Jump to ratings and reviews
Rate this book

Sang Raja

Rate this book
Di zaman ketika warga bumiputra masih dianggap sebagai warga negara kelas tiga, Wirosoeseno, Jawa tulen, dan Filipus Rechterhand, Belanda totok, pergi berkelana dan mendamparkan diri ke kota Kudus. Nasib mempertemukan mereka di sebuah pabrik rokok kretek besar yang mempekerjakan ribuan buruh.

Di sana mereka menempa diri dan jatuh bangun bersama di tengah intrik politik, gebalau zaman, serta gelegar perang kemerdekaan. Mereka juga menjadi saksi kejayaan seorang priyayi rendah, yang dikenal dan dihormati sebagai ‘De Koning’, Sang Raja Rokok Kretek, Nitisemito.

Berbekal kerja keras, semangat pantang menyerah, dan kecerdasan pemasaran yang melampaui zaman, Nitisemito berhasil mengubah hidupnya dari seorang mantan kusir dokar menjadi orang terkemuka di zamannya. Pengalaman hidupnya yang layak jadi ilham dan panutan bagi berlapis generasi sesudahnya.

392 pages, Paperback

First published September 18, 2017

25 people are currently reading
305 people want to read

About the author

Iksaka Banu

9 books85 followers
Iksaka Banu lahir di Yogyakarta, 7 Oktober 1964. Menamatkan kuliah di Jurusan Desain Grafis, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung. Bekerja di bidang periklanan di Jakarta hingga tahun 2006, kemudian memutuskan menjadi praktisi iklan yang bekerja lepas.

Semasa kanak-kanak (1974–1976), ia beberapa kali mengirim tulisan ke rubrik Anak Harian Angkatan Bersenjata. Karyanya pernah pula dimuat di rubrik Anak Kompas dan majalah Kawanku. Namun, kegiatan menulis terhenti karena tertarik untuk mencoba melukis komik. Lewat kegiatan melukis komik ini, ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama, ia memperoleh kesempatan membuat cerita bergambar berjudul “Samba si Kelinci Perkasa” di majalah Ananda selama 1978.

Setelah dewasa, kesibukan sebagai seorang pengarah seni di beberapa biro iklan benar-benar membuatnya seolah lupa dunia tulis-menulis. Pada tahun 2000, dalam jeda cuti panjang, ia mencoba menulis cerita pendek dan ternyata dimuat di majalah Matra. Sejak itu ia kembali giat menulis. Sejumlah karyanya dimuat di majalah Femina, Horison, dan Koran Tempo. Dua buah cerpennya, “Mawar di Kanal Macan” dan “Semua untuk Hindia” berturut-turut terpilih menjadi salah satu dari 20 cerpen terbaik Indonesia versi Pena Kencana tahun 2008 dan 2009.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
89 (41%)
4 stars
100 (46%)
3 stars
20 (9%)
2 stars
1 (<1%)
1 star
3 (1%)
Displaying 1 - 30 of 58 reviews
Profile Image for Truly.
2,760 reviews13 followers
May 24, 2018
Salah satu kebaikan darimahalnya harga buku adalah makin lancar program babat timbunan. Salah satu yang selesai dibabat adalah buku ini.

Bicara tentang kretek, tak akan pernah ada habisnya. Selain urusan pro dan kontra mengenai keberadaan pabrik rokok dengan begitu banyak pekerja, serta bahayanya bagi kesehatan, kisah dibalik selinting rokok kretek selalu menarik untuk diulas. Salah satunya mengenai Sang Raja Kretek dari Kudus Nitisemito.

Dalam buku Kretek Jawa, Gaya Hidup Lintas Budaya karangan Rudy Badil, disebutkan bahwa salah satu perusahaan rokok kretek di Kudus yang tangguh dan mampu lolos dari krisis adalah N.V Bal Tiga milik Nitisemito. Salah satu hal yang membuat Bal Tiga mampu bertahan adalah karena promosi dan jalur distribusi yang luar biasa.

Cara promosinya bisa dibilang paling maju saat itu. Mulai dengan menukarkan sejumlah bungkus rokok dengan aneka hadiah yang menggoda, dari gelas hingga perlengkapan minum teh. Lalu ada juga undian sepeda. Tidak hanya sampai disitu. N.V Bal Tiga sudah merekrut para seniman untuk mempromosikan rokok mereka saat manggung. Seiring berkembangannya usaha, mulai muncul bioskop dan radio dibawah naungan N.V Bal Tiga. Belum lagi armada dagang yang siap dikirim ke berbagai daerah untuk urusan promosi. Maka tak heran jika mereka mampu menguasai pasaran saat itu.

http://trulyrudiono.blogspot.co.id/20...
Profile Image for Agnes Bemoe.
19 reviews2 followers
May 1, 2018
Berbicara tentang industri tembakau (rokok), kita kenal Goedang Garam, Djaroem, Djie Sam Soe, Sampoerna, dll. Siapa sangka, cikal bakal semuanya itu adalah kerja keras seorang ‘pribumi’ (saya gunakan tanda kutip karena saya kurang suka istilah ini) bernama Nitisemito, pengusaha asal Kudus. Novel setebal 383 halaman ini berkisah tentang jatuh bangunnya si pribumi ini mendirikan dan mengembangkan pabrik rokok “Bal Tiga” miliknya hingga menjadi pemain utama di masanya.
Diceritakan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga, yaitu melalui mata Filipus Rechterhand dan Wirosoeseno –keduanya adalah karyawan kepercayaan Nitisemito di NV Nitisemito- cerita mengalir lancar, mulai dari asal mulai keduanya bekerja (sekitar tahun 20-an) sampai dengan Nitisemito wafat di tahun 1953.
Kisah Nitisemito sendiri sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kisah-kisah sukses yang lainnya: kerja keras dan tahan banting. Kenyataan bahwa Nitisemito adalah ‘pribumi’ makin menambah makna kesuksesannya. Tidak mudah menjadi pribumi di zaman penjajahan. Hidup layak saja sudah bersyukur. Karenanya, bila berhasil menjadi pengusaha sukses, pasti ada sesuatu yang luar biasa pada pribadi Nitisemito. Inilah yang diangkat oleh novel ini dan membuat novel ini menarik.
Yang membuatnya jadi lebih menarik adalah kemampuan crafting penulisnya. Cerita dikemas sedemikian rupa; berbagai data dan fakta bercampur dengan imajinasi dirangkai dengan rapi, jeli, dan menggelitik rasa ingin tahu. Iksaka Banu, penulisnya, bercerita dengan sangat efisien. Tidak ada kata yang tak berguna atau bahkan penceritaan yang bertele-tele.
Pembaca diajak berkelana dan berkenalan dengan Nitisemito dan Bal Tiganya sambil melewati fase kehidupan Bangsa Indonesia; Hindia Belanda, Penjajahan Jepang, Kemerdekaan, sampai Agresi Militer Belanda I dan II. Secara tidak langsung, pembaca dibawa melihat kembali sejarah perjuangan Indonesia. Walaupun demikian, buku ini sama sekali tidak terasa sebagai diktat sejarah yang membosankan.
Buat saya pribadi, biarpun buku ini bukan buku sejarah, entah kenapa saya merasa sangat terharu malah di bagian-bagian sejarahnya. Saya berhenti cukup lama di bagian turun gunungnya Jendral Sudirman. Padahal bagian itu hanya satu paragraf pendek.
Saya bukan penggemar Pak Harto biarpun tidak sepenuhnya membencinya (saya hidup di masa beliau berjaya sebagai presiden). Namun, jujur, baru kali inilah, lewat buku ini, saya merasakan pentingnya Serangan Umum 1 Maret 1949 diYogyakarta. Berikut, tumbuh hormat saya pada sosok presiden RI kedua itu. Berulang kali menonton film “Janur Kuning” tak juga membuat saya paham arti serangan itu, kecuali hanya terkenang akan ketampanan Kaharudin Syah. Sungguh. Mungkin, karena diceritakan oleh sosok ‘biasa’ semacam Wirosoeseno, yang saat itu dalam kondisi kebingungan dan membutuhkan kepastian bagi negaranya, saya bisa merasakan strategisnya serangan itu.
Berkaitan dengan cara menulis ini, saya salut pada kemampuan Iksaka Banu untuk menulis dengan elegan dan obyektif. Kisah-kisah mengenai ‘Londo-Pribumi’ gampang sekali ditarik menjadi cerita penuh penderitaan di sisi pribumi, kekejaman di sisi Londo, perasaan terkorbankan, dan lain-lain yang mengaduk-aduk emosi, yang ujung-ujungnya membuat pembaca membenci satu kelompok dan mengagumi kelompok lain. Dua-duanya dilakukan dengan sama-sama buta. Saya bersyukur, Iksaka Banu tidak lari ke arah sana. Seperti yang saya katakan, Iksaka Banu menulis dengan obyektif dan cukup berjarak dengan para tokohnya.
Kembali lagi kepada cerita, di bagian-bagian awal, cerita seolah berjalan lambat dan lebih terpusat pada Filipus Rechterhand dan Wirosoeseno, dibandingkan dengan sosok Nitisemito sendiri. Namun, memasuki perempat kedua, cerita mulai mengalir lebih cepat dengan berbagai keberhasilan maupun rintangan yang dialami pabrik rokok Bal Tiga, dan pelan-pelan, kitapun berkenalan dengan pribadi Nitisemito. Menuliskan ini bukan berarti saya keberatan dengan penceritaan tentang Filipus Rechterhand dan Wirosoeseno. Malahan, dalam bayangan saya, kalau hanya menulis tentang Nitisemito mungkin novel ini mungkin agak kehilangan imajinasinya. Karena dituliskan dengan pandangan orang lain berikut kisah hidup mereka itulah novel ini terbangun ceritanya. Dan kisah tentang keduanya adalah kisah yang menarik; mengharu biru dengan letupan kemanusiaan yang kental.
Mengenai Nitisemito, menurut saya ada yang menarik hati saya tentang sosok ini. Novel ini jelas berevolusi pada Nitisemito, pria Jawa yang dengan kegigihannya membangun kerajaan bisnis kretek yang disegani, tidak hanya untuk kota Kudus tapi juga untuk Hindia Belanda. Namun, ternyata, ada tokoh di belakang layar yang lebih kuat daripada Nitisemito. Ini kelihatan sekali dalam konflik-konflik di akhir hidup Nitisemito (dan yang memicu kejatuhan Bal Tiga). Ibu Nasilah, istri pertama Nitisemito, sebenarnya bisa dibilang ‘raja’ di belakang Sang Raja (julukan bagi Nitisemito). Sayang sekali, penulis sedikit sekali menceritakan tentang Ibu Nasilah ini. Tidak hanya Ibu Nasilah, penulis tidak terlalu banyak bercerita tentang ketiga istri Nitisemito yang lain. Tentu saja penulis punya pertimbangan tersendiri. Namun, menurut saya, menambahkan sedikit tentang Ibu Nasilah pastilah membuat novel ini tambah ‘panas’(dan saya sebagai penggemar gosip dan teori konspirasi lebih terpuaskan… hehehe….)
Namun demikian, secara jujur harus saya akui, tanpa penceritaan tentang Ibu Nasilah pun novel ini sudah sangat menarik dan memuaskan. Sulit bagi saya menemukan kelemahannya karena faktanya saya membacanya dengan sangat asyik dan nyaris tanpa bisa dihentikan. Bila dipaksakan juga, mungkin saya mau mengangkat karakterisasi Filipus Rechterhand di bagian akhir. Sepanjang cerita, pegawai keuangan NV Nitisemito ini digambarkan sebagai orang yang tenang, ramah, dan mudah bergaul. Di bagian akhir, Filipus sedikit berubah menjadi penggerutu khas Londo, yang tidak tahan dengan kelambanan dan kecuaian ‘pribumi’. Biarpun ada penjelasan bahwa ini karena usia tua, saya rasa sayang sekali kalau Filipus dikembalikan pada stereotype Londo-nya, mengingat sedari kecil ia sudah bergaul dan berusaha keras beradaptasi dengan ‘pribumi’, bahkan ia menikahi seorang pribumi. Menikahi, bukan mengambil gundik. Namun demikian, tentu saja ini bukan sesuatu yang besar yang merusak cerita. Kisah tentang Si Tua Filipus ini malah membuat pembaca (saya) nyengir membanyangkan Londo kasep yang pemarah.
Akhirnya, saya rekomendasikan novel yang super bagus ini kepada siapa saja. Saya anjurkan guru-guru dan sekolah memiliki novel ini dan mengajak para siswa untuk membaca dan membahasnya. Sangat banyak pelajaran yang bisa digali dari novel ini. Tidak hanya pelajaran tentang kesusastraan dari hasil keterampilan penulisnya, namun juga pelajaran hidup yang dipetik dari kisah Sang Raja. Yang terpenting adalah pelajaran tentang keindonesiaan; betapa Indonesia itu dibangun dengan darah dan nyawa. Tidak mudah dan murah. Karenanya, jangan gampang menyerahkan tanah air tercinta ini pada ideologi yang sama sekali belum ada buktinya.
Karena kerennya tema, gaya penceritaan, dan pesan yang dibawa oleh novel ini saya ingin memberikan lima bintang untuk De Kretekkoning alias Sang Raja. 5 out of 5 stars. Salut.
***

Pembatuan, 21 Januari 2018
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
December 24, 2019
** Books 124 - 2019 **

Buku ini untuk menyelesaikan Tsundoku Books Challenge 2019

4,3 dari 5 bintang!


Akhirnya aku menemukan buku fiksi sejarah tentang rokok kretek lainnya selain Gadis Kretek dan jujur aku lebih suka sama buku ini karena tumbuh bangun rokok kretek sangat terasa disini. perspektif dari Filipus dan Wirosoeseno membuat buku ini semakin menarik karena berada diantara dua sisi yang saling terkait! Aku berharap semakin banyak buku-buku fiksi sejarah yang isinya berbobot seperti ini XD

Terimakasih Ojokeos!
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
September 16, 2017
Kekuatan prosa Mas Iksaka Banu adalah kesabarannya membuat narasi-narasi yang tenang, tidak terburu-buru dan tidak berorientasi membuat akhir cerita yang menakjubkan. Yaaa, cerita adalah cerita. Dan mungkin ini adalah novel perdana beliau, yang lebih dikenal dengan cerpenis. Dan corak novel ini masih sama dengan area yang selama ini Mas Banu tekuni, yakni menghidupkan kembali prosa dengan nuansa sejarah yang sangat kuat. Bila dalam Semua Untuk Hindia kita akan banyak belajar akan nukilan dan sempalan sebuah kejadian sejaran, dalam Sang Raja kita akan mengenal sosok Sumadji Nitisemito, yang menjadi raja kecil di pabrik kretek NV Nitisemito di Kudus.

Melalui penuturan dua orang Filipus (orang Belanda yang bekerja sebagai akuntan) dan Wirosoeseno yang adalah karyawan bagian pemasaran dan promosi. Dari keduanya kita akan mendapatkan kisah panjang mengenai perusahaan, hingga kemudian guncangan-guncangan yang menimpa NV Nitisemito. Guncangan luar (gagal panen, regulasi cukai, atau aturan pemindahan pabrik) justru menguatkan perusahaan. Namun, guncangan yang paling dahsyat justru muncul ketika orang dalam dan ada di lingkaran utama saling serang. Akoean dan Karmain.

Dalam novel ini, tidak ada teknik yang spesial. Mas Banu hanya menggunakan perpindahan PO, yang justru menurut saya menjadi ganjalan utama novel ini. Dua suara Filipus dan Wirosoeseno cenderung sama.

Selebihnya saya selalu suka narasi dengan tenang dan penuh kesabaran khas Mas Banu.
Profile Image for Happy Dwi Wardhana.
244 reviews38 followers
June 12, 2021
Novel ini membuka mata saya bahwa zaman penjajahan tidaklah melulu tentang penindasan dan perang. Rakyat pribumi tetap dapat hidup seperti biasa meskipun tidak dapat lepas dari kesulitan yang menghimpit di berbagai sektor.

Ini adalah cerita tentang seorang pribumi bernama Nitisemito yang menjadi pengusaha sukses meskipun saat itu Indonesia masih dikuasai Belanda. Yang menarik dari novel ini adalah gaya penceritaan yang tidak melulu tentang hidup Nitisemito. Bisa dibilang riwayat Nitisemito hanya "tempelan" saja. Dua tokoh utamanya adalah Wirosoeseno dan Filipus Rechterhand, pekerja senior di NV. Nitisemito. Mereka berdualah yang menuturkan jatuh bangunnya kretek Bal Tiga

Cara bertutur Iksaka Banu yang tidak terburu-buru membuat novel ini sangat mudah diikuti. Selain itu, banyak pengetahuan baru tentang sejarah perjuangan Indonesia yang tidak kita temui ketika sekolah dulu. Beberapa kali saya berhenti membaca dan menjelajah Google untuk menambah informasi peristiwa yang hanya digambarkan sepotong di novel tersebut. Yang terpenting adalah inspirasi yang ingin ditularkan novel ini bahwa diperlukan keuletan dan kepercayaan diri dalam menghadapi masa-masa sulit. Buku yang sangat saya rekomendasikan untuk para pelajar.
Profile Image for tia.
239 reviews7 followers
November 11, 2020
Kalau boleh jujur, saya (awalnya) tidak menaruh ekspetasi besar terhadap novel karya Iksaka Banu yang ini. Tidak seperti dua novel sebelumnya karangan beliau, kali ini, saya 'diajak' untuk mengetahui tentang industri rokok kretek yang habis digerus pergantian jaman, Tjap Bal Tiga. Unik, apalagi saya mengira bahwa ceritanya akan biasa saja, jujur. Tapi, begitu dibawa lebih dalam, saya diberi pandangan mengenai berbagai hal.

Tentang kejadian masa itu mulai tahun 1900-1953, jatuh bangunnya pabrik rokok kretek Kudus Tjap Bal Tiga. Mulai dari berdiri gagah ketika sedang dalam keemasan dan perlahan-lahan tapi pasti layu begitu Jepang dan Belanda kembali menggerus Nusantara.

Bagaimana dua tokoh utama yang satu orang asli pribumi priyayi dan juga Belanda Totok, menyelami kisah kehidupan mereka lagi karena seorang wartawan ingin mengetahuinya lebih dalam.

Perjuangan mereka ketika menghadapi Jepang, membuat hati saya teriris di beberapa bagian. Bagaimana terseok-seoknya seorang Belanda Totok yang serba bingung akan posisinya. Serta kemelut konflik panjang di dalam Tjap Bal Tiga. Sekali lagi, dikemas apik.
Profile Image for Khalid Hidayat.
45 reviews19 followers
May 9, 2022
Baca kembali "Sang Raja" dan masih terkesan dengan bagaimana Nitisemito membangun imperium industri rokok kreteknya. Meskipun rasa penasaran perihal kenapa Bal Tiga bisa krisis dan lenyap pada akhirnya belum jua tersingkirkan. Barangkali kelak berkesempatan ke Kudus untuk menelusuri jejak sejarah NV Nitisemito dengan hasil produksinya rokok kretek Bal Tiga yang melegenda itu. Semoga.
Profile Image for Rei.
366 reviews40 followers
July 6, 2019
Setelah membaca beberapa halaman, aku tergelitik untuk membuka Google dan mengetik dua hal, Nitisemito dan rokok Tjap Bal Tiga. Ternyata dua hal yang baru kudengar ini dulunya merupakan suatu fenomena; Nitisemito yang seorang pribumi berhasil mendirikan sebuah pabrik rokok kretek bermerek Tjap Bal Tiga yang memiliki hingga 15.000 buruh, bahkan mempekerjakan orang Belanda, dan sanggup memproduksi 10 juta batang rokok setiap harinya. ⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Kendati tokoh utama dalam buku ini Nitisemito, yang pada zamannya dijuluki Sang Raja Kretek oleh koran-koran Belanda, kisahnya diceritakan dari sudut pandang dua orang; Filipus Rechterhand, seorang Belanda totok, dan Goenawan Wirosoeseno, seorang anak priyayi desa. Keduanya merantau ke Kudus untuk bekerja di NV Nitisemito, dan keduanya pula menjadi saksi langsung masa kejayaan dan keruntuhan kerajaan kecil tersebut.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Dituturkan dengan sangat apik dengan narasi yang memikat dan timeline sejarah yang terperinci, aku langsung jatuh hati pada buku ini. Walau setiap kejadian penting selalu dilengkapi tanggal, bulan dan tahun, namun sama sekali tidak terasa seperti membaca buku sejarah. Kekurangannya mungkin dari penuturan Filipus dan Wirosoeseno yang tidak memiliki ciri khas karakter tersendiri, sehingga kadang aku lupa sedang membaca dari sudut pandang siapa. Sejujurnya aku menyayangkan kenapa buku sebagus ini hanya bisa masuk 10 besar nominasi Kusala Sastra Khatulistiwa.⁣⁣⁣ Dengan rentang waktu yang luas (Perang Dunia I, Masa Depresi, Perang Dunia II, masa pendudukan Jepang, pasca kemerdekaan Republik Indonesia) sangat banyak hal menarik yang terjadi di dalam buku ini, yang hanya karena keterbatasan caption tak bisa kubahas seluruhnya.⁣⁣⁣
⁣⁣⁣
Profile Image for Nike Andaru.
1,629 reviews111 followers
December 29, 2022
107 - 2022

Wah, baru tau kalo ternyata buku ini ditulis dari kisah nyata Raja kretek Kudus, Nitisemito, pemilik pabrik rokok Bal Tiga. Cerita ini diambil dari cerita Wirosoeseno yang merupakan orang marketingnya yang orang pribumi asli dan Filipus, orang financenya yang orang Belanda. Secara bergantian mereka menceritakan bagaimana mereka yang bekerja 30 tahun di perusahaan rokok tersebut.

Karena ini di masa penjajahan Belanda hingga Jepang, ceritanya gak cuma soal bagaimana perusahaan keluarga tersebut jatuh bangun, tapi juga bagaimana lingkungan dan situasi politik hindia belanda saat itu. Ceritanya menarik sekali, karena itu walaupun novel tapi juga menjadi biografi Nitisemito yang dianggap Sang Raja saat itu.

Ah, Iksaka Banu memang juara deh menuliskan ini dengan asyik begini. Setelah baca 3 buku sebelumnya yang merupakan kumpulan cerita, novel ini terasa menyenangkan sekali, lebih terasa panjang dan lega gitu, setelah sebelumnya kan terasa cerita singkat doang.
Profile Image for Abiyasha.
Author 3 books14 followers
September 14, 2020
What can I say? Ini salah satu novel Indonesia paling kece yang pernah saya baca, apalagi ini fiksi sejarah dan setting-nya nggak jauh dari kota kelahiran saya.

Selain ngambil tema yang jarang banget dilirik, novel ini juga mengambil rentang waktu yang cukup panjang. Bercerita tentang NV Nitisemito, pendiri perusahaan rokok kretek Bal Tiga di Kudus yang dikisahkan melalui dua karakter, Wirosoeseno seorang Jawa tulen, dan Filipus Rechterhand, seorang Belanda totok, saya dibawa berkelana ke Kudus dan Batavia dari tahun 1920-an hingga 1953. Nitisemito mempekerjakan delapan ribu karyawan, termasuk orang Belanda, sesuatu yang jelas nggak biasa kala itu bagi seorang pribumi. Susah bagi saya buat nggak memvisualisasikan suasana Kudus pada tahun itu karena betapa detailnya Iksaka Banu menggambarkan suasananya.

Saya jelas salut dengan riset yang dilakukan Iksaka Banu karena menulis fiksi sejarah itu memang butuh kerja keras dan nggak bisa sembarangan. Saya bahkan nggak lagi peduli bagian mana yang fiksi dan mana yang bener kejadian karena saking halusnya Iksaka Banu menggabungkan dua elemen tersebut ke dalam cerita. Dan saya pun menyesal karena baru mengetahui tentang Nitisemito lewat buku ini. Membaca buku adalah cara paling enak buat belajar sejarah tentang Indonesia.

Kalau mau baca buku fiksi sejarah yang oke, silakan baca buku ini. Apalagi yang memang demen dengan fiksi sejarah. It's a must read! Five stars from me.
Profile Image for Poppy.
57 reviews3 followers
March 28, 2023
Novel ini sarat dengan peristiwa sejarah, kolonialisme, dan juga gerakan politik yakni Sarekat Islam dan Muhammadiyah yg memiliki hubungan erat dengan Nitisemito. Walaupun judulnya Sang Raja, tapi sayangnya lebih ke ‘cameo’, hanya muncul sekilas saja. Cerita lebih banyak ke pabrik rokoknya.

Justru kisah hidup Filipus lebih menarik, seorang Belanda totok yg lahir di Menteng, menikah dengan wanita pribumi yg dicintainya, bepihak pada pribumi, hingga anaknya ditangkap oleh Jepang.

Pelajaran yg dapat diambil dari novel ini adalah gigihnya Nitisemito yg awalnya buta huruf, tidak pernah mengenyam pendidikan resmi, justru mampu menjadi pengusaha kretek sukses yg mempunyai puluhan ribu karyawan. Layak menjadi inspirasi dan panutan.

Membaca novel ini cukup menyenangkan, kita jadi ikut mambayangkan lingkungan dan situasi politik hindia belanda saat itu. Walaupun di awal terkesan lempeng, tapi jadi seru begitu sudah masuk ke konflik-konflik cerita. Baca ini lebih puas drpd kumpulan cerpen Iksaka Banu yg aku baca sebelumnya. Romance tipis2nya bikin gemes.

Novel ini layak dibaca bagi penikmat bacaan fiksi sejarah, juga yg penasaran dengan sejarah kretek di Indonesia. Salut dengan riset yg telah dilakukan untuk pembuatan novel ini.
Profile Image for cindy.
1,981 reviews156 followers
October 10, 2017
Bagaimana melihat tumbuh, makmur dan jatuhnya sebuah perusahaan rokok kretek terbesar di awal 1900-an, yang melintasi 3 jaman pemerintahan? Novel ini menggambarkan ilustrasi tsb dengan sangat apik, dan unik karena mengambil sudut pandang 2 orang sahabat beda ras yang bekerja di lingkar dalam NV dan menyaksikan (hampir) semuanya.

Adalah seorang Nitisemito, pemilik dan pelopor pembuatan masal rokok bercampur cengkeh yg saat dibakar akan berbunyi kretek-kretek. Di masa kejayaannya, pabrik rokok di kota Kudus ini memiliki buruh linting 10.000 orang. Dan jangan bayangkan jumlah itu di masa kini, ini masa tahun 1930-an, masa di mana restoran dan taman kota menyamakan pribumi dengan anjing, dan Nitisemito ini asli pribumi. Mantan kusir dokar. Priyayi desa tanpa modal kecuali semangat dan kegigihan. Dan dia inilah yang menjelma sebagai De Kretekkonning. Sang Raja Kretek.

Di zaman inilah Gunawan Wirosoeseno, Jawa asli dari lereng Merapi dan Filipus Rechterhand, Belanda totok yang dibesarkan di Batavia, bertemu dan bekerja di pabrik yang sama. Dari mata kedua orang inilah, pergulatan nasib sebuah perusahaan, direka kembali dalam cerita. Diwarnai gejolak dunia dari PD I, resesi ekonomi dunia, hingga akhirnya pecah PD II, kedatangan Jepang, kemerdekaan, hingga agresi militer 1 dan 2 yang akhirnya berhujung pengakuan kedaulatan. Bukan saja keriuhan dari luar yg menandai jatuh bangunnya perusahaan ini, dari dalam sendiri ada perebutan kuasa petinggi-petingginya, faktor internal keluarga Nitisemito, istri-istri, putri-putri, menantu, anak dan cucu yang serta-merta mempengaruhi kelangsungan hidup sepuluh ribu karyawannya.

Aku suka sekali membaca latar sejarah novel ini. Jelas bukan riset separuh hati dan penulisannya renyah, enak sekali untuk dinikmati. Sayang sekali jangkauan sejarah hanya dapat sedemikian saja. Dramatisasi novel ini memilih untuk tetap berdiri di garis luar keluarga Nitisemito. Mengapa dan bagaimana ia memilih pewaris, melewati Mas Soemadji dan langsung pada Akoean Markoum tetap menjadi tanya bagiku. Juga masih banyak sekali yang belum terjelaskan, terutama mengenai insiden penggelapan cukai rokok yg menodai catatan karir dan hidup Karmain tersebut. Hubungan Nitisemito dan Bung Karno, atau pergerakan kebangsaan yg lain, hanya tersiratkan, tak pernah tersurat. Kepribadian sang raja tidak utuh, sosoknya terlihat dari luar, namun membiarkan rahasia-rahasianya tetap tersimpan. Novel ini tampaknya tidak mau menjadi segala tahu, atau sok tahu menawarkan satu sisi cerita yang belum tentu sepenuhnya benar.

Sebagai tambahan, nasib Hans Rechterhand, putra tunggal Filipus, menggedor dengan ketragisannya. Meski dituturkan sangat minim, pesannya tersampaikan dengan penuh.

5* untuk cerita ini. Iksaka Banu berhasil kembali memukauku setelah Semua Untuk Hindia beberapa tahun lalu. Saatnya berburu kumcer Ratu Sekop yang masih belum mau muncul di tokbuk sekitarku. Mungkin benar-benar hrs pesan online inih.... :')
Profile Image for Dessy Farhany.
137 reviews2 followers
July 6, 2022
Fix lah fangirling Iksaka Banu! Seru banget ini, boleh nggak dijadiin series?? Disney hotstar? Netflix? Viu??

Buku ini mengisahkan tentang Raja Bisnis Kretek Indonesia, Pak Nitisemito, dan perjalanan pabriknya di tahun 1900an-1953, melalui cerita dari dua orang pegawainya yang saling bersahabat, yang satu orang Belanda totok lahir di Indonesia, Filip, dan satu lagi orang Jawa asli Jogja, Wiro. Si Filip jadi akuntannya dan Wiro di bagian pemasaran.

Yang paling seru di bagian kisahnya Wiro sih, karena di bagian Pemasaran, jadinya menarik banget lihat perkembangan penjualan rokoknya lewat strategi-strategi marketing tim-nya Wiro ini. Dan sebelumnya, untuk bisa masuk ke pabrik ini ada tahapan tes dan interview-nya juga, jadi ngebayangin nyari kerja waktu itu kayak gimana.

Bagian si Filip nggak seru yang kayak bagian Wiro, tapi lebih dramatis karena drama pribadinya lebih ditunjukkin. Mulai dari dia orang Belanda totok tapi jiwanya terlalu pribumi, kena dampak wabah Flu Spanyol (dan bacanya pas zama Covid), sampai kena dampak kependudukan Jepang sampai di penjara. Lebih ngenes, yes. But wartime stories are never pleasant! Selama baca bagian Filip gue rasanya pengen nyemangatin melulu.

Ada romansa tipis-tipis yang bikin gue gemes. Ada kisah kemalangan yang bikin nyesek. Ada keseruan sendiri yang bikin gue kebayang-bayang. Dan yaaa ada kisah penindasan penjajah yang selalu bikin gue emosiii. Ada semuanya di buku ini! Iksaka Banu never fails to transport us back in time :)
6 reviews
May 13, 2025
Sang Raja Kretek dan Bal Tiga nan Misterius

Tidak disangka bahwa julukan "Sang Raja" yang disematkan kepada Nitisemito justru membuat hidupnya bernasib seperti kisah para raja sesungguhnya.

Novel fiksi-sejarah karya Iksaka Banu ini menuliskan kisah soal beberapa kilasan tentang sejarah industri kretek di Indonesia, terutama daerah Kudus. Latar waktunya dari 1900–1953. Dari masa penjajahan Belanda hingga ke era pascarevolusi tepat di tahun kematian Nitisemito. Selain sejarah industri kretek, di sini diceritakan pula kisah (lagi-lagi sejarah) dari pabrik kretek jenama Tjap Bal Tiga kepunyaan Nitisemito di bawah nama perusahaannya: NV. Nitisemito.

Cerita ini dituturkan melalui tiga sudut pandang. 1 sudut pandang orang ketiga dan 2 sudut pandang orang kesatu, yaitu: Narator pada "Pembuka" dan "Penutup" mewakili sudut pandang orang ketiga itu; sementara 2 sudut pandang orang kesatu dipakai secara bergantian (selang-seling) untuk menceritakan kisah dua tokoh utama dalam novel ini. Dua tokoh tersebut bernama Goenawan Wirosoeseno atau Warso (Wakil Kepala Departemen Pemasaran NV. Nitisemito) dan Filipus Rechterhand (Akuntan Tetap NV. Nitisemito).

Kisah mereka berdua dituturkan oleh Bardiman, seorang wartawan dari Matahari Timur, yang muncul pada bagian "Pembuka" dan "Penutup".

Seperti di dalam ceritanya, Bardiman mau menuliskan cerita dari Bal Tiga. Lebih tepatnya, dia ingin mengungkap sebuah skandal yang dianggap sebagai penyebab jatuhnya Bal Tiga, yaitu penggelapan pajak cukai rokok/kretek dan pengalihan persona sebagai Kuasa Ahli dari Karmain ke Akoean Markoem. Bardiman pun mencari dua orang yang dia anggap bisa memuaskan rasa penasarannya:

1. "Bagaimana skandal keuangan tersebut terjadi? Benarkah Karmain sebagai Kuasa Ahli terlibat sepenuhnya terjadi penggelapan yang terjadi?"

2. "Kenapa tampuk pimpinan bisa berpindah dari Karmain sebagai menantu ke Akoean Markoem sebagai cucu, lalu berakhir di Soemadji sebagai anak?"

Segitu saja sekiranya cerita singkat tentang bagaimana novel akan berjalan. Tentu saja novel berjalan pada kisah awal kehidupan Wirosoeseno dan Filip(us) hingga mereka masuk ke dalam lingkaran dekat "Sang Raja" dan melihat kondisi Bal Tiga dari dekat.

Tapi kenapa harus lewat sudut Wirosoeseno dan Filip? Kenapa bukan dari sudut pandang keluarga terdekat?

Nampaknya keempat pertanyaan tersebut (dua pertanyaan dari Bardiman dan dari saya pribadi) dijawab oleh pengakuan penulisnya di akhir dan omongan para tokohnya sendiri: "Tidak banyak informasi yang mencatat dan diketahui soal pabrik dan persona-persona di dalamnya". Cara penuturan kisah dari Wiro dan Filip juga (menurut saya) adalah cara penulisnya menutup kekurangan penceritaan dan pengungkapan konflik novel ini.

Ternyata cerita tentang konflik skandal keuangan tersebut dan kenapa perpindahan tampuk kekuasaan di dalam pabrik sendiri tidak pernah diketahui secara kenapa bisa terjadi. Tidak banyak koran yang memberitakan apalagi ada sumber resmi dari apa yang terjadi sebenarnya. Hanya bisa, meminjam kondisi kedua tokoh utama mengalami dan melihat dua peristiwa tadi, diketahui dan ditimang-timang melalui gosip-gosip yang beredar.

Dari gosip-gosip itulah pembaca sendiri bisa menebak apa yang mungkin pada Bal Tiga. Baik Bal Tiga di bawah Karmain maupun ketika dipegang Akoean dan Soemadji.

Tjap Bal Tiga dan NV. Nitisemito itu bak kerajaan di Kudus. Sementara Nitisemito itu adalah Raja yang dianggap luar biasa dan barangsiapa memegang jabatan Kuasa Ahli berarti dia adalah Perdana Menterinya.

Nitisemito punya Perdana Menteri kesayangan. PM itu bernama Karmain bin Hadiwidjojo, suami dari anak perempuan Nitisemito: Nafiah. Sayang PM kesayangannya harus jatuh dan tidak sanggup bangkit lagi setelah tertuduh menggelapkan pajak cukai.

Padahal Karmain adalah orang yang punya ide brilian, terutama soal pemasaran kretek Bal Tiga. Idenya meliputi: undian berhadiah, tur keliling, penyebaran pamflet melalui pesawat Fokker VIIb, bekerja sama dengan kelompok teater, pendirian bioskop dan radio, dll, dll.

Namun, tidak disangka bahwa julukan "Sang Raja" yang disematkan kepada Nitisemito justru membuat hidupnya bernasib seperti kisah para raja sesungguhnya. Dia harus menghadapi kisah lama: perebutan kekuasaan dari keturunannya. Hal itu disebabkan karena Nitisemito melakukan poligami. Sisanya? Saya kira pembaca novelnya bisa menebak sendiri.

Novel ini bagi saya memberikan gambaran awal yang menarik dan cukup dalam memperlihat sejarah kretek, Bal Tiga, dan keluarga Nitisemito. Tapi novel ini tidak hanya bercerita soal itu, dia juga bercerita tentang pemikiran orang Londo yang lahir pada era liberalisme, penjajahan Jepang, dan era Revolusi Kemerdekaan meski hanya sepintas.

Demikian novel ini punya kekurangan yang justru menjadi kelebihannya: misteri di balik apa yang sesungguhnya terjadi di Bal Tiga.

Sekian, terima kasih.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for htanzil.
379 reviews149 followers
September 9, 2019
Novel Sang Raja yang mengisahkan Raja Kretek Nitisemino dibuka dengan porsesi pemakaman Nitisemito menurut sudut pandang seorang wartawan harian Bintang Timur yang berniat untuk menuliskan kisah kehidupan Nitisemito. Untuk itu dia mewawancarai dua orang pegawai Nitisemito yaitu Filipus Rechterhand dan Wiroesoeseno. Filipus, seorang Belanda totok adalah pegawai bagian pembukuan di pabrik rokok Bal Tiga, Sedangkan Wirosoeseno, seorang Jawa tulen, priyayi rendahan yang bekerja di bagian pemasaran.

Melalui penuturan Filipus dan Wirosoeseno inilah kisah Nitisemito dan pabrik rokoknya diceritakan. Nitisemito, anak seorang kepala desa di daerah Kudus, Jawa Timur. Nama kecilnya Roesdi bin Soelaeman. Alih-alih mengikuti jejak ayahnya sebagai ambtenaar Ia lebih memilih menempuh jalan hidupnya sendiri, mulai dari buruh jahit, berdagang minyak kelapa, kerbau, hingga menjadi juragan sekaligus kusir dokar. Pada saat ia menjadi kusir dokar ia menikah dengan seorang pemilik warung nasi bernama Narsilah. Setelah menikah Roesdi mengganti namanya menjadi Nitisemito.

Untuk menambah penghasilan, disamping berjualan makanan, Narsilah juga berjualan tembakau di warungnya. Pada suatu saat, Narsilah mengolah tembakau itu menjadi rokok klobot. Tembakaunya ia campur dengan cengkeh dicampur saus yang dibuat dari sari-sari buah. Ternyata ramuannya digemari para pelanggannya. Semenjak itu Nitisemito mengembangkan usaha rokok klobotnya ini dan mencoba memasarkan rokoknya dalam kemasan yang diberi merk. Setelah beberapa kali mencoba berbagai merek akhirnya ia menemukan gambar bulatan tiga dan menggunakannya sebagai etiket di kemasannya dan orang menyebutnya sebagai rokok cap Bal Tiga.

Lambat laun rokok cap Bal Tiga semakin dikenal orang dan Nitisemito pun terus mengembangkan usahanya hingga akhirnya mendirikan pabrik NV Nitisemito Bal Tiga yang membuatnya menjadi pengusaha rokok terkaya dan terkemuka di zamannya.

Walau telah menjadi pabrik besar, NV. Nitisemito tak luput dari berbagai tantangan baik dari dalam maupun dari luar antara lain saat harga cengkeh yang meroket, atau ketika pemerintah Hindia Belanda memberlakukan cukai rokok yang berpengaruh langsung terhadap harga jual rokok, munculnya pabrik-pabrik rokok kretek lainnya serta depresi ekonomi dunia di tahun 1930.

Tantangan-tantangan tersebut berhasil dilalui oleh Nitisemito namun yang tersulit justru tantangan dari dalam yaitu ketika terjadi konflik kepentingan dalam keluarga Nitisemito. Akoean Markoem yang merupakan cucu Nitisemito dari istri pertamanya, tak senang dengan Karmain, menantu Nitisemito dari istri keduanya. Karmain yang saat itu menjadi kuasa usaha Nv. Nitisemitoa dilaporkan oleh Akoean telah melakukan penggelapan pajak hingga akhirnya dipenjara.

Tidak adanya Kaiman membuat suasana pabrik menjadi lesu. Namun pabrik tetap berlanjut hingga masa pendudukan Jepang, masa revolusi kemerdekaan hingga proklamasi kemerdekaan dan masa bersiap paska kemerdekaan.

Kisah dalam novel ini dibalut dengan berbagai peristiwa sejarah dan persoalan-persoalan kolonialisme, identitas, hingga gerakan organisasi kemerdekaan seperti Sarikat Islam dan Muhamadiyah yang konon memiliki keterkaitan dengan Sang Raja Kretek

Selain itu para penutur yaitu Filipus dan Wiroseoeseno juga mendapat panggung dan kisah tersendiri di novel ini. Selain kisah tentang bagaimana mereka berkiprah dalam pekerjaan mereka penulis juga menyuguhkan kisah kehidupan pribadi mereka masing-masing

Dibanding kisah kehidupan Wiroseoseono kisah Filipus Rechterhand tampak lebih menarik dan berwarna. Filipus adalah seorang Belanda totok yang lahir di Hindia dan beristrikan seorang wanita pribumi. Latar belakang ini juga membuat tokoh Filipus menjadi seorang Belanda baik yang membela pribumi.

Dari pernikahannya dengan wanita pribumi yang dicintainya lahir seorang anak laki-laki yang kelak bergabung dalam KNIL. Kehidupan nyamannya mulai terusik ketika Jepang datang. Filipus harus berpisah dengan istrinya karena harus masuk kamp inteniran sementara Hans, anaknya ditangkap oleh Jepang. Hal ini yang menjadi sebuah kisah tersendiri yang menarik dalam novel ini.

.....selanjutnya bisa bibaca di :
https://bukuygkubaca.blogspot.com/201...

@htanzil
Profile Image for Juinita Senduk.
119 reviews3 followers
September 24, 2017
Berlatar-belakang masa penjajahan Belanda, sejarah industri rokok kretek Kudus diramu dengan sangat indah oleh Iksaka Banu. Peristiwa yang terjadi puluhan tahun silam seperti tak berjarak dengan masa kini.

Diawali dengan keingintahuan seorang wartawan tentang intrik yang bergulir di pabrik rokok Bal Tiga saat pemakaman Nitisemito, penggagas industri rokok kretek Kudus, Iksaka menggulirkan kisahnya lewat Filpus Rechterhand, seorang Belanda Tulen, dan Wirosoeseno, seorang Jawa Tulen.

Tanpa melupakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang dan sekelumit masa agresi, Iksaka meramu perjuangan Nitisemito membesarkan rokok Bal Tiganya dengan kehidupan Filipus dan Wirosoeseno. Ibarat tembakau, klobot dan cengkeh yang dicampur dengan sausnya.

Iksaka dengan gamblang menggambarkan konflik dan pengkhianatan, lewat peralihan tampuk kepemimpinan generasi pertama ke generasi kedua, lewat tokoh Pak Karmain.

Konflik yang terjadi ketika generasi pertama mengalihkan tampuk kepemimpinannya pada generasi kedua, kondisi yang kurang lebih serupa dengan masa kini, saat perusahaan-perusahaan besar diambil-alih oleh generasi kedua atau ketiga, digambarkan dengan gamblang lewat ingatan Filipus dan Wirosoeseno. Peristiwa yang selalu berulang ketika generasi kedua mengambil alih tampuk kepemimpinan dan mengabaikan kearifan generasi pertama yang dirasa sebagai penghambat pengembangan usaha. Fitnah dan konflik antara dua generasi.

Iksaka tidak sekedar memotret konflik yang terjadi; pemasaran yang berkaitan dengan periklanan maupun program-program 'loyalty/retention' meminjam isitilah masa kini, pun tidak lupa diceritakannya. Ternyata Nitisemito lewat Wirosoeseno dan Pak Karmain, tidak kalah dengan masa kini. Mengumpulkan bungkus rokok ditukar dengan gelas, ataupun menggunakan pesawat menaburkan selebaran tentang rokok Bal Tiga, tidak ada bedanya dengan usaha yang dilakukan perusahaan masa kini memperat kedekatan produk mereka dan penggunanya.

Namun sesungguhnya daya tarik buku Sang Raja ini tidak terletak pada kisah Nitisemito dan pabrik Bal Tiganya; justru kisah Filipus dan Wirosoesenolah yang menjadi perekat. Sebagai seorang Belanda Tulen yang mengawini seorang Pribumi, kemudian menjadi tahanan Jepang dan menghirup kebebasan yang tidak sepenuhnya bersahabat saat masa agresi, membuat saya tidak mampu meletakkan buku ini.

Dan ketika saya harus menutup halaman terakhir buku Sang Raja, rasanya masih ada yang tertinggal, kisah pribadi Pak Nitisemito, Akoen, Pak Karmain dan penggelapan cukai. Mungkin karena Nitisemito dikisahkan lewat Filipus dan Wirosoeseno, pribadi beliau tidak secara penuh terungkap, selain kegemarannya berjudi, memiliki beberapa istri, dan gemar berkuda. Penggambaran beliau sebagai seorang pemimpin dan pengusaha pribumi yang terpandang dan bahkan memiliki karyawan orang Belanda, menurut saya masih kurang.

Begitu pula dengan Akoen, Pak Karmain dan penggelapan cukainya, kisah mereka kurang digali dengan lebih mendalam. Padahal bagian tersebut pastinya akan amat sangat menarik, mengingat intrik serupa pastinya terulang di masa kini.

Terlepas dari kekurangan di atas, buku ini layak dan patut untuk dibaca. Angkat Topi untuk Iksaka Banu, yang dengan indahnya menggunakan latar belakang sejarah dalam novel-novelnya maupun cerita pendeknya. Salut untuk riset dan pengetahuan yang dibaginya.

Seperti yang disampaikan Iksaka di halaman 380, menulis kisah berlatar sejarah bukanlah hal mudah, apalagi dengan bahan riset yang terbatas. Sehingga jika ada bagian yang tertinggal, menurut saya hal itu wajar-wajar saja.




Profile Image for Sandys Ramadhan.
114 reviews
September 6, 2022
Sempat berhenti membaca novel ini karena dihajar habis-habisan oleh berita duka sehingga membuatku sangat lama menyelesaikannya, bahkan sempat mengulang lagi dari awal untuk merawat ingatan.

Novel ini bercerita tentang sebuah pabrik rokok bal tiga di Kudus bernama N.V Nitisemito yang dimiliki oleh seorang warga pribumi dan mempekerjakan ribuan buruh. Tak terkecuali 2 orang yang jadi tokoh utama di sini yakni, Wirosoeseno seorang Jawa tulen yang bekerja di bagian promosi dan pemasaran, dan Fillipus Rectherhand seorang Belanda totok yang bekerja sebagai akuntan.

Dari kedua sudut pandang tokoh ini mereka menceritakan mengenai pabrik rokok bal tiga mulai dari sejarah awal mula berdirinya pabrik, bagaimana cara mempromosikan rokok agar menambah pasar, gencaran konflik yang menghampiri entah itu gagal panen, krisis ekonomi, perang raya hingga konflik internal di lingkaran kekuasan pabrik rokok itu sendiri.

Di novel ini juga sedikit banyak menambah wawasan sejarah tentang industri rokok yang bisa bertahan dari masa kependudukan belanda, jepang sampai kemerdekaan yang sarat akan perang dan pemberontakan. Dan yang membuat menarik menurutku adalah cara mereka mempromosikan rokok bal tiga. Seperti menukarkan beberapa bungkus rokok dengan hadiah pecah belah dan undian sepeda. Bisa dikatakan sebuah inovasi yang maju pada saat itu.

Seperti karya-karya Mas Iksaka Banu sebelumnya, sehabis membaca novel ini saya jadi tertarik untuk membaca perihal sejarah rokok kretek di Indonesia, barangkali bisa segera terbeli dan dibaca apabila memungkinkan.

Akhir kata buku ini sangat saya rekomendasikan bagi kawan-kawan yang tertarik dengan fiksi sejarah atau tertarik dengan rokok kretek. Memang rasanya tidak salah saya menobatkan Mas Iksaka Banu sebagai penulis favoritk karena memang saya suka dengan narasi dan gaya kepenulisan beliau yang sabar dan lugas. Dan tentu saja saya akan membaca karya beliau yang lain, yaitu Pangeran Dari Timur. Karya ini merupakan hasil kolaborasi dengan Mas Kurnia Effendi dan menceritakan tentang Raden Saleh. Semoga diberi kesempatan untuk membacanya.
Profile Image for Ayu Istiyani.
94 reviews6 followers
August 10, 2025
Another historical fiction tentang dunia perkretekan di Jawa Tengah. Saya baru tahu ternyata novel ini diterbitkan dalam dua versi cover (merah dan hijau) dimana pembaca diberi kebebasan memilih warna yang mereka sukai. Anyway, punya saya cover hijau.

Buku ini merupakan semi biografi tentang Nitisemito, pemilik pabrik rokok Bal Tiga. Konon beliau adalah Sang Raja Kretek, karena pabriknya menjadi yang terbesar di Kudus, bahkan menjadi cikal bakal berdirinya pabrik rokok lain. Diceritakan dari sudut pandang Wirosoeseno, seorang pribumi asli yang bekerja sebagai marketing. Juga dari sudut pandang Filipus, Belanda totok yang bekerja di bagian Keuangan. Cerita mengalir lancar, awalnya seperti terfokus dengan latar belakang Wiro dan Filip, tetapi saat menceritakan awal mereka masuk ke pabrik Bal Tiga, mulailah juga diceritakan awal mula, jatuh bangunnya Nitisemito mendirikan dan mengembangkan pabrik itu. Ternyata sangat tidak mudah menjadi pribumi di zaman penjajahan.

Latar waktu adalah awal 1900an hingga Nitisemito meninggal di 1953 saat Hindia masih dalam kekuasaan Belanda juga Jepang. Sehingga ceritanya tidak hanya bagaimana jatuh bangunnya perusahaan tapi juga bagaimana lingkungan serta situasi politik Hindia saat itu. Dan menurut saya itu sangat menarik. Bagaimana Belanda berkuasa, bagaimana tiba-tiba Jepang datang mengambil alih semuanya, bagaimana sebenarnya perlakuan Jepang kepada Belanda yang masih ada di Hindia saat itu, sampai akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu, disusul dengan Agresi Militer Belanda I dan II. Seakan banyak pelajaran sejarah yang dulu didapat di bangku sekolah, dikemukakan di novel ini dengan lebih gamblang.

Bagi yang sedang ingin membaca sejarah, novel ini sangat cocok. Sempat beberapa kali terhenti untuk search di google, seperti saat ternyata Nitisemito memiliki villa di Salatiga, sempat tinggal juga di Salatiga, yang ternyata bangunan itu masih ada sampai saat ini.

Setelah ini mungkin saya akan coba membaca karya Iksaka Banu yang lain.
Profile Image for tnty.
120 reviews2 followers
November 13, 2017
Ketika membeli buku ini di toko buku, tidak hanya sampulnya yang menarik perhatian saya tetapi juga tema yang diangkat dalam cerita. Yaitu sejarah kegemilangan perusahaan rokok kretek di Kudus yang dibangun dari nol oleh seorang pribumi di awal tahun 1900an. Hal menarik lainnya adalah, kisah tersebut disampaikan melalui kacamata dua mantan pegawai perusahaan: seorang Belanda totok dan seorang Jawa dari daerah yang memiliki darah priyayi.

Sebenarnya sosok Nitisemito tidak terlalu dikupas banyak di buku ini. Hanya cerita perjuangan beliau mendirikan Bal Tiga dari bawah hingga bisa begitu masif pada masanya. Terkesan berjarak dan sambil lalu saja. Begitu juga dengan industri rokok kretek tanah air yang menurut saya sampai kini penuh dengan paradoks (atau ironi?), yang mana saya sangat berharap dibahas lebih jauh dan sayangnya tidak. Beberapa hal yang menarik perhatian saya: ternyata iklan rokok kretek sudah begitu gencar di masa itu, bahan baku cengkeh untuk masa itu juga saja sudah impor dari benua lain, dan ironi konsumen rokok Bal Tiga yang kebanyakan masyarakat bawah seperti petani (sehingga De Kretekkonning sangat keras hati mempertahankan agar harga rokok tidak naik dalam keadaan apapun). Sedangkan hal lain yang sayang sekali tidak dibahasa lebih dalam adalah masalah penggelapan cukai, penggelapan dana di sektor lain (seperti untuk pergerakan nasional) dari industri yang katanya pemasok pajak tertinggi nomer tiga negeri ini, konflik internal dalam bisnis keluarga, dan masih banyak lagi. Saya jadi merasa buku ini sebenarnya agak nanggung.

Meskipun begitu, saya mengapresiasi Penulis yang membuat ide novel dengan latar belakang sejarah seperti ini. Baik itu dalam melakukan riset, menghidupkan suasana masa pendudukan bangsa asing di negeri ini dengan begitu hidup dan tidak hitam putih, serta mengangkat kisah sosok pribumi inspirarif di masa lalu (selain tokoh pergerakan nasional) yang jarang terekspos agar menjadi teladan generasi sekarang.
Profile Image for Meta Morfillah.
664 reviews23 followers
August 21, 2024
Judul: Sang Raja
Penulis: Iksaka Banu
Penerbit: KPG
Dimensi: vii+383 hal, cetakan pertama September 2017 (edisi gramedia digital/ipusnas)
ISBN: 9786024243319

Berkisah tentang perjalanan hidup Nitisemito, seorang kusir dokar hingga menjadi raja rokok kretek yang disegani dan memegang peranan penting bagi industri rokok di Indonesia. Bahkan diakui sebagai orang kaya Indonesia oleh Soekarno dalam pidatonya di BPUPKI.

Melalui dua sudut pandang, yaitu dari perspektif Wirosoeseno (pribumi) dan Filip Rechterhand (Belanda) penulis menceritakan tentang kesuksesan "Sang Raja" dalam bisnis, lika-liku kehidupan pribadinya, dinamika keluarga, dan pergulatannya dalam dunia bisnis yang penuh persaingan. Dua sudut pandang itu memberi perspektif berbeda pada satu peristiwa yang sama. Sebab tentu saja perlakuan terhadap pribumi dan Belanda Indo (yang menikahi wanita pribumi) juga berbeda.

Rentang waktu yang cukup panjang (1900-1953) pun menjadi daya tarik ragam peristiwa sejarah di Indonesia. Membacanya di pekan kemerdekaan membuat lebih memahami dan tercerahkan tentang keadaan masa kolonial-kekosongan-hingga kemerdekaan.

Novel ini fiksi, tapi risetnya seperti biografi yang ketika saya telusuri di wikipedia hampir semuanya tertulis persis dengan alur novel. Meski begitu, tetap saja karya fiksi ini berbeda dengan biografi, kita tidak tahu di mana bagian yang dibumbui agar menarik. Dan menjelang akhir terasa cukup membosankan dan datar.

Cocok dibaca oleh kamu yang suka fiksi sejarah, perlu motivasi bisnis, dan penasaran dengan keadaan Indonesia di zaman kolonial hingga merdeka.

Saya apresiasi 4 dari 5 bintang.

Meta Morfillah

#1hari1tulisan #bookstagram #resensibuku #reviewbuku #bacabuku #sangraja #kretek #iksakabanu #fiksi #metamorfillah
Profile Image for Gita Swasti.
322 reviews40 followers
February 1, 2018
Bagi saya, sejarah itu akan terasa membosankan jika hanya membaca ceritanya dengan mentah-mentah dan mengikuti kronologisnya begitu saja tanpa mengimajinasikan diri kita sebagai lakon dalam sejarah tersebut. Melalui Sang Raja, saya mulai beranjak memainkan lakon itu.

Sang Raja merupakan karya pertama Iksaka Banu yang saya baca. Sang Raja menjadi novel yang cukup menarik untuk dibaca karena saya amat menyukai penceritaan menggunakan sudut pandang orang opertama, dalam hal ini adalah Filipus dan Wiroesoesono. Mengamati jejak Banu dalam melakukan riset untuk Sang Raja dengan mencari koran zaman kolonial Belanda serta mengumpulkan penggalan-penggalan kisah mengenai Nitisemito membuat ia berhasil mengeksekusi Sang Raja dengan detil.

Sang Raja terlalu cepat menuju akhir cerita. Beberapa hal yang menurut saya sedikit mengecewakan dalam novel ini adalah:
1. Kisah Karmain memudar begitu saja, tanpa ada klarifikasi mengenai hasil investigasi atas penangkapannya.
2. Filipus sepertinya tidak berupaya untuk mencari Hans lebih jauh.
3. Diceritakan pula dalam novel ini mengenai proses Fillipus dan Wiroesoesono menemukan pendampingnya namun semakin kesini saya menemukan ketimpangan antara penggambaran keluarga Fillipus dan Wiroesoesono padahal bagi saya keduanya adalah nyawa dalam novel ini.

Selebihnya, saya merekomendasikan Sang Raja bagi kalian yang tertarik menikmati sejarah dengan versi yang ringan.
10 reviews
October 21, 2019
When I saw this book in bookstore, I was not hesitated to grab this book and brought it to the cashier, so I could immediately read the book because it is another historical-fiction book from Iksaka Banu, the writer of short stories collection Semua Untuk Hindia.

Aaand... Iksaka Banu could always live up to the expectation!

The story follows two different fictional people - an Indonesian native and a Dutch - who works for the most successful real-life kretek (Indonesian traditional cigarette) businessman, Nitisemito. Iksaka's power is his depiction on atmosphere during such era. It's like following Wirosoeseno and Recterhand's journey throughout 1920s and 1950s; walking through the street of Kudus during the Dutch Colonial Era as well as Japanese Military Occupation, watching traditional theaters and so on.

Apart from serving solid story narrative, it seems like Iksaka never forget to put accurate historical facts throughout the book, including Nitisemito's family scandal that makes the story more interesting. Reading the whole book feels like listening to an old guy's story about Nitisemito rise and fall in the Indonesia's cigarette industry.
Profile Image for Putri Rizki.
1 review
May 11, 2025
Sang Raja karya Iksaka Banu bukan sekadar novel fiksi sejarah, melainkan refleksi tajam atas dinamika sosial, ekonomi, dan politik Indonesia pada timeline yang cukup panjang, 1900–1953.

Berangkat dari kisah tokoh fiktif yang terinspirasi sosok nyata seperti Nitisemito, pionir industri rokok dan pemilik merek legendaris Bal Tiga. Ia dikenal sebagai pengusaha pribumi pertama yang berhasil mengangkat kretek menjadi industri besar melalui inovasi pemasaran dan sistem produksi modern, jauh melampaui sekadar industri rumahan.

Latar cerita mencakup masa penjajahan Belanda, Perang Dunia Pertama, flu Spanyol, hingga Great Depression tahun 1929 yang menandai kegagalan pasar global dan kehancuran sistem ekonomi dunia. Dalam krisis ini, industri kretek justru bertahan karena sifatnya yang adiktif dan inelastis terhadap harga. Pemerintah kolonial pun memanfaatkan momentum dengan menerapkan cukai rokok sebesar 40% pada tahun 1933 untuk menambal kas negara yang terkuras. Kebijakan ini menjadi penanda bagaimana kapitalisme kolonial bergantung pada konsumsi rakyat kecil.

Cerita kemudian bergerak ke masa pendudukan Jepang yang brutal, proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, hingga perjuangan mempertahankan kemerdekaan melawan agresi militer Belanda. Novel ini bukan hanya perjalanan seorang tokoh, tapi juga dinamika ekonomi politik bangsa yang terjalin melalui sebatang rokok.
Profile Image for Anton.
157 reviews10 followers
July 20, 2025
Seperti diakui penulisnya sendiri, memang tak mudah menulis novel berdasarkan kisah nyata. Apalagi jika menyangkut tokoh besar yang punya tempat tersendiri dalam sejarah kretek di negeri ini.

Secara substansi dan struktur mungkin dia harus "taat" pada fakta. Tak bisa menambah dan mengubah sebebasnya. Bisa jadi, karena itu pula, novel relatif datar dalam mengisahkan hidup dan kemelut dua tokoh utamanya. Cerita hidup yang sangat manusiawi.

Mungkin karena harapanku kadung terlalu tinggi setelah baca karya-karya Iksaka Banu lainnya. Pangeran dari Timur adalah salah satu karya sastra berlatar belakang sejarah terbaik yang pernah aku baca.

Buku ini menceritakan perjalanan Bal Tiga, pelopor industri rokok di Kudus, Jawa Tengah dari kacamata dua karyawannya yang berbeda latar belakang. Wirosoeseno, seorang warga bumiputera, dan Filipus Rechterhand, Belanda totok. Periode cerita novel ini pada zaman peralihan Belanda, Jepang, hingga Indonesia merdeka.

Sebagai novel berlatar belakang sejarah, tentu saja banyak fakta sejarah menarik, khususnya soal kretek dan Kudus, ataupun pendudukan dan pergerakan pada masa itu. Meski sekadar latar belakang, fakta-fakta itu tetap bergizi sebagai pengetahuan. Juga, mencerahkan terutama bagi mereka yang ingin tahu sejarah salah satu komoditas terpenting di Indonesia saat ini, rokok kretek.

Profile Image for Rotua Damanik.
140 reviews6 followers
September 9, 2018
Sebenarnya ini bukan novel pertama yang membahas kisah hidup seorang tokoh besar di Indonesia. Namun Iksaka Banu memang punya gaya menulis yang khas. Wirosoeseno dan Filipus, dua tokoh utama sekaligus pencerita dalam buku ini, bukan orang lingkaran dalam Sang Raja Kretek dari Kudus. Mereka bukan pula saudara dekat atau handai taulan tokoh perintis usaha rokok kretek di kalangan Bumi Putera itu. Wirosoeseno, seorang priyayi rendah dari Yogyakarta, merupakan karyawan NV Nitisemito bagian pemasaran. Demikian halnya dengan Filipus, seorang Belanda totok, bekerja di bagian pembukuan atas usulan seorang teman ayahnya. Dari mereka berdua ini lah kita memotret kehidupan Sang Raja lengkap dengan kisah perusahaan rokok kreteknya yang legendaris itu. Dan sepertinya sudah menjadi ciri tersendiri bahwa penulis lebih memilih mengalirkan dongengnya dengan sedikit menjaga jarak dari sang tokoh yang terlanjur melegenda. Gaya seperti ini juga sangat terasa dalam kumpulan cerpen penulis, Semua Untuk Hindia. Secara keseluruhan aku menyukai buku ini. Penulisnya mampu memberikan warna baru dalam penulisan sejarah negeri ini. Meskipun tetap saja novel ini tak mungkin kita rujuk sebagai sumber sejarah. Namun setidaknya dengan membacanya kita mungkin akan tergelitik untuk mencari tahu lebih jauh.
Profile Image for Panji.
64 reviews33 followers
February 21, 2018
Buku yang dimensinya luas sekali dan amat banyak yang bisa dibahas. Saya pribadi selalu senang baca buku seputar wirausahawan, dan Sang Raja Kretek Nitisemito, pengusaha bumiputera (istilah ini dulu lebih ada konteksnya) yang disegani saat masa penjajahan, jelas spesial.

Yang unik, perjalanan kisah ini tidak langsung diceritakan beliau sendiri, melainkan dari dua orang karyawan menonjol yang jalan hidup masing-masing membuat mereka bekerja di Kudus, pabrik Bal Tiga. Dua orang ini punya karakteristik yang agak beda, dan karena salah satunya Belanda totok, saya rasa melihat Nitisemito dan bagaimana sistem di kantornya dengan lebih obyektif.

Karena dimensi yang luas tadi, setengah ke belakang rasanya saya punya perasaan yang bercampur. Lebih seperti pemaparan sejarah dari orang-orang ini.

All in all, membaca kisah seputar dunia usaha tentu akan lebih baik jika dilengkapi membaca mereka ysng kemudian redup. Seperti seputar Bal Tiga dalam buku. Walau buku ini juga tidak bisa dianggap komprehensif membahas hal itu.

Lainnya, dalam buku juga kita lihat banyak hal lain seputar sejarah kita, ada orang-orang dari golongan ningrat dan juga pengusaha-pengusaha mengorbankan harta usaha yang dibangun demi perjuangan.
Profile Image for Liana.
14 reviews
March 19, 2024
Sebenarnya tulisan beliau itu tipe aku banget, cuma alurnya di sini slowburn menurutku. Aku sempet agak off di menjelang tengah-tengah, nah pas itu baru ada konflik besar— di sini aku sukanya karena novel ini dari dua sudut pandang yang berbeda, pribumi dan Belanda Totok!

Aku jadi paham sedikit bagaimana Belanda saat kedudukan Jepang. Oh iya, latar novel ini juga pas sekitar masa-masa penjajahan Jepang gitu. Aku banyak insight di sini kaya istilah-istilah yang digunakan orang Jepang jaman itu. Agak netes air mataku pas adegan penculikan anak Belanda ... rasa-rasanya nyes banget gitu karena anak itu toh enggak ada korelasinya sama sikap Belanda terhadap Jepang toh??

Oh iya di sini lebih banyak bicara tentang bisnis dan rokok. Karena aku emang bukan yang tertarik ke bisnis jadi agak bosan pas dijelasin cara ini cara itu banyak banget! Mungkin bagi orang yang punya usaha agak tercerahkan lewat ini.

Overall oke. Aku suka gimana karakter Wiro dan Filip yang sampai akhir bareng-bareng, aku ketawa dikit pas di akhir soalnya Filipnya jadi kakek-kakek yang lucu.

Tapi aku enggak kapok baca cerita beliau. Soon aku baca cerita yang lain lagi!
Profile Image for Ringsang.
25 reviews
November 28, 2020
Isi novelnya tentang perjalanan usaha kretek Bal Tiga. Bisa jadi ini novel membosankan, ritmenya pelan. Karena agak bosan itu saya bacanya perlahan. Hari ini baca, besok enggak, lusa baru lanjut baca lagi. 

Senang juga saya gak putus bacanya. Makin banyak halaman yang kubaca, makin menarik mengikuti perjalanan cerita pabriknya Nitisemito ini.

Narator novelnya ada dua: Wirosoeseno dan Filipus. Keduanya karyawan pemasaran dan pembukuan kretek Tjap Bal Tiga. ⁣⁣Motor karakter novel ini ada pada mereka. 

Walo saya gak tahu di mana batas fiksi dan fakta tentang pabrik Bal Tiga, selama baca novelnya saya terlalu semangat kebawa suasana. Seolah-olah semua ceritanya nyata. Gokil ya tim marketing perusahaan kreteknya brilian! Seneng & semangat gitu bacanya :D

Begitu covid-19 udahan (semoga kita panjang umur), saya pengen main ke Kudus bawa novelnya. Terus susuri satu per satu tempat yang ada di novel: bekas pabrik di Langgardalem, Kampung Jagalan, gedung Oost Java Bioscoop di Alun-alun, stasiun kereta api Kudus, rumah kosnya Wirosoeseno di Sunggingan, kompleks perumahan Panjunan
Profile Image for Tirani Membaca.
126 reviews1 follower
February 22, 2023
Perjalanan yang menegangkan!

Tak disangka, buku ini menjadi bacaan perkenalan saya dengan Pak Iksaka Banu, dengan topik yang cukup asing pula untuk saya: sejarah rokok kretek di Indonesia. Saya merasa diajak berjalan menyusuri waktu ketika membaca buku ini. Tak henti-hentinya pula saya kagum dengan gaya tulisan dan kegigihan Sang Raja di sini. Segala emosi terasa sangat nyata dan ‘pas’ dalam buku ini, tak lebih dan tak kurang.

Saya pun sangat berterima kasih karena Pak Iksaka Banu mau menampilkan sisi lain dan kompleksitas masyarakat di era kolonialisme kala itu. Ketika buku sejarah banyak yang memberi sudut pandang baik-jahat dan hitam-putih tanpa berusaha mengelaborasi lebih lanjut tentang nasib manusia yang terlibat, maka Pak Iksaka dengan apik menyajikan itu semua. Saya yang tadinya agak bosan dengan pace ceritanya, malah menjadi sayang dengan tokoh-tokoh utamanya, khususnya Pak Fhilip.

Ah, saya jadi nggak sabar untuk baca buku Pak Iksaka Banu yang lain. Kalo ketemu saya pengen salim ke Pak Iksaka Banu. Saya nge-fans!
Displaying 1 - 30 of 58 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.