Di tengah semangatnya merintis usaha Cenil Snack untuk membiayai kuliah, Diajeng tertipu oleh Angga, seorang sales yang mengajaknya bekerja sama. Dengan harapan bisa memperoleh keuntungan lebih besar, ia mempertaruhkan seluruh tabungan yang dimilikinya. Cobaan bertambah ketika dagangan yang dititipkannya di sebuah minimarket ludes dalam musibah kebakaran.
Dalam keadaan terpuruknya, Ardi, laki-laki matang yang berprofesi sebagai guru SD, melamarnya dan menawarkan banyak solusi untuk masalahnya. Diajeng terbelit dalam kebimbangan karena diam-diam ia juga menyukai Aslan Satriawan, mantan teman sekolahnya yang sudah didekati oleh sahabatnya sendiri. Seperti sebuah nasihat, setelah kesusahan pasti ada kemudahan, ia pun kemudian mendapat kejutan tak terduga dalam hidupnya.
Fans berat Srimulat, Warkop DKI, Cak Kartolo dkk. Pengagum Arswendo Atmowiloto, Putu Wijaya, Andrea Hirata, J.K. Rowling, Cathy Hopkins. Hobi tertawa dan pengin membuat semua pembaca tertawa bersama. Suka terhanyut kalo dengerin Kitaro, Dave Koz, Idris Sardi. Gampang banget meneteskan air mata pas baca/lihat kisah-kisah sedih. Paling males nonton film yang sad ending. Nangisnya bisa sehari semalam. Gak tahan bau duren. Mending dikasih duit 1 milyar daripada disuruh makan duren....
Novel-novel Netty Virgiantini yang telah terbit: Mama Comblang (GagasMedia), The Kolor of My Life, Jodoh Terakhir. Ini Rahasia adalah novel keempatnya.
Super! Cerita perjuangan hidup perempuan sederhana yang mencoba berwirausaha dengan jual snack keliling. Meski kisahnya diwarnai cobaan yang tak main-main: mulai dicuekin sahabat, dikuntit gebetan, ditipu kenalan salesman, sampai minimarket tempatnya menaruh jualan ludes terbakar. Meski begitu kisahnya tetap ditulis dengan menyelipkan humor segar yang nggak maksa di tengah konflik. Keluarga Diajeng yang gemar ngedrama dan dangdutan ini beneran bikin kangen.
Diajeng adalah salah satu cucu dari Kakek Atmosukarto, sang pengusaha besi tua. Keluarga Diajeng termasuk sederhana jika dibandingkan dengan keluarga dua sepupunya yang lain (Alin dan Mara). Lulus SMA, dia memilih kuliah di Universitas Terbuka Jurusan Pendidikan Matematika. Sambil kuliah, dia mencoba merintis usaha dagang snack kecil-kecilan. Kulak jajannya di pasar, lalu dikemasnya lagi semua jajan itu ke dalam bungkus bermerk CENIL SNACK. Setiap hari dia keliling Semarang dengan motornya untuk menaruh jajannya di banyak warung. Gigih banget, Men. Nggak heran sepupunya, Alin, menjulukinya "cewek keren". Tapi Diajeng sendiri enggak merasa dirinya keren.
Dan dia makin canggung saat julukan "cewek keren" itu disematkan oleh gebetannya sejak SMA, Aslan. Ni cowok namanya kayak singa di Narnia. Haha. Sebenarnya Diajeng sudah kenal dengan Aslan sejak SD. Cowok itu waktu kecil sangat pemalu. Kebetulan ibunya adalah guru Diajeng. Mereka berpisah saat SMP dan baru ketemu lagi saat SMA. Puberty strikes hard, Aslan sudah jadi pemuda tampan dan Diajeng pun jatuh hati padanya. Aslan menyadari keberadaannya dan sesekali menyapa. Tapi anehnya mereka jarang berinteraksi secara intens. Hanya saja kalau berpapasan, Aslan selalu memanggilnya, "cewek keren".
Konflik terjadi ketika sahabat Diajeng sejak SMP ternyata juga naksir pada Aslan. Diajeng menutupi perasaannya. Dia bahkan mengira kedua orang itu akhirnya berpacaran. Namun, saat sedang bermotor untuk menaruh dagannya di warung-warung, di perhentian lampu lalu lintas, tak sengaja ia bertemu Aslan, tanpa sahabatnya yang dia kira adalah kekasih Aslan. Setelahnya, beberapa kali Diajeng bertemu dengan Aslan secara kebetulan. Debarannya makin terasa, namun Aslan begitu minim bicara. Diajeng masih dibayangi kisah lama bahwa Aslan adalah gebetan sahabatnya yang bahkan kini pun ikut menjauhinya.
Tak hanya konflik cinta, keluarga Diajeng pun sedang dilanda masalah. Konyol sebenarnya. Ayah Diajeng keceplosan bilang pada istrinya bahwa ia pernah selingkuh saat masih masa pacaran... dua puluh tahun yang lalu! Bumi gonjang-ganjing, keduanya langsung pisah rumah meski tak sampai bercerai. Ayah Diajeng ngekos di tempat lain. Sesekali ia akan pulang untuk menengok keluarganya. Dan ibunya akan membanting-banting panci. Tapi kalau suaminya lama tidak menengok ke rumah, sang ibu akan bete luar biasa. Kangen tapi tsundere. Ya Tuhaaaan. Ngakak aku baca konflik suami-istri ini. Niat tengkar nggak, sih? XD
Figur ayah ini akrab banget dengan Diajeng. Keduanya suka ngobrol lalu menyambungkan obrolan dengan lirik lagu dangdut. Asoooy! XD
Di antara semua konflik, yang paling terasa intens adalah justru konflik yang akhirnya melanda bisnis Diajeng. Seperti yang sudah kusebutkan di awal, dia akhirnya ditipu oleh salesman kenalannya. Belum cukup, minimarket tempat ia menaruh banyak jajan, ludes dilalap api. Padahal, modalnya sudah banyak terpakai. Uang yang ia miliki dipakai untuk membiayai kuliah dan mencicil utang pada Eyang Atmosukarto yang sudah memberinya modal awal. Hancur hatiku membaca Diajeng didera masalah bertubi-tubi.
Saat itulah, seorang guru matematika kenalannya, Ardi, melamar Diajeng dan menyanggupi untuk menanggung biaya kuliahnya. Ardi lelaki yang baik. Namun, bukan Ardi yang mengisi relung hati Ajeng. Pada suatu titik Diajeng mulai tergoda dengan prospek bahwa Ardi akan menguatkannya dalam menanggung bencana usahanya yang bertubi-tubi. Tapi di sisi lain ia ingin jadi mandiri dan tak mau bergantung pada Ardi, terutama karena lelaki itu sebenarnya sudah banyak membantu Ajeng, misalnya untuk mempelajari pelajaran kuliahnya. Bahkan jurusan Matematika pun ia pilih atas saran Ardi.
Namun, bagaimana dengan perasaannya pada Aslan? Pemuda itu juga sering bersikap membingungkan. Ada kalanya ia terlihat cemburu saat tahu Diajeng didekati Ardi. Tapi ia sendiri tak terbuka soal perasaannya pada Diajeng.
Diajeng sendiri digambarkan sebagai cewek kuat, tapi bukan sok kuat. Dia bukan jagoan yang tahan banting. Buktinya dirinya dengan naif bisa kena tipu lalu lemas dan menangis tersedu-sedu menyadari modalnya raib begitu saja. Kekuatan Diajeng diperlihatkan dari usahanya merintis bisnis dari awal, menjalin hubungan akrab dengan para pemilik warung yang lokasinya terpencar di seantero Semarang. Pun dirinya tak langsung meminta bantuan pada para sepupunya yang lebih berada meski sebenarnya mereka mungkin mau saja membantu jika diminta. Diajeng begitu membumi sehingga masalah yang menimpa dirinya membuatku sebagai pembaca langsung empati. Keluguannya, kegemarannya berdangdut ria bersama ayahnya... kisah Diajeng benar-benar merakyat dan menimbulkan kesan hangat.
Buku ini adalah buku pertama dari seri Gemblongers yang kubaca. Yang membuatku yakin dan mantep untuk membaca tiga seri Gemblongers lainnya secara maraton. Namun, setelah membaca semua serinya, tampaknya seri Diajeng ini buku urutan yang kedua kalau nggak yang ketiga. Timelinenya setelah Nunik, sebelum/sesudah Alin.
Setelah membaca Diajeng, aku langsung lanjut ke buku berikutnya yang merupakan buku pertama dari serial Gemblongers: Nunik.
Jadi makin penasaran dengan buku-buku karya Mbak Netty yang lain :D
Ceritanya dengan kebudayaan lokal ini emang menarik, apalagi settingnya di Semarang. Banyak hal yang dibagi ke pembaca, tempat rekreasi dan makanan.
Aku suka sama ceritanya, cuman ada beberapa emang yang agk bosen gitu. Mungkin karena alurnya lambat ya.
Karakter tokohnya kusuka sama Diajeng. Sosoknya ini lucuk abis, apalagi klo udah nyanyi dangdut. Dia juga pekerja keras, tangguh! Pantesan aja Aslan selalu bilang cewek keren. Emang iya sih. Diajeng ini keren 👍🏻👍🏻👍🏻.
Kalau sama Aslan dan Mas Ardi ini porsinya kurang menurutku, jadi karakter mereka nggak menonjol.
Karena ceritanya romance komedi, konfliknya pun santai gak terlalu gimana.
Walau sudah mengantisipasi kalau ada kemungkinan bakal bikin nangis, nyatanya beberapa kali saya mbrambangi dan akhirnya nangis pas Diajeng ketemu bapaknya yang pulang dari Bandung. Huhuu~ Memang ya, orang tua (bapak, ibu bahkan simbah) senyentrik atau seaneh apa pun, tetap saja bakal jadi penyangga di saat terapuh anak-cucunya. Dan teteeeepp yaaa, Mbak Netty ini selalu bikin karakter tokoh cowoknya ngegemesin. :)))
Entah udah berapa tahun sejak terakhir gue baca karya penulis lokal dan juga lama ga baca di GD (tapi arisannya mah tetep wkwk). Karena pengen baca buku yang ringan, pilihan pun jatuh ke seri gemblongers yang katanya sih buku "young adult". Walau menurut gue..YA di Indo sama di Ameriki beda yak. Karena YA di Indo ceritanya untuk karakter yang kuliah dan awal2 masuk kerja.
Walau serial, ternyata bukunya ga harus urut dibacanya, jadinya gue milih baca kisahnya Diajeng dulu. Seri gemblongers ini tentang 4 cewe cucu Mbah Atmo, mengisahkan kehidupan mereka sehari - hari yang tentunya dibumbui kisah romansa dengan latar belakang Semarang. Gue mah belum pernah ke Semarang dan jujurnya pengen kesana karena temen kantor gue yang mayan deket, rumahnya di Ungaran. Tapi apa boleh buat karena pandemi jadi ga bisa kesana kan, lol. Minimal bisa merasakan vibenya Semarang dari buku Diajeng ini, walau mungkin agak repot juga bayangin warung ini atau tempat itu dimana kalau ga pernah ke Semarang. Paling taunya Lawang Sewu doang :))). Pun buku ini sangat "NJAWANI" banget, alias bertaburan ucapan dan istilah khas Jawa. Gue yang asli Malang sih paham-paham aja, tapi yang orang sunda pisan atau bukan Jawa mungkin bakal roaming bacanya.
Bukunya emang sesuai harapan, ceritanya sangat ringan. Awal2 cerita, Diajeng sangat berasa mary suenya, entah ini disengaja atau tidak. Walau ringan, ya banyak petuah di dalamnya tanpa harus terasa menggurui. Seperti hubungan orang tua dan anak, bahkan sampe masalah menikah dimana gue setuju ma pandangan authornya. Menikah itu ga mecahin masalah hidup, tapi nambah2in masalah (lol, so true!). Jadi ga perlu lah ngomong "ahh capek kerja, mau nikah aja!!". Kalau capek ya tidur atau ndelosoran di kasur lah!
Lucunya, ketimbang kisah cintanya Diajeng dengan love interestnya yang berpotensi bikin cinta segitiga, gue lebih suka baca kisah tentang bapaknya Diajeng, Sarjan dan ibunya, Mutmainah yang kerap disapa "Dik Mumu". Gue baca Sarjan ini keingat adik ipar gue yang emang tengil dan sesukanya dia tapi juga bucin ke istrinya (adik gue). Kalau yg Dik Mumu gue keingat orang kantor yang panggilannya hampir sama XD. Jadi lucu aja baca kisah ortunya Diajeng walau di satu sisi gue sedih kalau keinget ortu gue sendiri yang..yah...kalau boleh dikatakan pernikahan itu memang tidak seindah yang orang2 selama ini bayangkan dan agungkan. Gue terharu baca saat Diajeng akhirnya menumpahkan keluh kesahnya sama Bapaknya dan juga ke eyangnya, Mbah Atmo. Sementara gue cuma adem ayem aja baca kisah Diajeng dan Aslan. Paling cuma ngebatin "hmm..indahnya masa muda beserta pahit manisnya :))) *
Next gue mau baca kisahnya Alin, si montir. Epilognya menyiratkan kalau cerita seri gemblongers ini timelinenya hampir sama semua kejadiannya. Jadi gapapa mau baca yang mana dulu.
Selesailah sudah bagian pertama serial Geng Gemblongers yang ringan dan lucu-lucu.
Saya mengamini harapan mbak Netty supaya buku-buku ini banyak yang membaca, dan bisa meningkatkan minat baca bangsa Indonesia. Cerita-cerita ini seru, sih, dan latarnya begitu dekat dengan sebagian besar warga Indonesia. Bukannya serial ini tidak "menjual mimpi'" tapi setidaknya mimpi yang ditawarkan nggak ketinggian, hehee.
Bukunya ringan, tapi banyak pelajaran yang bisa diambil. Sedikit banyak crta ini tuh bakalan relate banget sama rakyat menengah ke bawah dan bukunya juga nggak menjual mimpi. Suka juga sama Diajeng, walaupun kalau dia udah sama Bapak gaje juga mnurutku. Wkkw. Hubungan sama Aslan lumayanlah dapet chemistry-nya walaupun enggak banyak. Tapi buildingnya dapet aja. Nggak yg ngerasa tiba-tiba.
Diajeng adalah anak dari Sarjan Atmokusumo. Kerjaan sehari-harinya menjajakan jajanan pasar ke beberapa warung atau toko. Ditemani motor cicilannya bernama Fino dan gembolannya, Diajeng melaju setiap hari berkeliling kota Semarang.
Nasib hidup Diajeng ga semulus Mara atau Alin. Bapaknya hanyalah satpam di pabrik sepatu. Karena sang ibu yang suka drama, kedua orangtuanya berpisah. Diajeng tinggal dengan Ibu walaupun dia lebih dekat dengan Bapaknya.
Konflik Diajeng lebih kepada pergumulannya dalam menjalani hidup. Ditipu sesama penjual keliling, ditaksir Mas Guru, sementara cowok yang disukainya malah juga disukai sama temannya sendiri.
Saya salut dengan kemandirian Diajeng. Juga suka sama pesan-pesan moral dari Mbah Atmo dan Bapaknya Diajeng. Jangan jadikan pernikahan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah hidup. Karena dalam pernikahan itu sendiri ada lebih banyak masalah. Kalau ga siap jangan dipaksain menikah.
"Tetaplah tenang menjalani hidup yang semakin rumit ini. Jangan lupa gojegan. Banyak-banyaklah tertawa, hidup sudah berat." Hal 8 - DIAJENG Camilan, Gembolan dan Cinta yang Belingsatan. Netty Virgiantini Penerbit Gramedia Pustaka Utama Edisi Digital, 2018 Tebal 264 Halaman Baca di Ipusnas - "Jangan menikah hanya untuk mengatasi masalah. Karena dalam pernikahan itu nanti juga akan banyak masalahnya sendiri." Hal 201 - Diajeng Atmosukarto 19 tahun yang kesehariannya wara wiri membawa tas gemblongan kanan kiri di atas motor Fino merah kesayangannya yang setia menemani mencari banyak rejeki di tiap kelokan warung-warung kecil untuk menitipkan camilan cenil snack miliknya. Meski sedikit, lama-lama akan jadi bukit, guna membayar cicilan motor, kuliah dan lainnya. Definisi cewek keren yang tidak ingin membebani orang tuanya setelah berjuang selama ini untuk menyekolahkan dia dan abangnya Dimas. Meski terlihat tangguh. Namun, sejatinya Ajeng perempuan rapuh yang tetap mencari sosok sang ayah tempatnya berkeluh kesah meski ujungnya ditempati lagu dangdutan sebagai jawaban keresahannya. Sebelas dua belas sifat sang ayah yang turun pada Ajeng, sayangnya suaranya nggak semerdu sang ayah. - Usaha camilannya mungkin selalu bagus, sayang nggak sejalan dengan kisah asmaranya yang kering kerontang. Nyatanya selain nggak peka dalam asmara, Ajeng juga nggak peka sama jalannya usaha yang dia kembangkan dengan rekannya yang lain. Yang menimbulkan banyak kejutan dan tidak sanggup dia tanggung sendirian. - Karakter tokoh Ajeng, Ayah, ibu dan beberapa tokoh lainnya terasa pas. Lebih suka chemistry antara ayah dan anak yang begitu solid. Merasakan bagaimana harmonisnya hubungan keluarga Ajeng juga dengan para customer langganan cenil snack. Latar tempatnya juga begitu kuat jadi ikut merasakan bagaimana riuh dan serunya Ajeng selama muter-muter pake Fino di kota kelahirannya Semarang. - Meski menemukan beberapa typo, tetap aja asyik mengikuti kisah Ajeng yang berjuang untuk mimpinya jangan lupakan selera humornya yang asyik. Penulis apik benar meramu perjalanan Ajeng dalam asmara, dan kepeduliannya pada keluarga. Mood baca naik seketika. Personal rate 4/5
Hampir semua orang tahu Ajeng selalu identik dengan motor matic beserta "gembolan" di boncengan berisi dagangan snack-nya. Hidup serba pas-pasan tidak membuat Ajeng jadi pasrah. Usahanya justru diperkeras. Di tengah kesibukannya menjajakan snack, seorang lelaki datang. Bukan orang asing sebenarnya. Ajeng sudah lama berinteraksi, tetapi ketika diminta menjadi sang istri, agak keki juga. Selain belum siap berumah tangga, Ajeng punya seseorang yang dia suka sejak lama.
Semula semuanya berjalan baik, sampai ada musibah yang cukup mengguncang usaha Ajeng beserta tabungannya. Di saat terpuruk seperti itu, pikiran itu muncul. Tawaran pernikahan yang awalnya masih dianggap asing jadi terasa seperti jawaban. Tapi, masa nggak ada jalan lain?
Bukan kali pertama baca karya penulis, tapi ini buku kedua(?) setelah sekian lama dan rasanya menyegarkan. Macam lagi kehausan terus nemu jus jeruk di kulkas. Karakter Ajeng ini tangguh, nggak gampang goyah (kecuali pas musibah itu datang), dan yang paling penting nggak gampang malu. I love the way she handled the problems, yah walaupun sempet kepikiran mau nerima tawaran Ardi gitu aja, sih.
Konsep persepupuan dengan Mbah Atmo sebagai penasehat umum terasa segar. Setuju banget setiap masalah pasti ada jalan keluarnya asal nggak makan mengkudu. Eh, maksudnya asal nggak nyerah.
Yang lagi cari YA kocak, ada romance cuman nggak mendominasi, dan yang pasti terasa "fresh" bisa banget coba baca ini.
Diajeng itu cewek keren! Seperti julukannya, mbak Netty Virgiantini sukses mewujudkan kekerenan Diajeng lewat novel ini. Beda dengan dua sepupunya yang kuliah di PTN dan satu sepupu yang punya kerjaan ‘glamour’ sebagai EO, Diajeng kuliah di Universitas Terbuka sambil dagang camilan. Beberapa hari sekali dia kulakan di pasar Dargo, menimbang dan membungkus camilan lalu diberi merk “Cenil Snack”. Setiap siang Diajeng keliling menitipkan snack di warung-warung lalu malam hari dia belajar. Biaya kuliah semua ditanggung olehnya plus cicilan motor. Keren kan? Beda dengan Ninuk yang tidak bercerita tentang aktivitasnya berjualan Angkringan, Diajeng bangga menceritakan usahanya ini. Oya satu hal di buku ini yang membuat pengetahuan ttg mbah Atmo bertambah : usaha besi tua simbah bukan usaha kecil lho. Dulu di buku Mara digambarkan Mbah Atmo punya kamar luas yang sejuk di Jl. Barito. Nah lho, kalau cuma kios mana mungkin luas dan sejuk. Di buku ini diceritakan “kios” Mbah Atmo punya beberapa karyawan. Enggak kecil kan? Minimal pemasukan kios ini harus bisa menutup gaji 5 orang dalam sebulan. Sebelum mengakhiri dengan buku terakhir, ijinkan saya mengutip pantun Mbah Atmo. Mendaki bukit mengarungi lembah. Bersimbah peluh lelahlah sudah. Kalau lelah ya istirahat dulu, ngopi-ngopi di warung sebelah.
Dalam hidup ini ada hal-hal yang bisa dibagi bersama, dan ada juga yang akan tetap menjadi privasi masing-masing. (Hlm 126) Kalau ngomongin soal cinta, rindu dan cemburu, faktor usia memang tidak berlaku (hlm 60)
Waspada itu penting, tapi jangan sampai curigaan. Jangan gampang percaya sama orang meskipun sudah kenal baik sebelumnya. Kewaspadaan itu penting. Tapi, jangan malah jadi gampang curiga pada semua orang. (192)
Apa rasa berdebar itu memang perlu untuk menikah? Katanya witing tresna jalaan saka kulina, akan mencintai karena sudah terbiasa bersama (Hlm 200)
Jangan menikah hanya untuk mengatasi masalah. Karena dalam pernikahan itu nanti juga akan banyak masalahnya sendiri. (201)
Yang namanya orang usaha dagang kena tipu atau ditimpa musibah, itu sudah biasa. Nggak ada orang usaha jalannya luruus, lempeng terus selamanya. Pasti ada belok, naik-turun, kadang kesandung, nyungsep sampai babak bundhas juga. (Nasihat Mbah Atmo, hlm 215)
Yah, namanya anak kuwi yo macam-macam sifatnya, Jeng. Meskipun dididik dengan cara yang sama, dikasih makan dan tinggal di tempat yang sama, tetap saja masing-masing punya karakter sendiri. (Mbah Atmo, hlm 217)
Diajeng ini benar benar cewek keren!!😄 Banyak sih wejangan dan pelajaran hidup disini. Keadaannya Diajeng juga reletable dan realistis banget, dari keluarganya, keadaan bisnisnya, sampai ke percintaannya.
Interaksi geng Gemblongers di epilog benar-benar pecah, bisa jadi pancingan bagi orang-orang agar baca buku lainnya juga dari seri ini.
Tapi sayangnya kadar typo dibuku ini sudah mencapai level mengganggu bagi aku, untuk bahasa-bahasa Jawa disini mungkin bisa dikasih artinya, karena aku yang bukan orang Jawa jadi agak susah mencerna kalimatnya. Oiya, ada beberapa penjelasan seperti kata-kata atau kalimat-kalimat yang diulang-ulang jadi sedikit bosan. Btw, itu pengenalan tempat-tempat menarik di Semarangnya oke sih tapi nama jalannya jadi buat bingung deh bayanginnya wkwk.
Overall si Diajeng ini emang cewek keren!! lucu kali ya kalau Gemblongers series ini dibuatin web seriesnya, dan menceritakan kehidupan mereka ber-4 HAHAHAH🤣😄
Di Goodreads, si Diajeng ini yang ratingnya paling kecil, tapi apa yang terjadi? Ini malah yang paling kusuka (cuma beda tipis dengan Ninuk) wkwk. Loh kenapa? Menurutku, secara romansa gemes, secara konflik walau agak (maaf) mainstream, tapi penyampaiannya oke. Keresahan hati, kelucuan, degdegan orang jatuh cinta semuanya pas. Ih suka aku. Mungkin penyelesaian masalahnya terkesan terlalu simpel, tapi di aku ya cepet tapi pas (bukan yang buru-buru) bin ga drama-drama amat (kecuali Dik Mumu, eh maksudnya ibunya Diajeng yang suka banting panci, krompyang! Itu baru drama)
Baca Diajeng rasanya kayak ngikutin kehidupan sehari-hari seseorang. Ceritanya ngalir, tentang perjuangan, keluarga, sampai soal cinta segitiga. Aku pribadi suka sama karakter Diajeng. Dia tangguh, punya pendirian, dan nggak gampang malu dengan kerjaannya. Walaupun sempat goyah—kayak waktu dia hampir nerima Ardi setelah kena musibah—tapi justru itu bikin dia kerasa nyata dan nggak dibuat-buat. Yang paling aku suka, penulisnya detail banget dalam menggambarkan Kota Semarang. sampai bikin aku yang belum pernah ke sana jadi pengen banget main ke sana suatu hari nanti.
Banyak deskripsi yang terlalu detail, ceritanya sering terputus di tengah jalan dan tiba-tiba disambung lagi di bagian lain, statementnya kurang konsisten. Tapi yang paling kusuka di novel ini adalah caranya menceritakan interaksi si tokoh utama dan pacarnya yang sangat pendiam itu. That so sweet!! Oiya, di dalamnya banyak pakai bahasa jawa, dan nggak ada terjemahannya. Jadi kalau nggak menguasai bahasa jawa mungkin akan agak susah memahami percakapan dan jokesnya.
I really love this. Suka banget sama karakter Diajeng, emang definisi cewek keren beneran. Baca ini kayak nggak terasa gitu, tau-tau udah mau selesai. Alurnya naik turun, kadang ketawa kadang nangis. Ini yang buat aku nggak bosen pas baca. Penggambaran latarnya keren sih ya, aku jadi tau banyak tempat di Semarang. Udah lama nggak baca young adult karya penulis Indonesia pas baca ini rasanya puaaaas banget. Nggak nyesel bacanya.
Diajeng punya daya juang yang tinggi sebagai anak dan juga perempuan. Dia jualan snack dan tiap hari kulakan. Tapi karena keinginan untuk berubah tersebut akhirnya hidup dia banyak lika-liku. Sayangnya, bumbu romance yang ditonjolkan, ngga bikin aku "jatuh" sama pasangan tersebut. Kurang menonjolkan, si cowok nih bagusnya dimana
SERUUU BANGET. dibanding cerita ninuk yg menurut aku bahagianya dikit, diajeng ini ceritanya seimbang banget. perjuangannya dapet, bahagianya juga dapet. pertemuan pertemuannya sama aslan juga emang realistis. kita kan emang sering mengalami pertemuan ngga terduga. dan disini ngga berlebihan dan terkesan dipaksakan sama sekali! SUKA POKOKNYA
Seru sih ceritanya, cuma kadang bingung tiba-tiba ke flashback padahal belum ada ceritanya, kayak yang tiba-tiba udah diceritain kalo Diajeng kena tipu, atau tiba-tiba dia ketemu sama Aslan yang kemunculan pertamanya belum dijelasin dia siapa, jadi aku bingung tadinya, sama Arina (? siapa ya temennya Diajeng dulu pas SMA)
Aku lemah deh sama buku-buku berdialog dan bernarasi kocak kayak Diajeng ini. Buku ini ber-setting di Semarang dan tentu saja akan banyak bahasa Jawa yang ditemui, tapi tetap paham kok! Walau kadang nggak ada footnote-nya karena kita sering dengar. Aku suka banget cerita perjuangan hidup Diajeng yang mandiri, yang seharusnya kalau di novel lain bisa mengharu biru, eh di sini dibikin santai dan happy walau rumit juga sebenarnya musibah-musibah yang menimpa Diajeng. Nilai plus novel ini adalah kekocakan para karakternya terutama karakter Bapak Diajeng, Ibu Diajeng yang suka banting panci, Diajeng, Mbah Atmo, dan abang-abang warung tempat Diajeng nitip dagangannya. Jangan kaget kalau sering nemu lirik lah dangdut karena salah satu senjata novel ini adalah itu 🤣 Lucu banget terkadang lagi serius-serius tiba-tiba si Bapak atau abang-abang warung nyanyi lagu dangdut. Keakraban, kesederhanaan, ketulusan para karakternya dan ceritanya benar-benar terasa deh. . Selebihnya sih kemunculan Arina, teman Diajeng, cuma bumbu ya. Aku juga nggak menyoroti hubungan cintanya yang alhamdulillah nggak mendominasi juga. Aku suka betapa novel ini tuh bisa menghibur hati banget kalau yang baca lagi sedih. Ada juga pesan-pesan yang dapat diambil tentang kehidupan. Sayangnya ada masalah Diajeng yang nggak ada kelanjutannya, yang mungkin harusnya bisa dijelasin lagi ya jadi nggak sekadar numpang lewat buat berat-beratin pikiran Diajeng yang akhirnya jernih lagi setelah nyanyi lagu dangdut dan dengerin pantun ngawur Mbah Atmo. Dan juga sumpah deh aku kurang suka ada kebetulan-kebetulan... nggak tahu ya Semarang gede atau kecil karena waktu aku ke sana cuma main ke kotanya aja, tapi tuh kalo ketemu beberapa kali apalagi sempat ketemu di tempat wisata (padahal sama-sama orang Semarang) di hari dan jam yang sama tuuh gimana gitu, kecuali jodoh sih 🤣 . Terakhir, aku juga suka sedikit kemunculan dari Geng Gemblongers, yang anggota-anggotanya juga punya novel sendiri-sendiri: Mara, Alin, dan Ninuk. Peringatan aja, seharusnya bacanya berurutan sih soalnya gara-gara baca ini duluan aku jadi udah ke-spoiler salah satu adegan heboh di novel Mara. ☹️ Akhir kata, aku suka novel ini! Aku akan kasih 3,8 🌟 dan aku jadi penasaran sama tokoh lainnya 🤣