Jump to ratings and reviews
Rate this book

Young Adult GPU

Welcome Home, Rain

Rate this book
"Kamu tahu apa bedanya mimpi dan ambisi, Ghi?"


Ghi tidak mau lagi menyanyikan Welcome Home, Rain, lagu duet ciptaan Kei. Sejak pemuda itu memergoki Kei keluar dari kamar hotel dengan bos perusahaan rekaman terkenal, ia tidak lagi mau berhubungan dengan segala hal tentang gadis yang menjadi kekasih sekaligus pasangan duetnya. Toh, job menyanyi masih mengalir deras untuk Ghi yang sudah lebih dulu tenar dan dipuja banyak orang.

Bagi Kei, skandal itu menutup pintu mimpinya. Bermain piano dan menyanyi tidak lagi dapat dilakukan tanpa menghadirkan perih di hati. Bahkan omelan Mama yang setiap hari mengisi hari-hari mereka dalam kemiskinan setelah Papa bunuh diri tak mampu memaksanya kembali ke dunia musik.

Hingga tawaran duet di panggung pada hari Valentine itu tiba. Baik Ghi ataupun Kei tidak dapat mengelak. Ghi butuh membuktikan kepada fans dan haters yang mengejeknya cengeng karena belum bisa move on. Kei butuh uang untuk melunasi utang Mama yang tak sanggup lepas dari hidup mewah.

Dengan kembali berduet di panggung, mereka berusaha memahami arti mimpi dan ambisi yang sesungguhnya.

304 pages, Paperback

First published October 16, 2017

7 people are currently reading
127 people want to read

About the author

Suarcani

9 books35 followers
Dulu suka peri. Sekarang pun masih.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
19 (9%)
4 stars
106 (52%)
3 stars
71 (34%)
2 stars
6 (2%)
1 star
1 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 71 reviews
Profile Image for Daniel.
1,179 reviews851 followers
October 15, 2017
Suarcani
Welcome Home, Rain
Gramedia Pustaka Utama
304 halaman
7.5

Ketika saya mencari lema "senja, hujan, kopi" ke dalam mesin pencari Google, Google langsung menampilkan sekitar 440.000 entri yang mengandung kumpulan kata tersebut. Senja, hujan, dan kopi barangkali trinitas suci dalam karya sastra--dan juga epitome dari musisi independen tanah air--yang sudah terasa sangat menjenuhkan. Orang-orang terlalu meromantisasi senja, hujan, dan kopi. Ketiga elemen yang menguji seluruh indra manusia secara bersamaan. Senja menguji indra penglihatan kita saat melihat warna temaram lembayung langit, hujan menguji indra pendengaran dan penciuman kita ketika mendengar derau putih dari tetesan hujan dan mencium bau petrichor--lagi-lagi kata yang terlalu sering diromantisasi--yang menyejukkan. Kopi menguji indra pengecapan, penciuman, dan peraba kita saat memeluk cangkir kopi yang hangat dan mencium aroma wangi kopi dan menyesapnya. Dari ketiga trinitas tersebut, hujan yang menjadi favorit saya. Saya suka mengamati bulir-bulir hujan yang turun membasahi jendela dan--meski saya enggan mengakuinya--bau tanah basah yang menenteramkan. Ada sesuatu yang membuat hari-hari hujan terasa damai dan meneduhkan.

Hujan juga yang membuat Ghi dan Kei pertama kali terikat. Lagu mereka "Welcome Home, Rain"--setelah iseng-iseng saya telusuri di internet, ternyata ada sebuah lagu berjudul sama di Bandcamp--begitu indah dan populer. Mereka menjalin hubungan sampai akhirnya Ghi memergoki Kei pergi ke hotel bersama dengan seorang produser musik ternama untuk mendapatkan kontrak rekaman. Mereka putus dan kehidupan Kei merosot seperti spiral. Ghi patah hati, sementara Kei menderita. Sampai akhirnya keduanya dipertemukan dalam sebuah acara televisi yang mengharuskan mereka untuk berduet untuk yang terakhir kalinya.

Jika dilihat sekilas dari blurb, Welcome Home, Rain seperti lebih fokus kepada hubungan Ghi dan Kei meski kenyataannya tidak. Novel ini justru lebih kental dengan unsur kekeluargaan serta persahabatan. Suarcani bisa dibilang berani menyajikan sejumlah topik-topik tabu yang penulis populer lokal jarang berani singgung. Ketika mereka masih sibuk berkutat dengan tema-tema religi di negara-negara asing, Suarcani menyajikan sesuatu yang lebih real dan dekat--meski tidak bisa dibilang cukup realistis. Dalam novelnya ini, Suarcani mengangkat tema penyakit mental, sisi gelap dari dunia hiburan, pembuktian diri, serta LGBT. Welcome Home, Rain ini dipenuhi dengan usaha dari para karakternya untuk mencapai kebahagiaan mereka masing-masing dan untuk itu saya harus mengapresiasinya. Novel ini tidak menjual mimpi, tetapi menunjukkan bahwa mimpi harus dicari dan dikejar. Dalam sebuah percakapan menarik antara Ghi dan Kei, Kei mengutarakan perbedaan antara mimpi dan ambisi dengan sangat tepat.

Welcome Home, Rain ini memang tidak sempurna. Saya tidak terlalu suka dengan cara Suarcani menangani isu LGBT, tetapi lagi pula, hampir sebagian besar orang di negara ini berpikiran serupa dengan karakternya. Satu lagi yang saya cermati adalah Suarcani cukup sering mengeluarkan sejumlah bentukan kata yang tak lazim. Satu kata yang saya ingat adalah 'terterka', sebuah pilihan kata yang aneh untuk menggantikan kata 'terduga', yang membuat saya bertanya-tanya apakah sang penulis mempunyai agenda tersembunyi untuk menjadikan novel ini terlihat lebih edgy. Meski demikian, Welcome Home, Rain berhasil menjadi salah satu buku young adult lokal yang cukup baik dan penting.
Profile Image for raafi.
926 reviews448 followers
October 29, 2017
Luar biasa bagaimana sebuah buku begitu penuh menjabarkan beberapa isu menarik sekaligus dengan penyelesaiannya yang runut namun tanpa menggurui. Cocok untuk remaja yang sedang menuju masa dewasanya. Ulasan lengkapnya, tunggu ya!

P.S. Saya memang tidak bisa tahan dengan kisah hubungan antara anak laki-laki dan ayahnya. Maka, ketika buku ini mengangkat adegan tersebut, air mata menitik dong. Dasar, Feeler!

Selengkapnya tentang buku ini: https://jurnalruang.com/read/15088218...
Profile Image for ABO.
419 reviews47 followers
October 21, 2017
3.5/5

Niatnya cuma mau ngintip dikit isinya di Scoop, karena bukunya nggak masuk-masuk di toko buku kecil kota saya, akhirnya memutuskan untuk lanjut aja baca di Scoop.
Enggak penting ya?

Well, oke,
Saya suka banget dengan blurb-nya, benar-benar mengundang calon pembaca untuk setidaknya merasa tertarik dengan buku ini. Dan saya rasa ketertarikan itu tak akan berujung kecewa, kisah buku ini memang setragis, serumit, dan sekompleks itu. Jangan khawatir takut dikecewakan karena penyelesaian konflik sampai ke endingnya pas. Tidak sempurna, tapi pas. Setidaknya saya puas.
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
October 24, 2017
Tadinya hanya ingin memberi bintang dua. Nyaris dibuat bosan oleh Kei yang menyimpan banyak rahasia dan beban untuk dirinya sendiri, sementara Ghi hadir dengan keangkuhannya yang menganggap dunia harus selalu berpihak padanya. Tapi filosofi mimpi dan ambisi yang dijabarkan Kei menarik juga. Begitupun dengan penyelesaian kasus LGBT yang dialami Kei. Banyak konflik sosial yang diangkat di dalam novel ini, namun semuanya diramu dengan baik.
Profile Image for Hana Bilqisthi.
Author 4 books279 followers
January 2, 2018
Saya suka ketika halaman pertama langsung menarik perhatian saya dan membuat ingin tahu lebih banyak – hal tsb yang kurasakan saat membaca Welcome Home Rain. Saya suka gaya penulisan Suarcani. Biasanya bab pertama mengisahkan rutinitas sehari-hari dari karakter utama tapi Welcome Home Rain tidak begitu. Buku ini dibuka dengan skandal yang menghancurkan karir Kei dan alasan mengapa Ghi dan Kei putus. Menarik, kan?

Meski memiliki bab awal yang menarik, saya memiliki perasaan campur aduk dengan karakter utama.
Awalnya, saya bersimpati dan merasa kasihan pada Ghi dan Kei tapi di tengah buku ini, mereka mulai membuat saya sebal.

Saya tidak suka bagaimana Kei tenggelam dalam kesedihan dan tidak bisa move on. Saya mengerti bahwa sulit untuk melupakan seseorang, tapi sisi Kei ini mengingatkan saya akan sifat saya yang tidak saya sukai.
Saya juga tidak suka Ghi yang keras kepala dan terus menaruh dendam terhadap Kei. Saya mengerti dikhianati itu menyakitkan tapi dia terus mengeluh seolah dia adalah orang yang paling sakit hati di bumi. tapi dia terus mengeluh seolah dia adalah orang yang paling sakit hati di bumi.
Kei dan Ghi yang seolah-olah memilih berlarut-larut dalam masalah mereka, membuat kemajuan cerita berjalan dengan lamban. Jika kalian mengenal saya, kalian pasti tahu, saya tidak suka cerita lamban.

Tapi kemudian saya ingat Dias, karakter @alhzeta di bukunya yang lain, Rule of Thirds , Dias memang menyebalkan pada awalnya tapi di akhir, saya berubah menyukainya.
Jadi mari kita lihat apakah saya akan menyukai Kei dan Ghi di akhir buku ini.

Di akhir buku, saya terkejut dengan penjelasan mengenai alasan dibalik perilaku Ghi dan Kei. Saya tidak bisa memprediksi hal tersebut. Penulis berhasil menyuguhkan twist yang mengejutkan saya. Penjelasan tersebutmembuat saya berubah pikiran. Saya tidak lagi terlalu membenci Ghi dan Kei seperti ketika saya membaca bagian pertama dan tengah buku ini. Saya mulai menyukai mereka. Pengembangan karakter mereka cukup baik.


Ceritanya juga membuat saya berpikir dan mempertanyakan perbedaan antara mimpi dan ambisi.
Buku ini cukup menyenangkan dibaca. Saya pikir orang yang mencintai cerita sedih akan menyukai buku ini.

3 stars for Welcome Home, Rain.
Thank you Mba Suarcani @alhzeta for giving me a review copy of Welcome Home, Rain!
Hana Book Review

Review ini juga bisa dibaca di blog/ This review also appear at Hana Book Review
Profile Image for Eksa.
292 reviews25 followers
July 28, 2018
Dibilang suka sih iya, tapi nggak pake banget. 3.5🌟
Pertama-tama, aku suka kovernya, banget, judulnya juga menariiiik banget buatku karena aku suka hujan. Terus novel ini sepertinya sendu, makanya aku suka.
Awal-awal membaca, aku langsung betah dan gak mau cepet-cepet nutup novel ini, padahal alurnya cukup datar, entah knp pokoknya meskipun datar tapi betah aja bacanya gitu😭

Seperti yang aku bisa bayangkan, novel ini emang sendu banget, apalagi kebanyakan latarnya hujan. Terus paling banyak ambil sudut pandang Kei, yang mana dia tuh menderitanya sampe ke tulang-tulang kayaknya😂 pokoknya Kei ini istilah kasarnya, hidupnya siaaaaal banget, sampe aku kasyan:(

Ibunya, ayahnya, mantannya, om-om, sahabatnya, kariernya, hadehhhh. Biasanya aku paling gak kuat baca tokoh yang menderitanya banyak gini tapi entah knp mungkin kurang nendang aja kali ya dari segi narasinya.

Untuk setiap konfliknya, aku suka soalnya aku dibuat merinding-merinding gimanaa gitu. Belum lagi waktu Ghi ketemu Ajiknya, uhh sedih banget. Tapi ya gitu, meskipun aku betah dan enjoy banget sama ceritanya, sama semua yang terjadi di hidup Ghi dan Kei, novel ini nggak terlalu bikin aku ngeluarin pol segala emosi hehe. Kecuali bagian akhir pas Kei dijemput Donna abis live sama Ghi, aku langsung geli maksimal😂

Aku suka konsep mimpi dan ambisi-nya Kei.
Kalau Ghi, aku biasa aja sih sama dia, nggak ada yg menarik menurutku.
Soal Mama dan Kei, aku nggak abis pikir kok bisa ya. Kayak tiba2 fakta itu tuh diselipin tiba-tiba, gitu😂
Emang sih ada fakta yg bilang kalau Kei sipit, tapi kan aku nggak tau mamanya?😂

Ya paling segitu aja. Ah, kovernya cakep banget sumpah.g
Profile Image for Ifa Inziati.
Author 3 books60 followers
December 11, 2017
Bacaan, biar bagaimanapun juga, adalah masalah selera. Ketika kaidah-kaidah sudah terpenuhi, unsur intrinsik dan ekstrinsik sudah memuat dengan baik, maka yang menentukan bacaan itu jadi menyenangkan untuk pembacanya adalah kesukaan atau preferensi pembaca itu sendiri.

Saya sangat yakin buku ini ditulis dengan apik, dan memang terbukti seperti itu. Sempat membaca bahwa penulisnya membiarkan cerita mengalir begitu saja, tanpa outline, membuat saya penasaran bagaimana hasilnya. Ternyata, buku ini mampu memaksa saya begadang hanya untuk mengetahui akhirnya.

Kita kembali ke masalah selera. Saya juga tidak mengerti, mengapa saya mengagumi personifikasi di The Stardust Catcher tetapi tidak bisa menikmatinya di sini. Rasanya kurang masuk untuk aura ceritanya. Contohnya, 'penghuni nakas' (mengapa bukan 'benda-benda di atas nakas' saja?). Masih ada lagi kalimat lainnya, terutama ketika menggambarkan perasaan rindu Ghi dan Kei, dan dominan berada di sepertiga bagian awal (< hal. 100).

Hujan memang banyak menjadi latar di sini, meski tidak begitu berhubungan dengan sejarah diciptakannya lagu Welcome Home, Rain (yang liriknya bagus banget!!!). Ini lagi-lagi preferensi, karena saya yakin banyak yang suka dengan adegan berhujannya, ditambah memang saya pribadi yang punya alergi dingin. Jadi, ketika ada adegan hujan dan Kei nyaris selalu kehujanan, yang saya rasakan dan pikirkan adalah, 'Itu nggak dingin? Gimana kalau alerginya kambuh dan gatal-gatal?' padahal saya saja yang begitu 😂 Namun memang sepertinya nyaris tak ada sinar matahari di sini, seperti nyaris tak ada siang dalam film horor (kalaupun ada, mendung atau di dalam ruangan).

Dingin, kelam, dan kaku, cerita ini baru bergulir sesuai blurb-nya pada halaman ke-100 dan dramanya menanjak di sepertiga terakhir. Ranjau darat meledak-ledak di sana, membuka selapis demi selapis rahasia yang tersembunyi, terutama milik Kei. Ya, pasti ada perasaan 'Kenapa Kei nggak cerita yang sebenarnya aja, sih?' soal skandalnya, tapi itu akan terjawab di akhir dengan alasan logis. Bagian favorit yang bikin terharu mungkin sama seperti pembaca lain, yaitu ketika Ghi akhirnya menemui Ajik. Omong-omong, nama Ghi tidak ada kepanjangannya, ya? Hanya nama Kei yang sesungguhnya sangat feminin.

Hampir lupa, ada trigger warning di sini yaitu isu LGBT. saya sendiri puas dengan penanganan dan penyelesaiannya.

Satu lagi, mungkin ini pendapat yang kurang populer tapi saya suka Om Sunu! Hahahaha mungkin karena usia juga, kalau saya membaca ini masih SMA saya mungkin akan berpendapat, 'Ewh, Om-om!'

Sekarang saya ingin membicarakan bagian di luar cerita: desain sampul dan layout. Entah bagaimana, YA GPU yang satu ini terasa mendekati desain Gagas Media dengan adanya gambar pembatas tiap bab dan judul di kover yang memakai tulisan tangan (dan fuzzy brush, sepertinya). Soalnya di beberapa buku GPU lain, babnya tidak diberi pembatas berupa ilustrasi satu halaman yang ditempatkan di kiri atau awal bab yang selalu dimulai dari halaman kanan. Jadi, ini adalah kejutan menyenangkan untuk saya sebagai pembaca yang senang melihat e s t e t i k a dalam sebuah novel. Kovernya sendiri termasuk 'tipe saya', yang membuat saya tertarik kali pertama melihatnya. Jadi seperti kover YA kontemporer terbitan luar negeri. Satu saja, huruf L pada WELCOME tidak ditulis kapital sehingga mirip I di RAIN. Agak disayangkan sih, hehe. Namun warna-warni tetes airnya kece berat, bikin keseluruhan kover terlihat menyatu dan tidak monoton.

Meski ada beberapa hal yang mengganjal saya untuk memberi 4 bintang (terutama masalah preferensi) saya berani bilang buku ini salah satu YA terbaik yang terbit di tahun ini. Berbeda, berani, dan tak terduga, Welcome Home, Rain bisa menjadi pilihan pas untuk dibaca di musim penghujan seperti ini sambil mendengarkan alunan piano klasik, atau juga sebagai kado untuk teman kutu bukumu.
Profile Image for Seffi Soffi.
490 reviews142 followers
July 21, 2019
4.5 🌟

Baca kisah Ghi sama Kei ini deg-degan banget... pas baca prolog udah penasaran dan kepo apa yang terjadi sama Kei. Masuk bab per bab inilah dagdigdug, aku masih belum nemu ada apa dengan Kei. Banyak teka-teki yang perlahan terjawab dan aku nggak nyangka kisah Kei begitu. Sungguh, aku pengen pelukin Kei ih. Sebel sangat Ghi jutekin Kei, sebel juga Kei nggak bisa melawan mamanya.⁣

Yaaa, novel ini dikemas sangat menarik! Gaya bercerita penulis yang mengalir, bikin penasaran tiap halamannya. Sampe mbatin, kapan sih ini Ghi sama Kei akur. Gemess kan ya liat mereka ini hihi.⁣

Aku suka karakter tokohnya, kuat dan konsisten. Jutek dan rasa benci Ghi berasa banget, kesedihan yang dialami Kei pun nyesek banget. Aku sukaa sama Ghi dan Kei, serta aku dibuat kaget dengan keadaan Donna dan Mamanya Kei. Oh ya, sikap Kei yang kuat ini tapi rapuh ini serasa pengen lindungin dia 😂.⁣

Bahasa yang ringan, enak buat diikutin dan dibaca. Asyikk aja, sampe nggak sadar udah tengah buku. Memakai POV 3, penulis membangun para tokohnya dengan baik. Yaa, aku ikutan terhanyut sama kisah mereka ini huhu.⁣

Aku suka interaksi mereka, meski Ghi jutek tapi ternyata rasa itu nggak bisa diboongin ya. Ghi tetep manis dengan kejutekannya 😂. Chemistry mereka ini berasa banget feelnya, sukaa pokonya.⁣

Dan untuk konfliknya ini complicated banget sih, salah paham yang berujung merugikan banget. Ditambah konflik batin juga mendominasi. Ah pengen misuh-misuh deh jadinya. Selipan konflik bersama keluarga juga ada, suka. Apalagi cara Kei ngasih tau Ghi, akhirnya bisa membuat Ghi terbuka pikirannya. Penulis mengeksekusi konflik dengan rapi dan baik, endingnya sukaaaaa meski aku masih kepo sama mereka *eh.⁣

Overall, bagi yang cari cerita young adult, bolehloh dibaca, tapi siapkan hati kalian yaa... Rekomen banget ❤.⁣

"Yang kita yakini benar belum tentu benar. Kenapa? Karena kadang emosi kita berbicara duluan daripada logika." - Hal. 288⁣
Profile Image for Rei Pusvita.
78 reviews7 followers
January 2, 2018
Gue demen banget novelnya. Beneran dhe.

Gue tuh jadi mikir apa memang panggung yang keliatan indah itu benar-benar indah. Gue jadi belajar kalau kt sbg manusia itu bsa dibohongi oleh organ yg kt miliki sndiri: mata. Novel penuh intrik.

Gw baca novel ini tahun 2017 akhir sbnrnya, hehe. Jd pnasaran sama buku2 Kak Suarcani.
Profile Image for Biondy.
Author 9 books234 followers
October 28, 2017
Welcome Home, Rain bercerita tentang Kei, seorang gadis yang namanya melejit sejak dia berduet dan berpacaran dengan Ghi, seorang penyanyi yang namanya tengah bersinar. Hidupnya berantakan saat Ghi mendapatinya keluar dari kamar hotel. Berita bahwa Kei menjual tubuhnya demi mendapatkan kontrak rekaman tersebar dan Kei memutuskan untuk mundur dari dunia hiburan. Kejadian ini juga membuat Ghi patah hati dan benci dengan gadis itu.

Saat hari Valentine tiba, Kei mendapatkan tawaran untuk berduet dengan Ghi, membawakan lagu hit mereka, Welcome Home, Rain. Tawaran kali ini memaksa Kei untuk menghadapi kembali Ghi dan berbagai masalah di dalam hidupnya.

Ada banyak tema yang novel ini angkat. Bukan cuma masalah cinta dan keluarga, tapi juga tentang karir, opini publik, hingga orientasi seksual. Sebagian besar dari tema ini berhasil Suacarni olah sehingga menjadi sebuah cerita yang menarik.

Cara berceritanya menarik dan

Saya jujur kesulitan untuk suka dengan ceritanya, khususnya dengan Kei yang tampak tidak membela diri saat dia dituduh menjual diri. Apakah ada orang yang tidak berusaha menolak tuduhan seperti itu (terlepas dari apakah dia memang benar melakukannya atau tidak)? Saya rasa, kalimat seperti, "Saya tidak melakukannya," atau "Ini tidak seperti yang orang-orang duga," akan terdengar sangat wajar. Tindakan diam Kei berusaha dijustifikasi oleh penulis pada akhir cerita, tapi opini saya tentang diamnya Kei tidak berubah.

Satu hal yang menarik, yang saya tidak tahu apakah sengaja atau tidak penulisnya angkat secara tersirat, adalah opini publik tentang kasus Kei. Dalam cerita, pembaca hanya menemui rasa benci yang tertuju kepada Kei (seorang perempuan) dalam dugaan kasus seksual. Tidak ada yang membicarakan tentang si pria (si pemilik dapur rekaman) yang sebenarnya juga turut terlibat. Entah ini sebuah subteks tentang seksisme, atau sekadar karena penulis merasa tidak penting untuk menunjukkan dampak yang dialami (kalau ada) oleh si pemilik rekaman.

Saya juga kurang suka dengan pengolahan tema LGBTQ di sini. Ada semacam ketidaktegasan dalam penelusuran tema tersebut. Di satu sisi, penulis menunjukkan bahwa orientasi seksual bukanlah halangan untuk menjalin hubungan dekat (persahabatan), tapi di sisi lain pesannya tercampur dengan sinyal bahwa masalah orientasi seksual ini adalah sesuatu yang membingungkan dan bahkan menjijikkan (menurut salah satu tokohnya).

Secara keseluruhan, Welcome Home, Rain adalah sebuah novel dengan penulisan yang baik. Sebab-akibatnya jelas, terlepas dari masalah yang saya tulis di atas. Buku yang cocok untuk penggemar novel YA yang mengangkat berbagai masalah sosial.
Profile Image for nasya.
781 reviews
January 30, 2022
buku ini bisa dibilang mengandung beberapa konflik, yang ga cuma datang dari tokoh utamanya aja. puas juga dengan penyelesaian konflik2 tsb. dan suka banget sama karakternya kei disini
Profile Image for Lelita P..
627 reviews59 followers
January 28, 2018
BAGUS BANGET!!!!

SUKA BANGET!!!!

Segitu sukanya sampe saya nggak nyantai. You did a really good job, Mbak Ari!


Ini novel Mbak Ari pertama yang saya baca yang nggak ada unsur "perjalanan"-nya. Dari semua novel dia yang udah saya baca (tidak termasuk novella unyunya ya), semua ada unsur perjalanannya .... Entah itu mencari sesuatu, menemukan seseorang, apalah. Di sini nggak ada. Jadi rasa Mbak Ari-nya sedikit berbeda. Dalam artian bagus.

Saya suka banget segala hal di novel ini. Konfliknya, penokohannya, cara mengemas ceritanya--adegan demi adegan, cara Mbak Ari menyusun plot campuran antara masa kini dan flashback, cara revealing the mystery--plot twist khas Mbak Ari. Ih sukaaaa~~~

Awalnya saya sempat berpikir, kok ini masuk kategori Young Adult yah? Soalnya ceritanya bukan untuk remaja. Tapi mungkin penerbitnya belum punya lini New Adult yang memang untuk segmen early twenties.

Dan saya selalu suka karakter-karakter Mbak Ari karena selalu penuh luka, imperfect, dan oleh karenanya lebih relatable dan realistis. Latar belakang keluarga karakter-karakter Mbak Ari selalu broken .... Agak subjektif tapi itu memang selalu jadi selera saya, makanya saya suka novel-novelnya Mbak Ari. :D

Terus .... Saya merasa Welcome Home, Rain ini novel yang citarasanya beda banget dari novel-novel Mbak Ari sebelumnya. Lebih matang, lebih kelam, lebih serius. Di novel-novel sebelumnya selalu ada karakter-karakter ngocol, unsur humor, serta dialog dan celetukan tak penting yang kadang bikin mengernyitkan dahi saking garingnya haha. Di novel ini enggak. Nuansanya benar-benar serius .... Mungkin karena muatannya memang kelam dan tema ceritanya sedikit berat. Bikin sepaneng sepanjang membaca. Terhanyut.

Ditulis dengan cantik sekali. Novel terbaik Mbak Ari sejauh ini! Karena nggak ada setengah bintang di Goodreads jadi saya bulatkan ke atas saja dengan sepenuh hati.

Mau baca ulang ah~
Profile Image for inas.
387 reviews37 followers
April 9, 2018
"Some people have a way with words, and other... oh uh, not have way." —Steve Martin


Well, akhirnya selesai juga baca novel ini! Nggak kebayang banget senengnya gimana! 😂

Sebenernya, aku conflicted banget mau ngasih bintang berapa. Di satu sisi, konsepnya bagus. Di sisi lain, typo-nya bikin enek. Sampe profil penulis pun masih aja ada salah kata (yang hayalan itu lho, padahal di bawahnya ada kata khayalan. Nggak tau aku harus nepok jidat atau ketawa miris ngeliatnya. 🙄😌)

Baiklah. Mulai dari hal yang aku suka.

1. Plot.

Di WHR, yang punya masa lalu inti cuma satu orang. Tapi ternyata, inti ini masih berhubungan sama masa lalu sebelumnya, dan masa lalu sebelumnya. Alih-alih berakhir mbulet, semua itu dieksekusi dengan baik dan nggak bikin bingung. Kuacungin jempol buat ini.

2. Karakter tiap tokoh.

Meski ada yang masih kerasa hitam-putih, aku tetep sadar mereka semua abu-abu. Jadi aku nggak ikutan nge-judge asal-asalan gitu . 😂

Aku juga suka kemistri mereka. Baik yang jadi tokoh utama maupun sampingan. Porsinya pas dan semua terselesaikan dengan baik. Nggak ada yang ngegantung, apalagi bikin bertanya-tanya.

Dan, seperti nasibku tiap nge-ship, jadinya bisa ditebak.

3. Riset

WHR ini totalitas banget risetnya! Ya musik, piano, sampe latar tempat. Entah kenapa, aku suka banget pas ada penjelasan tentang dari sini belok sana, atau di belakang panggung ada sound system nyaring. Hal-hal kecil yang selama ini aku tahu, tapi nggak begitu aku perhatiin.

Plus, aku seakan tercerahkan pas ada pembahasan tentang melodi lebih menonjol dari ritmis. Selama ini aku dengerin musik instrumental, aku cuma tahu tangan kanan bagian lirik, kiri bagian pengiring. Udah, gitu doang. Ya baru setelah baca ini aku ngerasa, "Wah, bener juga ya. Kenapa baru sadar sekarang?" 😁

4. Diksi

Diksi di sini beragam. Mulai dari perbandingan, sampe langsung jadi aksi(?) kayak "keheningan menggigit" dan gitu-gitu. Yha, meski pas ada satu kalimat puitis, aku jadi linglung gitu, nggak konsentrasi itu ngomongin apa. Wkwkwk.

•••

Nah, selain banyak poin di atas, ada juga yang mengganggu: typo.

Duh, typo di sini paraaah banget. Ngalah-ngalahin . Dari ujung awal sampe ujung akhir adaaa semua. Sampe kalo dibikin daftar, bisa ngalahin wishlist novel yang pengin kubeli. 🙄😌

Ya typo kayak:

- "peempuan", "seserhana", "luas biasa"

- salah nyebut nama Soraya/Ghi jadi nama Kei

- manggil nama orang nggak pake koma, tapi pas nyebut doang malah dikasih (contoh terparah ada di hlm. 276--miris nggak sih, di hlm. segitu masih aja ada salah)

- kata asing yang nggak dimiringin (kecuali "yeah", karena biasanya novel GPU nggak miringin kata itu)

- titik di akhir kalimat yang kadang jadi koma

- dialog ganti paragraf yang awalnya nggak ada tanda petik (hlm. 235) karena biasanya ada tanda petik

- dan sebagai penutup manis, kata "hayalan" di profil penulis, padahal di paragraf berikutnya ada kata "khayalan"


Sumpah, novel ini lengkap banget typo-nya, bahkan bisa jadi pantes kalo di judul ditambahin tagline dilengkapi typo. 🙄😂


Jujur, aku nggak mau jadi nyebelin gara-gara ini. Toh, banyak kok novel cetak yang konsepnya bagus, riset oke, dan cerita digarap dengan baik.

Sayangnya, banyak juga novel yang demen melihara typo, seolah tanpa salah kata novel itu bisa sakit dan sekarat. Nggak tau juga kenapa kesalahan ini nggak sembuh-sembuh dari tahun ke tahun. Dan semoga di masa depan bisa dikurangi, bahkan dihapuskan karena penjajahan tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan e maap salah fokus. 😌

•••

Hal lain yang buatku mengganggu adalah flashback-nya. Entah kenapa, seratus halaman awal kerasa penuh sama flashback. Kejadian di masa sekarang kurang digali. Lama-lama, aku jadi bosen dan nggak peduli lagi. Aku pengin tokoh-tokohnya sering beraksi, tapi aku kurang dapet hal itu karena rasanya udah kecepit duluan sama flashback.

Di bagian tengah, flashback ini semacam membaik karena ngasih info baru. Di bagian belakang juga banyak yang ngasih info baru, dan harusnya yang di depan bisa dibikin gini.

Aku tahu sih, lempar-lemparan waktu ini bikin penasaran. Cuman rasanya yang di depan bikin alur terlalu lambat, dan menurutku . Bayangin, 100 halaman cuma buat gitu doang. Kelamaan.

•••

Yah, segitu aja sih. Jadi ya, cuma bisa kasih tiga bintang.

Tetep semangat ya. Buat penulis-penulis lain juga, lebih jeli yuk neliti typo. Biar nggak ada yang kecewa lagi. :3
Profile Image for April Silalahi.
227 reviews213 followers
January 9, 2018
Kei adalah seorang cewek biasa namun pintar bernyanyi dan bermain piano. Pertemuan dengam Ghi seorang penyanyi pendatang baru membawa Kei memasuki kehidupan baru - pendatang baru dalam dunia tarik suara.

Permainan piano Kei seperti sihir. Kei mahir dalam bermain piano. Dan itu digambarkan dalam buku ini dengan jelas.

Namun talent yang dimiliki Kei ternyata berbanding terbalik dengan kehidupannya. Kei mempunyai seorang ibu yang cukup menyebalkan. Namun Kei tetap menunjukan budi yang baik sebagai anak.

Hingga suatu saat Ibu Kei menjebak Kei dengan seorang pria. Bos rekaman label besar. Kei terlibat skandal.
lalu Kei juga kehilangan Ghi. Kehilangan hidup bermusiknya.

Gimana kelanjutannya?

Daebak! Gw bener- bener suka karya kak Ari yang 1 ini. Kisah kelam, berpadu dunia musik. Seluruh alur cerita, kata - kata yang dipilih kak Ari dalam bercerita, semua sangat gw nikmati tanpa jeda.

Hingga, dwaaaarrrr!!

Kak Ari melempar konflik beberapa kali yang buat gw gemas. Wkwkwkwk..

Membaca novel ini memberi pelajaran bagi anak2 zaman sekarang, untuk tetap bersikap hormat kepada orang tua.
walau orang tua terkadang jahat terhadap anak.

Yang gw kesel dari novel ini???

ENDINGNYA WOIIII..

kenapa Ghi dan Kei gak dibuat gimana gitu. Wkwkwkwk..
spoiler ahhh nanti.

Rekomen dibaca.

Silahkan patah hati karena ceritanya :"(
Profile Image for Nurul.
310 reviews38 followers
March 19, 2018
Jadi, Welcome Home, Rain ini bercerita tentang Ghi yang benci sama Kei karna si Kei ini ketauan selingkuh dari dia. Kenapa Ghi tau? Karna dia ngeliat sendiri ceweknya dia keluar dari kamar hotel sama bos perusahaan label musik. Tau dong ya gimana perasaan Ghi pas ngeliat gitu. Akhirnya, hal itu jadi skandal dan bikin Kei ngilang nggak mau nyanyi lagi. Tapi, tiba-tiba ada salah satu produser yang minta mereka berdua buat duet lagi nyanyiin lagu Welcome Home, Rain bareng-bareng. Mereka nerima nggak ya?
.
Okai, saya bingung mulai darimana intinya ternyata saya suka buku ini ya cuma suka nggak sampe banget sih.
.
Buku ini punya aura kelam gitu dah istilahnya. Dark. Tema yang diangkat juga berani dan saya suka. Jarang-jarang ada penulis yang berani buat ngangkat suatu tema yang masih tabu. Terus buku ini juga konfliknya banyak. Awalnya sempet keder sih ya karna dijelasin konflik tokohnya masing-masing. Tapi lama-lama ya saya oke-oke aja.
.
Untuk karakter. Well, saya nggak bisa suka sama tokoh-tokoh yang ada di novel ini. Oke saya emang simpati sama Kei karna dia menderita banget dah kayaknya. Udah dibully, terus mamanya maksa ini maksa, dibenci mantannya, mimpinya dirampas yaa pokoknya kasian dah. Tapi, ya saya ngga bisa suka hehe. Kei ini tertutup gitu.
.
Terus untuk Ghi, parah sih nih anak kekanak-kanakan banget kesel sendiri dah. Tapi, ya masalah dia sama keluarga dia emang bikin terhanyut sih. Terus saya juga bingung ya kenapa Ghi dari yang kekanak-kanakan ini di menuju ending bisa jadi dewasa. Kayak apa ya kaget aja dan terkesan dipaksain karna perubahannya cepet bener.
.
Terus buat mamanya Kei. Asli saya kesel parah parah sama emaknya Kei. Dia itu apa ya penyebab Kei kayak gini. Itu semua gara-gara dia. Tapi, ya ternyata di ending dijelasin kenapa mamanya Kei kayak gitu.
.
Oh iya, saya lupa bilang kalo novel ini juga bikin kita nebak-nebak sama konfliknya si ini, si itu. Walaupun sayangnya ada beberapa yang bisa saya tebak. Terus untuk plot twist saya nggak kaget sih tapi parah sih bikin campur-aduk menjelang ending.
.
Untuk gaya penulisannya. Saya baru pertama kali baca karya kak Suarcani. Ya walapun saya beli Rule of Thirds duluan, tapi saya bacanya ini dulu hahaha. Gaya penulisannya asik banget dan ngalir saya cocok-cocok aja. Perbendaharaan katanya juga banyak sis.
.
Walaupun ini novel banyak konfliknya, tapi menurut saya penyelesaiannya memuaskan tapi ada beberapa yang kurang sreg sih.
.
Tapi, ada beberapa kekurangan yang lain, selain yang saya sebutin di atas.
.
Pertama, ada beberapa kata yang saya nggak ngerti dan nggak dijelasin juga atau nggak ada foot notenya gitu. Bener nggak sih foot note? Ya intinya gitu dah.
.
Kedua, ada typo. Kayak kelebihan atau kekurangan huruf, salah nama tokoh. Tapi ya gapapa sih.
.
Ketiga, untuk konflik tentang skandal itu saya udah bisa nebak sih ternyata gimana haha dan ya untuk karakter Ghi yang berubah juga.
.
Keempat, sampai ending, Kei nggak cerita alasan sebenernya dia nggak nyanyi lagi itu apa ke Ghi? Saya kira dia bakalan kasih tau loh.
.
Yaudah kayaknya itu aja deh intinya saya suka dan 3,6 bintang buat novel ini yang saya bulatin jadi 4.
Profile Image for Nisa Rahmah.
Author 3 books105 followers
November 13, 2017
Mimpi itu lebih suka mengalah, lebih suka memahami. Dia akan mengerti kapan saatnya diraih, kapan saatnya tiba. ---halaman 235


Kalau ditanya apa yang saya suka dari buku ini, saya bingung menjabarkannya. Karakternya jelas disusun dengan rapi dan kuat, hingga bahkan pembaca dapat merasakan aura yang muncul ketika membayangkan berada di dekat mereka. Tapi jangan salah, saya tidak menyukai sosok Kei yang tertutup itu, karena dalam dunia nyata, berada di dekat seseorang yang tertutup itu membingungkan dan menyusahkan. Meskipun begitu, saya cukup bisa merasakan seperti apa menjadi Kei, karena saya memiliki beberapa kriteria untuk dilabeli sebagai orang yang tertutup. Paradoks, bukan? Apalagi Ghi, pemuda sok tegar yang dalam hatinya menye ini juga menyebalkan. Cowok memang terkadang menjadi melankolis kalau patah hati. Apalagi egonya yang setinggi langit itu membuatnya tak mau bersikap objektif. Padahal, seseorang yang patah hati harus mau menyembukan lukanya sendiri kalau ingin bangkit dan move on.

Jadi bagaimana? Mungkin karena karakternya digambarkan dengan sangat baik, saya jadi mengenal sosok mereka secara personal. Dari kedekatan dan pemakluman inilah kemudian membawa saya menikmati suguhan ceritanya. Welcome Home, Rain bukan sebuah kisah yang terjadi begitu saja, ada sebab dan akibat yang menjalinnya begitu indah. Sosok Kei dengan masa lalu keluarganya yang begitu muram, dengan ambisi ibunya yang menyakitkan dan merusak hidupnya. Ghi dengan pencapaian kariernya yang menanjak, tapi harus tersandung permasalahan cinta yang tak diselesaikannya dengan baik. Belum lagi hubungan dengan keluarga yang kurang harmonis. Kedua cerita ini beradu begitu padu, saling menautkan keterikatan antara satu tokoh dengan lainnya.

Saya menyukai kisah-kisah tentang mengejar mimpi, di mana untuk mencapai satu keadaan itu tidak mudah. Pun begitu dengan mempertahankannya. Bagaimana seorang pendatang baru yang harus teterpa gosip affair dengan produser rekaman, tentang cinta yang kandas dan kehilangan kepercayaan. Tentang bangkit dari keterpurukan dan mengambil jalan yang tidak sesuai dengan keinginan.

Lebih dari itu, saya menyukai cara Kak Ari Suarcani saat menuliskan kisahnya. Alur maju-mundur yang dikisahkan dengan rapi dan tepat pada tempatnya, kalimat yang indah tapi tidak memaksa untuk terlihat indah, dan pemilihan kata yang pas, menambah kenikmatan membaca buku ini.

Kepadamu kutitip asa
Tentang rasaku yang mati
Padamu seorang, jiwa di tengah derai
Aku menunggu, sepanjang napasku terhela

Kala langit tak mampu menahan,
Mentari tidak cukup hangat menyentuh,
Kamu turun menghapus debu,
Menyapaku dalam deru
Welcome home, Rain
Profile Image for Mou Mia.
85 reviews
March 28, 2019
Sebelumnya aku udah post review spontanku setelah baca ini di instagram story (@danslalunes kalau mau ngintip), tapi karena keperluan nebus reading challenge dan ngetrack bacaan-bacaanku tahun ini, aku tulis di sini.

Pertama-tama, buku ini susah aku baca! Susah banget! Berkali-kali aku anggurin, sampai bolak-balik pinjem di iPusnas (aplikasi official perpusnas yang sangat membantu kelangsungan hidup dompet saya). Tiap pinjem, baca sedikit, berhenti, anggurin sampai kadaluarsa. Pinjem lagi, baca lagi, berhenti lagi, anggurin lagi. Gitu terus sampai akhirnya di hari yang lagi hujan badai aku mojok di kamar menyelesaikan buku ini.

Kenapa buku ini susah dibaca? Karena buku ini bercerita tentang hal-hal yang enggak ringan seperti mental illness, LGBT, banyak kebencian, amarah, dan sakit hati. Ini bukan salah bukunya sih, tapi lebih ke akunya aja yang memang tends to gravitate to more lighthearted, fun reads. This is not a lighthearted and or fun read. Buku ini tidak menyenangkan. (At least) Half of the book is filled with so much anger and pain and it hurts to read sampe pusing, bikin aku butuh waktu lama untuk baca seluruhnya.

Si penulis bisa meramu seluruh isu sosial yang berat dan sisi kelam manusia itu dengan sangat baik sampe bikin aku pusing, bayangin. Susah lho nulis yang seperti itu.

Buku ini bisa bikin mikir ya emang yang namanya sakit tuh bisa mengacaubalaukan manusia sampai segitunya ya. Jadi nggak pengen sakit hati. Tapi kalau nggak sakit hati ya nggak hidup. Hehe. Mulai ngelantur sodara-sodara.

Overall, aku suka. Aku sukaaaaaaaaa banget. Aku suka karakter-karakter ini. Aku suka dan respect karena isu seperti mental illness dan LGBT diangkat. Dan aku suka karena buku ini bikin aku merasa.
Profile Image for Melani Ivi.
55 reviews5 followers
November 7, 2017
“Piano adalah cinta pertamanya.” (hal. 26)
“Ghi tidak membenci hujan, ia hanya kesal karena kenangan itu akan selalu mengekor ketika titik-titik air menjejak tanah.” (hal. 31)
“Setiap luka itu butuh obat, Ghi. Termasuk sakit hati. Tapi kalau ngobatinnya saja longgak mau, kapan luka lo sembuh?” (hal. 42)
“Kenapa milih piano?”
“ Mungkin karena piano itu seperti hujan,” kata Kei. “Mereka bisa menghasilkan polifoni.” (hal. 74)
“... jika kamu berhenti nyanyi hanya karena omongan para hater, itu sama saja dengan menitipkan uang kamu di dompet mereka.” (hal. 108)
“Membenci itu wajar, tapi kalau sampai lo benci diri sendiri karena patah hati sebegitu dalam, itu sudah kelewatan namanya.” (hal. 117)
“Mimpi, cita-cita... itu tidak akan pernah lenyap, bisa kita gapai kapan pun kita mau selama kita berusaha.” (hal. 234)
“Sama halnya dengan lagu, setiap kehidupan memiliki melodinya sendiri. Not-not itu adalah momen-momen dalam hidup.” (hal. 295)

Menggunakan alur campuran maju-mundur dan sudut pandang orang ketiga dalam penceritaan, novel dengan tema musik, cinta, dan konflik kehidupan ini sangat menarik bagi saya. Semenjak awal, nuansa sendu dengan dilatarbelakangi hujan yang kerap turun juga sangat mendukung emosi yang saya rasakan selama membaca.

Penulis berhasil menggabungkan keindahan lagu, musik (terutama piano) dengan hujan, beserta segala filosofinya sepanjang cerita. Bagi pembaca awam seperti saya, informasi dan filosofi permainan piano disajikan dengan apik, menggunakan istilah-istilah dan pemaparan yang mudah dipahami, tak hanya lewat deskripsi langsung, tapi juga diselipkan dalam adegan dan dialog. Bagi saya, musik menjadi jiwa cerita, tak sekadar tempelan atau pemanis.

Dua tokoh utama, Kei dan Ghi memang bukan sosok dengan karakter manis yang membuat saya terpesona dengan segala kelebihan mereka. Mereka cenderung mewakili sisi manusiawi; dua anak muda yang berusaha memahami hidup dengan segala keterbatasan mereka. Ghi, meskipun secara penampilan rupawan, dipuja banyak penggemar, namun punya sisi rapuh, terutama pasca kandasnya kisah cinta dengan Kei. Ghi juga menampilkan sisi ‘nakal’ dengan kegemarannya tebar pesona, menggoda para gadis cantik yang mengelilinginya. Sementara Kei, gadis dengan latar belakang keluarga yang pelik, sangat tertutup, dan cenderung keras kepala jika sudah menetapkan sesuatu hingga membuat saya gemas, kadang seolah lebih suka menyiksa diri sendiri ketimbang berbagi kesedihan dengan orang lain. Tapi, bagaimanapun, Kei mengundang simpati atas ketegarannya menjalani ujian hidup dan kasih sayangnya terhadap sang mama. Kak Suarcani menurut saya mengajak pembaca memaknai hidup yang tak selalu manis lewat dua sosok ini. Tokoh-tokoh lain seperti Donna, Danan, Soraya, Damian, Sunu, hingga Mayuni sang mama pun cukup kuat menyokong jalinan cerita.

Konflik yang disuguhkan juga tak melulu soal cinta anak muda, tapi juga tentang kejamnya dunia hiburan, tentang keluarga (hubungan anak dan orangtua), bahkan filosofi kehidupan seperti filosofi koin. Meski rumit, karena penulis mengungkapkan runut, termasuk rahasia-rahasia besar lewat kilas balik, saya merasa puas. Eksekusi ending dan twist pun mampu ‘membayar’ kekesalan saya sepanjang cerita dengan baik. Novel yang briian dalam hal ide dan eksekusi, hingga saya rasa sangat recommended bagi para pencinta romance young-adult Indonesia. Sebuah pengalaman membaca yang sama sekali tak mengecewakan.

Kala langit tak mampu menahan,
Mentari tidak cukup hangat menyentuh,
Kamu turun menghapus debu,
Menyapaku dalam deru
Welcome home, Rain
Profile Image for Jasmina.
50 reviews2 followers
March 10, 2018
Novel ini kaya akan konflik! Berbagai macam konflik disajikan dengan berbagai tema yang jarang diangkat oleh penulis Indonesia. Kak Suarcani berani mengangkat tema-tema seperti gangguan mental, LGBT yang memang masih terbilang tabu. Intinya, di buku ini, ceritanya terasa sangat kelam.

Jika membaca blurbnya, mungkin akan terpikir bahwa cerita terfokus pada romance, tapi ternyata tidak. Hubungan Ghi-Kei tidak menjadi sorotan utama. Seperti yang aku bilang tadi, novel ini kaya akan konflik, di dalamnya pun dibumbui dengan hubungan kekeluargaan dan persahabatan.

Pada awal membaca, aku sangat tidak menyukai sosok Mamanya Kei dan juga Ghi. Mamanya Kei itu terlalu kasar menurutku, dan begitu menuntut. Tapi, ketika aku semakin membaca menuju ending, rasanya aku bisa memahami dan memakluminya. Ada alasannya mengapa Mamanya Kei seperti itu. Untuk Ghi, ya mungkin cowok patah hati akan seperti itu. Ghi itu sangat benci pada Kei, tapi di sisi lain aku melihatnya jadi berbeda. Menurutku, Ghi terlalu berlebihan. Tapi ya, ini tergantung sudut pandang masing-masing. Karena di ending, aku cukup terbiasa dengan Ghi (alias rasa tidak sukaku padanya berubah menjadi biasa saja.)

Tokoh yang kusukai di buku ini rasanya tidak ada. Tapi aku cukup suka watak yang dimiliki Kei. Kei memang tertutup, dia juga orang yang tenang, dan rasanya watak yang dimilikinya itu mirip denganku. (HAHA aku tenang dari mananya?). Dengan sifat Kei yang tertutup, aku jadi sedikit memahami bahwa masalah apa pun yang kita hadapi, tidak seharusnya kita mengumbarnya pada orang lain. Cukup kita sendiri yang tahu, ya walaupun jadi beban sendiri juga sih. Aku juga cukup kasian dengan Kei, mengapa hidupnya begitu kelam? :"

Ketika menjelang ending, aku cukup terkejut di sekitar satu bab sebelum ending. Oke, aku cukup berpikiran negatif di situ dan rasanya nggak akan siap membaca ending seperti apa yang akan aku terima. Tapi untungnya, ending berjalan dengan semestinya. Cukup melegakan juga.




❝Kamu tahu beda mimpi dan ambisi, Ghi?❞

❝Mimpi, kamu yang mengejar. Sementara ambisi, kamu yang dikejar...❞ -Kei, hlm. 234
Profile Image for Rini Cipta Rahayu.
28 reviews1 follower
February 28, 2018
Ini kedua kalinya aku membaca tulisan Mbak Suarcani. Setelah sebelumnya disuguhkan dengan kisah romance dengan bumbu fantasi, di novel The Stardust Catcher, kali ini aku diajak untuk membaca kisah genre Young Adult yang lain. Ceritanya lebih kompleks. Tidak hanya tentang cinta dan mengejar mimpi, tetapi juga menghadirkan konflik keluarga dan persahabatan. Novel ini diitulis dengan POV3, dengan alur maju mundur. Penulisannya rapi, dan page turner banget.

Pengembangan karakternya juga sangat baik. Kei, sosok yang tegar sekaligus rapuh. Ghi yang luar biasa keras kepala dan kekanakan. Emosi yang meledak-ledak khas anak muda, disampaikan dengan apik. Keliatan banget gimana jealous-nya pas ketahuan diselingkuhin, atau gimana bencinya pas ketemu sama mantan padahal sama-sama masih sayang *eh*. Dinamika kehidupan anak-anak dewasa muda dalam pencarian jati diri, keinginan mendapat pengakuan atas dirinya, pergulatan dengan dunia yang ternyata keras juga aku dapatkan pada novel ini. Kehadiran tokoh-tokoh lainnya juga dapat porsi yang pas untuk membentuk alur menjadi lebih menarik. Klimaksnya konfliknya dapet!

Review lengkap cek http://rinspiration95.blogspot.co.id/...
Profile Image for Yoyovochka.
307 reviews7 followers
April 16, 2023
Buku-buku Suarcani nggak pernah mengecewakan saya. Walau di awal2 saya agak kesel sama sikap Kei yang nggak bisa melawan mamanya, pada bagian akhir saya paham kenapa begitu. Plot twistnya enak dibaca, ringan, dan bahasanya serta diksinya selalu bikin saya suka.
Profile Image for Yessie L. Rismar.
136 reviews2 followers
June 21, 2018
Nggak nyangka bisa beresin novel ini dengan cepat. Pertama kalinya baca tulisan Kak Suarcani dan langsung suka. Jadi penasaran sama karyanya yang lain. 😁
Profile Image for Sandra Bianca.
128 reviews4 followers
November 25, 2017
Sejak memergoki Kei keluar dari kamar hotel bersama Om-om, Ghi tidak mau lagi menyanyikan lagu Welcome Home, Rain ciptaan Kei, pacar sekaligus pencipta lagu tersebut. Namun suatu hari mereka diharuskan untuk kembali berduet. Apakah yang akan mereka lakukan? *Jeng Jeng....*
.
Banyak sebenarnya yang aku pengen bahas dari buku ini, aku bahas yang penting-penting aja ya ✌😁.
.
Dari segi tema, terus terang aku sangat tertarik. Buku ini 'dark'. Kelam. Dan memang aura kelamnya begitu terasa. Di samping konflik inti, yaitu kisah cinta Kei dan Ghi, ada konflik keluarga yang disisipkan. Penderitaan seorang gadis bernama Kei yang mamanya nggak bisa hidup miskin, rela melakukan apa saja buat hidup enak. Lalu ada Ghi, pemuda yang bersitegang dengan ayahnya.... Yah, secara keseluruhan tema yang diangkat menarik. Ini yang bikin aku nggak bisa berhenti baca semalam suntuk (aku sampe lupa tidur😴).
.
Buku ini terdiri dari 300 halaman. Biar enak aku bagi jadi tiga bagian aja ya.
→ 1/3 bagian pertama adalah bagian pembagunan konflik. Yang memang di sini adalah bagian paling menarik buatku. Nggak terlalu banyak teka-teki, ngalir gitu aja.
→ 1/3 bagian kedua yang aku harap ada perkembangan konflik atau mungkin cerita, ternyata nggak ada. Malah bagiku berasa flat karena cenderung mengulang-ulang apa yang sudah dijabarkan di 1/3 bagian pertama tadi.
→ 1/3 bagian terakhir ini adalah klimaksnya. Plus conclusion. Ending. Cuma karena menurutku (sekali lagi ya, menurutku) terlalu banyak ngulang di 1/3 bagian kedua tadi, di bagian ini malah terkesan tergesa-gesa. Alurnya berasa 'tiba-tiba'. Semua tumplek-blek di bagian ini. Jadi kurang ngalir.
.
Tokoh Kei di sini digambarkan sebagai gadis yang pendiam, terkesan cuek. Beberapa bilang kalau nggak suka sama tokoh Kei ini. Tapi percaya deh, orang model Kei ini memang ada! Pendiam, menutup diri, terkesan cuek. Yah, memang dari sononya begitu😁. Lalu Ghi, aku malah kurang suka sama sifatnya yang terkesan sok (ini menurutku). Bolehlah dia benci banget sama Kei karena dia ngeliat Kei sama Om-om di hotel, meski akhirnya Ghi tahu kalau Kei cuma dijebak. Tapi cara dia ngomong ke manajernya, Soraya, bikin aku pengen sumpelin bangkiak😥 *sorry for Ghi's fans*
Oh ya, di sini ciri-ciri fisik tokohnya tidak digambarkan terlalu jelas. Cuma Kei aja yang digambarkan sebagai gadis oriental bermata sipit. Jadi silakan berandai-andai (bebas!) Ghi cakepnya kayak apaヽ(´▽`)/.
.
Aku lelah lahir batin baca buku ini, menguras emosi banget. 1/3 bagian kedua memang nggak ada perkembangan konflik/cerita, tapi beneran nguras emosi waktu baca. Nyesek sana-sini. Dan bagian yang sempat bikin aku hampir mewek (masih hampir ya😂) adalah bagian Ghi ngunjungin Ajik-nya (bapaknya). Terenyuh banget bacanya😥😣.
.
Typo: ada. Aku ketemu sama beberapa typo. Tapi masih okelah, nggak banyak (◍ ˃̵͈̑ᴗ˂̵͈̑).
.
"Kamu tahu beda mimpi dan ambisi, Ghi?"
Ghi tidak menyahut, tidak pula menggerakkan kepala. Ia menunggu.
"Mimpi, kamu yang mengejar. Sementara ambisi, kamu yang dikejar." - h. 234
.
Secara pribadi aku suka buku ini. Dari segi tema yang diangkat, terus kalimat-kalimatnya. Well, buku ini cocok dibaca buat yang suka aura kelam. Setiap kalimatnya mainin perasaan banget (apa aku aja yang gampang baper?) 😮. Kei yang memutuskan untuk berhenti nyayi dan main piano setelah skandalnya dengan Om-om. Ghi yang hatinya terlalu sakit sampai-sampai mustahil ngelupain Kei (Ghi, kamu tipe pengabdi mantan, ya?)😝😜. Yah, penulisnya pinter banget ngaduk-ngaduk perasaan😫.
.
Rate: 3.5/5 🌟
Profile Image for Dhamala Shobita.
Author 7 books15 followers
December 11, 2018
Lagi-lagi, tulisan Kak Suarcani selalu punya sisi abu-abu, agak gelap tetapi tidak dibuat untuk berlarut dalam kegelapan itu. Kisah Ghi dan Kei bukan kisah favorit saya dari novel-novel Kak Suarcani, tapi kisahnya layak untuk dinikmati. Emosi yang dimasukkan penulis ke dalam novel ini berhasil sampai di pembaca. Suka. :)
Profile Image for Akaigita.
Author 6 books237 followers
January 10, 2018
How could I meet cowok ultrabaperan dan cewek yang ngalah-ngalahin skandal Kristen Stewart dalam satu buku?

Well, demikianlah kesanku selama membaca paruh awal buku ini. Enggak ada tokoh yang likeable buatku, konfliknya juga... ugh, India-esque.

Tapi begitu masuk paruh akhir, aku bengong deh. Beneran bengong. Benang-benang yang tadinya kelihatan kusut kini mulai jelas jalinannya, terus ujung-ujungnya aku tambah bengong karena ending novel ini tereksekusi dengan baik. Sayangnya aku tak mendengar kabar Om Sunu lagi. Sebaiknya dia dijodohkan dengan Leony sadja.

Tema dunia hiburan seperti ini termasuk baru bagiku, meskipun...err... rasanya sudah pernah sih baca yang serupa. Spring In London apa ya? Tapi beda kedua novel ini jauh. Di Welcome Home, Rain ini jelas banget perubahan level kedewasaan protagonisnya. Meskipun aku kurang suka dengan perumpamaan-perumpamaan yang dipakai sang penulis di buku ini (misal: semasam mangga muda) tapi buku ini oke. Seoke sampulnya.
Profile Image for Sherry Heather.
199 reviews3 followers
October 23, 2017
Very happy to have the chance to review this book.

Buku ini cocok banget buat melankolis, karena auranya yang tergolong sedih dan banyak membahas tentang rain, yang disukai para melankolis.
selain itu, lewat konflik keluarga dan pertemanan Kei, saya sebagai pembaca bisa ikut merasakan kesedihan Kei. Ikut kesal pada orang-orang tertentu di dalam buku, ikut kasihan pada Kei.
Genre utama buku ini (romance) juga banyak dimunculkan di sini dalam konflik batin dan berbagai sudut pandang. Jadi saya sebagai pembaca melihat dalam sudut pandang netral, tidak memihak siapa-siapa karena sebenarnya nggak ada yang salah.
Saya suka banget sama unsur musik dalm buku ini. Permainan piano Kei yang terbayang di benak saya waktu membaca buku ini, lalu nada-nada untuk lagu Welcome Home, Rain. Jadi pingin beneran denger lagunya 😂😂😂
Profile Image for Gabriella Halim.
194 reviews13 followers
November 26, 2018
more on: https://whatsgabyread.blogspot.com/20...

Novel ini, sudah ada di lemariku sejak setaun yang lalu. Hahaha.. Jujur aja, aku bukan tipe orang yang suka baca buku yang lagi hype. Karena buku ini waktu itu nge-hype, ya aku memilih nggak beli dulu. Eh, dibelikan sama temen. Ya sudah, aku sendiri juga nggak begitu tertarik, makanya kuanggurin di lemari sampe setaun. Hahaha..

Dan ternyata, aku melewatkan hal ini. Novel ini terlalu bagus untuk dianggurin. Beneran deh. Aku nggak ragu untuk kasih 10/5 bintang saking bagusnya. Pas bawa ini, beneran cuma 3 jam aja, disambi makan dan mandi tentunya. Awalnya kukira ini cuma pekara cinta, ambisi dan keluarga aja. Ternyata lebih dari itu! Astaga, complicated banget.
Profile Image for Fitra Aulianty.
154 reviews4 followers
November 21, 2018
Kalau ada istilah "buku adalah racun", nah buku ini salah satunya. Racun dalam arti sebenarnya. Pahit banget ceritanya, bukunya bukan untuk nyenangin orang:") buku ini kayak nampar, bilang, "Hidup emang pahit. Gak akan berhenti. Jadi gak usah kebanyakan mimpi."

Kusukaa walau sakit. Thenkiuh sudah menulis cerita sepahit ini, Kak 😂😂😂😂
Profile Image for Olivia.
132 reviews9 followers
October 5, 2018
pinjaman dari novi.

not a cup of my tea, sih. terlalu banyak drama demi drama yang ada, tokoh utama yang bikin gregetan, dan, tbh, ada beberapa adegan yang menurut saya kurang "masuk" ke logika. lagi-lagi agak berasa tertipu blurb, karena bukan tentang hubungan ghi dan kei yang banyak diungkit tapi masalah mereka masing-masing. ga masalah sih, sebenernya. tema yang diangkat cukup oke, dan cukup nunjukin gimana penanganan mental-illness yang salah menghasilkan sesuatu yang lebih "mengerikan".

Overall rating 2.5/5
Displaying 1 - 30 of 71 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.