Raka membalas perasaan Briana. Ya, Raka, ketua OSIS yang digandrungi banyak siswi di sekolah. Raka yang juga pacar Tara, sahabat baiknya! Eh, bukankah itu artinya Briana merebut pacar sahabatnya sendiri? Ah, entahlah! Meski Raka mengaku juga menyukai Briana, cowok itu belum bisa putus dari Tara. Saat study tour, Raka berjanji akan membuat hubungan mereka jelas.
Sayangnya, saat semua pertanyaan akan terjawab, Briana mengalami kecelakaan di India. Anehnya sejak kecelakaan Briana kesulitan mengingat hal yang terjadi belakangan ini. Lebih menyebalkan lagi, Mama malah memindahkan Briana ke sekolah lain di Bandun—jauh dari Raka, Tara, dan teman-teman dekatnya.
Seolah semuanya belum cukup, di sekolah barunya Briana dihadapkan pada drama yang menyebalkan. Ben, cowok ketua klub penyiaran yang caper dan ngotot merekrut Briana jadi anggota! Belum lagi ada Alisha, si cewek sok berkuasa, yang memintanya untuk menjauhi Ben! Semua seolah berjalan seperti semestinya peristiwa yang dialami cewek tujuh belas tahun.
Sampai satu per satu keanehan mulai Briana rasakan. Kenapa keberadaan Raka masih misterius? Kenapa Mama dan abangnya tampak menyembunyikan sesuatu? Dan… benarkah Briana berusia tujuh belas tahun?
Indah atau yang lebih dikenal dengan nama Handi Namire ini adalah penulis novel kelahiran Tegal dan lulusan Universitas Sebelas Maret. Menulis adalah bagian dari hobinya sekaligus terapi untuk menyenangkan diri. Menyukai genre romansa sekalipun penulis mengakui dirinya bukan pribadi yang romantis. Saat ini kesibukannya adalah sebagai ibu rumah tangga, menulis novel sambil sesekali aktif dalam kegiatan literasi di kota kelahirannya.
Beberapa novelnya yang sudah terbit adalah Seventeen Once Again, Rashi & Sketsa Rahasia, Karet dan Setip, The Drummer. Marriage With Benefits adalah salah satu novelnya yang sudah diadaptasi menjadi series dan sudah tayang di Original Series VIU.
Hahhaa entah kenapa saya menyukai bumbu manis kisah remaja yang "lain" dari biasanya dan saya bertanya-tanya kenapa bukan Novel ini yang menjadi juara pertama Gramedia Writing Project 2017 padahal alur ceritanya lebih kompleks hehe
Bok ya bok, ceritanya Seventeen Once Again ini fiks banget harus difilmkannz. Why oh why, karena ceritanya seruuu & eikeh bisa bayangin adegan demi adegannya!
Jadi ni novel nyeritain ttg Briana yang "balik" ke SMA karena suatu insiden! Dia tu kesel bgt sm nyokapnya yg tau2 aja pindahin dia sekolah ke Bandung. Eh ya bok, kok otofblu betzz... padahal kan dia lagi nunggu2 acara studytour. Knp studytournya ditunggu2? Ya bekoz Raka bakal nyatain ke seluruh penjuru SMA kalo mereka tuh ofc couple! Tapi malah didepak mamake ke Bandung. Ya kan zebel jugaaaa...
Tapi nih Briana ngerasa ada sesuatu yg dirahasiaiin sama ortu dan abangnya. Dan mereka tu selalu terkesan apa ya... melakukan omongan2 yg menurut Bri tuh ganjil banget. Tp di sisi lain, Bri seneng sama sekolahnya yg baru krn ada kayak semacam ekskul brodcast gt, mana lucu juga kan ketuanya, hihihi.
Intinya, dakuw seyh suka bangetzzz sama ceritanya. Meletup2 menggebu gt. Apalagi pas adegan akhir-akir itu. Wuiiiiiiiiihhh.. mantap qaleee bozque. Jd pnasaran sm novel Handi Namire yg lain. Ini debut bukan si? Krn bgt lgsg juara 2 lomba.
Oh satu lg, gue suka jg sama temen2 "asli" Bri yg ternyata sll dukung Bri. Pliz deh, Briiii... makanya tuh kl ada masalah ya booook diselesaiiinnn... jangan menghindar teyuzzz.
Pokoke mantapque deh cerita bosqu Handi Namire.
Plus plus plus, makasih juga udah dikasih buku ini *mata lope2* DAN INI MEMANG SESUAI SELERAQUUUU....
Makasi bosque yg udah kasih. *Setelah lama ga beli novel *lanjut mo beli yag juara2 gwp itu *qupenasaran
Briana terbangun dengan kepala yang terasa sakit. Yang dia ingat, dia sedang siap-siap untuk berangkat study tour dengan teman-teman sekolahnya. Yang spesial, di acara itu nanti dia akan mendapat kejelasan hubungannya dengan Raka. Dia tahu, Raka juga membalas cintanya. Tapi status Raka masih menjadi pacarnya Tara, sahabat baiknya. Briana sadar dia akan dicap perebut pacar sahabat sendiri. Namun Raka memang layak diperjuangkan.
Hanya saja kenapa sekarang dia ada di India bersama Mama dan Andre, abangnya? Katanya dia habis kecelakaan. Dokter sempat mengetes dirinya dengan beberapa pertanyaan. Dia tahu ada beberapa hal yang dia lupa tentang hidupnya. Yang Briana tahu dia berumur 17 tahun dan sebentar lagi akan pulang ke Indonesia untuk bertemu Raka dan teman-temannya.
Sayangnya harapan Briana tidak terwujud. Mamanya malah memindahkan sekolahnya ke Bandung. Alasannya untuk penyembuhan Briana. Di Bandung, dia tinggal bersama abangnya dan masuk ke SMA favorit di Bandung. Hari pertamanya saja sudah ada kejadian yang membuat Briana kesal. Ben, cowok populer di sekolah itu, memaksanya masuk di klub penyiaran. Tapi ada gadis bernama Alisha yang jelas-jelas tidak suka Briana dekat dengan Ben. Untungnya ada Pak Bastian, guru yang sempat dikenalnya di pesawat dalam perjalanan dari India kemarin.
Novel dengan tema tokoh utama kecelakaan trus amnesia itu sudah banyak. Tapi novel yang tokoh utamanya amnesia trus merasa masih 17 tahun itu kayaknya baru kali ini saya baca. Sounds sinetron ya? Sepintas sih iya, tapi nggak juga. Saya betah kok bacanya dalam sekali baring. Saya membayangkan Briana ini imut dan awet muda kali ya sampai bisa tetap kelihatan wajar sebagai anak SMA. Saya suka dengan Briana yang ceria, fearless, dan apa adanya. Kemudian ada Bastian yang super sabar, juga Ben yang sok dewasa.
Depresi adalah salah satu topik yang disinggung dalam novel ini. Dimana trauma masa lalu berpadu dengan depresi tingkat tinggi bukan hal yang bisa dianggap remeh.
Seventeen Once Again, novel juara 2 GWP 2017 ini memang menarik. Beberapa typo masih dijumpai, ada yang agak ganggu tapi bisalah dimaafkan. Trus twistnya di bagian akhir bikin saya bergumam lha-kok-gini-tapi-saya-suka. Recommended lah.
📚 Kalimat pembuka novel ini juara! Saya suka banget. Menohok dan bikin penasaran buat lanjut baca. Sulit banget menulis kalimat pertama sebagus ini.
📚 Cerita kembali ke sekolah bisa dibilang my cup of coffee banget. Soalnya saya punya obsesi kembali ke sekolah dan menjadi remaja usia 17 lagi! 😆 Mungkin itulah yang membuat saya mereka-reka seperti apa kisah novel ini. Saya membayangkan jalan ceritanya akan penuh dinamika kehidupan remaja yang terulang lagi 😆 Maka saya harus ikhlas menerima ketika ternyata kisahnya jauh dari yang saya harapkan. Briana sang tokoh utama ternyata tak mengalami masa remaja SMA (kedua kalinya) dengan dinamika yang ceria. Di mata saya, masa SMA kedua Briana adalah masa yang teramat murung. Bukan masa kegilaan remaja yang menyenangkan. Seperti bolos, ngegeng & ekskul seru. Ditambah banyaknya flashback masa lalu, sehingga porsi masa perulangan SMA ini tidak mendominasi.
📚 Chemistry antara para tokohnya terasa kurang. Terutama Briana & Ben. Saya merasa perubahan perasaan Briana terjadi tiba-tiba, kurang soft. Rasanya kurang satu lagi kejadian yang jleb moment sampai Briana akhirnya merasakan getaran itu. Tokoh saingan Briana yaitu Alisha masuk kategori antagonis bitchy yang membuat segalanya terlalu mudah. Terlalu hitam putih. Terus terang, tak ada tokoh favorit dalam novel ini.
📚 Penulisan #handinamire rapi dan tertata. Novelnya filmis dalam artian tiap adegannya ditulis baik sehingga terbayang. Dan memang kayak nonton film 😍 Saya suka bagaimana penulis menyisipkan pengetahuan tentang dunia broadcast dengan cukup detail. Sehingga pembaca mendapatkan 'sesuatu' selain pesan moral. 😍 Meski, ada yang mengganggu saya karena diceritakan salah satu tokoh news achor merendahkan posisi news presenter. Tak ada profesi yang lebih mudah saya rasa.
📚 Konflik dalam novel ini berlapis sehingga menyenangkan sekali ketika tabirnya pelan-pelan terbuka. Meskipun ada bagian yang kurang masuk logika.
📚 Tipe ending-nya, tipe yang saya suka. Lalu di antara kalimat yang quotable, saya paling baper baca 1 part dialog di epilog 😍
Di awal-awal aku merasa bahasanya agak berat untuk buku YA, tapi ternyata enggak. Benar-benar ngalir! Buktinya, aku berhasil menamatkan buku ini kurang dari 5 jam! Rekor tahun ini😂.
Aku suka banget sama cerita dan karakternya. Bahkan bacanya jadi suka kebawa emosi. Ikut kesel karena tingkah Alisha, ikut sedih bareng Briana, atau ikut bahagia karena Ben😍.
Alur ceritanya bolak-balik. Tapi pas baca nggak bingung kok. Malah jadi deg-deg-an pas tau kejadian-kejadian di masa lalu. Juga ada part yang bikin ketawa😂
Kurangnya, ada beberapa typo. Ada juga penulisan tahun yang salah dan bikin aku harus bolak-balik halaman lagi untuk mastiin.
Hahahaha, kalau bukan karena endingnya niscaya aku hanya akan memberikan bintang tiga untuk cerita ini 😂😂😂😂
Ceritanya sendiri menarik, cara penyampaiannya juga enak. Aku suka dengan prolognya, tapi dalam benakku saat itu adalah... "apa itu nggak terlalu ketuaan untuk cerita YA?" Lalu dijawab dengan, justru menyajikan kisah bernuansa Teenlit yang kental. Nah, bingung, kan? Sama. Di awal aku juga bingung. Tapi begitu kisah detektif-detektifan si Ben keluar, dan mengetahui informasi soal Raka, aku jadi merasa tertarik dan penasaran! Akhirnya, novel ini dengan cepat bisa terselesaikan.
Mulanya, kupikir cerita ini bakal sama seperti drama Korea "Go Back Couple" karena premisnya, seorang wanita dewasa awal yang kembali ke masa SMA itu mirip-mirip dengan sepasang suami istri yang balik ke masa kuliah lagi. Namun ternyata, syukurlah, ceritanya tidak sama. Mengambil kisah amnesia seleksi yang mirip dengan yang menimpa Shah Rukh Khan di Jab Tak Hai Jaan, sebenarnya membuat kisah ini rawan bolong logika. Oke, aku nggak akan bahas itu, apalagi komplain dengannya, karena kisah ini sendiri dibumbui dengan kisah yang menarik. Dan memang, nggak sedikit kok wajah-wajah awal 20-an yang masih dikira anak SMA. Aku jadi ingat Putri Marino si Lala di film Posesif. Nah, masih mirip anak SMA, kan? Aku juga dulu pernah jadi pendamping anak-anak muridku nonton film di suatu event dan dikira anak SMA kok, wkwkwk.
Jadi, kesimpulannya, novel ini absurd-absurd seruuu, ahahaha.
Saya memamah novel Young Adult SEVENTEEN ONCE AGAIN hanya satu hari kurang. Tepatnya 12 jam dari sejak saya menyantap halaman prolog. Dari halaman pertama ini, saya sudah dibuat 'jatuh sayang' sama buku ini dengan kalimat; ketika para penggila traveling selalu mengatakan bahwa hidup adalah serangkaian perjalanan, bagiku hidup justru sekelumit pelarian. This! Telak, kalimat pembuka yang langsung menyentuh syaraf sensitif (baca: rasa penasaran) saya untuk lebih menggumuli buku ini dengan mata, otak, dan hati terbuka. *baju nggak terbuka woi! Sialnya, saya mendadak risau dengan kalimat menyihir tadi?
Benar, ini adalah kebiasaan saya membaca novel, penuh curiga. Apalagi ini novel Handi, yang novel-novel sebelumnya saya sudah sering kena plintiran cerita yang memaksa saya berucap, SIALAN GUE SALAH NEBAK! Oleh karena itu, saya pun tak sabar untuk meraba maksud kalimat itu sampai prolog tuntas. Briana, nama tokoh novel ini, diceritakan seperti orang yang ingin lindap, menghilang, atau apa pun untuk menghindari semua hal yang berkutat dengan masa lalu. Dia ingin menyendiri. Sendiri. Melahap kesepian yang sudah menjadi dunianya selama ini. Entah, kesalahan apa yang dia perbuat sampai-sampai memutuskan untuk hidup seperti mati. Bukankah rasa sepi bisa membunuh seseorang pelan-pelan tanpa ia sadari? Mungkin, Briana sengaja melarikan diri. Mungkin lho ini. Eh, tapi kalau benar, dia ingin lari dari apa? Masa lalu apa yang membuatnya hidup semacam ini? Tanya lokus otak dengan dendrit sok detektif saya ini.
Saya jadi husnudzon sama Tuhan, atas kecelakaan Briana yang merenggut ingatan lima tahun terakhirnya. Ya, Briana pasti sering membatin, andai saya bisa melupakan kenangan pahit ini! Atau mengeluh segenap hati; andai Tuhan bisa menghilangkan kenangan buruk lima tahun lalu dari tengkorak saya. Nah, harapan hatinya itu dikabulkan lewat kecelakaan itu. Ketika dia harus kehilangan ingatannya setelah jatuh dari lantai tiga dengan kepala terbentur keras. Anugerah atau bencana, karena setelah itu Briana hanya mengingat momen-momen indahnya saat fia masih 17 tahun. Iya, hanya momen bahagia. Tuhan baik juga, berkenan sebentar mengambil memori buruk yang mengubah Briana hingga menjadi zombi yang terkubur dalam kelam sepi tak bertepi. Pikiran positif saya ini rupanya sama persis dengan yang dirasakan Mama Briana. Tosss, sama Mama. *sok kenal.
Melihat Briana kembali ceria, lincah, bisa tersenyum tulus, membuat Mama berpikir alangkah baiknya Briana semacam ini. Kemudian rencana merahasiakan tentang masa lalu Briana dan mendukung akan ingatan putrinya yang menyangka masih 17 tahun terus dipertahankan Mama. Saya persis tahu cara Mama untuk meyakinkan Briana bahwa ingatannya benar; hanya perlu menjauhkan Briana dari orang-orang di masa lalu dan fakta-fakta tentang putrinya. Mendaftarkan ke sekolah SMA luar Jakarta dengan bantuan relasi adalah keputusan Mama paling memungkinkan waktu itu.
Pertanyaannya, sebenarnya apa kesalahan atau hal getir di masa lalu Briana? Sampai Mamanya pun tak tega jika dia kembali mengingat kenangan buruk itu? *sumpah saya penasaran sangat.
Apalagi di sekolah baru itu, kehidupan Briana seolah menemui babak baru. Dideketin sama Ben, cowok manis dengan postur tegap pendiri club penyiaran, dapat rival Alisha, cewek sempurna (sesempurna iblis juga) yang mirip Hitler berganti jenis kelamin, Bapaknya penguasa SMA situ lagi. Eh belum lagi ada Om Bastian (maksudnya guru Bahasa Inggris yang masih muda) baik banget dan selalu bisa diandalkan Briana. Pasti bakal seru hari-hari Briana di sekolah baru itu. Meski Mama mengutus abang Briana, Andra, untuk lebih protektif demi kesehatan dan kondisi ingatan Briana. Lantas, bagaimana kisah yang sudah terlanjur di jalin di SMA baru, ketika Brian telah mendapatkan ingatannya utuh? Astaga, dia sudah 22 tahun?
Seru! Bikin lanjut baca terus pokoknya. Handi benar-benar lihai dalam meramu penutup tiap chapter hingga menarik saya buat larut bersenyawa dengan cerita Briana, sampai lupa makan, mandi, atau sekadar membalas chatting yang sedikit penting. Hehe... Apalagi pertanyaan saya di atas; kesalahan Briana di masa lalu ditahan-tahan jawabannya. Emang Si Bri ini dulu kenapa sih? Handi sangat elegan menguak misteri itu dengan sedikit demi sedikit memulihkan kembali ingatan Briana dengan pemicu tokoh-tokoh di SMA barunya. Sumpah, seru dan bikin deg-degan. Alur maju mundur yang bagus dan runtut. Setiap satu lokus memori Briana terbuka, akan ada scene masa lalu yang kemudian dijabarkan Handi. Jadi, tidak begitu rumit dalam mengikuti loncatan alurnya. Justru metode ini membuat cerita hidup dan nggak flat.
Soal karakter, Handi sudah jagonya. Saya hampir selalu suka sama karakter utama cewek yang Handi buat. No drama, kuat, dan nggak 'keju' orangnya. Dia biasanya pura-pura kuat sih. Ya, kayak Briana. Dengan melarikan diri begini. Karakter utama cowok juga pas. Stabil. Sifat remajanya juga terasa. Saya bersyukur novel ini masuk YOUNG ADULT. Tulisan Handi ini termasuk tulisan yang menggunakan gaya agak kaku? Atau bisa saya bilang sedikit kurang cair, encer. Berbobot dan sedikit agak berat. Seolah saya membaca tulisan Handi di novel-novel romance dewasanya. Hehehe. Kemudian saya menemukan tiga typo, walau tak begitu mempengaruhi kenikmatan saya menelanjangi kisah Briana ini. Cuma, saya kok sering bolak-balik mengecek timeline yak. Duh, ini sih karena IQ saya yang merosot tajam. Jadi lupa ini kejadian tahun berapa sih, lalu balik lagi. Hahahaha... *malu saya.
Akhir kata, saya puas. Saya merasakan klimaks saat membaca novel Handi ini. Pun, saat mendapati endingnya, saya merasa adem dan tiba-tiba ingin manja-manja sama penulisnya. Hihihihi... Empat bintang buat SEVENTEEN ONCE AGAIN, yang mengajarkan saya betapa pentingnya bisa memaafkan diri sendiri. Ya, karena memaafkan diri sendiri ternyata tak semudah memaafkan orang lain. Terima kasih Handi Namire :* @handinamire
Dari ketiga pemenang GWP batch 3, jujur aja novel ini yang sinopsisnya paling menarik hati saya. Lalu, saya juga berpikir bahwa kisahnya akan drama banget. Ternyata dugaan saya memang tak terbantahkan.
Kisahnya menarik karena menceritakan Briana yang mengalami amnesia. Lalu, gangguan amnesianya juga bukan sembarang amnesia. Hal ini jujur ya, emang baru saya tahu lho. Menarik banget deh dengan adanya masalah amnesia itu bikin cerita ini bernyawa banget. Karakter-karakternya juga fix deh gak ada yang useless. Menurut saya juga, cerita di novel ini ngalir gitu aja deh. Yang paling saya suka adalah motif-motif karakter-karakter antagonisnya yang semakin membuat cerita kian pecah.
Nah, saya sudah membeberkan segala kelebihannya di atas ya. Sekarang kekurangannya deh. Mungkin gaya bercerita kali ya yang kurang luwes. Kalau dibandingkan dengan juara satu, juara dua ini emang sedikit tertinggal dari TwinWar. Btw, tapi tetep kok menurut saya dramanya lebih dapet yang ini. Then, ada beberapa hal yang cukup mengganggu saya. Gak tahu kalau pembaca yang lain. Yup, perihal typo. Lumayan ada beberapa, yang paling jelas di halaman 156 yang seharusnya Bandung malah diketik Jakarta. Juga, yang paling entah menurut saya gak sreg adalah dialog saat Bri di Bandung. Menurut pengamatan saya sih ya, selama kurleb kuli-ah di Kota Kembang (pinggirannya sih), kayaknya temen-temen saya gak pake lo-gue deh pas mereka ngomong, ya saya tahunya saat mereka saling interaksi dengan teman-teman yang tadinya satu sekolah. Mereka prefer; aku-kamu, maneh, aing, urang, saya-kamu. Gak ada lo-gue setahu saya.
Overall, buku ini tetap menggaet hati saya sih, so tetep deh saya kasih bintang empat pada akhirnya, karena ceritanya emang gak pasaran dan gak bikin ngantuk. So, I just proceed to read the third winner yah!
Buku ini memang cukup mantul. Idenya asik, ceritanya cukup mengalir dimana makin ke belakang makin terkuak itu semua rahasia, ditambah lagi antagonisnya patut untuk dikeselin. Tapi yang sedikit disayangkan itu si antagonisnya terlalu teenlit untuk sebuah buku YA. Dan juga di bagian akhir ada bagian yang agak..kurang jelas jadinya agak ganggu.
Tapi secara keseluruhan, ini adalah bacaan ringan yang menyenangkan. Aku suka! 😍
Ya intinya saya suka sama buku ini. Ide ceritanya menarik, tentang perempuan yang amnesia dan ngaku kalo dia masih tujuh belas tahun. Ditambah lagi, kepingan-kepingan memori yang muncul di sepanjang cerita ngebuat novel ini bikin saya penasaran dan buku ini page turner abis.
Terus alur novel ini maju-mundur, tapi nggak bakalan bikin kalian bingung kok, palingan di awal-awal doang kayak loh ini kok tokohnya udah kerja eh tapi ternyata ya gitu baca aja deh ya nggak bakalan nyesel.
Tapi ada beberapa plot hole dan kejadian-kejadian yang kepotong gitu ya mungkin gara-gara novel ini bahas tentang kepingan memori Briana sama dia yang sekarang jadi mungkin gitu.
Seventeen Once Again adalah karya Handi Namire yang merupakan Juara 2 Gramedia Writing Project Batch 3. Novel ini ringan, menghibur, juga menyajikan ide yang fresh khususnya untuk pembaca novel remaja yang bosan dengan tema yang itu-itu saja. Meski karakter-karakter yang pembaca temukan hampir sering ditemukan di novel bertema remaja lainnya, tetapi buat saya justru itu ril. Ada orang kaya tukang risak, ada ketua organisasi ganteng, ada guru muda ganteng dan pengertian, ada teman yang berkhianat, ada sahabat yang punya pacar ganteng, dsb. Karakter-karakter tersebut pasti pernah kalian temukan di dunia nyata ‘kan?
Novel setebal 288 halaman ini memiliki alur maju-mundur, tetapi pembaca tidak akan dibuat bingung sebab setiap berpindah penulis memberikan keterangan tanggal dan tahun pada judul bagiannya. Bahasanya pun sesuai dengan latar dan usia karakter-karakternya. Membaca buku ini juga pembaca akan sedikit tahu tentang penyiaran, tentang desain interior, dan apa itu post-traumatic amnesia.
Sayangnya ada beberapa hal yang membuat saya sedikit gemas. Beberapa logika cerita yang bolong. Misalnya, meski penulis member keterangan waktu pada judul bagian cerita, mengapa dalam cerita itu sendiri tidak ada penyebutan tanggal dan tahun. Bukannya itu terkesan aneh? Belum lagi perubahan fisik dan karakter tokoh yang pastinya berbeda, tetapi tidak dijelaskan oleh penulis. Ada beberapa hal lain lagi sebenarnya, tetapi demi agar tidak menjadi spoiler bagi pembaca yang belum membaca bukunya, tidak saya tuliskan di sini.
Actual 3.5⭐ Meskipun sempat DNF oleh sebab yg gue lupa juga kenapa, tapi overall alur ceritanya lumayan bagus dan ide ceritanya original, mengingat gue engga pernah menemukannya di buku2 lain.
Tega engga sih kalau gue bilang tragedi yg dialami Briana a/ karma dari yg dia lakuin semasa SMA? Menurut gue sih gitu ya, karna dari sudut pandang manapun atau apapun alasannya, apa yg dilakuin Briana pada waktu itu a/ salah.
Kekurangannya, unsur romance di dalamnya agak bias dan sulit buat gue nikmati. Asumsi gue, the main point dari novel ini a/ tentang Briana dan masa lalunya, jadi romancenya hanya buat tempelan aja.
Endingnya heartwarming! Di luar porsi romancenya yg engga terlalu gue peduliin ujungnya akan dibawa ke mana.
semacam udah pilih buku yang tepat buat wiken--sekaligus pelarian diri sebelum tenggelam sama tugas. *heh
sebenarnya, udah baca ini dari zaman si naskah masih jadi peserta GWP, tapi belum serapih pas di buku. saya suka dengan twist-twist di awalnya yang mengejutkan sekaligus menyenangkan buat dibaca. meski di tengah udah mulai ketebak, bersyukurlah endingnya nggak mengecewakan. manis banget sebagai penutup.
mungkin ini bukunya mamindah yang paling favorit yang pernah saya baca.
teknik nulisnya improve banyak, dan pengin banget berguru jadinya. =)) ngefans sama cara mamindah riset mengenai amnesia--sesuatu yang sebenarnya menjengkelkan untuk diangkat sebagai plot karena terlalu klasik--tapi justru dikemas dengan baik. terus juga membangun percakapan yang beberapa kali bikin saya berohiya-ohiya ria karena memorinya Briana.
oh ya, satu lagi. sekolahnya canggih banget ya, tahun 2013 udah punya drone. =)) sama kayaknya ada yang miss mengenai timeline deh.
Udah itu aja, jadi nggak sabar buat baca novelnya pemenang yang lain! =)
"... Kita semua hidup dengan masalah yang menimpa masing-masing. Apa hak lo ngatain orang depresi itu lebih rendah?"
Enggak, buku ini bukan tentang orang depresi. Lebih mirip novelnya Liane Moriarty yang judulnya "What Alice Forgot" di mana protagonisnya kehilangan ingatan tentang beberapa tahun hidupnya dan hanya mengingat tahun-tahun di mana dia hidup bahagia seutuhnya.
Jadi ceritanya Briana ini menjalani lima tahun terakhir kehidupannya seperti zombi, merasa tidak patut bahagia, dan selalu berusaha lari sejauh-sejauhnya dari radar orang-orang terdekatnya. Ia pun memilih bekerja di India. Lalu, sebuah kecelakaan lebay ala Bollywood pun terjadi dan membuat Briana hilang ingatan (makanya Bri, gak usah maen jauh-jauh ke India, mending ke Koriya). Dan karena hal yang dia ingat bahwa ia adalah siswi SMA sekaligus pacarnya Raka, ibunya tidak tega memberitahu keadaan sebenarnya. Ia pun disekolahkan kembali di sebuah SMA di Kota Bandung.
Di sekolah barunya ini Bri berkenalan dengan Ben, cowok easy going bertubuh uhuy dan berwajah tampan yang sepertinya hanya memakai kacamata sebagai aksesoris biar kelihatan semakin lovable. Tapi nyatanya Bri enggak suka sama cowok penggandrung drone itu. Dia cuma cinta sama Raka. Lalu di mana Raka? Kenapa dia enggak menghubungi Bri?
Ada deh.
Konfliknya tergolong unik sih ini ya, tapi bagiku perpindahan antar section dan bab kurang mulus, jadinya kayak ada adegan yang dicut dan disambung secara kasar gitu. Tapi itu menurutku aja. Drama cewek rebutan cowok ini juga bukan favoritku (karena emang dari sononya enggak suka, bukan kali ini aja).
Oh, tapi aku suka sama eksekusi akhirnya. Setidaknya membuktikan bahwa Bri enggak sendiri seperti yang dia kira selama ini, dia punya teman-teman yang bisa diandalkan.
P.S. kukira Andra suka sama Bastian lho *ditampol drone*
sepuluh halaman pertama terlihat menjanjikan sisanya tidak terlalu membuat bersemangat. kali ini tebakan saya soal eksekusi ceritanya hampir benar dan membuat saya kurang bisa menikmati ceritanya dengan baik
Ketika para penggila traveling selalu mengatakan bahwa hidup adalah serangkaian perjalanan, bagiku hidup justru sekelumit pelarian – hlm 9 --- Pernah menginginkan untuk menetap di umur tertentu dan mempertahankan apa pun yang dimiliki pada umur itu? Briana Ariesca mengalami hal tersebut, tapi dengan cara yang lebih ‘real’. Briana, seorang konsultan interior di India yang tengah mengerjakan proyek penting dari kliennya yang tidak pernah puas. Di umurnya yang sudah dua puluh dua tahun, ia melarikan diri dari banyak hal. Pelariannya berujung pada kecelakaan di gedung bertingkat yang nyaris membuatnya mati. Hanya saja, Briana tidak mati. Ia mengalami amnesia dan kehilangan memorinya selama lima tahun terakhir. Kenangan yang ia ingat hanyalah saat hidupnya baik-baik saja.
---
Dibuka dengan prolog yang bikin penasaran banget. Novel ini pun berlanjut ke kejadian setelah Briana amnesia. Briana yang mengalami amnesia menjadi pribadi yang ceria kembali. Sudah lima tahun berselang sejak kehidupan Briana menjadi misterius, bahkan oleh keluarganya sendiri. Sang mama yang melihat Briana kembali seperti putrinya yang dulu pun memutuskan untuk membawa Briana pulang ke Indonesia dan menyekolahkannya lagi demi untuk mengetahui alasan kenapa anaknya bisa menarik diri begitu banyak dari lingkungan.
Novel ini ngalir banget sebenarnya. Bahasan tentang broadcast disampaikan dengan gaya bahasa yang nyantai banget, bikin gampang paham. Alurnya juga enak diikuti. Tapi sayang sekali, penulis mubazir tokoh. Tokoh-tokoh yang saya pikir inti cerita malah hanya terlihat sebagai sampingan. Dan juga saya penasaran sama nasib si Alisha, tapi penulis tidak memberikannya. Juga sama Tara dan Bastian. Kemana saya harus mencari jawaban tentang kisah mereka? Atau jangan-jangan penulis ingin mengisahkan mereka dalam cerita lainnya?
Handi Namire Seventeen Once Again Gramedia Pustaka Utama 288 halaman 7.2
Indah Ermina's second effort under her moniker as Handi Namire is a simple young adult book that's begged to be adapted to TV movie.
Ah, masa-masa SMA yang bahagia. Rasa-rasanya tak ada yang menghalangi masa-masa remaja yang pongah, it's just us against the world, masa-masa ketika kita masih dibentengi dari kenyataan dunia yang pahit. Saya bersedia menukar apa pun untuk bisa kembali ke masa-masa SMA meski tidak dengan cara yang dilakukan oleh Briana. Premis kembali ke masa-masa SMA jelas-jelas bukanlah sesuatu yang baru. Zac Efron sudah pernah melakukannya dalam 17 Again dengan cara yang lebih ekstrem, tetapi dalam bukunya, Namire berusaha memberi sentuhan kearifan lokal. Seventeen Once Again adalah sebuah cerita remaja yang ringan, tipikal cerita yang biasa diangkat dalam film-film televisi. Beralur cepat, dengan karakter yang sedap dipandang, plot cerita yang menyenangkan dan mudah dicerna jika kita mengabaikan logika dan sejenak menyuspensi ketidakpercayaan kita. Seventeen Once Again akan sangat seru untuk dibaca, tetapi jika kita tidak bisa mengalihkan akal sehat kita, buku ini akan dihiasi dengan anakronisme dan hal-hal yang tak masuk akal. Tetapi, buku ini tetap menghibur--dengan seperempat bagian terakhir buku ini adalah bagian terbaik dari buku ini, ketika saya tak bisa berhenti membaca buku ini. Seventeen Once Again, meskipun ringan, tetap mengajarkan arti persahabatan yang sesungguhnya.
Awalnya aku agak pusing begitu baca blurbnya 😂 banyak banget berkelak-kelok menurutku. Apalagi setelah baca awal novel ini, agak kesulitan beradaptasi sebenarnya. But setelah melewati bab perkenalan aku udah mulai masuk kedalam novel ini. Kisah Briana ini cukup complicated dengan tema yang diangakat. Sosok yang seharusnya menjadi sosok pekerj justru kembali menjadi anak SMA.
Apalagi permasalahan antara Briana, Raka dan Tara yang disorot dinovel ini. Diakhir kamu bakalan menemukan jawaban atas semua pertanyaan yang ada antara Briana, Raka dan Tara ini tapi diakhir masih ada tanda tanya tentang Alisha, padahal aku pengen ini dikulik lebih dalam lagi 😂. Seperti yang sudah aku bilang alurnya maju mundur, dan harus perhatiin tahun yang ada kalau engga bakalan kebingungan sendiri nih kayak aku awalnya. Selain Raka, ada dua cowok yang masuk kedalam kehidupan Briana. Bastian dan Ben. Bastian ini sosoknya agak nekat banget loh, bahkan dia merelakan gelarnya buat Briana.
Ben, sosok yang menawarkan Briana masuk kedalam klub siaran juga ikut-ikutan ambil adil dalam peliknya kehidupan Briana. Novel ini juga menyorot tentang depresi yang dialami Briana, ada luka masa lalu loh yang mendasarinya. Kamu wajib baca novel ini kalau mau tau apa yang menjadi masalalu Briana.
Tapi aku menemukan lumayan typo yang cukup mengganggu, mungkin bisa jadi bahan pertimbangan kedepannya kalau novel ini cetak ulang 😁.
Umur 17-an memang umur yang menggembirakan sebelum lu bertemu dengan serangkaian setan berwujud kecemasan di kepala (lah, kenapa curhat). Oke. Kusuka idenya. Lagian, umur 22 mukanya masih cocok kok untuk anak SMA, terlebih di zaman ini (ku dan kau yang pemalas dan tak pernah berdandan pasti sering merasakan). Mungkin akan lucu kalau Brina ini umurnya 52 dan merasa dia 17, lalu Babang Bas adalah suaminya dan Ben anaknya (tolong jangan membuat cerita baru, Ci). Kumenikmati ceritanya yang mengalir meski kadang kumerasa agak jeglek karena perpindahan waktu. Sekian Kakak Indah, semoga sukses selalu.
Buku dari Kak Handi Namire selalu berhasil membuat saya betah membaca dan terkagum-kagum di akhir kisah. Jangan tanya lagi apakah alur ceritanya mengalir sekali, itu sudah pasti. Selain gaya bercerita yang memang mengalir, selalu ada twist dan sesuatu yang tidak terduga pada novel-novelnya. Sama seperti novel ini, saya menikmati membacanya halaman per halaman. Duh, jadi kangen tulisan baru Kak Handi lagi. Sukses terus, Kak Handi. :)
Hahaha apaan nihhh!! Kesel tapi suka, geli tapi lucu. Yashhh dr awal baca blurbnya, novel ini amat menjanjikan, meskipun ternyata isinya beda dari bayanganku. Aku kira bakal ada misteri gimanaaa gitu, ternyata jawaban yg aku inginkan ada di akhir sebagai twist, malah dipake di awal bab wkwkw😂 yauda lah ya..
Tapi aku tetep suka novelnyaa hahagshsjsh. Ide ceritanya boleh lah meski agak geli dikit. Memang masuk akal knp Mama-nya Bri mau bikin dia balik lg ke SMA, tapi tetep gak terbayang ada ide segila itu di dunia nyata..gokil! Pasti seru kalau beneran ada!
Terusss, aku rasa di sini banyak dramanya juga, tapi bukan jenis drama yg bikin muter mata jengah, melainkan drama yg bikin ngakak! Gaya berceritanya asik! Briana dibuat polos banget dan meskipun kurang masuk akal buat Bri tau kenyataannya, aku nikmatin aja sih ceritanya. ((Masa iya Bri gak heran knp rang-org udh pada pake android sementara dia hp flip, trusss internet uda ada kali ya thn 2009 dia harusnya udh bisa nyari sesuatu lahhh tentang masa lalu))
Oke skip~ Aku suka konflik Bri-Raka-Tara, asik banget mereka tuh, beneran kayak nyata, keren dehh gak nanggung wownya. Trus paling benci si Alisha, plis dia drama queen banget dah, bukan nyalahin penulis tapi sorry to say: Alisha itu menjijikan😂 bukannya pengen menghujat baca tingkah dia, aku malah pengen ketawa terus😂😂
Untuk romancenya, sorry aku gak bisa dapet feelnya sedikitpun (sibuk ketawa sama hal-hal kecil sih hehe) tapi beneran deh ben-bri gak ada feelnya, dan menurutku ben juga agak menggelikan sih seleranya...tante? Sebenernya lebih setuju sama Bastian sih yhaaa..
Hm..ada satu kejanggalan jg buatku: bab 15 Ben lagi 'ngendarain' dronenya, katanya di Jakarta, bukannya Ben org bandung? Trus si Alisha juga dateng ke rumahnya segala. Jadi harusnya mereka di bandung kan? Trus ada lagi Bastian lagi telepon Andra eh harusnya nama bastian malah jadi nama Ben.
Well buat endingnya, ini yg bikin rating sy turun dr tadinya mau ngasih 4, jadi 3.5 aja. Sy gak suka hubungan macam ini so..ini subjektifnya kebangetan sekali maafkan, tp beneran gak suka deh hubungan kayak gini ahahaha. Agak menggelikan di pandangan sy.. Syg sekali sihh padahal sy suka banget ceritanya.
Nahhh terlepas dr itu semua, novel ini kocak banget menurutku dan aku suka! Jelas novel yg sangat menghibur:)) insting sy bakal suka novel ini sejak awal baca blurbnya ternyata benar:)
P.s berhubung sy org bdg, sampe baca kata Ciwalks aja bikin sy ngakak😂 (katanya di Medan emang beneran ada Ciwalks) tapi kalau di Bandung, namanya Ciwalk yaaa, gak pake s, bandung udh dingin😂👌
Awalnya, kupikir blurb buku ini sangat disayangkan, kenapa plot twist diceritain? Karna kupikir plot twistnya tuh Briana disangka anak SMA padahal bukan. Tapi ternyata, fokusnya adalah kejadian selama 5 tahun yang hilang yang membuat Briana ingin melupakannya dan berharap kejadian itu enggak ada.
Bahasanya enak, asik. Jiwa Peterpan Complex di dadaku bergejolak. I mean, siapa yang enggak mau mengulang masa remaja paling seru di dunia putih abu-abu? Rasanya deg-degan dideketin cowok, deg-degan jadi murid baru, kenalan sama temen baru, dan segudang drama remaja lainnya.
Walau ada beberapa ganjal di hati, sih. Ada beberapa plot hole yang sedikit mengganggu. Kayak misalnya, Briana yang ingatannya ada di tahun 2008 kok enggak merasa aneh dengan lingkungan sekitar? Apalagi dengan kemajuan teknologi yang berubah drastis. Siapa yang ingat, tahun 2008 ponsel masih Nokia, Philips, Sony dan teman-temannya. Masih pake keypad bukan touch screen, no internet, 2008 Facebook baru muncul banget dan orang-orang terutama anak SMA masih pake Friendster, untuk chat pake Yahoo Messenger atau MiRc. Tapi waktu Briana 2008 hidup di 2013 dia enggak mempertanyakan semua kecanggihan yang ada di sekitarnya. Dia cuma merasa bingung tapi udah, seharusnya itu juga memicu konflik. Tapi kupikir lagi, nanti Briana cepet sadar dong kalau ada yang aneh di dirinya. Jadi mungkin yaudah, dibuat Briana bingung aja cukup, jangan sampai dia curious dan pingin mencari tahu.
Kenapa dengan kejanggalan itu bisa jadi bintang 3? Karena, bahasan tentang dunia broadcastingnya detail. Juga konfliknya tetep seru despite of that plot hole. Bahasanya enak dibaca (aku baca sekali duduk). Adegan-adegannya enggak cheesy tapi manis (bayanginnya kayak di drama korea). Endingnya juga imut banget (lagi) kaya di drama Korea. (Ya Tuhan, aku jadi bayangin dedek emesh Wannnaone). Jadi kelemahannya dengan mudah kuabaikan jadi kuberikanlah rate 3 dari 5. Tadinya 2.5, tapi karena endingnya jadi boleh deh, bulatkan ke atas.
Dan ini adalah review ter-absurd yang pernah kutulis. =)) =))
Sesuai judulnya #SeventeenOnceAgain bercerita tentang gadis yang kehilangan sebagian ingatan pasca kecelakaan. Yang dia ingat adalah saat usia 17 tahun. Bisa bayangkan bagaimana ribetnya masa remaja padahal usia kita sudah melampaui batas yang sebenarnya? Lalu, kenapa Briana bisa masuk sekolah SMA? Apa alasan di balik semua keputusan mamanya untuk tetap bungkam? Bagaimana perasaan Bastian yang sudah menunggu lima tahun, lantas dilupakan begitu mudahnya?
Duh, Mam, demi apa Bastian harus mengalami patah hati kek gini? Sebagai tim #bastian aku gak rela 😥 yakali, kudu kalah sama brondong? Hih 😤
Hanya saja ada beberapa hal yang sedikit mengganjal. Misalnya, pas dia kembali ke sekolah kenapa belum nyadar juga kalau tanggal, tahun sudah berubah? Secara di sekolah aku sering nulis tanggal di tiap catatan. Eh, apa aku aja yang kayak gini? Terus memangnya dia nggak nonton TV meskipun semua gadjet-nya disembunyikan, tapi 'kan di sekolah gak mungkin teman-temannya gak eksis terus dia nggak kepo gitu? Kenapa Hp teman-temannya bisa secanggih itu? Oke, itu beberapa yang menjadi catatan kecil saya.
Jadi, pada akhirnya siapa yang akan dipilih Briana? Bagaimana dengan Raka cinta pertamanya? Apakah pengorbanan Bastian akan membuahkan hasil? Ataukah Ben si cowok SMA yang bisa mendapat perhatian Briana? Semua jawabannya ada di buku #SeventeenOnceAgain