Hubungan Tasya dengan Zakki sudah berlangsung cukup lama tapi terasa berasa begitu rumit. Pria itu baik dan santun, bisa membimbing dan menjadi imam bagi Tasya. Namun bagaimana akan melangkah ke masa depan jika kehidupan ekonomi Zakki serba tak jelas dan tak bisa diandalkan? Ketika ibunya meninggal, Tasya benar-benar terpuruk. Di saat itu pula Arya semakin gencar memberi perhatian pada Tasya, menjanjikan kemapanan finansial dan perlindungan bagi gadis yang kini sebatang kara. Tasya pun memutuskan menerima lamaran Arya. Hingga suatu hari Tasya menemukan kotak berisi surat-surat di kamar ibunya. Surat antara sang ibu dengan seorang pria yang bukan ayahnya… Membaca surat-surat itu membuat Tasya merasa berada di persimpangan. Haruskan ia memperjuangkan segala idealismenya, atau kembali mengulang kesalahan besar yang akan disesalinya seumur hidup?
Pertama kalinya membaca novel karya kak Achi. Menggelitik banget dari judulnya. Karena sebelumnya sempat ada film yang diangkat dari karya kak Achi, jadi mikirnya ini adalah novel pra sequel dari Insya Allah, Sah. Maapin . . Setelah membaca, banyak banget hal dan ilmu yang kakak Princess dapatin. Romance tak biasa dan ada nilai agamanya juga. Jadi, tambah pengetahuan kan tentang pergaulan antara wanita dan laki-laki. Tapi, novel ini juga ngajak kita untuk ikut penasaran. Siapa sih pengirim surat misterius untuk ibunya Tasya. Kenapa kayak kenal yaa . . Disini ada mimpi, ada kegalauan hati, ada masalah keluarga, masalah hati, jodoh. Tapi, beragam solusi diberikan disini. Bagaimana saat galau menentukan pilihan, kita diajak untuk sholat istikharah. Tentang masa lalu yang membuat terbukanya pikiran Tasya . . Kamu pecinta romance yang sarat akan nilai kehidupan? Kamu harus baca ini. Berharap novel ini difilmin. Ehm, boleh request nggak kakak Princess jadi figuran disitu 😂😂
"Manusia itu makhluk yang tak pernah pasti. Selalu berubah. Yang pasti itu hanyalah mati. Jadikan tolak ukirmu iman. Shaleh, rajin sholat, mengaji dan jujur yang utama, amanah yang paling penting." (hlm. 168) . . 🏡Keseluruhan aku suka dengan cerita ini. Konfliknya simple tapi pembaca dibawa gemes dengan sikap setiap tokohnya. Cinta pertama dimasa lalu yang tak sampai ternyata mengikuti sampai masa sekarang. Gaya menulisnya juga sederhana dan jelas, walau ada beberapa bagian menurutku terlalu berbelit. Twistnya walau ketebak tapi cara penulis mengungkapkannya dengan menyisipkan surat-surat cinta yang membuat pembaca menebak-nebak buat deg-degan. 🏡Menggunakan POV 3, pembaca dibawa untuk mengetahui keseluruhan perasaan tokoh. Bagaimana kebimbangan, ketaatan, topeng, dan kerapuhan tergambar jelas. Favorit tokohku itu Bu Artha. Terkesan dingin padahal baik. Kuat namun ringkih, dan yang pasti ia mau bangkit kembali. Dan aku benci Johan. 🏡Banyak pesan tentang agama yang disampaikan penulis dengan cara tidak menggurui tapi mengingatkan lewat tiap tokohnya. Bagaimana menjaga pandangan, tidak bersentuhan dengan yang bukan mahram, dan untuk lebih berpasrah diri terhadap Allah.
Ini buku kedua penulis yang aku baca setelah Inya Allah, Sah!. Dan aku selalu suka dengan gaya berceritanya penulis. Romance dengan bumbu-bumbu islami yang tidak menggurui membuat buku ini banyak sisi positifnya dan sangat menginspirasi khususnya untuk pembaca yang sedang galau dengan pilihannya saat ingin memutuskan menikah karena iman atau karena kemapanan si calon dan juga dalam mendapatkan hidayah keislamannya.
"Apakah setiap perempuan ditakdirkan untuk menghadapi dua pilihan seperti ini?"
Ini kalimat Tasya yang bikin saya sebal dan jadi makin nggak simpati dengan karakter tokoh utama dalam novel ini, haha. Kurang piknik emang si Tasya, gaulnya kurang jauh. Nggak tahu apa... begitu banyak lajang yang boro-boro ditaksir (bahkan dilamar) dua cowok, satu aja berpuluh tahun nunggu nggak nongol-nongol. Lha, ini sih saya curcol, wkwk.
Di sisi lain, kesebalan saya ini adalah salah satu keberhasilan penulis, membuat pembaca terlibat secara emosional. Meskipun ya, akan lebih empatik bila kalimatnya "Mengapa aku harus menghadapi dua pilihan seperti ini?"
Oke, belum apa-apa saya sudah sebal dengan Tasya :D.
Jadi, ini novel pertama Achi TM yang saya baca. Sebelumnya "hanya" membaca cerpen-cerpen Achi yang dimuat di antologi bersama. Saya mengenal Achi sejak dia aktif di FLP--mungkin lebih dari 10 tahun lalu. Achi yang pembelajar dan telaten. Saat ini selain sebagai penulis novel, Achi juga seorang penulis skenario. Tak heran, buku ini sangat terasa filmis.
Ceritanya sendiri bertutur tentang kegalauan Tasya, yang akan dilamar oleh Zakki, cinta monyetnya. Namun, Tasya tak yakin dengan kemampuan finansial Zakki. Sebab, Tasya menghadapi masalah utang-utang ibunya, apalagi kemudian ibunya meninggal. Sementara itu, atasan Tasya di kantor, Arya, naksir padanya dan mengajukan lamaran juga. Arya yang ganteng, mapan, dan tentu, lebih menjanjikan dibanding Zakki. Dalam kebimbangan tersebut, Tasya dihadapkan pada misteri surat-surat yang ditinggalkan ibunya. Surat menyurat antara ibunya dan pria misterius. Lantas, siapakah yang akhirnya dipilih Tasya?
***
Gaya penceritaan penulis lumayan mengasyikkan. Surat-surat antara ibunya dengan lelaki bernama Danang, menjadi benang merah cerita, yang diletakkan penulis di tiap akhir bab. Penokohannya bagus. Saya suka dengan karakter Zakki yang santai dan asyik. Sebaliknya, seperti saya sebut di awal, saya tidak simpatik dengan tokoh Tasya dan ibunya, Rani. Menurut saya keduanya egois. Tapi ya... manusiawi sih, cukup banyak perempuan yang pragmatis ketika dihadapkan pada soal materi.
Oh ya, penulis juga dengan cukup cantik menyampaikan pesan islami mengenai adab berhubungan dengan lawan jenis dan tidak berpacaran.
Ada beberapa logika yang bolong sih dalam cerita, terutama jelang ending. Tapi secara keseluruhan, novel ini asyik dinikmati.
Engga ekspektasi apa2 awalnya, tapi ternyata buku ini bagusss! Dari ketiga buku Achi TM yg gue baca, buku ini jadi favorit gue. Keseluruhan ceritanya wholesome, heartwarming, romantic but in a religious way. Meskipun kena tipu sama plot twist di ending hahaha, tapi tetap terharu banget huhuhu *peluk Tasya, Zaki, dan Bu Artha*.
Inti cerita di buku ini a/ lika-liku Tasya yg dihadapkan antara 2 calon pendamping hidup yg mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing2. Zaki yg taat agama, lucu, penyayang, tapi kurang stabil secara finansial. Dan Arya, yg stabil secara finansial, cakap, namun bekal agamanya masih sangat jauh untuk menjadi imam dalam rumah tangga.
Gue bisa merasakan kebimbangan Tasya sepanjang cerita. Di satu sisi hatinya lebih condong ke Zaki, tapi di sisi lain dengan logikanya yg realistis, memilih Arya a/ pilihan yg dirasa pas. Konsistensi Tasya dalam mencari jodoh dengan syariat islam sebagai muslimah yg taat patut diacungi jempol.
Kelebihan buku: -Cerita romantis religi yang penuh nilai-nilai kebaikan -Gaya penuturan yang lincah alias tidak kaku -Tokoh-tokoh yang digambarkan sangat manusiawi -Konflik yang sangat greget tentang dilema memilih jodoh -Pesan yang disampaikan sama sekali tidak menggurui -Konsep suratnya bikin penasaran sepanjang cerita -Good ending, in my opinion -Realistis sekali, pokoknya baca aja deh -Banyak adegan-adegan filmis, ini unsur ekstrinsik sih jadi pengaruh besar, penulisnya emang spesialisasi naskah FTV nih
Kekurangan: -Konsep berbagai kebetulan yang porsinya mungkin berlebihan -Masih ada misteri yang belum terpecahkan, kenapa surat-surat dari dan untuk nyonya 'R' bisa ada di sisinya -Unsur kausalitas yang jelas tapi seakan terlalu dibuat-buat -Bagian 1/4 terakhir buku ini entah kenapa terasa penulis buru-buru menyelesaikannya, eh itu perasaan saya aja sih
Mencari seseorang untuk dijadikan pasangan hidup tentu saja tidak mudah. Banyak faktor penentu yang membuat kita akhirnya memutuskan seseorang itu layak menjadi pasangan hidup kita. Karena bagaimana pun pernikahan itu bukanlah suatu permainan, jadi memilih pasangan juga bukan main-main.
Dalam novel ini, aku diajak berkenalan dengan sosok Tasya, seorang wanita yang dari segi usia sudah matang untuk menikah. Tasya ini dihadapkan dengan 2 pria yang sama-sama menawarkan keseriusan untuk melamar dan menjadikan dia istrinya.
Ada sosok Zakki, seseorang yang dikenalnya sejak kecil dan dikaguminya. Seseorang yang dari segi agama, mampu membimbing dan menjadi imam bagi Tasya. Namun, dari segi kemapanan atau finansial, Zakki masih harus berjuang menjadikan banyak pekerjaan sebagai sumber rezekinya.
Hal yang berbeda dengan sosok Arya, atasan Tasya di kantor. Sosok Arya dari segi finansial mampu, dia sudah memiliki rumah dan penghasilan tetap. Namun, untuk segi ibadah, Arya masih sering lupa atau menunda-nunda kewajibannya, seperti shalat.
Kira-kira siapa yang akan dipilihnya?
Urusan hati belum beres, Tasya pun harus dihadapkan dengan surat-surat misterius antara ibunya dengan seorang pria di masa lalunya. Seseorang yang familiar bagi Tasya dan ternyata punya benang merah dengan kehidupannya.
Sebuah kisah romansa religi yang membawamu ke sebuah perenungan tentang hakikat cinta sesungguhnya, tentang jodoh, dan tentang menerima pasangan kita apa adanya. Tentang pilihan terbaik diantara yang baik. Selalu dekatkan diri sama Allah SWT, selalu jadikan agama sebagai tuntunan dalam melakukan sesuatu, insya allah hidup akan lebih terarah. .
"Pertemuan, perpisahan, selalu ada hikmah yang tersembunyi. Kita tak akan pernah mendapatkan apa-apa jika tak pernah bertemu siapa-siapa." - Pg. 338
Kisah ini bercerita tentang Tasya seorang anak yang hanya hidup bersama ibunya yang sakit stroke dan memiliki mental yang tak stabil. Tasya berusaha keras bekerja demi memenuhi biaya pengobatan ibunya. Ia yang ditinggalkan oleh ayahnya setelah bercerai dengan ibunya tak dinafkahi sama sekali.
Tasya memiliki kekasih bernama Zakki yang telah melamarnya. Namun, Tasya masih ragu karena pekerjaan Zakki yang tak tetap dan laki-laki itu yang sering sulit dihubungi. Tasya akhirnya memilih untuk membatalkan semuanya. Hingga tiba-tiba ibunya meninggal dan menyisakan misteri tentang surat-surat yang tak sengaja Ia temukan diantara barang ibunya. Surat antara ibunya dengan seorang lelaki yang bukanlah ayahnya.
Hubungannya dengan Zakki yang naik turun, ditambah dengan sikap perhatian yang ditunjukkan oleh Arya bosnya di kantor membuat Tasya bimbang. Diandra, teman sekantor yang juga sahabat Tasya kerap kali memintanya untuk mempertimbangkan Arya.
Dibuku ini aku menyukai karakter Zakki. Dia adalah laki-laki yang sangat teguh dan mau berusaha keras demi wanita yang dicintainya. Ia tak pantang menyerah dalam meyakinkan Tasya untuk menerima kembali lamarannya. Bukannya tak menyukai karakter Tasya, hanya saja Tasya ini seringkali merasa bimbang dan ragu-ragu juga plin-plan. Namun, dibalik itu semua, aku menyukai Tasya yang berjuang demi kesembuhan ibunya. Ia juga menjadi wanita yang kuat dan akhirnya lebih mendekatkan diri kepada Yang MahaKuasa.
Seperti biasa novel kak Achi sarat dengan pelajaran agama. Mengenai para tokoh sendiri .. saya gemes dgn plin plan nya Tasya. Tapi kalo saya jadi Tasya saya g milih keduanya hehe. Tapi syukur nya setelah perjalan berliku bergelombang berlubang lubang akhirnya Tasya hepi ending ,,😊😊
overall saya suka jalan ceritanya, kegalauan yang mungkin dialami oleh sebagian besar kaum muda ketika hendak memilih pasangan hidup. Namun penggambaran karakter Arya yang sangat jelas antagonis, seandainya saya yang menjadi Tasya sudah tidak akan mungkin masuk daftar kandidat potensial dan menjadi sumber kegalauan :D. Trus penggambaran "hijrah" yang sepertinya lebih mengacu pada perubahan fisik (penampilan) membuat saya kurang nyaman.
Pertama membaca karyanya Achi di novel Insya Allah Sah. Dan saya suka. Kali ini karya beliau hadir lagi masih dalam nuansa religi.
Tasya dan Zakki sudah merencanakan pernikahan. Namun Zakki yang sering menghilang tanpa kabar, pekerjaan masih serabutan, membuat Tasya menjadi ragu memilih Zakki sebagai calon suaminya..Apalagi saat ibunya meninggal, Zakki juga tanpa kabar. Makin besarlah keraguan Tasya. Di saat yang sama, atasannya melamarnya. Arya mapan, penampilan menarik dan juga mencintai Tasya. Kekurangan Arya hanya satu, ibadahnya yang tidak sempurna. Bagaimana Arya bisa menjadi imam dalam rumah tangga mereka? Tasya galau memilih antara Zakki dan Arya. Meskipun berkali-kali ada pertanda untuk menjatuhkan piliham pada Zakki, Tasya masih tidak yakin. Dia ragu akan masa depannya jika hidup bersama Zakki. Anehnya ketika dia sudah menerima lamaran Arya, masih saja Tasya belum yakin cintanya untuk Zakki sudah hilang. Belum lagi surat-surat antara Rani, ibunya Tasya dengan seseorang bernama Danang. Surat ini membuka rahasia masa lalu ibunya.
Sepertinya Tasya memang mempunyai karakter yang labil, dan lambat berpikir. Untuk menemukan hubungan antara Danang, Rani dan Artha dia butuh waktu lumayan lama. Padahal tiga nama itu berperan penting dalam jalam hidupnya Tasya. Atau ketika dia menerima undangan pernikahan Kinanti dan Zaky, memperjelas kalau Tasya memang tidak mengenal orang2 di dekatnya dengan baik. Satu yang saya suka dari novel ini adalah karakter Zakki yang teguh dan mampu menahan diri. Well 2 bintang saja untuk novel ini.
Sejak InsyaAllah Sah!, mbak achi sudah jadi salah satu idola saya, menginspirasi tulisan genre pop-religi dari lini GPU, dan karyanya masuk kategori autobuy lah bagi saya (walaupun bacanya baru stlh nunggu waktu luang. Haha). Sayangnya, utk BIMY saya belum bisa kasih 5 bintang sempurna. Saya suka bagian perkembangan hubungan antara Tasya dan Zakki, mereka yg hijrah dan sama2 belajar menjaga diri, tokohnya pun punya kekurangan shg tampak sgt manusiawi, dekat dg realita. Tapiii, mungkin pada beberapa bagian ada terlalu byk kebetulan ya dan poin ini kontradiktif, justru jauh dr realita. Mungkin rangkaian kejadian itu sengaja dimunculkan untuk mendukung premis 'Allah mengatur semua peristiwa yg terjadi dan semua pasti ada hikmahnya'. Saya berharap ada banyak komedi yg bs saya temukan spt buku romcom sblmnya, tp ternyata buku ini memang lbh condong ke arah drama. Overall, saya masih menikmati novel mba Achi yang ini dan menunggu karya beliau yg lain setelah belok kiri langsing :)
Tasya memang harus memilih diantara Zakki dan Arya mana yang paling membuat dirinya nyaman sebagai perempuan dan makhluk mulia di mata Allah. Kondisi yang selalu termangu-mangu, ditinggal ibunda terkasih menjadikan karakter Tasya seolah rentan dan rapuh namun sesungguhnya kuat dalam menegakkan syariat agama.
Bukan novel islami namun kental mengajarkan bahwa seluruh langkah kita sudah diaturNya. Alurnya meliuk-liuk mengungkap satu per satu hati mana yang tulus atau yang licik. Bu Artha, Arya dan Johan menjadi kunci untuk mengambil keputusan besar bagi masa depan gadis itu selain istikharah dan berlembar-lembar surat cinta dari Rani kepada Danang. Novel yang bagus.
Alurnya mengalir lancar. Bahasa tidak kaku. Ada juga pelajaran hidup yang bisa diambil dari cerita ini.
Salah satunya, pernikahan. Menikah bukan perkara yang bisa diputuskan dengan mudah. Bukan hanya karena cinta atau harta saja. Perlu banyak pertimbangan.
Hanya saja, menurutku terlalu banyak kebetulan. Juga ada satu 'misteri' yang belum terpecahkan.
Tapi secara keseluruhan, aku cukup menikmati Before I Met You^^
Dibanding dengan novel sebelum2nya yg pernah kubaca, ini agak beda ya. Nggak ada humornya. Malahan sepanjang jalan serius terus.
Kegalauan Tasya memilih jodoh terbaik, dibumbui misteri surat ibunya. Dan ginana tokoh2 di masa lalu itu masih saling berhubungan di masa sekarang. Sama sekali nggak menduga sih.
"Pertemuan, perpisahan, selalu ada hikmah yang tersembunyi. Kita tak akan pernah mendapatkan apa-apa jika tak pernah bertemu siapa-siapa."
Sulit rasanya untuk bisa dapet feel-nya waktu baca buku ini. Ada banyak bagian dan tingkah laku dari karakter-karakternya yang sulit dipahami dan kontradiktif dengan satu dan lain hal dari sifat mereka. But, finally I finish it.
Cinta monyet yang berubah menjadi nyata. Hal-hal yang harus dipertimbangkan ketika memiloh calon suami. Semua butuh petunjuk agar tidak salah memilih. Zakky atau Ario? Semua terjawab oleh surat-surat. Buku yang asyik dibaca, apalagi bagi kamu yang masih nyari jodoh.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Sebenarnya akhir dari buku ini mengecewakan. Karena saya mengharapkan ada nya sad-ending. Namun ternyata, tidak demikian. Selalu dan selalu ada jalan dan harapan bagi teman-teman yang gigih dan mau berusaha. Penulis juga menuliskan betapa Allah memudahkan kita untuk mengambil pilihan, lewat tanda-tanda dan petunjuknya yang dihamparkannya pada kita. Tentu saja, semua itu perku dilihat dengan kacamata iman, dan hati yang lembut tanpa ketergesaan. Seperti novel-novel penulis yang lain, ceritanya diwarnai seribu konflik. Bahkan, dalam hampir tiap bab nya, selaku ditemukan konflik baru. Namun, itulah sebabnya penulis pun merangkaikan sebuah link yang mencerahkan lewat visualisasi surat-surat yabg menjembatani pembaca dari satu oeristiwa ke peristiwa lainnya. Isu yang ditampilkan juga relate, sangat berhubungan dengan isu kekinian, dan juga menggambarkan adab-adab islam yabg halus dan menyentuh di dalamnya. Bellissimaa