Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kala #1

Kala: Kita adalah sepasang luka yang saling melupa

Rate this book
Jika perubahan adalah satu-satunya yang pasti, maka ketidakpastian akan dimiliki oleh waktu. Karena pada detak ke sekian, aku mendapati diriku jatuh cinta pada seseorang yang tidak ingin secara egois aku miliki. Lalu kita, diselundupkan dalam kala, sebagai pengantar pesan utusan semesta.

348 pages, Paperback

First published May 1, 2017

158 people are currently reading
1546 people want to read

About the author

Stefani Bella

8 books41 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
237 (34%)
4 stars
200 (29%)
3 stars
137 (20%)
2 stars
59 (8%)
1 star
47 (6%)
Displaying 1 - 30 of 92 reviews
Profile Image for Maria.
179 reviews882 followers
July 28, 2017
Aku mendapatkan buku ini dari penulisnya sebagai ganti untuk memberikan honest review terhadap buku ini.
Sejujurnya ada beberapa hal yang membuatku merasa konflik dengan isi buku ini dan aku juga sudah menyampaikannya kepada salah satu penulisnya secara langsung.
Berikut ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan.

1) Untuk buku Bahasa Indonesia, aku kurang nyaman dengan sebagian dari isinya berbahasa Inggris terutama dalam percakapan antara Saka dan Lara. Kalau hanya sebagian dalam sebuah kalimat seperti misalnya, "I don't know kalau ternyata bisa seperti ini." atau "What the - ? Bagaimana bisa hal ini terjadi padamu?" aku masih fine, namun sayangnya tidak demikian. Beberapa percakapan mereka dalam Bahasa Inggris sehingga membuatku bertanya-tanya apakah ini buku Bahasa atau Inggris yang aku sedang baca?
Plus, mungkin ada beberapa grammar yang akhirnya harus diperhatikan.

2) Lalu dalam buku ini ada beberapa kata asing yang menurutku perlu diberikan footnote atau catatan kaki seperti mirrorless silver (hlm 43) sehingga tidak perlu bolak-balik ke google untuk mencari artinya.

3) Pergantian Bahasa yang formal pada bab-bab awal dan kemudian menjadi Bahasa gaul seperti 'Lo dan gw' membuatku agak turn off seperti kurang mengena dengan pendeskripsian yang sangat tinggi bahasanya.

4) Percakapan juga tidak banyak di buku ini, dan kalaupun ada, percakapannya tidak diberi jeda atau keterangan siapa yang sedang berbicara. Seperti membaca sebuah naskah dengan para pelakon saling melempar namun tak ada keterangan siapa yang sedang membaca naskah tersebut.

5) Buku ini menceritakan dari dua sisi, Saka dan Lara. Sebenarnya sesuatu yang cukup menarik, melihat kejadian yang sama dari dua sisi, namun bagiku ini serasa seperti sebuah pengulangan sehingga ketika aku sudah membaca bagian Saka, aku akan meng-skip bagian Lara dan begitu pula sebaliknya. Akhirnya beberapa hanya sekedar menjadi "page turner" bagiku.

Ini hanya sekedar beberapa hal yang kudapatkan. Secara keseluruhan mengenai isi cerita dan gaya Bahasa cukup oke dan mengalir. Meski aku kurang suka dengan karakter Saka dan akhirnya membuatku jadi geram terhadapnya. Plus entah kenapa ending Saka kurang mendapat 'pertumbuhan' seperti dia tetap menjadi seorang anak kecil yang terjebak pada tubuh orang dewasa dan egois (imo sih).

Namun, bagi yang suka dengan Bahasa yang sastra dengan banyak kalimat yang dapat dijadikan quote untuk kehidupan, Kala adalah buku yang pas. Banyak sekali kalimat-kalimat yang mengena.

Overall aku kasih 3 bintang plus karena cover-nya yang menarik dan sangat bookstagrammable.

Thanks again for this book!
Profile Image for Yuu Sasih.
Author 6 books46 followers
Read
December 21, 2019
Tidak bisa saya selesaikan, cuma bertahan setengah jalan, jadi tidak dirating juga. Buku ini mengingatkan bahwa:

1. Saya punya anxiety disorder dan buku ini sangat memicu anxiety saya. Baca 20 halaman dan bagaimana narasinya muter-muter panjang kali lebar hanya untuk berkata satu kalimat simpel, bagaimana metafora digunakan secara hiperbol, membuat saya panik dan tidak sabar. Ingin skimming tapi juga tidak bisa skimming karena sepertinya ada suatu cerita yang disampaikan dan saya jadi cemas menebak plot point apa yang saya lewatkan.

2. Saya punya disleksia, karena saya membaca tanpa bisa memahami satu pun kalimatnya. Jadi saya hanya baca, tapi maknanya tidak bisa nyangkut. Sampai pertengahan saya tetap tidak bisa paham ini buku tentang apa selain kata-kata indah, jadi saya berhenti.

3. Saya masih tidak bisa beradaptasi dengan puisi/prosa. Sejak dulu saya paling tidak paham puisi. Baru-baru ini saja mencoba memahami puisi dan jatuh cinta pada Widji Thukul dan Rendra dan Lala Bohang. Tapi saya masih awam sekali dengan luasnya rimba prosa dan masih tidak memahami sebagian besarnya.

Mungkin buku ini sekelas Ulysses? Saya sendiri beli buku ini karena beberapa akun sastra menjual buku ini dan sekuelnya, plus sedang diskon di google play store, jadi mau lihat apakah memang bagus.

Buku ini mungkin akan bagus bagi mereka yang suka puisi, karena ini genrenya prosa liris, jadi novel yang dibentuk dari prosa begitu. Bahasanya indah, dan saya (mungkin) bisa menerka beberapa artinya kalau saya memandangi satu kalimat cukup lama. Tapi ini ada 367 halaman, jadi kapasitas mental yang dibutuhkan hanya bisa dipenuhi oleh mereka yang terbiasa menelaah bahasa indah dengan cepat.
Profile Image for Hani Risjad.
73 reviews15 followers
December 31, 2017
Ketika pertama kali menerima buku ini, aku merasa awam dengan penulisnya dan bertepatan dengan waktu itu baru mengenal si hujanmimpi.🙈

Aku bukan tipe orang yang menyukai puisi atau mungkin di KALA ini bisa disebut dengan prosa. Aku memang tipe pembaca yang menyukai cerita-cerita dinamis, alur jelas dan penokohan yang cukup kuat.
Sedikit kaget ketika mengenal Saka dan Lara, 2 tokoh central dari buku ini. Kenapa hanya mereka berdua? karena memang di sini sudut pandangnya dibagi menjadi 2, Saka dan Lara.
Ketika berkenalan dengan Saka dan segala pemikirannya, aku gemas! Dia ini egois banget ya. Itu pendapat aku pertama kali dan masih melekat sampai sekarang. Hanya ada 2, antara aku yang memang sulit untuk memahami isi kepala cowok, atau Saka ini memang diciptakan ajaib. Only Saka, his author and God knows.

Namun, ketika aku mengenal sosok Lara, bisa ditebak lah ya, sesama wanita memang terkadang lebih mudah memahami perasaan kaumnya 😄😄😄.

Melankolis. Mungkin itu istilah untuk Kala. Alurnya memang sedikit 'mellow' dan aku memang butuh pemahaman khusus untuk memahami maksud tersirat dari prosa yang diselipkan.
Tapi tenang, Kala ini bukan tipe bacaan berat kok. Pilihan yang tepat untuk mu para pecinta sastra dan prosa tapi dengan gaya penulisan seperti novel, Kala is a good choice!

Cukup banyak typo di buku ini, walaupun sedikit terganggu tapi ya tak apalah. Penulis dan editor itu bukan mahluk sempurna...

3.8 bintang untuk Kala. 4 bintang untuk covernya, 4 Bintang untuk Saka. Kenapa 4? karena sudah berhasil bikin aku kesel 😂 4 untuk Lara, karena dia bukan tipe wanita cengeng sampai nangis darah 😂.
Btw, aku suka endingnya... Walaupun harus begitu 😂😂

Sukses terus Kak Iid, Belle dan Gradien... 💕
Profile Image for alineafajr.
27 reviews6 followers
October 2, 2017
Tentang KALA, poin plus (menurut saya) untuk buku ini adalah pemilihan diksinya, ya, tidak banyak penulis muda yang mampu menuliskan sebuah cerita dengan diksi yang demikian, namun masih cukup nyaman diikuti,

untuk para penikmat sastra, buku ini bisa menjadi salah satu pilihan untuk dibaca untuk mengisi waktu senggang, dan untuk awam yang baru atau ingin belajar memahami sastra, buku ini merupakan pilihan yang tepat.

Buku ini bercerita dari sudut pandang Saka dan Lara, dua tokoh utama yang masing-masing memiliki trauma pada masa lalunya, yang satu melukai, yang satu terlukai.

Pertemuan mereka yang ditengarai oleh takdir menjadikan alur ceritanya menarik untuk diikuti, walaupun sepanjang membaca kisah mereka, membangkitkan hasrat 'ingin jedotin Saka ke tembok plus geplakin bolak-balik si Saka pakai sendal swalow'.

Ya, menurut saya Saka adalah sesosok pengecut egois yang layak dibasmi dari muka bumi 😂 tapi sayang sekali ia adalah lead male actor yang justru menjadikan cerita ini semakin menggemaskan.

Mengesampingkan segala macam bentuk rasa dendam saya kepada tokoh Saka, atau pun typo dan hal-hal yang agak membuat saya sedikit kurang puas, buku ini merupakan salah satu buku 'romantis' yang membuat saya kadang tersenyum dan tersipu selama membacanya.

ditunggu amorfati-nya!!! 😍
Profile Image for K. R..
Author 2 books11 followers
July 8, 2017
yang jelas saya beli ini karena mendukung teman baik saya yang jadi salah satu penulisnya. tentang isinya sendiri, menurut saya... cukup melelahkan juga ya membaca satu kejadian dari dua sudut pandang; yang berulang. but, over all beberapa tulisan bikin saya senyum mafhum (tapi apa yang dipikirkan bukan tentang tulisan, eh?). dan, kalau boleh jujur, saya sih agak kecewa membaca tulisan teman saya di sini karena saya pernah membaca draft tulisan dia yang bisa berkali-kali bikin saya berurai air mata. tapi, di sini, kok..... ya gitu deh. etapi karena ini buku teman saya, mangga dibeli :p
Profile Image for Maya Murti.
205 reviews8 followers
January 7, 2019
Menjamurnya buku-buku karya penulis muda berbasis blog dan Wattpad membuat saya penasaran akan cita rasa dari fiksi pop yang kekinian itu. Saya memutuskan untuk membaca salah satu karya mereka, dan pilihan saya jatuh pada Kala.

Kala adalah karya kolaborasi dari dua penulis prosa liris Tumblr, yaitu Stefani Bella (hujanmimpi) dan Syahid Muhammad. Stefani menggarap sosok Lara, sedangkan Iid menulis tokoh Saka. Saka dan Lara bertemu pada suatu acara kolaborasi foto dan tulisan di sebuah kafe, lalu terlibat dalam obrolan yang seru dan berujung pada membuka diri kepada satu sama lain. Keduanya berbagi cerita tentang beban emosional yang masing-masing mereka pikul: Lara yang sering ditinggalkan orang terkasih dan Saka yang sering meninggalkan orang terkasih.

Dalam ketertarikan satu sama lain mereka akhirnya menjalin sebuah hubungan. Bisa ditebak bahwa Lara yang sering ditinggalkan membuatnya mendambakan hubungan yang awet dan stabil. Ia berusaha membimbing Saka menjadi calon menantu yang pantas dipersembahkan kepada sang ibu. Mula-mula Saka bersedia memenuhi permintaan Lara demi membahagiakan dirinya. Namun tuntuan Lara untuk hidup teratur terasa mengekang dirinya yang bebas, tak terikat, dan impulsif. Saka pun jatuh pada coping mechanism yang tidak sehat yang membuat Lara sangat berang dan berujung pada Lara menjadi "pelaku" dan Saka menjadi "korban".

Dari segi konsep cerita sudah cukup bagus dan matang, yaitu tentang memelihara hubungan antarkekasih yang diwarnai ekspektasi, taking things for granted, mengikhlaskan masa lalu, serta pembalasan karma. Namun saya punya beberapa catatan mengenai gaya penceritaan dan penulisan yang membuat pengalaman saya membaca Kala jadi terasa tersendat-sendat:

1. Kedua penulis terlalu banyak memasukkan unsur prosa liris dalam penuturan novel. Pada umumnya karya novel memang tidak lepas dari majas, namun majas yang digunakan dalam Kala sangat berlebihan. Saya perlu beberapa waktu untuk terbiasa dengan diksi-diksi tidak biasa untuk menggantikan yang biasa, seperti pasangan kata "logika-perasaan" dengan "nalar-nurani". Kemudian penggunaan kata amygdala untuk mengganti kata "emosi"(?) Ah, saya tidak yakin juga. Metafora yang digunakan terasa tumpang-tindih, dan di awal bacaan saya sempat hilang petunjuk mengenai obyek yang direpresentasikan oleh metafora-metafora mereka. Singkat kata, narasi mereka sangat... purple prose dan bertele-tele.

2. Teknik bercerita orang pertama ganda (dual)... yang berulang. Ya, saya paham kedua penulis ingin menyajikan kedalaman perasaan yang dialami Saka dan Lara secara individu terhadap satu peristiwa. Tetapi dengan gaya bertutur prosa liris seperti poin 1 tadi, dan kemudian diulang pada perspektif berbeda, membuat pengalaman membaca menjadi lamban dan melelahkan. Lalu ada problem di mana saya harus membolak-balik antara halaman perspektif Lara dengan Saka demi mendapatkan dialog utuh antara mereka berdua. Ya, saya paham itu dilakukan demi mengurangi pengulangan yang sia-sia. Tetapi setidaknya berikanlah pembaca beberapa ringkasan mengenai apa yang ditangkap oleh salah satu tokoh terhadap ucapan tokoh lain.

3. Poin ini saya temukan khusus pada narasi perspektif Saka. Setelah tuntas membaca Kala, saya mengakui Mas Iid berbakat dalam menulis puisi dan majas-majasnya. Tetapi saya juga menemukan beberapa kalimat dan frasa yang aneh, contohnya:
Tak kusadari ternyata mataku diam-diam mengikuti ke mana dirinya pergi.

Mohon maaf nih Mas Iid, kalau Saka sendiri yang menarasikan kalimat itu (sebagaimana dalam penceritaan sudut pandang orang pertama), bagaimana dia bisa tahu (sadar) bahwa dia melakukannya secara tidak sadar? Contoh kedua:
...lautan langit
Emm... laut dan langit memang sama-sama luas, tetapi yang satu isinya air dan yang satu lagi udara. Saya merasa aneh membacanya karena keduanya bertolak belakang.

4. Masalah teknis lainnya seperti penggunaan cetak miring pada dialog tokoh yang menurut saya tidak perlu, kecuali untuk dialog selain Bahasa Indonesia. Kata "that" yang ditulis sebagai "dat" dalam dialog langsung juga memberi kesan malas, kecuali jika kata itu digunakan dalam percakapan tulis nonformal. Ada juga beberapa kalimat yang kurang efektif, seperti:
Lara tak kuasa menahan tawanya dan melemparkan senyum yang berisi miliaran bintang yang ingin berpendar dalam semesta yang ada di wajah Saka.
Menurut saya kalimat itu bisa dibelah jadi dua tanpa mengurangi makna yang ingin disampaikan.

Nah, konsep cerita dan beberapa catatan yang sudah saya sampaikan. Jika saya diminta menilai apa poin lebih dari Kala, maka jawabannya adalah buku ini... sangat quotable. Berikut sepenggal kalimat dari perspektif Saka:
Aku adalah ombak yang sedang risau dan cemas, menabrakkan diriku pada karang-karang di tepi ketakutan.
Beberapa pembaca mengatakan buku ini juga instagramable. Obyek-obyek yang digunakan pun sangat dekat dengan kegemaran kaum muda urban masa kini, yakni kopi, hujan, dan semesta. Walau demikian, saya akan memasukkan Kala dalam kategori fiksi pop, bukan sastra, karena sastra bukan hanya tentang merangkai cerita berkalimat indah.
Profile Image for Catrin.
43 reviews
October 3, 2017
Kisah semesta yang menyatukan Saka dan Lara, dua orang anak manusia yang saling melukai dan terlukai, meninggalkan dan ditinggalkan. Sebuah pertemuan yang di dasari oleh semesta, di permainkan oleh semesta dan di pisahkan oleh semesta. Sampai akhirnya keduannya harus saling menerima apa yang diperbuat semesta.

"Kita adalah sepasang luka yang saling melupa."

Dari tagline nya aja bikin penasaran kan ya? Aku aja dibuat baper dengan cara menulisnya yang bak puitis dengan sudut pandang orang pertama yaitu Saka sekaligus Lara. Yang uhh banget, jadi secara nggak langsung kita bisa ikut merasakan gejolak hati dan apa yang dirasakan kedua tokoh. Tahu siapa yang salah dan siapa yang benar menurut pandangan kita.

Saya juga sangat menikmati ketika membaca kata demi kata yang ada karena saya menyukai bentuk kiasan seperti puisi, juga banyak quotes nya wkwkkk.

Novel ini recomended banget bagi kalian yang suka bacaan berbau-bau sastra puisi dan yang gagal move on dalam percintaan.
Profile Image for Reffi Dhinar.
Author 8 books4 followers
October 4, 2018
Capek, Itu yang menjadi kesan saya saat membaca buku ini. Dua sudut pandang tapi kenapa harus ada pengulangan adegan terus-menerus? Kesannya penulis seperti malas mengetik lebih banyak. Bagusnya, ceritanya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, saat mencintai lalu kita mulai mencoba memperbaiki pasangan, dan ego mulai menguasai. Untuk membacanya saya sering skip, ya karena sering capek itu. Endingnya oke, tapi mudah ditebak.
Profile Image for Rossa Imaniar.
221 reviews5 followers
April 17, 2020
“Aku mengerti bahwa hidup adalah tentang kehilangan-kehilangan yang tak akan pernah usai. Tapi, tetap saja aku sama seperti manusia-manusia lain, yang mengutuknya habis-habisan lengkap dengan segala sumpah-serapah. Sekali waktu berteriak dalam pekatnya malam, mengapa bertemu jika harus berujung pisah, mengapa menjadi dekat bila akhirnya tercipta jarak?”

“..Berkali-kali akalku berontak menyalahkan sukma atas semua kecewa dan luka baru saat ini. Tapi, sayangnya sukma tak ingin banyak cakap. Ia hanya mengatakan bahwa segalanya hanya perihal waktu. Waktu yang kemudian memberikan kesempatan pada diriku untuk dipertemukan dengan sesuatu yang memang tepat. Tapi, nanti di waktu yang memang tepat. Dan selama itu pula, kemungkinan duka serta suka memang selalu akan membersamai. Seberapa sering pun aku terjatuh, sesering itu pula aku akan bangkit kembali...”
.
.
Daan.. Pada akhirnya aku bisa juga menamatkan buku KALA ini. Buku ini sempat ngendon di keranjang buku cukup lama, maklumlah ya.. Aku ini tipe orang yang beli buku dulu bacanya kapan-kapan... he he. Tapi, akhirya kuputuskan untuk membacanya akhir Juli tahun lalu.

Sungguh perjuangan banget saat membacanya. Jujur saja, aku merasa bosan, dan lelah sekali. Minimnya dialog menjadi faktor yang membuatku merasa bosan. Aku benar-benar tidak bisa menikmati buku ini. Secara garis besar buku ini berisi pergolakan batin si Tokoh. Saat membacanya, aku merasa sedang membaca buku diary yang berisi curahan hati pemiliknya.

Aku ingin sekali menyerah saat itu. Tapi, seorang teman, Mbak Ayu @deevan_13 memberiku semangat agar aku tetap menyelesaikan buku ini. Dia bilangan, “Lanjutin Mbak, dijamin kamu pasti suka mbak..“. Akhirnya aku mencoba bertahan.

Namun ya.. seberapa keras pun usahaku untuk tetap membaca. Aku tetap tidak bisa menikmatinya. Sebelum sampai setengah halaman. Aku memilih meyerah. Tapi, aku masih memiliki niatan untuk tetap menuntaskan buku ini entah kapan.

Sampai di bulan Maret kemarin, entah tiba-tiba aku merasa bersalah dengan buku ini. Terlintas dibenakku untuk melanjutkan kembali membaca buku ini. Yang alhamdulillah bisa terlaksana juga. Dan, baru bisa kutamatkan di bulan April ini.

Aku tidak bilang buku ini tidak bagus ya.. Setiap orang memiliki selera tersendiri dalam menyukai sesuatu, termasuk buku. Aku juga tidak bilang bahwa aku tidak menyukai buku ini. Karena pada kenyataannya, aku akhirnya suka juga dengan buku ini.

Dan kalian harus tahu, buku ini tuh romantis, puitis dan juga sendu. Setiap diksi yang tersusun, terangkai menjadi kalimat yang indah, terasa begitu puitis. Bahkan, saat menuliskan tentang kesedihan dan luka pun, penulis menuliskannya dengan begitu indah.

Saat aku mulai membacanya kembali, aku berusaha masuk dalam cerita. Mencoba menyelami perasaan si Tokoh. Aku mencoba menjadi Lara sekaligus Saka. Hal yang kulakukan ini ternyata tidak sia-sia. Aku berhasil memperoleh chemistry dengan buku ini.

Ketika sudah masuk di konflik. Aku merasa sebal dengan Lara. Aku tidak suka dengan segala tindakan dan keputusan yang diambil Lara. Walau mungkin, jika aku di posisi Lara, aku juga akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Lara.

Tapi entah kenapa, untuk kali ini aku ingin berpihak kepada Saka. Aku ingin sekali membenarkan setiap keinginan Saka yang ingin menjadi apa yang dia inginkan. Walau mungkin sebagian orang yang sudah membaca buku ini, merasa sikap Saka itu egois. Tapi aku tidak peduli, aku tetap ingin di pihak Saka.

Mungkin.. aku merasa sebagian diriku adalah Saka. Atau mungkin... aku merasa jatuh hati pada Saka. Aku tidak tahu.. Aku hanya ingin membenarkan Saka. Mungkin ini jahat, tapi aku ingin mengikuti kata hatiku.

Tapi tidak berarti aku tak berpihak sama sekali pada Lara. Tentu Lara banyak memberi pelajaran. Salah satunya, bahwa tidak selamanya yang ditinggalkan adalah sebagai korban yang harus menyandang luka.

Dulu, aku juga memiliki pemikiran yang sama dengn Lara, sebelum Lara mengenal Saka. Aku menganggap hanya orang yang ditinggalkan yang akan terluka. Tapi itu salah, ternyata.. kadang yang meninggalkan pun harus merasakan luka.

Iya.. Selalu ada alasan, selalu ada sebab kenapa seseorang harus memilih untuk meninggalkan. Dan, selama ini aku tak pernah melihat itu. Selama ini, aku terlalu khusyuk merasakan luka sebab ditinggalkan.. Aku selalu memposisikan orang yang ditinggalkan sebagai korban. Dan orang yang meninggalkan sebagai pelaku. Padahal tidak selamanya seperti itu.

Melalui Tokoh dalam buku ini, setidaknya aku bisa memperoleh pengajaran. Dan, yang terpenting dari semuanya, buku ini mengajarkan untuk ikhlas. Berdamai dengan diri dan peristiwa menyakitkan di masa yang lalu.

Memaafkan segala hal yang sudah menorehkan luka. Sebab setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita adalah sebuah penyampaian pesan. Entah pesan itu untuk diri kita sendiri, atau entah untuk orang lain. Sebab.. kita ada di dunia ini, memiliki peran sebagai pengantar pesan utusan semesta..

Oke, kupikir sampai di sini dulu review suka-suka dariku. Maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan, dan terimakasih banyak buat kalian yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca review ini. Semoga kalian suka.. 🤗
Profile Image for Delasyahma.
242 reviews125 followers
November 1, 2018
Novel Kala ini menceritakan kisah dua sejoli yang sama2 menanam luka di hati mereka, namun percaya bahwa semsesta akan membawa mereka kepada seseorang yang mampu mengobati luka itu. Saka dan Lara. Mereka dipertemukan semesta dengan cara yang sangat romantis. Namun, mampukah mereka belajar dari luka masa lalu? Untuk sama2 memberi kebahagiaan untuk satu sama lain?

Sendu, syahdu, dan puitis, mungkin tiga kata itu yang mewakili buku ini, aku suka cara penulis bercerita, mengalunkan hati pembaca, narasi yang di tuturkan bagaikan kepingan kalimat yang berima dan bersenandika.

Aku sebenernya gemes sama Saka dan Lara, dua tokoh utama ini, emang bener2 punya karakter yang cukup kuat sih, punya ego masing2 yg juga gak mau dikalahin. Realistis bgt sama pasangan2 didunia nyata kalau lagi nggak satu pemikiran.

Walaupun premis dan konflik yg sebenarnya sederhana dan umum, tapi format bercerita mereka yang unik, punya nilai tersendiri, menggunakan POV 1 yang dilihat dari sudut pandang Saka, Lara dan semesta. Yg sangat terasa dalam cerita adalah pergolakan batin tokoh Lara dan Saka dengan pikiran dan hatinya masing2. Fyi, dialog di buku ini mungkin minim sekali, karena di dominasi dengan narasi dan deskripsi, tapi, gak bikin bosan sama sekali, karena banyak diksi dan kosakata bertebaran di setiap kalimatnya. Malah pengen terus baca, dan gak mau berenti.

Eksekusi konflik yg bisa dibilang apik karena membuat aku penasaran dengan buku selanjutnya ; amorfati. Dan buat temen2 yang suka bava romance dengan kalimat yang mendayu2 aku rasa Kala sangat cocok buat kalian.

Duet maut yang sukses menurutku, gimana menurut kalian yang udah baca Kala? Share dong 😆

Rate : 3,7/5🌟
Profile Image for Umar Syarif.
2 reviews2 followers
December 21, 2017
Menurut saya, bagi kalian pecinta prosa dan novel, KALA adalah buku yang tepat. Hal ini menjadikan buku ini unik, ada banyak prosa yang akan kalian temui pada buku ini. Pemilihan diksi yang menarik juga menambah kesan pada buku ini. Dalam hal ini, @hujanmimpi Steffani Bella dan @eleftheriaword Syahid Muhammad menurutku telah mampu membawa si pembaca ke dalam ceritanya. Tak banyak penulis muda yang bisa menuliskan diksi sedemikian indah seperti yang dituliskan mereka. Kalian akan banyak belajar sastra pada buku ini.
Buku ini bercerita dengan dua sudut pandang, Saka dan Lara. Dengan membawa pesan masing-masing. Saka si peluka dan Lara yang meluka. Kisah mereka memang selalu berhubungan dengan takdir. Pertemuan mereka adalah sesuatu yang selalu takdir aminkan agar tak terlalu lama dalam saling mengasingkan.
Sepanjang cerita kalian akan dibuat kagum oleh puisi dan prosa yang Saka dan Lara tulis. Walaupun nantinya, kalian juga akan dibuat gemas oleh kelakuan Saka. Seorang tokoh utama yang egois yang semakin membuat cerita ini menarik.
Seperti manusia yang pasti mempunyai kesalahan, pun dengan buku ini yang juga ditulis manusia pasti terdapat kesalahan. Beberapa aku temui typo pada penulisan yang jujur membuat saya agak terganggu. Tapi untuk cover, ini adalah jenius! Elegan! Aku suka. Dan tentunya ini adalah buku yang sukses membuat saya kadang tanpa sadar ikut gemas dan tersenyum sendiri selama membacanya.
Aku kasih 4 bintang!
Profile Image for Amaliya Khamdanah.
24 reviews
December 30, 2023
KALA
adalah novel kolaborasi dua penulis keren Mbak @hujan_mimpi dan Mas @iidmhd. Terbit di @gradienmediatama pada 2017 dengan 348 halaman.

Baca novel ini seperti diajak jalan-jalan ke Bandung, Jakarta, dan ngecamp di Jogja. Kok bisa? Iya, settingnya disitu. Coba deh baca, ntar bakal ngerasain gimana penulis berhasil membuat lokasi-lokasi itu jadi nyata, walau di novel!

Namanya Saka dan Lara, dua orang yang lahir dan besar di kota yang berbeda, Bandung dan Jakarta. Dua orang dengan latar belakang dan kesukaan yang tak sama, tetapi Semesta mempertemukan. Pertemuan yang unik. Pameran fotografi dan Bandung cerita itu bermula. Aku suka momen saat keduanya tanpa sengaja duduk sebelahan dan saling menyebut nama satu sama lain, karena karya kolaborasi, puisi dan foto.

"Cari sudut pandang yang membuat matamu nyaman untuk menikmati hal yang ada di depanmu, Lara. Jika dekat, seberapa dekat kau nyaman. Jika jauh, seberapa nyaman hal itu bisa kau nikmati." Saka pada Lara, hlm: 64.

Saka dan Lara berteman baik, keduanya juga banyak bercerita, seperti bertemu kawan lama, obrolan-obrolan, apa saja. Bagian berkesan lainnya, saat Lara diundang jadi narasumber acara literasi, dan Saka tanpa sepengetahuan Lara ikut menjadi peserta serta mengajukan pertanyaan pada Lara. Kamu tahu? Lara terkejut, tapi tersenyum bahagia atas kejadian itu.

Sampai akhirnya aku menyadari, salah satu hal dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis melalui novel ini. Bagiku, novel ini runtut sekali, bahkan ketika keduanya memutuskan untuk berpacaran, terjadi konfilk internal dan eksternal antar keduanya, sampai penyelesaian (?) Hmm. Sebagai pembaca, aku ikutan emosi, nyesek, mbrambang malah. Heu. Aku juga senang ketika membaca bagian Saka saat mengobrol dengan ibunya. Tampak teduh, dan wejangan-wejangan dari ibu yang sederhana tapi bermakna. Duh, Ibu.

Lainnya? Ketika di Jogja nanti, akan banyak kejutan-kejutan. Rotasi yang kembali saling bersinggungan antara Saka dan Lara. Semesta mengizinkan!

Oh iya, slide akhir ada lagu yang diciptakan dan dinyanyikan Mas @bemandry khusus untuk novel ini. Coba kamu dengerin.
Profile Image for L O L A.
1 review
April 7, 2020
KALA. “Kita adalah sepasang luka yg saling melupa”. Mereka adalah Saka & Lara. Saka, seorang fotografi, freelance desain grafis yg tidak suka bekerja di bawah tekanan. Dan, Lara, seorang penulis yg handal & editoring di penerbit, disiplin. Mereka sama-sama terjerat dari masa lalunya—masa di mana yg membuat mereka takut utk membuka diri dgn siapapun. Pada suatu event di Bandung, mereka dipertemukan. Kemudian, seiring waktu mereka dekat. Klimaksnya adalah Saka kembali ke kebiasaan buruknya (merokok), hal itu membuat pintu masa lalunya Lara terbuka. Gadis itu sgt membencinya—sampai pd titik lelahnya, ia langsung mengakhiri hubungannya dgn Saka 🙃
.
☕ Saat menikmatinya, nalarku dibuat berpikir keras, greget, kesal sendiri—terutama sama Saka 😂 but overall, mereka terus mengingatkanku utk slalu menghargai apapun itu, slalu bersyukur & menerima semua yg terjadi dgn ikhlas 😍
.
☕ Perlu diperhatikan!!! Buku ini nggak melulu membahas ttg luka tpi rentetan kecil dari kehidupan yg sering banyak org remehkan, seperti waktu sampai ke hal detail sekalipun—keteraturan-ketidakteraturan seseorang, semuanya di tulis dsini. Guys, jgn pernah remehkan sekecil apapun itu!!! 🙃
.
☕ Buku dgn tebal 348 hal & 13 bab di dalamnya, aku suka banget—kedua penulis menceritakannya dgn cara obyektif, benar-benar #reallife #nodrama, narasinya nggak bertele-tele, simple tpi terasa pencitraan latar kejadiannya 👍 Dan, pertama kali di sepanjang cerita, aku terus di buat speechless—buku yg super-super gilaa dgn permainan diksi-diksinya 😍 Sedih sih!!! Butuh 3 thn lamanya, aku baru nemu buku seperti ini 🙈
.
☕ Personaliti aku suka bgt dgn covernya #blackteam, enak dipandang, ilustrasinya simple, judulnya cukup unik—akronim & dialognya sedikit. Ada yg sama kah? 😂
...
Saka: Time is the most misleading entity. Because, if you can not master it then we will be mastered
Lara: Time is the most expensive process
...
ME: Time is how much you can appreciate it and provide goodness around you 🤗
You: ...... ???
Profile Image for Nina Sandiah.
16 reviews
October 19, 2017
butuh waktu lama buat selesaikan buku ini. bukunya oke, tapi awal awal cerita berasa sedikit membosankan (mungkin saya aja kali ya). alur pas cerita tentang masa lalu dan pertemuan Lara dan Saka, sedikit membosankan, mungkin krn sedikit percakapan jadi bacanya agak capek. hehe.

Yang seru pas udah masuk konflik, mulai deh seru bacanya. dan endingnya bikin senyum senyum sendiri. beruntungnya, saya udah janji untuk tidak membaca buku setengah setengah lagi tahun ini, jadi sebisa mungkin diselesaikan walaupun berasa bosan. dan ternyata, endingnya bener bener bagus banget. suka banget.

Oh ya, awal baca sih saya mikirnya, daripada dibilang novel, ini lebih bisa dibilang kumpulan tulisan tumblr. berasa baca novel tuh ntar pas akhir akhir.

Anyway, 3 bintang buat novelnya. kalau cover juga masuk dalam penilaian, bakal saya kasi 4 bintang, instagramable banget.
Profile Image for Atikah Rahimah.
29 reviews
July 12, 2024
"kau datang sebagai pesan pembalasan. aku datang sebagai dosa yang kau perbuat"
buku ini bakalan relate sama anak pertama entah itu laki-laki maupun perempuan yang merasa dituntut akan banyak hal. saat perpisahan terjadi kita merasa menjadi pihak yang paling tersakiti padahal yang kita tidak sadari bahwa kita jualah pelaku yang menyakiti. kita tidak kuasa untuk mencegah sebuah garis takdir yang telah tuhan tetapkan. Saka yang diharapkan menjadi tonggak yang tangguh dan Lara sebuah doa yang disematkan agar menjadi pelindung. semesta membuat mereka bersinggungan menghadirkan beragam pilihan serta keputusan.
Profile Image for Afrianti Pratiwi.
100 reviews28 followers
March 6, 2020
Kita adalah sepasang luka yang saling melupa.

Selain dari judul buku, saya selalu bisa tertarik dengan sebuah buku dengan ilustrasi sampul yang unik. Dan buku ini termasuk salah satu yang bisa menarik saya dari visual sampulnya. Pertama, dari segi sampulnya entah kenapa malah mengingatkan saya pada motif tenun dari Timur Indonesia. Padahal gambar sampulnya berupa, apa ya ini nyebutnya, bulu? Dengan motif berwarna-warni? Yah, pokoknya semacam itu dan saya suka.

Sederhana, bukan? Warna sampulnya yang hitam juga bikin saya makin-makin jatuh hati. Terlihat kesan kelam yang dipadukan dengan kalimat pembuka di atas. Sudah terasa sakitnya perpisahan, ya? Saya sih merasanya demikian.

Mengingat akhir-akhir ini mood baca saya lagi kayak roller coaster, saya sangsi bisa menyelesaikan buku ini dalam waktu singkat. Dan tenryata benar, saya selesai dalam dua minggu. Sungguh waktu yang panjang untuk sebuah buku yang sebenarnya nggak tebal-tebal amat.

Barusan saya sempat diskusi sama Kak Indi setelah ia memposting informasi bahwa buku Kala dan Amorfati (sekuelnya) akan dicetak ulang dalam waktu dekat. Jadi, isi diskusi singkat itu memang tentang penuturan isi buku yang terlihat kentara sekali perbedaannya. Buku ini memang ditulis oleh dua orang, laki-laki dan perempuan. Mungkin inilah permasalahan utama mengapa gaya bahasanya bisa sangat berbeda antara si tokoh laki-laki (Saka) dengan tokoh perempuannya (Lara).

Jujur, membaca bagian punya Saka di awal-awal buku sungguh bikin saya pusing. Entah kalimatnya yang terlalu berbelit atau memang saya yang lagi-lagi tidak mengerti. Sampai di beberapa paragraf milik Saka, saya cuma bisa memberikan komentar, “Oke, ini kalimatnya bagus, tapi maksudnya apa ya? Kok aku nggak ngerti sama sekali?”

Berbeda ketika saya membaca bagian milik Lara yang kalimatnya mengalir khas Kak Bella yang menuliskannya dengan puitis tapi tetap sederhana dan mudah dinikmati. Saya lebih bisa memahami kalimat-kalimat yang diluncurkan oleh Lara dibanding punya Saka. Mohon maaf, Mas Syahid. Hahaha.

Tapi, dari tengah cerita sampai ke akhir, saya sudah bisa menikmati bagian Saka secara keseluruhan. Kali ini kalimat-kalimat dan gaya bahasa tokoh Saka sudah bisa seimbang dengan tokoh Lara. Jadinya saya lebih mudah meresapi dan menghayati alur cerita yang mereka buat dengan perandaian semesta yang menciptakan pertemuan dengan teramat mudahnya.

Relate. Satu hal yang mungkin bisa saya simpulkan dari buku ini. Mengingat pertemuan dua tokoh ini berawal dari luka masing-masing sampai akhirnya mencoba bermain peran yang diatur oleh semesta.

Secara karakter, mungkin benar yang dibilang Kak Indi, bahwa Saka dan Lara adalah dua orang yang egois yang saling mengisi kekosongan satu sama lain. Lara dengan keteraturannya dan menginginkan sekitarnya serba teratur, sedangkan Saka dengan kebebasannya dan tidak suka kebebasan itu diusik siapapun. Secara realita, seharusnya mereka berdua nggak akan pernah bisa bersatu. Karena mereka punya dua prinsip yang berbeda dan nggak akan bisa lebur kalau nggak ada yang mau mengalah.

Mengalah, lagi-lagi kita akan bicara tentang pemakluman. Tentang pengorbanan ketika dua orang manusia berusaha menjalin hubungan di atas perbedaan yang ada. Bertahan atau tidak, tergantung sejauh mana pemakluman bisa memanipulasi pikiran kita dengan dalih pengorbanan.

Nggak, saya nggak bilang itu nggak mungkin. Tapi melihat realita berdasarkan pengalamanan, semuanya akan serba sulit dan serba salah di banyak sisi. Menjadi egois akan jadi ancaman buat hubungan, membiarkan pemakluman berlanjut juga punya potensi yang sama. Bumerang buat masing-masing pribadi.

Sungguh, buku ini menyimpan banyak kata-kata puitis yang membuat saya ingin menyimpan semuanya. Entah karena memang lagi relate atau bagaimana, tapi seisi buku ini memang benar-benar bikin saya seperti berkaca pada pengalaman yang sudah lalu. Perihal ditinggalkan-meninggalkan, memaknai luka, sampai sebuah pertemuan yang singkat tapi berkesan.

“Namun, demi hidup yang tak pernah ada pemberhentian, semua mata rantai yang rusak atau terputus harus selalu digantikan. Mereka yang terlepas dan tergantikan tidak akan hancur dan terlupakan. Mereka akan tetap melanjutkan fungsinya dalam peran yang berbeda.” (hlm. 14)

Membaca kutipan tersebut saya mengingat kalimat seorang teman tentang barang yang rusak harusnya diperbaiki, bukan malah dibuang begitu saja. Sama seperti hubungan yang koyak, harusnya bisa diperbaiki alih-alih diberhentikan begitu saja.

Kalimat favorit saya ada pada bagian Saka, yang selalu saya maknai secara terbalik dengan alasan tertentu.

“Aku yang pernah bercerita tentang luka malah memberinya luka yang sebenar-benarnya.” – Saka. (hlm. 15)

“Aku dan Lara bersinggungan dalam satu garis waktu dengan kecepatan yang berbeda. Karena, kecepatan yang berbeda akhirnya semesta mebgizinkan kami bersinggungan dalam waktu yang sama. Hingga akhirnya kami saling menarik dalam kecepatan masing-masing untuk menyesuaikan.” (hlm. 177)

Secara keseluruhan, buku Kala bisa kalian nikmati dan rasakan sendiri sensasinya. Ambyar? Sudah pasti. Galau? Ya jelas. Apalagi kalau yang pernah relate alias pedekate sebentar langsung jadian. *eh gimana? Ya, pokoknya baca sendiri aja kalau mau tau ceritanya, saya mau baca lanjutannya ini. Apakah si Saka dan Lara bakalan jadi dua manusia egois apa gimana. Nanti kita ulas suka-suka lagi, ya.
Profile Image for Syabillaptr.
2 reviews1 follower
August 4, 2017
Untuk pecinta genre romance buku ini sangat romantis. Saya membaca buku ini layaknya orang gila, senyum-senyum sendiri. Diksi dalam cerita ini amat sangat pas bikin baper. Covernya lucu hitam manis gimana gitu. Tapi sayangnya agak sedikit membosankan dan masih banyak typoo.
Profile Image for Vi N Khalishah.
7 reviews
August 26, 2017
Empat bintang untuk cover dan pemilihan diksi yang begitu mengena, meskipun untuk bagian percakapan saya kurang nyaman, tapi untuk keseluruhannya saya suka buku yg disajikan dalam dua sudut pandang protagonis ini.
Profile Image for PujP.
15 reviews1 follower
November 2, 2017
Gue baru aja baca extra storynya di wattpad, dan gue terkesima dengan salah satu kalimat. Intinya sih : I have a long time for make all of this story into a writings, so I don't want reader read this story in one stand.

Dan untuk hal ini, penulis berhasil.
Profile Image for Achandra.
210 reviews5 followers
December 24, 2024
Kisah dalam buku ini adalah kisah sederhana layaknya kisah romansa dalam kehidupan sehari-hari namun dikemas dengan cara yg unik yaitu dengan diksi yg sangat puitis. Novel ini menceritakan tentang Saka dan Lara. Kisahnya terus berjalan, semakin berkembang, dan menguak resah di antara keduanya.

Saka adalah seorang fotografer dan Lara adalah seorang penulis yg bertemu dalam sebuah pameran seni hasil kolaborasi antara komunitas fotografi dan komunitas menulis yg diikuti oleh keduanya. Mereka bertemu karena sebuah takdir, ketika salah satu foto hasil jepretan Saka tak sengaja dipilih oleh Lara untuk disampaikan dalam bentuk tulisan. Pertemuan singkat namun canggung menggiring Saka dan Lara untuk jatuh hati satu sama lain. Mereka semakin dekat saat mengetahui bahwa foto dan tulisan mereka menjadi satu kesatuan. Hingga akhirnya pertemuan mereka harus berakhir karena pemeran tersebut selesai pada hari ke 7.

Setelah keduanya memutuskan hubungan jarak jauh, konflik di antara keduanya mulai bermunculan. Lara yg hidup dengan penuh keteraturan dan Saka yg hidup dengan santai. Hubungan mereka mulai goyah, amarah tak terbendung, karena Saka merasa hidup dengan keteraturan mengekangnya. Hingga akhirnya Lara memutuskan pergi dr hidup Saka. Lara yg meninggalkan dan Saka yg merasa ditinggalkan. Namun, ternyata takdir mempertemukan mereka kembali di kota Yogyakarta. Lalu bagaimana kelanjutan kisah Saka dan Lara?

Pengemasan novel ini menarik, karena ada kolaborasi di antara dua penulis yaitu ka Stefani dan ka Syahid. Kedua penulis ini menggunakan prosa untuk menggabungkan monolog dan dialog dalam kisahnya. Prosa dalam novel ini merupakan alur yang mewakili setiap cerita baik dr sudut pandang Kala maupun Saka. Mungkin dengan mengubah narasi cerita menjadi kalimat sastra puitis menjadi suatu ide yg cukup brilian. Sayangnya tidak semua orang cukup menikmati sebuah cerita yang ditulis dengan bahasa puitis, jujur saja aku sering merasa kelelahan dengan kalimat yang mendayu-dayu dan di beberapa halaman aku memutuskan untuk membaca cepat, tidak ada yg salah just not my cup of tea 😊.
Profile Image for Erwanda Ersa.
7 reviews
December 29, 2017
"Jika perubahan adalah satu-satunya yang pasti, maka ketidakpastian akan dimiliki oleh waktu. Karena pada detak ke sekian, aku mendapati diriku jatuh cinta pada seseorang yang tidak ingin secara egois aku miliki. Lalu kita, diselundupkan dalam kala, sebagai pengantar pesan utusan semesta."
-
Kutipan yang ada pada kover belakang buku ini sebenarnya sudah sangat menceritakan segala kesimpulan cerita yang ada di dalamnya. Tetapi tentu, laiknya muara yang memiliki hilir pasti selalu ada proses yang terjadi untuk sampai ada di sana.

Saka dan Lara adalah dua peran yang mampu membuat hati para pembaca campur aduk oleh kisah yang disajikan kedua penulis.

Dipertemukan ketika kedua komunitas yang mereka ikuti—fotografi dan menulis— mengadakan suatu workshop bersama di Bandung. Menjadikan kesempatan itu ruang untuk hati mereka masing-masing yang sama-sama berduka. Saka dengan luka yang sering meninggalkan, sedang Lara dengan luka yang sering ditinggalkan.

Keduanya bertemu dan menjalin suatu yang menjadikan mereka menemukan pula cara berdamai dengan perasaan yang kemudian saling memaafkan atas segala ego yang tak jarang dituangkan pada hubungan jarak jauh Saka dan Lara.
-
Konsep menarik yang dibuat kedua penulis menjadikan kedua peran di dalamnya begitu hidup. Bukan hanya tentang romansa tetapi banyak juga pelajaran kehidupan yang digambarkan oleh peran lainnya seperti Ibu Saka dan Lara atau juga teman-teman Saka dan Lara. Bersama sajak-sajak ciamik yang sangat menyentil amygdala ini. Tetapi, karena diinginkannya pemaparan kedua sudut pandang antara kedua tokoh, seringkali Saya sebagai pembaca merasa bosan karena sudah tahu kejadian dari sudut pandang yang pertama. Tetapi, untuk keseluruhan buku ini sangat wajib dibaca untuk para penganut ldr 😿 enggak deng, untuk semua yang menjalani suatu hubungan juga perlu, karena banyak hal yang dapat dipelajari di dalamnya.
Profile Image for Aliflanya A. Maghfirah.
49 reviews9 followers
October 12, 2020
Saya pengen banget memberi 5 stars review untuk buku ini. Tapi sayangnya ada beberapa hal yang masih mengganjal sehingga perlu saya ulas disini. Sebelumnya saya juga sudah membaca ulasan Mba Maria yang ada di comment section di bawah saya, beliau sudah membaca buku ini 3 tahun lebih awal dari saya yang baru membaca buku ini di tahun 2020 dan saya setuju dengan ulasan Mba Maria.

Jadi saya hanya akan mengulas bagian saya sendiri selebihnya goodreaders bisa membaca ulasan buku ini di comment nya mba Maria.

Seandainya saja seluruh isi buku ini ditulis dalam bahasa Indonesia, buku ini akan sempurna. Banyaknya grammatical error di buku ini cukup membuat saya gemas ingin mengoreksinya. Saya mengerti penulis mungkin ingin membuat buku ini seringan mungkin seperti para dewasa muda yang suka mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Namun bagi saya, sajak-sajak yang ada di buku ini terlalu indah bila harus disandingkan dengan kata-kata dalam percakapan yang dicampur dengan bahasa Inggris ala anak Jaksel. Terlebih penulisan dalam percakapan sering kali ditulis dalam bahasa chatting. Agak mengganggu sih untuk saya, karena saya bukan ingin membaca chat. Tapi membaca buku.

Buku ini sangat unik karena terdiri dari 3 sudut pandang. Sudut pandang Saka, Lara dan Semesta. Jadi kalian sebagai pembaca cukup menjadi penonton akan kisah dalam buku ini. Plot nya sangat menarik. Karena permasalahan yang terjadi dalam buku ini sangat lumrah terjadi dalam kehidupan para Dewasa Muda sehingga buku ini sangat cocok untuk disasar para pembaca di umur 20-an.

Jujur awal membeli buku ini karena tertarik dengan tulisannya mas Syahid. Apalagi buku-bukunya bookstagramable banget gitu ya. Tapi baca isinya ga nyesel kok. Bagus banget karena memberi banyak perspektif baru dalam menghadapi hidup.


Profile Image for Fadila setsuji hirazawa.
350 reviews4 followers
July 5, 2020
"...,coba tebak gimana cara Tuhan ngabulin orang-orang yang berdoa minta dikasih kesabaran yang lebih?" ⁣
"Lah, sabar kan enggak ada batasnya?"⁣

"...Tapi,bukannya semua yang enggak terbatas itu cuma milik Tuhan? Batasnya adalah saat kita menyerah untuk tenang dan kemudian..." hal.230⁣
.⁣..
Novel yang menceritakan tentang Saka dan Lara yang di pertemukan dalam suatu kesempatan.Bagaimana kemudian kisah mereka berkembang menguak resah,terkadang memaksa suara yang ingin di redam harus terdengar dan tidak sengaja menyentuh ego... ⁣

Pengemasan yang menarik dan kolaborasi keren menurut saya menjadi salah satu nilai tambah untuk karya kakak Stefani dan kak Syahid ini. Berbicara pengemasan, yang saya maksud disini adalah serentetan kata-kata yang untuk saya pribadi cukup menghanyutkan,beberapa bahkan menohok. Kalau kata saia : paskenauluati⁣

Menghadirkan dua sudut pandang terkadang serupa bertaruh.Menjadi bagus apabila berhasil dan sebaliknya menjadi bagian yang di lewatkan sebab maksud penulis telah tertangkap pada bagian sebelumnya.Dan saya pribadi merasa dua sudut pandang yang di hadirkan membuat saya harus melewatkan salah satu sudut pandang karena merasa sudah dapat infonya setelah membaca salah satu sudut pandang tokoh.⁣

Dan nama yang di pilih oleh penulis untuk kedua tokoh adalah bagian lain yang saya senangi dari novel Kala.⁣

Barangkali saya cukupkan saja dulu tentang novel kerennya kak Bella dan mas Syahid ini. Bila di beri kesempatan oleh Allah dan di si malas lagi pergi jauh,ulasan ini akan saya perbaiki sehingga bagian yang saya bahas bisa lebih lengkap.⁣
2 reviews
December 28, 2017
Novel ini menceritakan tentang sudut pandang dua orang yang saling mempunyai masa lalu dengan sendirinya . Mereka bernama saka dan lara
Dua sejoli yang saling mencintai tapi masih menyimpan luka sehingga mereka saling tidak bisa menerima masa lalu nya masing-masing.


Pertama baca novel ini di awal" bab memang diksi nya sangat banyak buat yang masih minim diksi seperti saya rasanya sedikit kewalahan dalam membaca nya tapi lama kelamaan karena alur ceritanya yang bisa membawa suasana dan akhirnya mengerti juga.
Dan yang bikin greget ceritanya i
Ku kira Novel kala itu gak ada kelanjutannya dibuat biar pada menerka nerka pada semesta tapi lagi lagi dikejutkan dengan dua penulis yang jujur aja bikin gemes, dan ku kira di novel ini akan sama kaya novel kala dimana saja dan lara masih saja tetap menyalahkan masa lalu nya.
Tapi benar-benar diluar ekspektasi apalagi dimana disaat mereka bertemu lagi untuk pertama kalinya, hm gak bayangin sampai itu.

Intinya di novel ini bahwa sebenci apa atau Semarah apa kita pada seseorang dan pergi dimana saja untuk melupakan nya jika dia tujuan pulang kita tetap saja kita akan kembali padanya. Jangan gengsi karena hati gak ada yang tau tu kaya pengalaman banget, ini cocok buat yang sedang menjalin hubungan ldr

Bakal gak nyesel baca novel ini,
Dan tenang saja ini gak terlalu romantis tapi malah bikin greget sendiri , suka pokoknya 💖💖
Profile Image for mfi_littleworld.
158 reviews
December 29, 2020
Ditulis oleh dua orang penulis, Stefani Bella dan Syahid Muhammad dengan mengambil dua pov dari orang pertama yaitu Lara dan Saka. Sehingga kita bisa tau satu peristiwa dari dua sudut yang berbeda dan ditulis oleh dua penulis yang berbeda pula.

Tema yang diangkat cukup sederhana, tentang dua orang yang saling berhubungan -romance tapi karena dibalut dengan gaya bahasa yang puitis dan dengan pov orang pertama jadi membuat pembaca bisa tau lebih dalam tentang karakter tokoh dan apa yang dirasakan oleh tokoh utama dalam cerita.

Walaupun ending dari buku ini cukup menarik tapi aku lebih menyukai bagaimana kedua penulisnya menyuguhkan anti klimaks sebelum ke penyelesaian. Dimana Saka dan Lara seakan sadar apa yang telah mereka katakan dan lakukan.

Didalam bukunya banyak menyinggung tentang entah bagaimana aku menyebutnya, seperti : nurani, sukma, nalar, hippocampus, amygdala, ego, sukma, akal.
Awal chapter mungkin masih belum terbiasa tapi semakin ke halaman-halaman berikutnya akan terbiasa atau dipaksa terbiasa.
Sebenarnya, agak 'perjuangan' menamatkan buku ini karena bahasanya yang sastra bgt menurutku. Dan juga dialog dibuku ini lumayan sedikit, banyak narasinya dan aku enggak bisa cepet bacanya karena harus memahami dulu makna dibalik kalimat yang aku baca.

Bagi yang menyukai bacaan dengan kalimat yang to the point langsung tanpa dianalogikan, tanpa dibalut dengan kata-kata puitis, mungkin kalian bisa belajar menyukai hal itu lewat buku ini.
Profile Image for Yogi Pratama.
56 reviews
June 11, 2019
Duh, kenapa waktu itu beli buku ini ya? Sepertinya saya hanya tertarik dengan design sampulnya yg menarik dan jelas menggambarkan saya banget. Warna hitam dengan aksen artistik sedikit

Tapi sepertinya isinya tidak semenarik cover nya

Cukup melelahkan membaca cerita dari dua sudut pandang si laki-laki dan perempuan! Ide seperti ini kayaknya kurang berhasil di buku ini

Cerita yg seharusnya pendek jadi seperti diulang lagi dengan sudut pandang yg berbeda. Konflik yg sepertinya sederhana dan penyelesaian yg seharusnya ga rumit jadi membosankan karena harus diulang diceritakan lagi

Saya sempat stuck membacanya pada halaman2 awal. Pemanasan dalam membaca buku ini seperti mesin diesel yang harus dipanaskan ketika ingin digunakan. Sayangnya mesinnya kok ngga panas-panas ya. Sehingga saya butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan membaca buku ini karena saya sambi buku yang lain

Mungkin lanjutan cerita pada buku Kala ini akan lebih menarik, tapi kalau saya harus disuruh membaca kelanjutannya pada buku kedua, maaf saya akan pikir ulang lagi. Takut kejebak sebatas ketertarikan design sampul semata.

Maaf 🙏🏻
Profile Image for Yohannes Sutrisno.
1 review5 followers
February 14, 2018
Menarik membaca buku ini, justru karena diawali oleh keponakan saya yang membaca duluan. Begitu membaca tagline di cover depan dan belakang jadi tambah penasaran, serta merta saya cari Kala dan AmorFati di toko buku. Yang pertama, kolaborasi dua penulis yang secara langsung menorehkan ide dalam model penceritaan dua sisi cukup kreatif, meskipun repetisi kadang membosankan bahkan perlu di skip. Kedua, pemilihan diksi yang menggugah dan membuat kalimat kalimat seolah "bernyawa", ada penggalan penggalan puisi diskriptif serta frasa filosofi yang kontemplatif. Ketiga, pemilihan judul yang singkat multitafsir dan membikin penasaran [meskipun sudah diperjelas dengan singkatan kedua tokohnya]. Keempat, pilihan cover dan tagline cukup berhasil. Kelima, minornya alur cerita masih sangat "pop" khas romansa remaja..gampang ditebak, overall menarik, dan bisa menyeret imajinasi pembaca terlibat didalamnya menjadi semesta.
Profile Image for Tiya Mulani.
93 reviews8 followers
February 7, 2020
Bukan jenis buku yang biasa aku baca selama ini dan akhirnya memutuskan kalau buku semacam ini memang bukan 'my cup of tea'.
Banyak kalimat dan paragraf yang jujur susah aku pahami, terutama di bagian-bagian awal, it took me to read two or more times it to understand.
I'm okay with two pov tapi disini entah kenapa bacanya jadi capek karena ngulang apalagi di bagian-bagian yang menurut aku lagi klimaks. Di pov yang 1 udah bikin aku terbawa suasana tapi setelah ganti pov kedua jadi harus mengulang lagi dari awal klimaks itu yang mana malah bikin excitement nya hilang.
Jujur untuk penulisan 'that' yang kebanyakan jadi 'dat' sangat mengganggu buat aku karena jauh lebih baik untuk ditulis dengan 'that' saja.
Dan yang terakhir, the overused of 'semesta' also bothers me.
So that's all my thoughts after finished reading this book. There are the 2nd and 3rd books but I guess I won't continue to read it.
1 review
December 5, 2022
Buku yang cukup menarik. Buku ini saya baca saat dunia seperti ini masih terasa sangat abu-abu. Iya, entah abu-abu atau memang bodoh. Yang jelas, waktu itu, saya masih terlalu muda untuk memahami arti luka dalam sebuah hubungan.

Untuk cover novel, overall, menurut saya cukup menarik. Sepertinya, sangat cocok dengan selera anak muda sekarang. Simple, tapi tetap tidak berlebihan. Kalau kalian membaca judul di sampul, pasti kalian akan langsung paham arah novel ini. Kata "KALA" ditulis kapital di pojok kiri bawah. Dilanjut dengan kalimat "kita adalah sepasang luka yang saling melupa". Judul seperti ini sangat mudah disimpulkan isinya. Sudah pasti tentang hubungan seseorang yang sudah pernah terluka, lalu berujung pada luka juga. Meskipun sudah tertebak begitu, tetapi, pembaca yang budiman tidak perlu khawatir. Sebab, kisah dalam novel ini dibawakan dengan sangat unik. Pembaca akan disuguhi perspektif dari 2 sisi (tokoh utama perempuan dan tokoh utama laki-laki).
Profile Image for Rumah.
Author 1 book41 followers
February 28, 2018
Pertama kalinya membaca novel karya kak Bella dan kang Iid. Dark, dalem, MJJ, nyesek, semua rasa jadi satu
.
.
Cerita ini ditulis dengan dua sudut pandang yang berbeda, antara Saka dan Lara. Jadi, membaca cerita Kala ini semacam membaca diary hidup mereka berdua. Kalimat-kalimat yang dituliskan penuh dengan makna dan bikin nyentuh banget ke dalam hati
.
.
Emosi dikala membaca novel ini benar-benar dapat banget. Memahami kekalutan hati mereka berdua, merasakan emosi yang mereka rasakan. Seolah sosok Saka dan Lara ini nyata
.
.
Konfliknya hanya seputar pada hubungan antara Saka dan Lara yang berbeda prinsip dan pemikiran sehingga kapal yang mereka tumpangi tak lagi sejalan. Namun, disini pun kita bisa mengambil hikmah, jika setiap keputusan dan perbuatan yang kita ambil akan selalu ada konsekuensi di balik itu semua
Displaying 1 - 30 of 92 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.