Jump to ratings and reviews
Rate this book

Bukan Sekadar Mazhab: Oposisi dan Heterodoksi Syi'ah

Rate this book
Syi‘ah seringkali disalahpahami oleh banyak orang. Informasi yang sepotong-sepotong, penjelasan yang tidak utuh, dan pembacaan yang tidak menyeluruh adalah sebab-sebabnya. Buku ini mengupas apa, mengapa, dan bagaimana Syi‘ah dari sumber-sumber aslinya, berdasarkan kitab-kitab muktabarnya, dengan merujuk pada tokoh-tokoh otoritatifnya.

Bukan untuk menghujat atau menggugat, akan tetapi untuk memahami sebelum menghakimi, berdasarkan data dan fakta. Mulai dari asal-usulnya, pembentukan awalnya, perkembangan doktrin-doktrinnya, perubahan Syi‘ah dari orthodoksi menjadi heterodoksi, pembentukan tradisinya, dan cita-cita politik serta gerakan massanya.

Pembaca akan mendapat pencerahan mengenai tipologi dan evolusi Syi‘ah, berbagai kepercayaan dan praktik ritual Syi‘ah, dari soal wasiat nabi hingga masalah imam mahdi, metode tafsir dan hadis Syi‘ah, sampai perkara laknat dan nikah mut‘ah –dibahas secara lugas dan logis, dengan pendekatan historis kritis dan sosiologis.

202 pages, Hardcover

First published January 1, 2018

3 people are currently reading
30 people want to read

About the author

Syamsuddin Arif

8 books28 followers
Selepas tamat dari KMI Gontor di 1989, ia pun mengabdi dan mengaji di Majlis Qurra' wa-l Huffazh di Bone, Sulawesi Selatan. Kemudian pada tahun 1996 Syamsuddin berhasil menyelesaikan studi S1-nya di International Islamic University Malaysia (IIUM). Lalu ia pun menyelesaikan studi S2 dan S3-nya di kampus yang sama di International Institute of Islamic Thought and CIvilization (ISTAC) IIUM pada 1999 dan 2004. Program S3 untuk yang kedua kalinya ia tempuh di Johann Wolfgang von Goethe University, di Frankfurt.
Bersama sahabat-sahabatnya, ia mendirikan INSISTS dan menjadi anggota redaksi majalah ISLAMIA. Pernah dikirim oleh ISTAC ke Istanbul selama dua bulan dalam acara yang diselenggarakan oleh IRCICA untuk mempelajari seni khat langsung dari Hasan Celebi (murid Hamid al-Amidi).
Di samping Arab dan Inggris, bahasa yang telah dan masih terus dipelajarinya antara lain Greek, Latin, Jerman, Prancis, Hebrew, dan Syriac. Karya tulisnya yang telah diterbitkan antara lain : "Intuition and Its Role in Ibn Sina's Epistemology" dalam al-Shajarah, vol.5, no.1 (2000): 95-126, "Sufi Epistemology: Ibn 'Arabi on Knowledge and Knowing" dalam Afkar, no.3 (2002): 81-94, dan "Intuitive Knowledge in Ibn Sina: Its Distinctive Features and Prerequisites" dalam al-Shajarah vol.7, no.2 (2002). Ia juga aktif menulis di media massa nasional seperti Republika dan Hidayatullah.

Sejak Juni 2007 suami dari Andi Sri Suriati Amal (Inci) dan ayah dari empat anak (Jehan, Abdussalam, Deniz, dan Iffah) ini kembali ke almamaternya di IIUM sebagai staf pengajar.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
16 (76%)
4 stars
4 (19%)
3 stars
0 (0%)
2 stars
1 (4%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 4 of 4 reviews
Profile Image for Andi.
7 reviews7 followers
February 18, 2018
An Anonymous reviewer wrote:

Membaca buku ini, membuat saya menganalogikan penulis sebagai seorang jagal sekaligus ahli forensik. Dengan lihainya, dia menyudutkan makhluk liar bernama Syiah, mengikatnya, lalu membawanya ke dalam ruang kelas. Di dalam kelas, dia menerangkan asal muasal makhluk tersebut, menunjukkan bagian-bagiannya, membedahnya, menerangkan jalur-jalur peredaran darahnya, dan menunjukkan jenis sebenarnya dari hewan tersebut. Kesimpulannya pun membuat banyak orang terhenyak.

Tinjauan Historis

Penulis memulai membedah Syiah dengan menilik sejarah munculnya ajaran ini. Dengan argumen historis, penulis membuktikan kesalahan propaganda Syiah Now bahwa Syiah lahir dari dari rahim Islam yang awal. Syiah, menurut penulis, terbagi 3, yaitu:
- Syiah Terminologis, yang ini tidak ada hubungan apa-apa dengan Syiah Now . Setiap orang yang nge-fans dengan sesuatu, bisa disebut "syiah". Contohnya, kata penulis, Nusron Wahid bisa disebut "syiah Ahok" karena dia nge-fans berat dengan Ahok. Dari definisi ini, semua Ahlus sunnah adalah syiah Ali.
- Syiah Politis, yaitu semua yang berdiri di kubu Ali khususnya ketika terlibat perselisihan dengan Muawiyah. Lagi-lagi kelompok ini tidak ada hubungannya dengan Syiah Now karena Syiah Politis tidak mempermasalahkan legitimasi khalifah sebelumnya, bahkan mereka mengakui keutamaannya. Jadi klaim Syiah Now bahwa sahabat-sahabat Ali (seperti Ammar bin Yasir, Abu Musa al-Asy'ari, Abdullah bin Abbas, dll radhiyallahu anhum ajma'in) adalah Syiah Now, adalah sesat historis.
- Syiah Idelogis, yaitu syiah dengan makna tersendiri yang mencakup akidah, worldview, mindset dan kerangka-pikir yang kemudian membentuk perilaku, carapenerimaan informasi, dan penafsiran terhadap fakta dan peristiwa. Syiah jenis ini merupakan fenomena sempalan yang muncul dua ratus tahun setelah wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Jenis ini pulalah yang disebut Rafidhah oleh Imam Malik, Imam Syafi'i, dan para imam lainnya.

Dari penjelasan Ibnu Hajar al-Asqalani tentang tasyayyu', dapat pula ditarik 3 macam syiah yakni:
- Syiah tafdil, mencintai Ali namun tidak mencela para Sahabat.
- Syiah Rafidi, tidak sekedar mengistimewakan Ali, namun melebihkannya di atas Abu Bakar dan Umar (ingat, ini ciri Rafidi standar!).
- Syiah Rafidi Ekstrim, adalah Syiah Rafidi yang mencerca Abu Bakar dan Umar, mempercayai imam yang ghaib akan muncul kembali (raj'ah) sebagai ratu adil.

Proses Iranisasi

Kelompok Syiah Rafidi yang sebelumnya lebih banyak menyembunyikan diri, kemudian memperkuat eksistensinya ketika dinasti Safawiyyah menguasai Iran di awal abad 16. Dimulailah proses konversi paksa penduduk Sunni menjadi Syiah di wilayah Iran dengan ancaman dan kekerasan. Perlakuan kejam ini didukung oleh ulama Syiah seperti Al-Karaki yang menulis buku propaganda yang menganjurkan kutukan terhadap Abu Bakar dan Umar radhiyallahu anhuma.

Proses Iranisasi Islam (baca: Syiahisasi) ini makin mendapat tempat dengan bermunculannya mitos yang mengaitkan Iran dan ahlul bait. Kisah Husein yang dinikahkan dengan Syahrbanu, putri raja Persia terakhir pun didramatisasi sehingga muncullah wajah Syiah sebagai agama Iran.

Perbandingan Ajaran

Selanjutnya, penulis mengurai pokok-pokok penting dari ajaran agama baru ini. Dari aspek akidah diuraikan tentang bada', wasiat, nash penunjukan Ali, posisi sahabat Nabi, kegaiban imam, reinkarnasi, imam mahdi, dan posisi non Syiah. Data dari berbagai hasil penelitian menyangkut hal-hal tersebut menunjukkan bahwa dasar-dasar kepercayaan Syiah tersebut adalah sesuatu yang asing dalam Islam. Hal ini mengingat semua aspek ajaran Syiah berporos pada imamah (imamologi).

Konsepsi imamah inilah pula yang membentuk tafsir agama Syiah terhadap Alqur'an. Hampir tidak ada aspek dari Alqur'an yang tidak dikaitkan dengan imamah.

Begitu pula dalam bidang hadits, Syiah membentuk dunianya sendiri dengan menjadikan imam-imam mereka setara dengan Nabi saw. Hadits, bagi Syiah, tidak harus dari Nabi, tapi cukup dari imam-imam mereka. Jika dipersentasekan, jumlah hadits dalam agama Syiah yang dikaitkan dengan Nabi saw hanya berkisar 5,8% hingga 14,6% di seluruh kitab-kitab hadist Syiah.

Praktek-praktek agama Syiah yang berbeda dengan umat Islam seperti: taqiyyah, membenci Abu Bakar dan Umar, laknat kepada keduanya, serta kawin mut'ah, diuraikan dengan merujuk sumber-sumber baku Syiah. Praktek-praktek ini tentu saja berusaha dibantah kalangan Syiah, khususnya di Indonesia, namun hal ini dipandang bagian dari taqiyyah (politik bermuka dua orang Syiah).

Syiah di Indonesia

Bagian terakhir buku ini membantah klaim penganut Syiah di Indonesia bahwa Syiah masuk sejak lama. Penulis membantah dengan baik argumen-argumen tersebut, dan diperkuat dengan kesimpulan Prof. Azyumardi Azra bahwa Syiah justru masuk pasca revolusi Iran di tahun 70-an.

Syiah: Agama Baru!

Di bagian penutup, penulis menguraikan kesimpulannya kedalam beberapa poin:
1. Syiah adalah agama baru, hasil dari "Iranisasi" Islam.
2. Syiah adalah imamolog.
3. Ciri pembeda Syiah dengan umat Islam adalah pelecehan dan pengkafiran mereka terhadap Sahabat Nabi saw. Inilah sebabnya pertanyaan, "apakah Syiah itu kafir?", tidak perlu lagi. "Mereka auto-kafir", kata penulis dalam diskusi lalu di Universitas Negeri Makassar.

Semoga bermanfaat.
1 review
April 4, 2018
Asli, daftar pustakanya nggilani, dari sumber utama Syah sendiri, juga dari Orientalis Yahudi Kristen, Prancis dll dengan demikian sangat kuat argumentasi yang dibangun Penulis untuk menyimpulkan Bahwa memang benar Syiah bukan sekedar mazhab, lebih dari itu.

Bagi anda yg sangat penasaran topik topik syiah seperti eksistensi Abdullah Ibn Saba, kelaziman Nikah Mut'ah, syiah Di Indonesia, Evolusi Aqidah Syiah dll. Buku ini sangat layak diwariskan turun temurun ilmunya ke anak cucu saudara dan tetangga kita.
semoga Allah Swt Membalas kebaikan dan Pengorbanan Penulis dengan KEridhaanNya yang berlipat Ganda. Allahumma Amin.
Profile Image for Annisa Pratiwi.
1 review9 followers
March 15, 2018
buku ini menjelaskan tentang syi'ah dimulai dari terminologi dan etimologi serta perkembangan sejarahnya. penulis mempunyai penyikapan yang tegas terhadapnya dengan argumen yang jelas, mudah diikuti, dan tidak berbelit. sayangnya, terdapat cukup banyak kutipan bahasa asing (terutama bahasa arab dan inggris serta beberapa bahasa lain) yang tidak diterjemahkan. sangat kaya rujukan untuk sebuah buku yang ramping
Profile Image for Rafi.
10 reviews66 followers
January 2, 2025
Al-Ustadz Dr. Syamsuddin Arif tentu menulis buku ini dengan tingkat keseriusan dan ketelitian yang sangat canggih. Daftar pustaka beserta catatan kaki dari buku "sederhana" berjumlah 170 halaman ini mencapai total 302 referensi (jurnal dan kitab). Dengan rincian sebagai berikut: 115 referensi kitab induk Syi'ah; 73 referensi Sunni; dan 114 referensi dari ilmuwan Barat.

Beragamnya hujjah dari para ulama Syi'ah, ulama Ahlussunnah, serta para peneliti Barat dari berbagai bahasa (Inggris, Perancis, Spanyol, Jerman, dan Belanda), membawa beliau pada kesimpulan sebagai berikut:

"Dengan tetap berbaik sangka, cukuplah kita menyatakan bahwa secara ideologis (aqidah) Syi'ah itu 'Syi'ah', dan secara diplomatis, Syi'ah itu 'muslim'. Adapun secara sosial (dalam muamalah), Syi'ah itu manusia, tetangga, sahabat kita, sama-sama warga negara Indonesia dan seterusnya. Dan di atas itu semua, secara ontologis, Syi'ah itu makhluk Allah yang mesti kita perlakukan dengan baik dan adil (bi'l-adl wa'l-ihsan)." hlm. 148

Sebuah buku yang wajib dibaca untuk mengkaji Syi'ah. Semoga Allah limpahkan keberkahan bagi Dr. Syamsuddin Arif karena telah berkenan menulis risalah ini.
Displaying 1 - 4 of 4 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.