling indah adalah "Kelak Berikan Surat Ini Kepada Anakmu"
Selagi mendengar lagu Landon Pigg berjudul Falling In Love At A Coffeeshop, saya ingin memunculkan perasaan baru lagi saat membaca novel ini karena baru saja selesai membaca novel lain. Sungguh sulit mengondisikan pikiran dan hati pada tempatnya semula. Apalagi setiap membaca per bab cerita, emosi saya seperti dikocok-kocok. Baru saja membaca Dewi Pehapus Noraccicus yang saya pikir akan menjadi salah satu bab yang benar-benar membuat saya tidak habis pikir, saya harus berhadapan dengan bab cerita lainnya sampai pada Bunga Rinai, di situ saya ditenggelamkan dengan nostalgia.
Saya tidak ingin berasumsi apa-apa tetapi apa yang saya tanyakan di IG bukan berarti tidak beralasan karena saya sangat sensitif sekali atau memang kelewat sensitif. Hampir setiap perempuan di dalam hampir setiap cerita mengalami semacam "tragedi" dengan level tertentu. Jika ini diumpamakan sebagai game, mungkin saya akan menyebut bahwa Pehapus Noraccicus berada level "hard" begitu juga Bunga Rinai dan Monster Disa dan mungkin saja Abregedew (meskipun dia seekor kucing betina). Sambil mendengar suara Landon berkali-kali sampai selesai membaca satu buku, saya berhati-hati sekali untuk menimbang-nimbang karena saya langsung diingatkan bahwa semua cerita di dalam novel ini hanyalah fiksi dari cerita yang dikembangkan sendiri oleh penulisnya.
Bab Ayam Pretciken, bagi saya adalah ruang untuk beristirahat karena saya bisa tertawa di bab ini. Kemudian dilanjutkan semacam “Prolog” lagi dari Merpati Kipas untuk melanjutkan ke bab cerita berikutnya. Rasanya seperti naik roller coaster. Namun di bab sebatang kara adalah saat saya turun dari "roller coaster" dengan hati tenang. Mulai was-was saat "waktunya makan siang" setelah "mencoba wahana roller coaster". "Menu yang pertama" tidak salah pesan namun saat masuk bab "Cerita Hujan dan Pelangi" aku menemukan namaku di sana. Lalu mendadak di bab Simunsang saya "tersedak nasi" yang lumayan panas. Sisanya "makan siang" berakhir dengan aman bahkan terharu dengan "menunya". Mungkin simulasi semacam ini yang terjadi saat membaca novel ini.
--------------------------------------------
Kelemahan saya adalah membaca novel yang berisi cerita penuh tragedi, atau akhir cerita yang sedih. Karenanya saya lebih bisa menerima spoiler. Bagi saya biarlah akhir yang sedih terjadi di kehidupan nyata tetapi tidak di setiap buku yang saya baca. Meski begitu saya terbuai dengan setiap kata-kata di akhir cerita. Bahkan banyak yang saya garis bawahi seperti “Kalau dulu dia kebingungan dengan pelajaran di kelas dia bisa menyontek catatanku. Sekarang dia tenggelam dalam pelajaran hidup, ke mana dia hendak menyontek?” Saya cukup terpaku dengan kata-kata itu.
Pada akhirnya saya menyelesaikan sisanya seharian mulai dari bab Dewi Pehapus Noraccicus sampai bab “Merayakan Kematian”. Penutup yang sanggup mewakili semua kisah yang ada di dalam novel ini. Jujur, sudah lama sekali tidak membuka Goodreads karena saya lebih senang sedikit me-review-nya di IG, tetapi sangat menyenangkan bisa mengetikan review lagi di laptop. Perubahan yang mencengangkan setelah Ninevelove.
-------------------------------------------
Sesuai judulnya “Rinduku Sederas Hujan Sore Itu” tampaknya hujan di setiap cerita bisa juga dua kali lebih deras dari Bunga Rinai, atau mungkin saja hanya hujan rintik-rintik Do[s]a bagi saya. Saya sudah terlalu lama dibuai dengan cerita fantasi, jadi ketika membaca novel ini, seperti berada di adegan Titanic mau menabrak gunung es di Samudera Atlantik. Saya berharap novel selanjutnya tidak berakhir di Samudera Arktik ya, kak.
Catatan dari saya “Mungkin karena itu saya belajar berlari hanya untuk mengindar dari hujan...” :v
Terjebak di hujan yang sama, tapi tak bisa saling bicara. Aku tak kuasa menghentikan putaran bumi, begitu pula rinduku yang sederas hujan sore ini. Namun, hujan adalah janji setia langit pada bumi, yang tak perlu ditunggu, dia pasti datang. (hal. 83, Bunga Rinai) • Rinduku Sederas Hujan Sore Itu merupakan buku ketujuh Uda Khairen yang baru saya baca. Buku kumpulan cerpen dan puisi pertama ini berisi 27 tulisan, 20 cerpen dan 7 sajak yang menyentuh dan sarat makna. Selain itu, sudut pandang dalam cerpen di buku ini juga unik. Beberapa cerita awalnya sempat membuat saya bingung karena masih mikir, ini menggunakan sudut pandang siapa atau apa. Tapi masih bisa dinikmati sampai selesai. Sementara sajak dan puisi di buku jenderal kata-kata ini, sederhana namun sarat makna. • Sesuai dengan judulnya, buku ini berisi kisah tentang rindu. Rindu tentang hal apapun. Dan saya paling suka dengan cerpen berjudul "Cerita Hujan dan Pelangi" dan "Abregedew". Kedua cerpen tersebut menggunakan sudut pandang pertama, namun di cerpen pertama sudut pandang pertama kakak perempuan terhadap adiknya, sementara Abregedew sudut pandang pertama seekor kucing betina. Kedua cerpen tsb. mengingatkan tentang keadaan yang pernah terjadi di sekitarku. • Dari buku ini, saya mendapat banyak pelajaran hidup lagi. Terima kasih, Uda! Sudah membuat air mataku turun sederas hujan sore tadi. Dan mendengar kabar buku ini akan cetak ulang dan ketambahan 2-3 tulisan lagi, maka saya tetap tidak akan menyesal telah membacanya. Kan tinggal baca tambahan tulisan terbaru. Iya kan, Uda? Heuheu. Sekian dan terima buku.
JS Khairen lagi-lagi berhasil menghadirkan cerita yang sederhana, tapi punya daya getar emosional yang kuat. Seperti judulnya, buku ini membawa kita pada perjalanan rasa yang deras—tentang rindu, kehilangan, harapan, dan keberanian untuk menatap hidup ke depan.
Yang kusukai dari Khairen adalah caranya menulis dengan bahasa yang puitis tapi tetap membumi. Membaca buku ini rasanya seperti duduk di dekat jendela saat hujan sore turun: ada damai, ada sendu, tapi juga ada kehangatan. Beberapa kutipan terasa menempel lama, seperti bisikan kecil yang menuntun kita memahami arti rindu yang sehat—bahwa merindukan seseorang bukan berarti terjebak masa lalu, melainkan belajar untuk ikhlas dan tetap tumbuh.
Alurnya tidak rumit, justru itu yang membuatnya mudah diikuti. Buku ini lebih banyak mengajak kita merenung ketimbang mengejar plot yang penuh kejutan. Bagi sebagian orang, mungkin akan terasa “lambat”, tapi buatku justru itulah kekuatannya: kita diberi ruang untuk menyesap tiap kata perlahan.
Karakter-karakternya digambarkan dengan hangat, meskipun tidak semuanya tereksplorasi secara mendalam. Fokus utama memang ada pada pengalaman batin dan perjalanan emosi. Jadi kalau kamu mencari bacaan penuh aksi, mungkin ini bukan pilihan. Tapi kalau kamu ingin menemukan teman baca yang menenangkan hati, buku ini bisa jadi jawabannya.
Rinduku Sederas Hujan Sore Ini adalah buku yang terasa seperti hujan sore itu sendiri: menenangkan, kadang membuat kita termenung, tapi diam-diam menyuburkan jiwa. Cocok buat kamu yang sedang ingin membaca sesuatu yang reflektif, penuh perasaan, dan menemani proses berdamai dengan rindu.
Judul: Rinduku sederas hujan sore itu Penulis: J. S. Khairen Penerbit: Noura Books Dimensi: 28 bab, cetakan pertama 2017 (edisi digital ipusnas) ISBN: 9786023853304
Berisi kumpulan cerpen dan puisi penulis yang terinspirasi kala hujan datang. Tidak hanya menjadi latar, hujan di sini juga menjadi perumpamaan perasaan, seperti dalam cerpen "Bunga Rinai" dan lainnya. Rindu yang dibahas pun tidak hanya tentang subjek manusia, seperti dalam cerpen "Abregedew". Melankoli saat turun hujan yang sering menghidupkan kenangan lama, juga terwakili dalam beberapa cerita. Rindu masa lalu, rindu pada seseorang yang jauh, rindu pada yang tak boleh dirindu, dan lainnya.
Saya suka pada cerpen-cerpennya, terutama yang berjudul "Simunsang" dan "Barna" sebab memiliki ending yang mencengangkan. Sementara untuk puisinya, saya suka yang berjudul "Gadget" sebab relevan dengan saat ini.
Kata-kata sederhana dan puitis membuat buku ini ringan, menghibur, dan cukup membuat sendu. Meski di beberapa bagian terasa agak repetitif dan kurang kuat twistnya, secara keseluruhan buku ini seru. Cocok dibaca semua umur dan mereka yang suka diksi indah namun ringan.
"Seperti Bulan yang selalu di dekat Bumi meski tak selalu terlihat. Hadirku ada bersama siang dan malamnya." (hlm.210 dalam cerpen “Barna”)
Ketika aku memutuskan untuk membaca buku ini, aku hanya butuh pelarian. Aku ingin sejenak keluar dari hiruk pikuk kesibukan sehari-hari. Membaca judulnya, kukira buku ini adalah novel yang bercerita tentang romansa asmara khas remaja. Ternyata salah besar. Isinya lebih kompleks dari yang kupikir.
Buku ini bukanlah novel, melainkan kumpulan cerpen dan puisi. Dari 29 judul, 10 di antaranya adalah puisi dan 19 nya adalah cerpen. Isinya pun tidak melulu tentang cinta muda-mudi. “Nusantara Top Secret Projet” bertema fantasi, “Abregedew bercerita tentang kucing yang memiliki perasaan kepada tuannya sehingga dia menghalalkan segala cara untuk meraih perhatian tuannya. “Langsung tidurkan engkau kekasih” bercerita tentang perselingkuhan yang ceritanya dikemas dalam bentuk chat. “Kembalinya si Murai Batu” bertema keluarga, bercerita tentang hubungan ayah dan putrinya yang sempat renggang karena putrinya yang sibuk bekerja.
Overall, buku ini bagus sih dibaca ketika butuh hiburan. Walaupun ringan, banyak cerita yang mengandung hikmah. Quote nya pun banyak yang mengena. Quote yang kusuka adalah:
“Kadang, bisingnya orang-orang itu tak berguna. Seperti uang receh berbenturan dalam celengan. Nilainya tak seberapa, tetapi hebohnya luar biasa.” (hlm. 192)
“Mereka bilang hidup terlalu singkat. Berbuat baik atau menebar kebencian? Mereka bilang hidup terlalu panjang. Menyesali kehidupan atau merayakan kematian?” (hlm. 251)
Bacaan awal tahunku yang menyenangkan sekaligus memilukan!
Kumcer tergokil selama aku baca buku kumcer karna hampir semua genre ada di sini! mulai dari cerpen angst (menyedihkan), fantasi komedi, romance komedi, slice of life, karma, dan fantasi yg gilaaa keren! baca kisah Vorne di The Great Palangka City rasanya kurang kalo cuma bentuk cerpen. mari kita tunggu versi panjang, semoga penulis sehat selaluu dan panjang umur!
awal baca sudah disuguhi cerpen broken home yg amat menyayat dan bikin aku nangis pas baca di jam 1 dini hari. lalu mendekati halaman akhir ada cerpen fantasi yang bikin imajinasiku meliar membayangkan bagaimana rupanya Nusantara yg ternyata baru pertama kali mendengar lagu Indonesia Raya? kumcer ini juga dilengkapi beberapa puisi yg cukup dalam maknanya. highly recommended!
'Bagaimanapun hidup menjukir balikkan jiwamu, tetap jalani sisa hidup yang masih diberi meski rasanya setengah mati ingin mengakhiri'