Jump to ratings and reviews
Rate this book

Sirkus Pohon

Rate this book
Baiklah, Kawan, kuceritakan padamu soal pertempuranku melawan pohon delima di pekarangan rumahku dan bagaimana akhirnya pohon itu membuatku kena selalu wajib lapor setiap Hari Senin, di Polsek Belantik.

Benci nian aku pada delima itu, lihatlah pohon kampungan itu, ia macam kena kutuk. Pokoknya berbongkol-bongkol, dahan-dahannya murung, ranting-rantingnya canggung, kulit kayunya keriput, daun-daunnya kusut. Malam Jumat burung kekelong berkaok-kaok di puncaknya, memanggil-manggil malaikat maut. Tak berani aku dekat-dekat delima itu, karena aku tahu pohon itu didiami hantu.

Dalam novel ini Andrea akan membuat kita terbahak-bahak mengikuti kisah orang-orang Melayu di pedalaman Belitong yang lugu, tersedu-sedu oleh kisah cinta yang masygul, atau geleng-geleng kepala oleh intrik-intrik mereka yang luar biasa. Kita akan menemukan manusia-manusia yang tak sempurna, tapi sekaligus menemukan kebijaksanaan dalam diri mereka.

424 pages, Paperback

First published August 15, 2017

190 people are currently reading
1702 people want to read

About the author

Andrea Hirata

22 books2,434 followers
Under a bright sunny sky, the three-day Byron Bay Writers’ Festival welcomed Andrea Hirata who charmed audiences with his modesty and gracious behavior during two sessions.

Andrea also attended a special event where he and Tim Baker, an Australian surfing writer, spoke to a gathering of several hundred school children. During one session, Andrea was on a panel with Pulitzer Prize winning journalist from Washington, DC, Katharine Boo, which he said was a great honor.

The August event for the school children was very meaningful to Andrea, the barefooted boy from Belitung, as he made mental comparisons with the educational opportunities of these children, compared to what he experienced.

And now his own life story is about to become even more amazing, as his book Laskar Pelangi (The Rainbow Troops) is being published around the world in no less than twenty-four countries and in 12 languages. It has caught the eye of some of the world’s top publishing houses, such as Penguin, Random House, Farrar, Straus and Giroux, (New York, US) and many others. Translations are already on sale in Brazil, Taiwan, South Korea and Malaysia.

All this has come about because of the feeling of appreciation that the young Andrea felt for his teacher, Muslimah. He promised her that he’d write a book for her someday. This was because for him and his school friends, a book was the most valuable thing they could think of.

Andrea told a story that illustrated this fact. When royalties flowed in for him he decided to give his community a library. He spent a lot of money on books. He left the village headman in charge of administering the library. However, when he came back several months later, all the books were gone. People loved the books, but they had no concept of how a lending library functioned.

“Some of them could not even read, but they just loved to have a book, an object of great value and importance, in their homes. We will restock the library with books and this time it will be run by our own administration,” he laughed.

Andrea told this story as we sat in the coffee shop adjoining a Gold Coast City Library, one of 12 scattered around the city. One of the librarians, Jenneth Duque, showed him around the library, including the new state-of-the-art book sorting machine, for processing returns located in the staff area. As he saw the books being returned through pigeonholes by the borrowers and the computerized conveyor belt sorting them into the correct bin for reshelving, the sight made him laugh and prompted the telling of that story.

Andrea wrote the book for his teacher while in the employ of Telkom, but the completed manuscript was taken from his room, which was located in a Bandung student accommodation community. Whoever took the manuscript knew enough to send it to a publisher and that’s how Andrea, an unhappy postal service worker who had studied economics in Europe and the UK, became the accidental author of the biggest selling novel in Indonesia’s history.

He has since written seven more books.

Fast forward to 2011 and Andrea was in Iowa, the US, where he did a reading of his short story, The Dry Season. He was approached by an independent literary agent, Kathleen Anderson. They talked, but for six months there was no news until an email arrived telling him that one of the best publishers in the US, Farrar, Straus and Giroux, had accepted his book.

Then every week, more publishers said “yes” and now he has 24 contracts from the world’s leading publishers.

Andrea worked with Angie Kilbane of the US on the English translations of Laskar Pelangi and its sequel Sang Pemimpi (The Dreamer). Translators from several other countries have visited his home village in Belitung to do research.

“For a long time I wondered what was the key to the enormous success of my book,” Andrea said.

“I think there’s no single right answer. Perhaps people are fed up with writing focused on urban issues or esca

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
845 (38%)
4 stars
929 (42%)
3 stars
328 (15%)
2 stars
45 (2%)
1 star
26 (1%)
Displaying 1 - 30 of 375 reviews
Profile Image for Sharulnizam Yusof.
Author 1 book95 followers
March 16, 2018
1) Saya peminat Andrea. Jadi rating yang saya beri, sedikit sebanyak ada unsur bias. :)
2) Dalam Sirkus Pohon, ada banyak cerita dan banyak sekali wataknya (yang namanya berhujung "din"). Jadi kalau mahu membaca, disarankan membaca terus tanpa selang masa yang lama jika terhenti. Melainkan, jika rajin mencatat nota, mungkin membantu.
3) Ceritanya tidak kosong. Watak-wataknya mewakilkan sesuatu/seseorang/situasi. Dan diselitkan fakta tanpa menjadik teks kelihatan seperti jurnal akademik. Mendidik (bukan mengajar) secara halus.
4) Banyak menggunakan perkataan yang jarang didengar, entah bahasa Belitong atau bahasa Indonesia. Bantuan "google" sangat diperlukan.
5) Banyak tanda tanya yang timbul. Seperti cerita yang tidak selesai. Tapi, Sirkus Pohon ini katanya satu siri tetralogi. Aduh!
6) Personifakasi (entah betul atau tidak terma ini) Andrea sangat kreatif dan bersahaja. Musykil bagaimana dia mendapat "ilmu" begitu.
7) Buku Andrea adalah buku wajib milik dan wajib baca!
Profile Image for Ira Booklover.
687 reviews45 followers
December 7, 2017
"Fiksi, cara terbaik menceritakan fakta."

---Andrea Hirata

***

Bukunya lumayan mahal kalau menurut standar saya sekarang. Sempat nyesal kenapa tidak nunggu diskonan saja baru beli, wkwkwk. Untunglah penyesalan saya tidak bercokol lama. Bukunya bagus banget. Saking bagusnya membacanya jadi tidak terasa, tahu-tahu sudah mau chapter akhir aja.

Entah kenapa kalau saya membaca buku karangan Andrea Hirata, saya selalu beranggapan bawah tokoh "aku" itu adalah Ikal. Alhasil sampai menjelang chapter akhir, saya belum hapal siapa nama lengkap tokoh utamanya. Yang saya ingat cuma nama panggilannya, Hob.

Seperti biasa, buku karangan Andrea Hirata mampu membuat saya tertawa dan menangis sendiri. Kisah tentang orang-orang kecil di tempat terpencil yang katanya tidak masuk di dalam peta. Meskipun begitu, banyak kebijaksanaan yang bisa kita ambil dari kisah mereka.

Melihat judulnya, saya tidak menyangka kalau kisahnya bakalan seperti ini. Meskipun judulnya memuat kata-kata sirkus, saya tetap kaget kalau ternyata kisah sirkus memang ada di dalam buku ini.

Jadi, novel Sirkus Pohon menceritakan tentang kisah hidup plus kisah cinta seorang laki-laki bernama Hob (nama lengkapnya masih susah saya ingat, wkwkwk) dengan seorang gadis bernama Dinda. Dan ditambah bonus kisah cinta antara dua orang anak bernama Tara dan Tegar. Menurut saya, kisah cinta kedua pasangan ini manis sekali. Tipe cinta pandangan pertama yang you're the one and the only gitu. Oh, saya suka saya suka ♥~(‘▽^人)

Terus juga ada cerita mengenai pohon dan sirkus. Si pohon yang dimaksud di sini adalah pohon delima. Dan sirkus yang dimaksud adalah sirkus milik keluarga Tara. Bagaimana sirkus dan pohon delima bisa bersatu silakan baca sendiri kisahnya :D. Gara-gara buku ini, saya baru ngeh kalau ternyata pohon delima bisa tumbuh besar ya (ya iyalah). Coz selama ini saya hanya tahu bentuk pohon delima dari tanaman tetangga saya. Pohon delimanya kecil dengan tipe batang kurus yang menjulur-julur gitu.

At last, 4 dari 5 bintang deh untuk novel Sirkus Pohon. Buku ini mengembalikan mood membaca saya yang sempat seret.

Oh ya hampir lupa, berikut adalah beberapa kutipan di buku ini yang jadi favorit saya:

...dan aku gembira karena ternyata ada kebaikan dan harapan dalam diriku meski hal itu hanya dilihat oleh seorang anak kecil. (Sirkus Pohon, hlm. 64)

Dan tak ada yang lebih menyenangkan daripada berdekatan dengan orang-orang yang punya mimpi besar. (Sirkus Pohon, hlm. 71)

Mereka adalah para penakluk rasa sakit yang selalu dicekam hukum pertama bumi: gravitasi, selalu menjatuhkan! Namun, mereka memegang teguh hukum pertama manusia: elevasi, selalu bangkit kembali! (Sirkus Pohon, hlm. 72)

Puluhan tahun telah berlalu sejak aku terperangah melihat aksi raja-raja muda angin itu, kini mereka turun dari langit dan dapat kujangkau. (Sirkus Pohon, hlm. 79)

Ternyata hari menjadi megah jika dimulai dengan gembira,.... (Sirkus Pohon, hlm. 85)

Karena orang sekarang tak bisa lagi disindir-sindir. Orang sekarang buta membaca tanda-tanda, bebal kiasan! (Sirkus Pohon, hlm. 208)

...., mengapa susah sekali menulis: Aku rindu. (Sirkus Pohon, hlm. 320)
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
August 24, 2017
Menarik dan mengalir sih. Tapi tetap marterpiece Andrea Hirata ada di Padang Bulan, Cinta Dalam Gelas. Sebagaimana Ayah, yang saya tunggu justru humor-humor Andrea. Di novel ini humor lebih menarik daripada membaca kisah-kisah tokoh dalam buku ini. Misalkan bagaimana tokoh utama yang merasa kalau bekerja harus punya seragam, punya waktu lembur, punya thr, punya bos galak. Dan itu terwujud ketika dia bekerja sebagai badut siirkus. Twist yang indah di situ. Tapi, porsi kisah sirkus dan badutnya kurang banyaaaaaaak.
Andrea terlalu melebarkan kamera, mulai dari kisah percintaan Tara dan Tegar, kisah politik kampung, dll. Tapi ya, tidak akan masalah lah Andrea yang menulis.

Tapi ada pertanyaan yang saya cukup tergelitik sampai kalimat tamat;
1. Ini kan POV dari sudut pandang Hobri, mengapa dia bisa mengetahui persoalan Tara, Tegar. Apa mereka bercerita juga ke Hobri? Atau mungkin saya saja yang terlalu ingin lekas selesai menamatkan.
2. Soal debat menejelang pemilu. Saya mungkin yang kurang baca sejarah, ingin bertanya saja, apa di tahun itu, apa sudah ada tradisi debat politik? Karena dikisahkan saat pemilihan kepala desa, mereka ingin mencontoh yang dilakukan di Jakarta. Kalau benar, berarti ini mungkin terjadi setelah pemilihan presiden 2004. Atau mungkin di masa orde baru pernah ada debat di televisi?
3. Kok saya merasa tokoh utama yang tidak lulus smp, dalam buku ini terlalu pintar yaaa...

Selebihnya, saat membaca saya hanya teringat gaya Aa Navis. yaitu membuat framing dalam cerita dan menyapa pembaca. Kalau Navis biasanya memakai kalau tuan puan, Andrea sering memakai boi untuk membuat seolah dia duduk bersama pembaca dan pembacanya menyimak tuturan kisah dalam buku.

proficiat! ajib!
Profile Image for Noe.
119 reviews
September 1, 2017
After reading laskar pelangi and many of his books i came to conclusion Andrea just cant beat his laskar pelangi as the best one he ever wrote. Because after it, everything just seem to fall into same basic plot, same writing style and same humor. I am not saying its bad but after so many books i expect a fresh of air, an element of surprise on it. Plot twist is good but i expect somethin more.
Profile Image for Putu Winda.
300 reviews2 followers
August 24, 2017
Ambooii!!!
Jatuh cinta memang bisa membuat orang menjadi tidak biasa. Lihat saja kelakuan si Hobri yang mau berubah demi Dinda, dan dengan petuh cinta tetap menemani Dinda di saat terburuknya.

Lalu Tara dan Tegar, yang tak kenal lelah untuk berjuang demi cinta pertamanya. Pun dengan Aisyah, meski bodoh kali instalatur listrik itu, tetaplah dia setia dengan omelannya sehingga si instalatur jadi manusia berguna juga.

Bahagia sekali membaca tulisan Bang Ikal ini. Ringan, tapi menyentuh hati. Sederhana, tapi penuh makna. Ah, beginilah kalau sudah jatuh cinta.

Gaya bahasanya yang mudah dipahami dan mengalir begitu saja, membuat kita semakin penasaran tentang kelanjutan nasib si Pohon Delima. Belum lagi memikirkan nasib dua sejoli Intan dan Berlian. Terutama tentang bagaimana nasib mempermainkan Tara dan Tegar sebelum akhirnya mereka menyadari satu sama lain!

Tokoh kesukaan saya adalah Taripol!! Ya residivis ini, dengan segala akalnya mampu mengembalikan kelompok sirkus menjadi satu keluarga lagi. Tak usahlah saya ceritakan bagaimana, ayolah dibaca! Tak akan anda menyesal!

Bangun Pagi, Let's Go!
Profile Image for Magdalena Rina.
115 reviews8 followers
September 13, 2017
diantara semua buku terbaik yang saya baca di 2017.... buku ini menduduki peringkat teratas...
really...really love this book...
ga rugi ikut PO tanpa tau blurb bahkan judul apalagi kover...tpi semua itu dibayar lunas ketika membuka lembaran terakhir buku ini....
Pak cik, aku ga sabar.nunggu seri ke 2 😀
Profile Image for Ray Hamonangan.
Author 1 book17 followers
October 1, 2017
akhirnya selesai juga saya baca buku ini selama sebulan lebih karena dibarengin sama baca buku2 lain juga yg masih nangkring di "currently-reading"

entah kenapa saya belum merasa ada yg spesial di dalam buku ini, khususnya ceritanya
tapi humor sama rasa sains nya tetap ada kok di karya ini
Profile Image for Khadijah  Adam.
53 reviews4 followers
June 11, 2018
Kelakar dan sinis. Akhirnya seperti tergantung. Sirkus Pohon ini trilogi ya? Kalau begitu, aku panasaran mahu tahu sambungannya. Watak Taripol sangat mengelirukan kisahnya. Siapa sebenarnya Penasihat Abdul Rapi? Ah, banyak persoalan!

Tapi aku tetap suka kisah Tegar dan Tara. Sangat manis. Hob juga. Setianya dia pada Dinda, aku salute!
Profile Image for Rahmadiyanti.
Author 15 books173 followers
September 5, 2017
Karya-karya Andrea selalu melahirkan kerinduan. Meski kadang ada logika cerita yang bolong, lebay dalam gaya cerita, atau tokoh yang karakterisasinya kurang konsisten. Tapi, ya itulah "anehnya" Andrea :D. Karya-karyanya bisa bikin tertawa kemudian menangis, tertawa dan tertawa lagi dan kemudian gila, haha.

Kali ini ia berkisah tentang Hob, pohon delima, sirkus keliling, dan politik kampung. Kira-kira itu 4 tema dalam novel ini, plus kisah cinta Hob dengan Dinda, dan subplot kisah cinta (juga) antara Tara dan Tegar. Kisah Tara dan Tegar ini awalnya sempat bikin saya bingung, tapi makin dibaca malah makin bikin penasaran.

Hob, panggilan Sobrinudin, adalah kuli serabutan dengan wajah yang dilukiskan jauh dari kegantengan seorang Hamish Daud #aishh #biarkekinian :D. Sempat "salah gaul" membuat Hob ditangkap polisi karena dituduh mencuri toa. Dari sini Andrea menjalin cerita dengan cerdik. Pergumulan orang-orang kecil dalam kehidupan, ditulis dengan nuansa humor yang menggelitik. Tokoh-tokoh seperti Taripol, Debuludin, ibu bos, Abdul Rapi, ditulis dengan unik dan aneh, namun tetap terasa dekat. Mungkin karena lokalitas Melayu yang kental, dan ini adalah kelebihan Andrea yang lain.

Jadi, begitulah. Hob, sang badut di sirkus keliling, harus menghadapi Dinda yang tiba-tiba linglung. Menghadapi pohon delima yang tiba-tiba diincar banyak orang yang ingin bertarung dalam politik kampung. Menghadapi Taripol, residivis yang menyimpan misteri. dan kemudian menghadapi hidup yang jauh lebih keras saat sirkus keliling tempatnya bekerja menjadi badut, harus bubar....

Buat saya, ini novel Andrea yang paling saya suka, setelah Sang Pemimpi.
Profile Image for artemis.
36 reviews
July 7, 2021
AAAAAAAAAKKKKKK

Gak tau mau ngomong apa, jadi cuma bisa 'AAAAAAAAAKKKKKK' aja
Profile Image for normnialib.
100 reviews2 followers
November 29, 2023
"𝑨𝒑𝒂𝒌��𝒉 𝑰𝒃𝒖 𝒑𝒆𝒓𝒄𝒂𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂𝒌𝒖?"
"𝑨𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝑩𝒖𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓𝒄𝒂𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑩𝒖𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊?"
𝑨𝒌𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒌𝒆𝒔𝒊𝒂𝒑.
"𝑰𝒃𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒓 𝒉𝒂𝒍-𝒉𝒂𝒍 𝒃𝒖𝒓𝒖𝒌 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒌𝒂𝒕𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈𝒌𝒖."
𝑰𝒃𝒖 𝒕𝒆𝒓𝒔𝒆𝒏𝒚𝒖𝒎.
"𝑶𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒅𝒊𝒓𝒊, 𝒎𝒆𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉-𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉𝒌𝒂𝒏, 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏, 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈-𝒏𝒈𝒖𝒓𝒂𝒏𝒈𝒊."

♥ =-----= ♥

(っ◔◡◔)っ Buku apa ini? ♥
Buku ini berkisah tentang seorang insan bernama Hobri. Sang pengangguran tingkat lanjut yang merasa dirinya beban keluarga dan negara. Hobri ini jenaka, segala penderitaan tidak dibuatnya perkara. Jika ada yang menghina, maka biarlah apa yang ada. Karena sesungguhnya Tuhan tak kan meninggalkannya.
Azekk!!!
Hal pertama yang aku notis dari buku ini adalah gaya bahasa si penulis. KEREN! PARAH!! Aku sebagai generasi jaman sekarang jarang banget nemuin tulisan yang bak pantun, berima, enak dibaca. Dari awal aja udah page turner banget! Bukan main Andrea Hirata ini. Karya pertama beliau yang aku baca meninggalkan kesan yang sangat-sangat positif.

(っ◔◡◔)っ Apa yang bikin aku suka buku ini? ♥
Bukan cuma lucu, buku ini juga berisi sindiran-sindiran pada pemerintah, masyarakat, dan kehidupan sosial kita. Rasanya keluh kesah pikiran diwakilkan si penulis dalam ceritanya. Makanya pas baca auto senyam senyum sendiri hahaha. Aku suka gimana buku ini menceritakan suara batin Hobri. Banyak sekali keresahan beliau ini. Mulai dari pengangguran, telat nikah, pencarian jati diri, masalah adiknya, iparnya, pohon delimanya, burung kutilangnya, pokoknya dari hal besar sampai hal remeh temeh begitu. Ngakak waktu Hobri bantuin iparnya dari amarah si adik, eh rupanya Hobri pun takut sama adiknya, jadilah sepasang ipar itu saling berpelukan karena bernasib sama hahaha.

(っ◔◡◔)っ Apa yang kurang aku suka dari buku ini? ♥
Kalau ditanya hal yang gak aku suka, aku agak bingung sama cerita Tegar & Tara. Disamping indahnya perjuangan dari kisah cinta mereka, aku kurang suka dengan penempatannya di cerita ini. Agak ganggu cerita si Hobri, dan Hobri pun gak ada sangkut pautnya secara langsung ke cerita Tegar Tara, walaupun aku memang suka kisah mereka berdua. Ketegaran si Tegar menghadapi cobaan hidup, kesabaran Tara yang tiada tara melukiskan kisah indahnya, patut diacungi sebelas jempol. Cuma memang kurang bersangkut paut dengan cerita Hobri. Kalau baca kisah Tegar Tara, rasanya Hobri hanyalah tokoh sampingan.

(っ◔◡◔)っ Gimana dengan amanat dari buku ini? ♥
Pastinya ada pelajaran berharga dari buku ini. Yaitu, pelajaran kalau hidup itu ya dijalani aja. Santai aja gitu loh. Enjoy our little moment. Bersama orang terkasih. Bersama orang tercinta. Kalau lagi sedih ya nangis aja gak papa. Kalau lagi senang ya ketawa yang keras juga gak papa. Jangan menekan diri terlalu kuat, karena toh kebahagian sesungguhnya datang dari hal-hal kecil yang kita lakukan di masa sekarang. Dan yang terpenting tentu saja, jangan lupa berdoa, pada Yang Maha Kuasa. Karena memang Yang Maha Esa itulah yang dapat membolak-balikkan takdir manusia.

(っ◔◡◔)っ Buku ini cocok untuk siapa? ♥
Buku ini cocok untuk kalian pecinta heart-warming story. Yang butuh bacaan di waktu gabut. Vibes buku ini persis kayak Anne of Green Gables. Intinya tentang cerita sehari-hari seorang manusia, yang dibungkus dengan hangat. Bedanya cerita ini kental akan budaya nusantara, khususnya melayu. Aku sebagai orang yang tinggal di Sumatra sangat-sangat ingin memberi sebelas jempol (kalau ada) kepada sang penulis. Terima kasih telah membuat cerita semenyenangkan ini.
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍

♥ =-----= ♥

Ps. Aku masih penasaran sama manusia bernama Taripol. Dia kayak karakter anti-hero. Jahat tapi baik. Baik tapi jahat. Aneh. Pengen baca kisah beliau ini kalau ada hehe.
Profile Image for Anin.
38 reviews1 follower
March 24, 2021
Aku selalu suka humor-humor Andrea Hirata yang bikin cengengesan sendiri. Novel ketiga dari beliau yang kubaca. Sirkus Pohon mengisahkan kisah yang sederhana, polos dan penuh drama bak sinetron.

Sirkus Pohon menceritakan kehidupan Sobri (bisa juga dipanggil Hobri atau Hob) yang apa adanya (kadang terkesan pasrah), tulus dan jujur-entah karena terlalu polos atau apa-tentang cintanya untuk Adinda dan profesi Badut di sebuah sirkus keliling. Kisah Sobri terjadi beriringan dengan drama romansa antara Tara dan Tegar yang dipertemukan oleh perceraian orang tuanya masing-masing. Sinetron banget, sungguh. Hopeless Romantic. Tapi bikin geregetan dan nyengir-nyengir, hihi.

Gaya bahasa dibuat mengalir dan jarak antar bab sangat pendek, sekitar 2-4 halaman, jadi pengen baca terus :D. Kalau dipikir-pikir, intrik dalam kehidupan Hob dan Tara-Tegar sebenarnya gak sesimpel yang disampaikan penulis. Tapi Hob dan Tara-Tegar ngejalanin semuanya sebagaimana mestinya, dengan sifat-sifat dasar manusia; sabar dan yakin, tanpa menuntut. Menurutku kontras dengan kehidupan-kehidupan masa kini yang justru malah meninggalkan sifat-sifat tersebut, dikit-dikit protes, ngeluh dan menuntut ((tamparan untuk diri sendiri)).

Ah, fiksi memang cara terbaik untuk menceritakan fakta.
Profile Image for afatsa.
51 reviews2 followers
October 25, 2017
Setelah mengangkat tokoh "luar biasa" dengan perjuangannya dii Tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata lalu banyak mengangkat sosok di masyarakat Belitung.

Sirkus Pohon menjadi semacam titik balik, karena tokoh yang dihadirkan adalah sosok sederhana. Hobri dengan liku hidupnya yang mungkin tampak biasa saja. Kisah cinta antara Tegar dan Tara yang menarik. Membaca kisah ini membuat saya menyadari bahkan dari kenyataan sehari-hari tersimpan keindahan hidup. Siapapun berhak bahagia dalam hidupnya bahkan meski mimpi mereka dipatahkan dan harus tetap melanjutkan hidup.

Meski saya lebih menyukai Sang Pemimpi, membaca Sirkus Pohon bisa mengobati rindu karya Andrea Hirata. Tinggal menunggu lanjutannya karena konon novel ini adalah bagian pertama dari trilogi.
Profile Image for Andi Lintang.
177 reviews17 followers
May 12, 2023
Full review: https://wp.me/p5wqUC-fO

Berkisah tentang Sobri alias Hob, yang sangat benci terhadap pohon delima yang tumbuh di pekarangan rumahnya. Baginya, pohon itu hanya pembawa malapetaka bagi kehidupannya.

Ada juga kisah tentang Tara, yang selama sepuluh tahun hidupnya terus mencari ‘Sang Pembela’ di taman bermain Pengadilan Agama kala itu. Di sisi lain, Tegar ‘Sang Pembela’, mencari-cari keberadaan gadis kecil berwangi vanili yang dibelanya bertahun-tahun silam. Dapatkah mereka saling bertemu?

Buku ini berlatar tempat di desa Ketumbi, kota Tanjung Lantai. Aku tak tahu apa benar tempat itu ada atau hanya fiksi, karena penggambaran latar tempat oleh Pak Cik Andrea sangat memukau.

Khas Melayu! Yap, ini tidak akan hilang dari gaya bahasa yang digunakan Pak Cik. Bahasa Melayu berbaur dengan norma-norma khas orang pedalaman dan menggunakan diksi yang menggelitik, adalah hal yang spesial dalam buku ke-10 Andrea Hirata ini.

Karena buku ini adalah buku pertama dari trilogi (wah, trilogi!), jadi ending cerita sedikit mengambang, dan membuatku sedikit bingung mencocokkan kisah satu dengan yang lainnya. Ah, aku perlu buku keduanya! Segera!

Tidak ada kelemahan yang berarti, sih. Aku hanya kurang paham dengan pergantian cerita dan alur yang maju-mundur cantik.😁

Seperti buku-buku karya Pak Cik sebelumnya, banyak amanat tersirat dalam buku ini. Perjuangan mencari orang yang sangat berpengaruh dalam hidup kita, arti sebuah keluarga, dan pengorbanan sahabat sejati.
Profile Image for Yulita Andria.
2 reviews
August 21, 2017
Kau kah yang membelaku waktu itu? Sinetron!
Tegar dan Tara yang tak kunjung dipertemukan, sinetron memang tapi tak dramatis, tak dilebih-lebihkan. romantic comedy to be precise. Mereka sial, in all possible way. terlebih lagi karena pak satpam *aku lupa namanya*, berkali-kali mereka gagal bertemu karena bapak ini, aiiih gemas!
What about the clown? Hob! Hob and his helpless romantic comedy haha
Hob yang lugunya tak tertolong. lika liku hidupnya riuh karena pohon delima, dinda dan teman malingnya alias Taripol. Orang lugu bodoh tak bisa disembuhkan katanya, tapi ketika membaca paragraf terakhir novel ini serasa menjadi Hob, bodoh! serasa dibodohi, selama ini tak sadar bagaimana karakter yang kita anggap selalu bawa masalah. twisted (y)

I can't help myself to compare Sirkus pohon with the previous novels from andrea hirata. I think Sirkus Pohon may not be as powerfull as Ayah but most of all, I love how Andrea Hirata's way, I love the "diksi", that makes me enjoy every word in his books <3
Profile Image for Palsay  .
259 reviews38 followers
April 25, 2019
Membaca buku ini seperti love-hate relationship gitu. Aneh.

Males baca tapi mau. Mau baca tapi males.
Entah kenapa.

Tadinya saya pikir kisah dalam buku ini macam Maryamah Karpov yang terasa dipaksakan. Yang sempet bikin saya ilfil dan puasa baca novel Andrea.

Tapi ternyata kisah di sini lebih mirip kisah dalam "Ayah". Lucu tapi bikin haru.

Meskipun menurut saya novel Ayah masih lebih enak dibaca daripada ini sih. Malah sampai ngembeng2 air mata segala, mungkin karena teringat ayah sendiri kali yak.

Yang jelas, membaca tulisan Andrea Hirata ya siap-siap dibuai kata-kata lebay, kadang indah kadang bikin mual.

Tapi secara keseluruhan, saya suka novel ini.







Profile Image for Lusiana Hevita.
Author 1 book7 followers
August 28, 2017
Kata kunci buku ini adalah: pohon delima; bangun pagi let's go! dan aikonik :D

Senang baca buku ini, Indonesia dan melayu banget.. Selalu suka dengan penulis lokal yang menulis dengan warna lokal yang kental. Menghibur sekaligus mendapat banyak insight tentang masyarakat kita dengan sosial budaya yang beragam. Terus terang ini buku pertama Andrea Hirata yang saya baca setelah tetralogi Laskar Pelangi. Jadi ingin baca buku Andrea yang sebelumnya.
Profile Image for Khairunisa Putri.
220 reviews21 followers
August 22, 2017
terakhir baca novel andrea yang judulnua 11 patriot dan kurang puas dengan novel tsb... pas keluar "ayah" juga belum sempet baca. iseng aja kemarin ikutan PO dan sekali baca rasanya gak bisa lepas wkwkwk menyenangkan
Profile Image for Prima sukma.
2 reviews
September 11, 2017
setiap membaca karya andrea hirata, bagaikan hujan kata2 di benak saya. saya menjumpai kosakata baru, perumpamaan baru, serta gaya penulisan sastra melayu yang amboiii membuat saya menterjemahkan kalimat per kalimat dengan imajinasi yang liar.

teruslah berkarya andrea hirata!!
Profile Image for Nining Sriningsih.
361 reviews38 followers
May 13, 2018
sebenar'y q selalu kagum sama karya" Andrea Hirata..
tapiii kali ini, jadi beda..

agak kurang nyaman aja sama POV yg bergantian gitu, bikin jadi bingung, ini yg lagi diceritain syapa..
:O
Profile Image for Haryadi Yansyah.
Author 14 books62 followers
February 16, 2019
Sirkus Pohon [2018]

Maryamah Karpov adalah buku terakhir Andrea Hirata yang saya baca. Trilogi Laskar Pelangi sih saya suka banget. Bahkan Sang Pemimpi masih menjadi salah satu buku yang saya favoritkan hingga sekarang. Namun, pasca menamatkan Maryamah Karpov, saya kehilangan "selera" untuk mengenal karya Andrea Hirata yang lain.

Ada beberapa buku lain Andrea yang terbit setelahnya, tapi saya bergeming. Nah, begitu ada promo di Gramedia beberapa waktu lalu, saya memberanikan diri untuk coba melahap karyanya lagi. Saya memilih Sirkus Pohon karena ulasan beberapa teman di goodreads bagus.

Ini bukan buku yang jelek. Hanya tak cocok saja dengan saya. Bertele-tele kalau saya bilang. Terlalu banyak kiasan dan kalimat-kalimat hiperbola. Jadi kayak bukunya Eka Kurniawan tapi versi Melayunya :p

Buku ini bercerita tentang Hob yang cintanya kandas karena hal "gaib" yang berhubungan dengan Pohon Delima tua yang ada di kampungnya. Serta, tentang keberadaan sirkus keliling yang dimiliki oleh seseorang ibu dan anak perempuan yang betahun-tahun mencari sosok pria yang pernah membantunya di satu kejadian.

Awalnya buku ini dibuka dengan menarik. Tapi beranjak ke tengah saya bosan setengah hidup. Baru menarik lagi saat ada pemilu di desa dan aktivitas kampanye tapi di bagian akhir saya kembali merasakan kebosanan itu.

Ada satu kelegaan luar biasa saat akhirnya bisa menamatkan buku ini setelah kurang lebih 2 minggu dibaca. Artinya, saya bisa mulai baca buku baru lain yang mungkin jauh lebih menarik.

Well, ntah pasca baca Sirkus Pohon ini saya tobat atau nggak baca bukunya Andrea Hirata.

Profile Image for Bila.
315 reviews21 followers
January 3, 2019
Tuhan menciptakan tangan seperti tangan adanya. Kaki seperti kaki adanya, untuk memudahkan manusia bekerja. (hal.37)


Singkat saja, aku suka buku ini. Lucu, menghibur, tapi menyentuh dan penuh makna. Ceritanya juga sangat merakyat.

Memang ada beberapa adegan yang sinetron banget, tapi itulah hal yang membuat pembaca jadi gregetan (ini serius!)

Dan bagian akhirnya benar-benar membuatku kaget! Beberapa memang cukup mudah ditebak tapi ada hal yang membuatku geleng-geleng kepala.

Sekali lagi, aku suka!

Hidup seniman sirkus bak kisah-kisah dalam buku cerita. Peristiwa luar biasa terjadi dalam tikungan-tikungan nasib mereka. Jiwa artistik membuat mereka mampu melihat sisi-sisi indah dari sesuatu. Jiwa berani membuat mereka selalu berbesar hati. Jiwa menghargai, menghargai orang lain, menghargai seni, dan diri sendiri, membuat mereka memendam mimpi besar untuk menciptakan suatu karya pamungkas, masterpiece. Dan, tak ada yang lebih menyenangkan daripada berdekatan dengan orang-orang yang punya mimpi besar. (hal.70-71)
Profile Image for Hannah Amaya.
21 reviews
February 4, 2023
Novel yg menarik bagi saya, tentang perjuangan masing-masing tokoh dan beberapa kisah yg mengandung humor sekaligus membuat pembacanya geleng-geleng kepala. Seperti biasa khas Andrea Hirata yg menyajikan beberapa kisah dalam satu buku yg kemudian setiap tokohnya berkaitan satu sama lain.
Gaya bercerita dengan penggunaan kata dan kalimat yg out of the box membuat novel ini unik walaupun terkadang beberapa kata tidak bisa saya pahami. Dalam novel ini, penulis juga memaparkan beberapa pesan kehidupan baik tersurat maupun tersirat.
"Manis bukan buatan!"
Profile Image for Nadia.
6 reviews1 follower
January 6, 2018
I LOVE IT! it’s hard to get me stuck in one book in a single day and surprisingly this one made me through it. it’s fun, heart-touching with unexpected plot twists!
Profile Image for monita.
152 reviews5 followers
December 14, 2020
Demi Allah, ini bagus banget. Kisah realisnya, humor, dan romantisnya. Semua pas banget. Cuma agak bosan di bagian politik. Mungkin karena aku ga terlalu tertarik politik. Tapi sumpah sisanya bagus banget.
Profile Image for Dimitri Bawole.
3 reviews
August 20, 2017
Mungkin novel ini bakal menjadi Best seller di tahun ini. Alur cerita yang khas Andrea Hirata menjadikan novel ini sangat berbeda dengan novel lainnya. Kesederhanaan elemen-elemn yang ada di novel ini malahan menunjukkan kompleksitas sebagai seorang penulis. Saya rasa dia menjadi seorang revolusioner dalam bidang ini. Selain itu, keindonesian dan family-value dijumpai juga dalam novel ini. Yang pastinya ini recommended pol 😂😂😂
Profile Image for Primadonna.
Author 50 books374 followers
October 4, 2017
Masih dengan gaya khas dan diksi Melayu nan elok.

Sekarang jadi pengin jambu mawar...
Profile Image for Ifa Inziati.
Author 3 books60 followers
Want to read
August 18, 2017
UPDATE:

We have the cover!!!
Di hari peluncurannya, saya tak sengaja menonton Sarah Sechan di NET dan bintang tamunya adalah Pak Cik. Beliau mengemukakan alasan mengapa ketika PO tidak disertai judul dan kover--karena saat merilis Padang Bulan, belum juga terbit sudah ada bajakannya. Bagian mukanya mirip, tapi isinya kacau haha. Jadi pihak penerbit memutuskan untuk merahasiakannya. Baiklah...

So... beli? 😁

* * *

Penasaran sama buku ini, tapi PO-nya tidak menyertakan kovernya, yang mana bagi saya mengetahui kover itu penting. Jadi hampir terasa seperti beli kucing dalam... kotak Schrodinger. Biarlah, kalau judul saya percaya akan bagus (judul dwiloginya itu genius sekali). Tapi kalau kover...

Mungkin sudah di-spoiler oleh penerbit lewat desain kutipannya. Warnanya ngejreng tabrak, kuning-merah gitu Hmmm. Kita lihat nanti kalau kovernya bagus, mungkin saya akan lebih tertarik (aduh maaf ya Pak Cik, pembacamu ini agak ribet haha).
Displaying 1 - 30 of 375 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.