Suwung. Satu kata yang menjadi intisari seluruh ajaran spiritual leluhur Jawa. Suwung, yang bermakna kosong, adalah realitas terdalam kehidupan, sumber penciptaan, yang tenteram-damai sepenuhnya, melampaui suka-duka, sunyi dari gejolak emosi. Leluhur Jawa memahami Tuhan sebagai Suwung, Kemahasadaran dan Kemahakuasaan dalam bentuk kekosongan yang memangku dan meliputi seluruh keberadaan (Suwung hamengku ana). Seseorang yang telah mengalami Suwung akan hidup mengalir mengikuti dorongan Rasa Sejati yang terlahir darinya. Menyelami dan menghayati Suwung akan membantu Anda:
• Membebaskan diri dari ilusi kehidupan yang membuat hidup penuh tekanan. • Menyadari keagungan manusia dengan segenap potensinya untuk merasakan kebahagiaan. • Mentransformasi diri pada tataran energi murni untuk hidup berkelimpahan.
Buku ini mengulas hakikat Suwung secara saintifik dan filosofis, dilengkapi panduan menjalankan Meditasi Kasih Murni, Meditasi Air Suci, Meditasi Api Suci, Meditasi Penyembuhan Diri, Meditasi Kadewatan, dan berbagai teknik meditasi lainnya, untuk menghubungkan diri Anda dengan Suwung di dalam diri.
Setyo Hajar Dewantoro adalah penulis, entrepreneur, dan aktivis sosial-politik, yang telah menulis belasan buku-buku kebangsaan, transformatif, dan mindfulness.
Beliau berkiprah lewat beberapa lembaga. Beliau adalah pendiri Sekolah Kehidupan Persaudaraan Matahari, tempat belajar seni hidup berkesadaran. Beliau juga pendiri dan Ketua Umum Pusaka Indonesia yang menggerakkan upaya pengembangan budaya bangsa yang sesuai jati diri, keberdikarian ekonomi, dan kedaulatan politik. Sebagai pebisnis, ia adalah Founder dan CEO DGI (Dewantoro Global Investama) yang merupakan holding company dari beberapa perusahaan di bidang agriculture, agroindustri, dan retail healthy consumer goods. Ia juga Komisaris di Prana Indah Kapital yang juga punya beberapa anak perusahaan di sektor manufaktur dan trading.
Setyo Hajar Dewantoro menegaskan bahwa apa yang ia jalani dan ajarkan bukan sekadar filsafat hidup, tetapi proses pembelajaran berkesadaran yang progresif, transformatif, dan revolusioner. Ia memadukan pendekatan psikologi, pengembangan manusia, dan pembentukan karakter model Sigma untuk membantu individu: • Mengatasi tantangan kesehatan mental dan emosi, • Mengembangkan kejernihan berpikir dan keutuhan karakter, • Menemukan talenta = unlocking potential, • Menemukan arah hidup yang sejati dan bermakna, • Mewujudkan mahakarya dalam hidupnya. Visinya adalah turut merealisasikan Bumi Surgawi dan Nusantara Surgawi, sebuah tatanan masyarakat yang bahagia, sehat, adil, dan selaras dengan semesta.
Setyo Hajar Dewantoro dapat dihubungi melalui: Email: setyohajardewantoro@gmail.com
Setelah tiga tahun menimba ilmu di Yogyakarta dan melihat bagaimana orang-orang lokal berkehidupan, saya penasaran dengan akar filosofi 'urip prasojo' di sini. Saya berekspektasi untuk mendapatkan hal tersebut dengan buku ini. Namun saya salah sangka. Buku ini membahas tentang konsep ketuhanan dan spiritualitas 'Suwung' atau konsep di mana Tuhan adalah sebuah kekosongan.
Apabila buku ini dikemas penuh secara filosofis, saya yakin buku ini dapat diterima oleh banyak kalangan. Kelemahan dari buku ini adalah penulis memaksakan diri dengan memaparkan filosofi Suwung dengan sajian-sajian sains yang terkesan minim riset sehingga konten sains yang ada di dalamnya malah terlihat seperti cocoklogi saja. Bahkan, penulis menceritakan salah satu 'ras alien' yang memiliki kecerdasan tingkat tinggi. Setelah saya melakukan pencarian di mesin pencari, 'ras alien' tersebut sebenarnya berasal dari cerita fiksi sains klasik. Alih-alih mendapatkan filosofi saya lebih mendapatkan ajaran metafisika. Saya lebih memilih apabila penulis tidak mencantumkan pseudosains di dalam buku ini.
Secara keseluruhan, bab yang saya sukai hanya tentang hukum-hukum yang bekerja di alam semesta karena saya dapat menghubungkan hukum-hukum tersebut dengan kejadian di kehidupan nyata. Walaupun hukum-hukum tersebut seharusnya sudah ada di dalam nalar manusia sewajarnya.
Semua berawal dari Suwung 'Suwung' satu kata yang penuh arti. Setyo Hajar Dewantoro berhasil menuangkan dengan kata-kata tentang makna dari 'Suwung' itu sendiri. Mudah namun juga susah. Mudah, karena pemilihan kata-katanya yang sepertinya sengaja ditujukan untuk orang awam yang sedang 'mencari'. Susah, karena untuk masuk le dalam tahap paham dan percaya dengan apa yang dituliskan, kita harus membuktikannya sendiri.
Perjalanan spiritual membawa pelakunya untuk semakin mengerti tentang misteri Tuhan & semesta beserta kehidupan didalamnya. Keterhubungan yang semakin intensif dengan sang Atman atau Sang Guru Sejati akan menentukan sejauh mana seseorang memiliki keselarasan dalam karsa. Hal ini yang memastikam seseorang meraih kesukacitaan sejati dan 'sampurnaning hurip'. Dan kesempurnaan bisa diraih dengan banyak jalan.
Sebelum membaca buku ini aku mengartikan kata Suwung ini sebagai seseorang yang bingung mau melakukan kegiatan apa alias gabut. Ini juga karena temen-temenku yang biasanya bilang, "Suwung yo, ayo metu ngopi" artinya ajakan buat ngopi karena ngiranya sedang gabut.
Oke lanjut review, bagi saya buku ini agak berat untuk bahasannya jadi banyak penjelasan yang perlu dicerna dengan baik dan ga di telan mentah-mentah. Aku juga merasa buku ini masih bisa dikembangkan lebih dalam lagi, karena seperti nanggung gitu apa yang dijelaskan dari poin-poin suwung ini.
Bagian yang aku suka, yaitu saat membahas terkait budaya sedekah laut. Hal ini membuka pandangan saya terkait hal tersebut, bahwasanya kita jangan langsung menjustifikasi hal tersebut sebagai syirik (menyekutukan Tuhan), tetapi ambil dari segi kebermanfaatannya. Semua yang dilarung ke laut bisa memberikan kebermanfaatan untuk makhluk hidup. Jadi apabila kita memberikan hal yang positif untuk alam atau sesama, akan berbalik ke kita sendiri.
Banyak pesan yang bisa diambil dan sesuai ekspektasi saya untuk menambah pengetahuan tentang arti suwung itu sendiri.
Sebenarnya buku ini bagus secara filosofis. Tapi yang perlu jadi bahan perhatian adalah si penulis seperti merasa dirinya adalah "orang terpilih". Dan beberapa argumennya tidak kuat.
Berkali-kali penulis menyinggung tentang manusia yang terjebak oleh ilusi karena dogma agama adalah manusia yang tidak bebas. Sementara, penulis sendiri menyampaikan perkataan-perkataan yang ia katakan disampaikan oleh Batara Wisnu, Kwan Im, dan dewa-dewi lainnya kepada dirinya, apakah ini bukan merupakan ilusi?
Inti ajaran yang hendak ia sampaikan adalah suwung, kekosongan yang berada di balik hati, yang ia katakan sebagai Tuhan yang berada dalam diri manusia, sumber segala penciptaan, Guru Sejati pertanyaanya : bagaimana ia tahu kalau suwung adalah Tuhan itu sendiri ? Jika ia tidak bisa menjelaskan bagaimana, dan hanya berdalih dengan "mengikuti nurani/guru sejati", maka itu adalah ilusi.
Ada perbedaan antara inspirasi dan wahyu. Ketika sang penulis menyampaikan perkataan-perkataan yang ia klaim sebagai perkataan para dewa-dewi ketika ia memasuki "suwung", yang sebenarnya adalah keadaan meditatif yang dalam, itu adalah inspirasi. Inspirasi bisa didapatkan oleh siapa saja, para penulis puisi ketika mendapat inspirasi, ia seolah-olah tidak menjadi dirinya sendiri, perkataannya terkadang memang menjadi begitu indah. Sementara wahyu adalah hak seseorang yang tidak bisa didapat oleh sembarang orang. Wahyu tidak membutuhkan keadaan trance atau meditatif, meskipun pada beberapa kasus wahyu datang melalui mimpi.
Banyak beberapa pernyataan penulis yang ingin saya kritik satu per satu, tapi mungkin akan menjadi sangat panjang. Sayapun, menyukai mistik dan filsafat. Saya tidak menilai buku ini berdasarkan pandangan rasional, saya tetap menganggap ini buku mistik, hanya saja, perkataan-perkataannya penulis banyak yang tidak relevan, belum lagi tentang Atlantis dan Alien.
Saya lebih menyukai bukunya yang berjudul Sastrajendra dibandingkan yang ini.
Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Saya terpanggil untuk membacanya karena inilah yang saya butuhkan, inilah yang saya ingin tahu. Buku ini adalah buku yang sedang kita semua butuhkan, untuk kembali kepada identitas kita sebagai manusia nusantara.
Buku ini menjelaskan secara detail step by step laku hidup spiritual juga pesan-pesan mendalam Sang Hyang yang belum pernah kita sadari. Lebih dalam dari itu, buku ini menuntun saya untuk mengenal diri saya sendiri.
Saya memberikan apresiasi pada penulis atas buku yang sudah dirampungkan. Namun sebisa mungkin saya memberikan penilaian objektif terhadap buku ini untuk referensi calon pembaca lainnya.
Menurut interpretasi saya pribadi setelah membaca buku Suwung, hal yang saya dapat tidak sesuai dengan harapan saya sebelum membaca buku ini. Buku ini lebih menjelaskan konsep ketuhanan yang menurut saya adalah hasil pemikiran dan tafsiran penulis pribadi, bukan berdasarkan "ajaran leluhur Jawa" sebagaimana yang tertulis pada judulnya. Walaupun penulis banyak mencantumkan sumber referensi ajaran leluhur Jawa, namun penulis mentafsirkan sendiri referensi tersebut berdasarkan pengalaman pribadi melalui pertapaan, meditasi, serta diskusi penulis dengan perkumpulan di suatu padepokan. Selain itu, pencantuman beberapa hal fiktif yang diasosiasikan menjadi hal ilmiah juga menurut saya pribadi kurang menjadi acuan yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.
Tentu hal ini bukan menjadi hal yang buruk, namun memang ada ketidaksinkronisan antara ekspektasi dan ilmu yang saya dapatkan setelah membaca buku ini.
Ini adalah buku mistik Jadi ga perlu diperdebatkan sumbernya secara ilmiah.. Kalo kalian mau penjelasan ilmiah yg lengkap jangan baca buku ini.. Buku ini cocok buat org2 yg memang sudah tertarik dengan kajian mistis.
Buku ini adalah pengantar mengenai ajaran kuno nusantara, karna pengantar wajar bahasanya sangat ringan.
Mungkin menurut saya penjelasan ilmiahnya tidak perlu di cantumkan, karena memang buku ajaran mistis, tak perlulah penjelasan mengenai fisika kuantumnya.. Org2 ga akan puas dengan penjelasan yg sedikit itu.. Kalo mau di nalar ya buku ini banyak hal konyolnya, seperti perjumpaan dengan alien, kemudian ras kadal penghuni awal bumi sampai orang2 dari planet nibiru yang salah satunya adalah khidir.. Tapi ya dimaklumi, karena bahasan mistis tak perlu terlalu dinalar..
Suwung yang diresapi bisa membuka tabir Ketuhanan. Semua berasal dari suwung, alam semesta pun adalah wajah suwung itu sendiri. Manusia sendiri adalah wujud dari alam semesta, kita menyebutnya sebagai jagat alit.
Pada Jagat alit di setiap diri manusia kita bisa gunakan sebagai kendaraan untuk melaksanakan misi diri. Sesuai dengan fitrah yang diberikan untuk menjalankan keharmonisan hidup di bumi.
Bagi pelaku spiritual, untuk mencapai tatanan dan kesempurnaan hidup kita tidak harus selalu menjadikan diri kaum papa, cukup menjadi paham, bahwa kehidupan yang dijalani tidak sembrono.
This book connect yourself with the Suwung within. Suwung is the key to living in complete peace. Understanding emotions and the meaning of life through complete devotion to Almighty God. Someone who understands suwung will have no difficulty in living the realities of life, its joys and sorrows. Took me a week to complete as I am trying to apply some of the words to meditate.
Bagi yang sedang menjajaki perjalanan spiritual ke dalam Diri, Suwung akan sangat membantu dengan membedah perjalanan perlahan, tidak tergesa-gesa, dan membawa seluruh pembaca ke pengalaman sejati penulis, lalu membantu membuka lapisan demi lapisan kesadaran (consciousness)
ajaran jawa kuno yang sangat masuk logika. banyak fakta fakta baru tentang kehidupan yang baru saya ketahui khususnya menganai tubuh manusia, dunia pikiran, dan pandangan leluhur jawa tentang kehidupan. kalian harus membacanya! buku yang sangat menarik
Buku yang sangat saya sukai, sering saya baca berulang. Semua isinya bermanfaat bagi yang sedang melakoni perjalanan spiritual. Buku ini akan mudah dipahami bagi orang-orang yang sudah menjalani "laku".
Sudahkah Anda paham dan mengenali siapakah diri Anda sebenarnya? Sejatinya, siapakah Anda? Bagaimana Anda mengisi dan menjalani kehidupan ini tergantung dari bagaimana Anda memahami diri.
Cukup dan apresiasi akan yang telah dialami. Karena hal terbaik adalah menjalaninya Semua anak cucu negeri ini kalau sadar pada posisi setara dan sama rasa