Satria kena tifus. Cowok itu pingsan tepat di akhir babak penyisihan awal Teen Cooking Competition. Padahal tiga hari lagi, Karmel dan Satria harus mengikuti babak dua puluh besar. Mau tidak mau sesorang harus menggantikan posisi Satria. Miss Anne mengusulkan satu nama.
Sadam. Cowok tajir belagu anak pemilik restoran Luigi's itu yang dipilih Miss Anne. Cowok yang mati-matian Karmel hindari sejak tragedi daun bawang pada awal masuk SMA Putra Bangsa. Cowok menyebalkan yang sialnya adalah seseorang yang Karmel taksir sejak SMP!
Meski berat, Karmel tak punya pilihan lain. Ia harus tetap berjuang di Teen Cooking Competition bersama Sadam yang arogan. Di sisi lain Karmel juga harus memikirkan persahabatannya dengan Satria yang mulai merenggang. Nggak mungkin kan Satria cemburu karena Karmel dan Sadam yang mulai dekat?
Hati Karmel runtuh bersama dengan tangisnya yang pecah. Ia tidak pernah menyangka bahwa Satria menyayanginya sebagai seorang cowok, bukan hanya sebagai sahabat. (196)
Astagaaa typonya sempat bikin kejang dan baca berulang-ulang. Endingnya ngakak nggak ketulungan. Hahaha!
Eh eh, anywaaay, menurut saya ini teenlit yang berkelas. Kontennya unik, tentang masak-masak, tapi juga nggak meninggalkan keunyuan para remajanya. Gaya ceritanya asik dan ringan. bikin manis waktu luang. dan bikin senyam-senyum karena ulah Sadam.
Aku yakin bisa ngasih novel ini 4 bintang lebih kalau saja endingnya nggak kayak gitu. Pengin ngerasain tegangnya grand final 😭😭. Ini rasanya kayak ngikutin acara Master Chef di TV, tiap minggu dipantengin. Eh, giliran episode grand final, mati lampu. Nggak bisa nonton. Tahu-tahu, pas nyala, acaranya udah kelar. Kesel. Padahal, nggak ada di youtube 😭😭
Oke, sementara isinya curhat dulu. Nanti (insya Allah, secepatnya) review yang agak beneran menyusul *mulai ngitung jumlah buku yang belum direview* 😅
Suka gaya nulisnya. Suka karakterisasinya. Suka temanya. Nggak suka eksekusinya. beneran jadi "ngatung" deh itu ending-nya. Well, mungkin Lia maunya pembaca menafsirkan sendiri hasil akhir kompetisinya, ya. Tapi, buatku jadi enggak tuntas. Kayak kita ikut lomba lari, pas udah nyampe garis finish, sama panitia disuruh berhenti karena garis finish-nya belum jadi. Ugh!
Caramellove Recipe bercerita tentang cinta, persahabatan, keluarga, dan Cooking Competition.
Teen Cooking Competition diadakan se-Jabodetabek. Awalnya, Karmel satu tim dengan Satria. Tapi, Satria tiba-tiba sakit dan tidak bisa melanjutkan kompetisi karena harus dirawat inap. Akhirnya, Sadam ditunjuk oleh Miss Anne, sang guru, untuk menggantikan posisi Satria.
Karmel kesal sekaligus bahagia. Bagaimana tidak? Sadam merupakan laki-laki yang ia taksir sejak umur 14 tahun! Bahkan Karmel rela menabung uang jajannya demi makan di restoran mewah milik keluarga Sadam, Luigi's.
Hanya saja, ada beberapa masalah yang harus mereka hadapi.
Ceritanya manis! Aku suka gaya penulisannya. Santai, jadi mudah dibaca. Alurnya cepat. Tokoh Sadam benar-benar mencuri perhatianku. Karakternya sangat vulnerable tapi juga strong. Bagaimana ia tegas melawan ayahnya demi memperjuangkan mimpinya... Aku salut, Sadam!! #teamsadam
Karmel kecewa karena Satria, sahabat sekaligus partnernya dalam Teen Cooking Competition mendadak sakit. Akibatnya Satria tidak bisa melanjutkan TCC. Sebagai gantinya, Miss Anne memilih Sadam, cowok yang dibenci Karmel.
Saya suka membaca interaksi Karmel dan Sadam, meski sebenarnya masih bisa diexplore lebih dalam lagi. Poin lainnya yang membuat saya tidak bisa berhenti membaca buku ini sampai selesai adalah lomba memasaknya itu sendiri.
Tema yang tidak umum, dan disampaikan dengan manis. Tapi itu endingnya kok begitu sih?
Aku sukaaa ceritanya! Apalagi tentang remaja kayak begini. Tema cerita tentang dunia memasak itu emang selalu bikin penasaran. Apalagi anak-anak muda yang pinter masak, aku suka liat mereka yang aktif dan mau belajar. Ah mereka sungguh menghipnotis sekali. Kusuka gaya bercerita penulis, menarik. Meskipun emang temanya umum tapi dikemas dengan baik tetep aja bikin baper. Di cerita ini, aku suka sama semua tokohnya. Ya meskipun masih SMA entahlah mereka dewasa banget, apalagi Satria ini bikin gemes pas dia cemburu. Sadam, sosok yang dingin tapi bikin meleleh ini beneran mempesona banget. Dan yang terakhir Karmel dengan sikap apa adanya, bikin gemes juga. Karakternya konsisten juga dari awal sampe akhir. Aku nggak ada kendala pas baca, karena emang dengan gaya bahasa yang ringan dan mengalir ini enak banget diikutinnya. Dengan sudut pandang orang ketiga, penulis menceritakan tokohnya dengan baik. Dan membuat aku merasakan hal yang dialami mereka 😁. Interaksinya asik dan seru, apalagi persahabatan Satria dan Karmel ini solid dan care banget. Chemistry tiap tokohnya berasa banget feelnya, apalagi sikap Sadam yang so sweet banget 😍. Aku suka layout novelnya cantik bikin semangat baca 😂. Dan konfliknya ringan, pas dengan kehidupan para remaja gitu kayak friendzone, bersaing dan cinta bertepuk sebelah tangan. Ada juga konflik keluarga, tapi untungnya nggak terlalu drama tapi ngena banget ke hati. Aku suka sih dengan penyelesaian konfliknya. Endingnya pun, aku sukaa banget tapi masih berasa kurang nih *pembacanggakpernahpuas* 😁😁😁. Overall, yang suka cerita teenlit boleh loh dibaca. Rekomen banget 💕💕💕. "Perasaan yang juga tak bisa diperlihatkan karena terlalu takut kehilangan jika ternyata bertepuk sebelah tangan." - Hal. 95.
Mari kita mulai dari bahas cover dulu. Kover bikinan ‘sukutangan’ buat novel para pemenang GWP3 termasuk Carramellove Recipe ini punya karakter dan ciri khas kuat. Konsepnya unik, seger, dan berasa beda. Sekali liat, langsung tahu kalau itu novel pemenang GWP tahun 2017. Kover novel memiliki dominan warna hijau. Hiasan elemen masakannya juga pas, enggak keramean dan enggak terlalu sedikit. Menarik 😆
Konsep pembagian babnya juga unik karena memakai istilah dunia kuliner. Prolog disebut ‘Appetizer‘ lalu bab isi disebut ‘Main Course‘. Layout-nya manis deh. Suka! Setiap bab dibuka dengan quote tentang kehidupan yang memakai analogi makanan. Sehingga konsepnya secara keseluruhan terasa solid.
Untuk ukuran novel Teenlit, Caramellove Recipe punya tema yang menarik. Menggabungkan kehidupan remaja dengan masak-memasak membuat novel ini bukan hanya punya manisnya cinta dan persahabatan masa SMA tapi juga menunjukkan kehidupan remaja yang tidak biasa. Jelas, karakter-karakternya—Satria, Karmel, dan Sadam—adalah remaja-remaja luar biasa. Kesukaan mereka pada dunia masak-memasak benar-benar kuat hingga membaca novel ini seperti menyaksikan Master Chef Junior yang berisi anak-anak yang membuat kita berdecak kagum. Ya, gimana? Bayangkan, anak SMA bikin samgyetang di percobaan pertama.
Novel ini tidak lepas dari yang namanya persahabatan dan cinta. Selain itu, novel ini punya kisah cinta segi empat dan love hate relationship yang khas seperti anak-anak remaja. Fresh dan menyenangkan untuk diikuti. Naik turunnya benar-benar enak untuk dinikmati. Bagian peralihan antar bab-nya membuat saya mau membalik bab berikutnya. Mbak Lia benar-benar lihai dalam menuliskan peralihan bab-nya. Bikin senyum-senyum dan gereget sendiri.
Novel ini sangat cocok dibaca oleh kamu yang menikmati kisah-kisah manis. Juga buat para remaja yang sedang ada di masa-masa manis menyenangkan sejenis masa-masa Caramellove Recipe ini.
Senang sekali rasanya bisa berkesempatan untuk membaca salah satu novel jebolan GWP batch 3. Ini merupakan buku kedua yang saya baca dari jebolan GWP batch 3, setelah sebelumnya saya sempat membaca A Sweet Mistake karya Vevina Aisyahra. Dan saya sangat menikmati buku Caramellove Recipe ini karena ceritanya sangat khas remaja. Melihat kover bukunya yang seragam dengan tiga buku GWP batch 3 yang sebelumnya, sukses membuat saya penasaran. Dengan gambar seorang gadis memakai apron dengan dikelilingi oleh hal-hal berbau masak, seperti tepung terigu, tepung gandum, bawang bombay, telur, pan, dan spatula sangat menggambarkan isi ceritanya. Ditambah dengan latar berwarna hijau cerah serta aksen warna-warna lainnya sebagai latar menambah kesan manis untuk kover buku ini. Saya sangat suka dengan kover buku hasil karya Sukutangan yang penuh warna dan ceria.
Manis dan penuh warna adalah dua hal yang menggambarkan kehidupan remaja. Dan penulis berhasil mengangkat tema kehidupan remaja yang tidak jauh dari persahabatan, percintaan, dan keluarga. Namun yang membedakan Caramellove Recipe dengan novel teenlit lainnya adalah unsur masak-memasak yang terdapat di dalamnya. Penulis berhasil menggabungkan kehidupan remaja dengan dunia memasak yang penuh dengan tantangan. Saya sangat menikmati kehidupan Karmel, Satria, dan Sadam sebagai remaja biasa. Dan saya juga tak kalah suka dengan dunia memasak yang diceritakan oleh penulis. Di mana terkadang saya bisa dibuat tersenyum hingga kelaparan melalui makanan yang dibuat oleh Karmel, Satria, dan Sadam. Tema yang terdapat dalam Caramellove Recipe berhasil membangkitkan ingatan saya akan masa-masa remaja yang penuh dengan kenangan.
Terdapat tiga tokoh utama dalam novel ini, yaitu Karmel, Satria, dan Sadam. Tokoh Karmel merupakan seorang gadis remaja yang cuek, ceria, dan setia kawan. Bisa dibilang Karmel ini sedikit tomboi karena dia tidak pernah memperhatikan penampilannya. Namun, dibalik sifat cueknya Karmel memiliki hobi memasak. Bersama sahabatnya, Satria, Karmel sering sekali memasak bersama. Kemudian ada Satria yang merupakan sahabat Karmel dari kecil. Satria memiliki sifat yang supel dan perhatian. Meskipun sempat merasa kecewa dengan kondisinya, tapi Satria tetap berusaha untuk memberikan semangat terhadap Karmel. Terakhir ada Sadam yang memiliki karakter dingin, cuek, dan sombong. Akibat sifatnya ini pula, Karmel sering menghindari Sadam. Jika melihat masalah keluarga yang dihadapi Sadam, saya cukup memaklumi sifatnya itu. Di mana masalah keluarganya sangat memengaruhi mood-nya. Ketiga tokoh utama yang digambarkan oleh penulis bisa dibilang pas dan cocok dengan kehidupan remaja masa kini. Saya suka dengan perbedaan karakter dari ketiga tokohnya yang sangat terlihat. Di mana masing-masing tokoh memiliki ciri khas tersendiri, sehingga tidak sulit bagi saya untuk membayangkannya. Latar belakang setiap tokohnya pun terbilang jelas dan tidak berlebihan untuk ukuran novel teenlit.
Novel ini memiliki alur cerita yang berjalan dengan sangat cepat. Melalui alur ceritanya yang cepat saya tidak merasa kesulitan untuk masuk ke dalam ceritanya. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga melalui tokoh Karmel, Satria, dan Sadam. Dengan sudut pandang ini saya jadi lebih mengetahui isi pikiran dan hati dari masing-masing tokohnya. Gaya bahasa dan bercerita penulis pun sangat ringan dan sederhana. Tidak sulit bagi saya untuk mengikuti jalan ceritanya karena gaya bahasanya yang mengalir. Typo yang saya temukan pun hanya sedikit sekali dan tidak mengganggu proses membaca.
Konflik yang ada dalam buku ini bisa dibilang sangat ringan dan menghibur. Di mana Karmel harus berganti partner dalam Teen Cooking Competition dengan Sadam sementara Satria terbaring di rumah sakit. Karmel dihadapkan pada situasi yang serba salah. Melalui konflik yang ringan ini saya dibuat terhibur dengan tingkah laku Karmel, Satria, dan Sadam. Menurut saya konflik yang diberikan penulis sudah sangat pas dan cocok untuk cerita remaja seperti ini. Saya sendiri sangat menikmati konfliknya karena sangat realistis dan tidak bertele-tele. Saya juga suka dengan cara penyelesaian konfliknya yang terbilang pas dan tidak berlebihan.
Caramellove Recipe merupakan sebuah novel yang berhasil menggabungkan kehidupan remaja dengan dunia memasak. Saya suka dengan porsi dari kedua tema tersebut yang disajikan dengan pas dan tepat. Saya ikut merasakan kesedihan, kegembiraan, hingga rasa lapar saat membaca buku ini. Meskipun buku ini tidak terlalu tebal, tapi penulis sukses menceritakan latar belakang para tokohnya. Isi ceritanya pun khas remaja dan sangat ringan untuk dibaca. Saya pun tidak perlu waktu yang lama untuk menyelesaikan buku ini. Manis dan ceria merupakan dua kata yang pas untuk menggambarkan Caramellove Recipe. Di mana kehidupan para tokohnya sebagai remaja sangat seru dan mengalir untuk diikuti. Caramellove Recipe merupakan salah satu novel teenlit terbaik yang pernah saya baca. Bagi kalian yang membutuhkan bacaan yang ringan dan menghibur, saya sangat merekomendasikan Caramellove Recipe untuk dibaca.
Novel debutnya kak Lia nih. Novel tipis, tapi seru banget menurutku. Karena nggak cuma nyeritain tentang perjuangan Sadam, Karmel dan Satria untuk TCC, tapi juga nyeritain konflik yang terjadi di keluarga Sadam. Alesan kenapa dia jadi pendiem dan dingin. Waktu baca novel ini, aku berasa banget kayak lagi nonton Master Chef tapi yang ngikutin remaja-remaja gitu. Keren deh. Apalagi pas Sadam-Karmel lagi berusaha bikin makanan. Duh, langsung kebayang! Meskipun setengah bete juga karena Sadam yang ngeselin abis.
Jadi, saya baca dua kali duduk novel ini. Sekali, langsung kelar setengah isi buku, kemudian harus terpaksa berhenti untuk ngerjain revisi draft saya yang sudah dapat rumah *sekalian promo. Dan hari ini semua telah saya tandaskan. Jujur, saya tersiksa setengah mampus dengan mengulur-ulur begini. Tapi, saya begini bukan tanpa alasan. Ketakutan akan ending yang (katanya) bikin banting buku menghantui saya. Seperti sengaja pengin lama-lama memeluk buku ini. Biar nggak cepet putus, selesai, dan saya galau dengan penyelesaian yang gosipnya bikin kesel.
Ah, ternyata itu cuma gosip. Hahahaha
Nyatanya, saya sekarang menulis sambil tersenyum kayak orang kerasukan lho, masih membayangkan semua scene di novel ini. Lucu. Manis. Greget. Duh, terima kasih Mbak Li, sudah berhasil membangkitkan kenangan masa remaja saya dengan membaca buku seru ini. Saya sudah membuat list apa yang saya suka dari novel juara harapan satu GWP3.
1. Kaver. Duh, kaver keempat pemenang GWP3 ini keren semua. Dari juara satunya, Twinwar, lalu Seventeen Once Again, A Sweet Mistake, dan Caramellove Recipe yang baru kelar saya baca, semuanya mengusung tema yang sama dan terasa 'beda' dari style novel-novel teenlit-YA GPU biasanya. Artistik dan sedikit ada kesan vintage, tapi tetap elegan. Salut sama @sukutangan. Keren parah!
2. Plot. Saya akan menyebut satu kata, FOKUS. Tidak sedikit novel yang saya baca terlalu bertele-tele, menyebar atau tidak konvergen pada satu titik pertanyaan di awal dan untuk menuju penyelesaiannya di akhir. Namun, novel ini sebaliknya. Tepat sasaran. Pembuka langsung tepat di intinya, bab-bab selanjutnya ritme konflik kian memuncak. Hingga eksekusi penyelesaian yang bijak dan pas! Sumpah, saya suka novel ini yang padat, tepat sasaran, tanpa ada scene yang sia-sia.
3. Tema. Ya, Allah, baru kali ini lho saya baca novel remaja dengan tema kompetisi masak. Mbak Li sungguh briliant memilih ide ini. Bayangan saya, adegan tiap-tiap kompetisi masak di novel ini seperti melihat live acara favorit saya dulu, master chef, yang selalu berhasil membuat saya tegang.Pembaca diajak Mbak Li untuk merasakan kepanikan, adu cekatan, trik dalam pertempuran memasak para tokohnya. Seru. Saya hampir menahan napas ketika banyak sandungan-sandungan kecil saat proses kompetisi berlangsung. Congrats ya Mbak Li, dikau berhasil mengeksekusinya.
4. Scene. Jujur, novel ini kerasa REMAJA BANGET! Dari mulai karakter-karakter yang ditonjolkan, interaksi antar tokoh, sudut pandang sampai pengambilan keputusan tokoh, dan yang terpenting manis banget adegan-adegan mereka. Natural but touching. Favorit scene di chapter 15. Duh, emosi saya sedikit tergesek-gesek. Hahaha...
5. Ending yang pas. Saya malah suka ending semacam ini. Ya, pokoknya pas. Kayak masakan; Nggak eneg karena kelebihan bumbu, juga nggak hambar karena ada sesuatu yang kutang. Eh kurang. Typo saya kumat. Harus istirahat ngetik ini. Ck
Tapi, saya agak nggak begitu suka sama lay out novel ini. Ada garis-garis imut di setiap halamannya. Saya lebih suka yang polosan kayak novel yang lain. Iya, jadi tampak kyoot sih, tapi saya malah merasa agak berlebihan. (Mungkin remaja suka yang kek gini) *Iya, gue udah nggak remaja. Puas lo?
Yang kedua, SAYA MASIH BELUM PUAS. Kurang panjang Mbak. Serius, ini harus dilanjutin. Mbak Li harus bertanggung jawab buat muasin saya. Harus! Mana fontnya gede-gede lagi. Selain kagok karena nggak biasa, saya jadi kurang nyaman. Jangan-jangan, ini stratekhi Mbak Li? Ah, mau dipanjangin pokoknya! *pembaca ngeyelan.
Jadi, kenapa lo masih pada bengong? Ayo, serbu di toko buku! Mumpung masih anget! RECOMMENDED! :D
Kyaaa... ini salah satu bacaan ringan yang bikin aku ketawa-ketawa gemes sendirian. Novel teenlit tentang ajang kompetensi memasak seperti ini yang kubaca sebelumnya berjudul "Pizza, Love, and Other Stuffs That Made Me Famous", tapi karena novel terjemahan, jadi lawakannya kurang nampol di hati. Sementara ini deket banget dengan keseharianku sebagai anak SMA lokal (umur Git, umur).
Novel ini dibuka dengan ringkas tapi menegangkan. Kita langsung dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan Karmel untuk melanjutkan eksistensinya di kompetisi memasak remaja se-Jabodetabek. Tensi yang dibangun penulis di sepanjang cerita juga terjaga, kebayang banget kalau lagi lomba terus waktunya sudah mepet sementara rekan setim masih betah ngajak berantem, haha.
Dan ya ampun, Sadam. Lo cakep-cakep alergi durian hahahaha....
Eh tapi aku kzl banget sama endingnya. Gaaantuuung. Mungkin memang maksud penulisnya membiarkan menerka sendiri hasil kompetisinya, tapi masalah Sadam dengan bapaknya juga belum kelar.
Oh ya, ehem, ini kan katanya baru kompetisi se-Jabodetabek ya? Berarti nanti ada dong kelanjutan ceritanya di tingkat nasional? Hohoho *keselek macaroon durian*
Caramellove Recipe merupakan novel ketiga karya Lia Nurida yang kubaca. Novel ini merupakan novel juara Harapan I Gramedia Writing Project Batch 3.
Novel ini mencoba memadukan kisah remaja berbalut dunia memasak. Aku suka sekali bagaimana Lia membuat sebuah kisah remaja yang ringan dan menghibur.
Aku suka bagaimana Lia mengisahkan kisah Karmel, Satria dan Sadam. Bagaimana interaksi ketiganya, bagaimana serunya persaingan Teen Cooking Competition, dan bagaimana cinta hadir diantara ketiganya.
Walaupun memang fokus kisah lebih banyak menyoroti kisah Sadam-Karmel dan kompetisi yang mereka ikuti, tetapi peran Satria juga cukup penting dalam novel ini.
Endingnya sendiri juga terasa realistis sekali. Malah aku merasa bahwa novel ini punya potensi cukup besar untuk dikembangkan ke novel selanjutnya, masih banyak hal yang bisa dieksplor lebih jauh.
Secara keseluruhan, kamu mencari sebuah kisah remaja yang ringan dan manis, aku rekomendasikan novel ini untuk kamu baca.
Berkisah soal Karmel yang harus bekerja sama dengan Sadam karena sahabatnya, Satria, sakit. Hubungan Karmel dan Sadam ini kayak kucing-anjing tapi juga fans-bias gitu. Perkembangan karakternya bagus, cuma karakter pendukung aja yang kurang.
Gaya menulisnya asyik. Tanpa sadar udah mau selesai aja baca bukunya. Secara konflik sih ringan dan sederhana ya, soal perlombaan, sahabat, sedikit masalah cita-cita dan keluaega. Sayangnya nggak semua konflik terselesaikan tuntas gitu. Tapi overall cukup banget buat bacaan ringan. Bakal lebih seru lagi kalau akhirnya nggak nanggung gitu.
Sebagai penggemar cerita remaja, kusuka bets Caramellove Recipe, terutama setiap TCC berlangsung. Suka bagian rekat-renggangnya Sadam-Karmel. Gak ada kesalahan yang mengganggu, cuma rada gemes aja kalo liat ?? dan !!. Berasa pengin nyongkel salah satu, mhueheheh. Gemes juga endingnya yang... baca aja sendiri deh wkwkwk. I want mooooore, Kak Li!
Aku nulis review ini keknya nggak valid, sih. Karena bisa jadi aku miss beberapa hal saking aku nyelesain buku ini krena ini baca bareng dan aku lagi ngalamin book hangover sama buku lain, wkwk.
Jadi aku mau singkat aja. Ceritanya remaja banget, ringan, mudah dibaca dan diikuti. Komeptisinya juga nggak hanya tempelan dan emang fokusnya ke sana. Yang aku bakalan lebih seneng kalau emang fokus ke sana aja ketimbang ke hal lainnya.
Nah, buat romance-nya aku ngerasa kentang sih. Tpi ini karena:
1. Sadam sama Karmel tuh gk ada kemistrinya sama sekali. Aku bahkan bingung apa yang Karmel suka dari Sadam. Apalagi pas 5 besar Sadam kelakuannya kayak begitu tuh kek, dih bisa-bisanya Karmel suka.
2. Aku sukanya sama Satria, karena dari awal Karmel ama Satria kemistrinya udah ada juga. Jadi entah kenapa kalau sama Sadam kayak terlalu dipaksa biar trope cerita ini bukan jadi friends to lovers.
3. Endingnya kecepetan menurutku dan dipaksa aja sih harus kek begitu dengan akhir di chaoter 19 yang begitu juga. Maksudku, kukira klimaks cerita ini tuh bakalan ada di final, dan bakalan menegangkan banget di sana. Tapi ternyta klimaks ceritanya bgtu. Jadi kek, kok hilang tujuan??
Ceritanya manis, segar, dan bikin lapar! 😂 Ini teenlit dengan rasa yang beda. Ceritanya sebagian besar nggak di sekolah, tapi lebih ke kompetisi memasak (Teen Cooking Competition/TCC). Suka!
Kovernya juga ya ampuuuun! Cantik banget dong! 😭 Jujur, saya kepincut sama kover-kover para pemenang GWP3. Cakep-cakep banget, suer.
Gaya bahasanya santai dan ngalir banget. Tapi beberapa kali nemu saltik gitu sih hehe (tapi nggak begitu ganggu kok). Suka juga sama Sadam meskipun awalannya minta digeplak wkwk. Kalo Karmel, saya merasanya dia rada labil gitu. Kadang tegas, kadang kurang tegas.
Aku juga suka bagaimana Kak Lia menggambarkan suasana kompetisi memasak tersebut, pun resep-resep makanan yang dimasak Karmel dan partnernya di TCC. Rasanya kayak benar-benar menyaksikan lomba itu.
Sayangnya, saya sempet bingung karena saya kira Bintang tuh cowok (entah saya yang kurang ngeh pas baca atau memang deskripsi Bintang ini kurang jelas). Ternyata dia cewek ya? 😂
Namun secara keseluruhan, saya suka Caramellove Recipe. Kalo kalian pengin baca cerita yang ringan, menghibur, sekaligus unik, boleh coba baca buku ini. 💚
"Pengakuan memang akan selalu mengubah keadaan." . Saya suka teenlit kayak gini 😍 Nggak melulu membahas soal cinta remaja, tapi ada hal lain, seperti cita-cita yang ingin dicapai tokoh-tokohnya. . Cerita manis khas remaja, bikin senyum-senyum gaje. Manisnya pas, nggak berlebihan. Interaksi antar tokohnya, ngalir, walau perubahan sikap Sadam di akhir-akhir agak bikin kaget. Ya kali, waktu diwawancara, dia ujug-ujug bilang gitu, padahal kan, uhm, baca sendiri deh, biar seru 🤣 . Untuk soal typo, ada beberapa nama tokoh yang seharusnya Sadam, malah muncul Satria. Mungkin Mamah Lia fans beratnya Satria kali ya 😝 . Ada bagian yang nge-twist banget buat saya, soal alasan Miss Anne milih Sadam sebagai pengganti Satria. Itu bikin kaget dan sama sekali nggak kepikiran 😍 . Endingnya pas sih kalau menurut saya, nggak usah ditunjukin secara gamblang, biar pembaca sendiri yang nebak eaaak~
Finally! Bisa baca Caramellove Recipe sampai tuntas di tengah-tengah kesibukan di kantor 😄😄. Aku suka sama cerita Caramellove Recipe, teenlit banget dan isinya cukup menegangkan karena dari awal sudah disuguhkan adegan kompetisi. Jadi sepanjang cerita pembaca bakal sering nemuin adegan kompetisi yang seru.
Kompetisi memasak ini nggak selalu lancar. Selalu ada tantangan dari dalam dan dari luar tim, ini nih yang bikin gregetan 😆😆 Sama cerita romance-nya unyu2 gitu, gemes sendiri aku bacanya haha.
Buat Mbak Li. Sukses terus ya 😉😉. Ditunggu karya-karya selanjutnya. 😄😄
Kayanya aku salah deh baca buku ini di siang bolong pas puasa. Soalnya makanan betebaran dimana-mana! 🤣🤣
Seperti biasa, buku-buku jebolan GWP idenya selalu asik. Apalagi aku sebagai penonton (cukup) setia MasterChef girang banget kalau kompetisi masak di angkat menjadi sebuah novel.
Sayang banget, terlalu banyak typo, bahkan ada yang fatal. Mending kalau salah tempat atau salah nama tokoh sampingan. Lah ini yang typo malah nama tokoh utama terbalik. Harusnya si itu kok malah si ini yang muncul. Huf, ini bikin aku agak bete.
Konflik persahabatan dapet. Keluarga cukup. Cinta pun lumayan. Tapi menurutku kalau scene masaknya diperbanyak sedikit akan jauh lebih mantul.
Eh, kenapa ada yang cukup dan lumayan? Ya nenurutku 2 konflik di atas kurang mengaduk perasaanku..
BTW, Sadam ganteng banget deh, bisa lah, jadi salah satu book boyfriend-ku 🤭🤭 *digeplak Karmel*
. "Gue nggak bisa lihat orang yg gue sayang dekat sama orang lain. Apalagi dia kelihatan bahagia sama orang itu." -Satria- . . .
Novel tema masak-masak pertama yg gue baca. Menarik banget. Isinya emang gak jauh dari makanan. Dan membayangkan makanan-makanan dalam novel ini bikin ngiler. Caramellove Recipe ini bukan cuma tentang kompetisi memasak, tapi juga ada kisah persahabatan dan cinta diam-diamnya. Gue suka semua scene saat kompetisi. Namun, petjahnya, bagi gue, waktu Satria jujur ke Karmel. Juga waktu Satria mendatangi Sadam setelah babak lima besar. . . .
Selain emang ceritanya yg asyik, layout novel ini juga bikin betah. Manis. Judul babnya pun menarik: appetizer, main course, dessert. Ditambah lagi ada kutipan-kutipan di tiap bab. . . .
Gue sih ngerekomenin banget #CR buat yg suka baca teenlit yg unyu-unyu.
Oke, berdasarkan standar review-ku di TwinWar, harusnya buku ini dapet bintang tiga juga. Tapi ya sudahlah, mari membahas isinya, wkwkwk.
●●●
Jadi, sebelum masuk ke unsur intrinsik, aku mau bilang bahwa peletakan koma (dan tanda baca in general) di sini nggak enak banget dibaca. Sebelum manggil nama orang, sering nggak disertai koma. Kadang, koma juga ditaruh di akhir kalimat (lihat komenku pas baca). Bahkan, kalimat pertama di bab Appetizer pun nggak diakhiri titik ataupun tanda seru. Ini sih yang bikin aku sempat ngerasa "hnggg beli nggak ya beli nggak ya" wkwkwk. Kalo nggak ada patjarmerah mungkin emang nggak beli #eh (terima kasih event patjarmerah)
●●●
Oke. Jadi, sebelum lanjut ke poin berikutnya, y'all harus tau bahwa menurutku, ending-nya baik-baik aja kok. Aku kurang ngerti kenapa banyak yang komen tentang ending dan segalanya, since to me it already concludes everything?? Did we even read the same book? Lmao
But anyway, aku ngerasa puas-puas aja sama ending dan eksekusinya sih. Dari awal, premisnya jelas dan tujuan tokoh utamanya udah fokus ke situ, gitu. Meski bisa dibilang sederhana dan nggak kelihatan aneh-aneh, pembahasan tentang masakan di sini tuh keren banget. Kayak immersed gitu ke cerita, dan nggak cuma buat tempelan atau ajang pamer pengetahuan.
Dan, meski kelihatannya sederhana, sebenernya semua tokoh di sini bergerak di satu benang merah. Mereka nggak basa-basi lah, intinya. Plus, karena dibikin fokus gini, pace-nya jadi enak diikuti dong. Kayak ngaliiiiiir gitu, dan nggak ada yang sia-sia apalagi kerasa dragging.
Oh ya, tentang trope-nya.
Di sini trope-nya god-tier banget, fellas!! Udah Friends to Lovers, Enemies to Lovers, somewhere in between, pokoknya gemes dan uwu banget!! Harusnya trope-trope ini lebih ditonjolin sih pas promosi biar aku sebagai pembaca tuh tau gitu pairing-nya bakal ngapain. xP
Intinya sih, Caramellove Recipe ini memenuhi ekspektasiku banget lah. Ceritanya nggak muluk-muluk, tapi ninggalin kesan yang berarti. Chemistry tiap tokohnya dapet, dan jalan ceritanya dibalut dengan utuh, konsisten, rapi, plus tertata abis.
Jadi ya, empat bintang!! (๑•́ ₃ •̀๑)["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>["br"]>
Pertama kali buka novel ini kita disuguhkan sebuah "Appetizer" yang bercerita Teen Cooking Competition —yang selanjutnya disingkat menjadi TCC— 2017 dimana Karmel dan Satria terlibat didalamnya. . Appetizer yang terhidang di hadapanku membuatku berdegup kencang. Karmel dan Satria harus berkejar-kejaran dengan waktu yang tersisa untuk segera meletakkan hidangan yang mereka buat ke meja juri. . Dan yang lebih membuatku berdegup kencang adalah Satria mimisan dan tidak bisa melanjutkan TCC 2017. . Satria dan Karmel merupakan perpaduan yang oke. Karmel, Caramella Kirana, yang jago banget soal plating dan Satria, Satria Baradja, yang cerdas soal inovasi resep dadakan mengantarkan mereka ke babak selanjutnya. Berita buruknya, Satria tidak bisa ikut dikarenakan Tifus yang menyerangnya. Satria sangat kecewa karena posisinya harus diganti oleh orang lain. . "Satria tak akan tergantikan," — Hal. 27 . Satria dan Karmel telah memiliki chemistri sehingga Karmel juga kecewa karena posisi Satria harus tergantikan agar bisa terus maju ke babak selanjutnya. Yang harus Karmel lakukan adalah membangun chemistri dengan partner yang baru. . Waktu yang tersisa tinggal 3 hari. Bisakah Karmel dan partner barunya nanti tumbuh chemistri dan memenangkan kompetisi masak bergengsi itu? . Mood Karmel yang memburuk membuat gadis yang cuek akan penampilan itu memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Namun, rencana itu terpaksa lenyap begitu saja ketika Karmel mendengar teriakan garang dari luar kamar yang berasal dari Ibunya. . Karmel dan Satria, memiliki harapan untuk memenangkan TCC 2017 karena itu merupakan salah satu jalan untuk mewujudkan mimpi mereka. . Bagaimana kisah mereka selanjutnya? . . Setelah Ayah dan Ibunya menggagalkan niat bolosnya, kini Sadam juga menggagalkan rencana bolosnya. . Sadam, Sadam Yunanta, cowok yang selalu dihindari Karmel sejak ia terdaftar di SMA Putra Bangsa tapi ia tidak bisa melarang jantungnya memberikan reaksi yang berlebihan yaitu berhenti sesaat lalu berdentum-dentum tak karuan, ajep ajep gitu, ketika hanya mendengar suaranya. . Karmel menjauhi Sadam karena dua hal. Tragedi daun bawang dan rasa kagum yang selalu ia pelihara *ehh ini nggak spoiler kan?* . Karmel mendapati mimpi buruk ketika Miss Anne, pembimbing mereka untuk TCC mengungkapkan siapa pengganti Satria. . "Sadam Yunanta. Kelas XII IPS 3," — Hal. 40 . Sepulang sekolah, Sadam dan Karmel memenuhi panggilan Miss Anne. Ada dua rasa yang berkecamuk pada diri Karmel ketika ia duduk bersebelahan dengan Sadam. Rasa kesal tingkat dewa karena sikap Sadam yang seenaknya dan rasa kagum karena berhasil melihat anak pemilik Luigi's, restoran Italia, dari samping. . Sadam menyetujui permintaan Miss Anne untuk ikut TCC tapi dengan satu syarat. . "Saya nggak mau kalau hanya menggantikan Satria sampai dia sembuh. Saya mau ikut kompetisi itu, sampai akhir. Saya yang akan bawa sekolah ini jadi juara." — Hal. 61 . Satria yang sudah mengetahui bahwa posisinya digantikan oleh Sadam —sosok yang sangat dibencinya tapi sangat dipuja oleh sahabatnya— membuat ia sinis pada Karmel. Dan bukan tanpa alasan kenapa Satria se-sinis itu pada Karmel. Nah lho, Satria kenapa sinis yak? Hehehe... . "Lo punya bakat hebat, Sat. Tapi lo ngggak akan bisa sukses kalau lo nggak bisa ngatur dengan bener sifat dan pola hidup lo mulai dari sekarang." — Hal. 65 . Bagaimana kelanjutan kisah mereka bertiga dan TCC? . . Babak dua puluh besar dimulai. Studio Cakrawala TV, tempat TCC digelar. Tim Karmel - Sadam mendapat amplop yang berisikan tulisan Samgyetang, salah satu makanan dari Korea dan ternyata Karmel no idea soal Samgyetang. . Semangat peserta TCC sangat kerasa seolah-olah aku menonton acara Master Chef *untung aku pernah nonton acara tersebut*, hype nya sangat kerasa. . Bagaimanapun dari acara Master Chef yang aku tonton, semua peserta segera berlari ke ruang bahan, lah ini si Sadam berjalan tenang. Aya aya wae si Sadam. Pantas saja Karmel ketar ketir. . Walaupun sempat berdebat satu sama lain, Karmel dan Sadam perlahan menemukan chemistri mereka. Babak pertama, tim sekolah mereka berada di peringkat empat belas namun siapa sangka di babak kedua, Tim Karmel - Sadam melonjak naik ke peringkat empat. . Itu artinya tim sekolah mereka masuk sepuluh besar dan bau final sudah tercium. Bukan itu saja yang membuat Karmel senang, tetapi juga dua notif dari lini instagram yang masuk ke ponselnya. . "sadam.yunanta accepted your request friends. sadam.yunanta started following you." — Hal. 130 . Hayooo... Siapa nich yang seperti Karmel yang senang karena di folbek oleh (ex) pujaannya? Hahaha.. . Ciyeee Karmel yang mulai stalking-stalking IGnya Sadam.. Ciyee.. . Satria berubah, itu yang Karmel rasakan walaupun gadis itu belum tau penyebab sebenarnya apa. . Membangun chemistri. Itu yang dilakukan Sadam pada Karmel. Membuat pempek di dapur rumah Karmel, salah satu caranya. . "The way you make an omelet reveals your chatacter." — (Anthony Bourdain, Hal. 152) . Tantangan selanjutnya adalah membuat telur mata sapi dan omelet. Setelahnya, peserta harus membuat dessert berbahan durian dan Sadam pucat pasi karenanya. . Berhasil kah mereka berdua menjadi juara TCC? . . "Di dapur ini kita pertama kali ketemu, kan? Dan kamu langsung naksir sama aku," — (Sadam, Hal. 219) . . SUMVAAAAHHHH demi omelet dan telur mata sapi ya.. sehabis selesai baca novel ini aku langsung nge DM Kak Lia untuk memastikan apakah ada halaman tertinggal atau ada halaman yang tidak ter-print. Amsyooonggg... . Ending novel yang menggunakan POV 3 ini benar-benar "menguras" emosi jiwa dan segera teriak TOLONG BUATIN SEKUELNYA, TOLONG 💃💃💃. . Rasanya tuh sama seperti kita menyisakan kulit ayam KFC untuk dimakan belakangan ehh kulit ayam itu malah dimakan sama teman. Atau ketika kita yakin masih pakai celana ukuran 36 ehh ternyata setelah dicobain malah nggak muat. NYE to the SEK.. N.Y.E.S.E.K to the max 💃💃💃. . Novel ini unik karena setiap bab menggunakan istilah dari dunia makanan. Appetizer, main course dan dessert. Secara tidak langsung, pembaca mendapatkan ilmu baru dari dunia masak memasak. . Menurut aku, novel ini menggunakan alur maju mundur karena dibeberapa cerita ada menceritakan saat pertama kali Karmel bertemu Sadam dan Karmel bertemu Satria. . Novel ini tidak hanya menghidangkan kisah cinta anak SMA tetapi juga lebih menceritakan bagaimana tiga anak SMA membuktikkan jati dirinya di jalur yang positif, bagaimana mereka berusaha untuk menggapai yang menjadi mimpi mereka. . Hubungan antar keluarga juga menjadi "main-course" yang dihidangkan dalam novel ini. . Namun sayangnya aku masih menemukan saltik di halaman 127 yang harusnya Sadam tapi tertulis Satria. . . @dumzcharming
Jenis bacaan yang dibutuhin banget pas mood naik-turun (kebanyakan porsi turunnya) ㅠㅠ baca dua kali tetap suka. Emang teenlit tuh ringan, konfliknya nggak banyak drama sampe hilang goals karakternya, dan yang pasti karakter2nya nggak terlalu dewasa (include dialog mereka yg kematengan).
Pas baca ini kelihatan banget kadar ringannya. Jenis pemikiran yang bikin penulis yg kena wb pun pasti bakal gerak. Emang ada beberapa bagian di sini yang kesannya kurang kuat, tapi so far ya baik2 aja sih, nggak terlalu ganggu alur utama aja. Nggak banyak basa-basi juga (apalagi yg jelasin karakterisasinya bisa sampe satu bab sendiri).
***
Begitu baca bagian awalnya langsung suka! Karakter macam Karmel yang paling aku suka. Enggak terlalu drama, tapi tetap menggemaskan. Sadam juga bikin ketar-katir dari awal xD
Sebenarnya ini kisah yang biasa. Trope enemy to lover, eh nggak enemy banget, sih, soalnya porsi hate-love imbang, 50:50. Cara penyampaian dan story-tellingnya wow bikin ikut gregetan. Pokoknya paket komplet banget lah ini! Nggak akan ragu lagi kasih bintang 5 karena memang bagus, menghibur, dan cukup bikin baper (alias porsi bapernya pas).
Jadi subjektif deh reviewnya, habisnya memang bagus, sih. Begini rasanya kalau nemu bacaan teenlit yang pas XD kalian pencinta teenlit kudu baca ini, wajib!!
Aku cukup suka buku ini. Meski ada yang bilang eksekusinya belum mantap, kayaknya keren-keren aja, kok.
Permasalahannya itu tentang hubungan para tokoh utama, Karamel, Satria, dan Sadam. Kurasa, tidak ada permasalahan berarti di dunia masak yang sepertinya menjadi tema utama buku ini. Namun aku cukup suka, karena jarang sekali kulihat ada buku yang mengangkat tema lomba masak.
Setelah buku Bliss Bakery, Dash Of Magic tuntas kubaca, aku jadi kangen sama fiksi bertemakan lomba masak. Dan buku ini--meski kurang mengangkat problema ketika memasak kecuali saat juri mencicipi--sudah cukup mengobati rinduku. Meski enggak semewah seri Bliss Bakery.
Kelebihannya, bahasa yang digunakan sudah cukup luwes, layoutnya keren pakai banget, dan cukup ringkas. Namun, kekurangannya justru ada pada kelebihannya. Karena layoutnya ramai, mungkin isi tiap babnya jadi sedikit, padahal halamannya agak banyak perbab. Karena ringkas juga--cuma 200an halaman, wow--isinya jadi kayak sedikit pakai banget.
Please Kak Lia Nurida, buatkan lanjutan Caramellove Recipe >•<