Mengelola warung angkringan di pinggir jalan bersama ibunya membuat Ninuk Ayu sering gelisah. Selain mulai terancam oleh keberadaan kafe modern, beraktivitas malam hari membuat keduanya rentan menjadi objek pelecehan pria-pria iseng. Kedatangan Dito, cowok ganteng, kaya, dan perlente, untuk menawarkan kerja sama bisnis berupa kafe angkringan, membuat Ninuk merasa menemukan jalan keluar. Penuh semangat ia, ibunya, dan Dito bermitra membuka Angkringan Urban, yang terletak di pusat pergerakan mahasiswa di bilangan Tembalang, Semarang. Namun, di balik kesuksesan Angkringan Urban, Dito telah berhasil mencuri hati Ninuk dan membuatnya jauh dari sahabat suka-dukanya selama kuliah, Jangkrik.
Lahir di Cirebon pada 22 Maret, suka sekali membaca buku. Tetapi dari sekian banyak buku yang dibacanya, buku-buku resep masakan dan kuelah yang paling membuatnya seolah kesetrum. Retni memang hobi masak, apalagi memasak untuk keluarga kecilnya yang telah membuatnya merasa menjadi perempuan istimewa.
Alumnus Komunikasi Fisipol UGM ini sempat menjadi copywriter dan account executive selama beberapa tahun di perusahaan periklanan di Jakarta.
Ninuk ini lucu. Dipadu sama Jangkrik jadi klop kocaknya. Celetukan dan omongannya yang mungkin terkesan kasar terasa akrab dan membumi.
Saya jadi penasaran, apakah Mara, Diajeng, Ninuk dan Alin benar2 ada dan nyata? Soalnya para penulisnya di catatan penulis bilang kayak gitu sih. Kalau beneran ada wah...seru banget ya. Apalagi Mbah Atmo. Bisa jadi simbah teladan beneran itu
Di luar dugaan dan sejujurnya gue seneng juga, karena buku terakhir series Gemblongers yaitu ceritanya Ninuk endingnya GUE SUKA. Jujur, pengalaman gue baca series gemblongers ini ga terlalu bagus. Semua penulisnya termasuk "new author" buat gue (ditambah gue jarang baca buku karya pengarang lokal hahaha) jadi gue sebenarnya juga ga terlalu banyak ekspektasi. Awal baca buku Diajeng agak kikuk, tapi gue masih bisa follow karena aura jawanya sangat kenal. Bukunya Alin gue kurang sreg karena penggambaran Alin yang sangat Mary Sue. Tapi ternyata, si Mara juga lebih Mary Sue dan gue ga suka sama cinta banyak cabangnya yang terkesan sangat dipaksakan. Pun cerita Mara terasa sangat metropolitan. Gue agak skeptis mau lanjut baca bukunya Ninuk, tapi gue bisa bilang kalau semuanya terbayarkan dengan manis.
Berbeda dengan Diajeng, Alin maupun Mara yang terasa sangat Mary Sue, tidak ada kesan seperti itu dalam diri Ninuk. Semua karakter di buku Ninuk ini sangat membumi. Dialognya ajeg, enak dibaca, mengalir begitu saja. Konflik - konfliknya pun, walau kesannya cliche, ditulis dengan natural. Gue lebih bisa ngerasain dilemanya hidup Ninuk ketimbang sepupu-sepupunya yang lain. Gue juga suka sama romansa Ninuk, mau itu sama Dito atau sama Jangkrik. Senyum - senyum sendiri, kesel - kesel sendiri. Baca cerita Ninuk gue berasa balik jaman kuliahan :)). Apalagi endingnya kisah romansa Ninuk dan Jangkrik bener - bener...chef's kiss lah pokoknyah.
Konsep series gemblongers menurut gue cukup bagus dan unik, ditambah dengan setting Semarang yang "njawani". Tidak semua penulis di series ini bisa mempresentasikan konsep itu dengan baik, seperti yang gue rasakan dengan cerita Alin dan Mara, tapi ga memungkiri kalau gue juga iri sama keakraban para sepupu ini. Ditambah dengan kehadiran Mbah Atmo yang cukup nyentrik, bikin gue kepengen punya mbah yang kayak begini juga (sayang mbah gue dari pihak ortu udah ga ada semua. Dan waktu hidup dulu juga ga nyentrik2 banget).
Dialognya sungguh gayeng bin koplak. Mengalir terus seperti air dari bendungan bocor. Hehehe. Ini buku kedua dari seri Gemblongers yang kubaca. Tak kalah menarik dari cerita Diajeng. Ninuk berasal dari keluarga sederhana dan berjuang bersama ibunya mengelola angkringan pinggir jalan malam-malam.
Tapi dasar yang namanya cobaan, ada saja pelanggan kurang ajar yang melecehkan ibu Ninuk. Tampaknya image angkringan malam yang dijaga perempuan itu tak sebegitu baik. Belum lagi angin malam yang bikin ibu Ninuk jadi sakit-sakitan.
Solusi datang ketika Dito mengajak kerja sama sehingga angkringan bisa dibuka di tempat yang lebih modern. Kedekatan Dito dengan Ninuk sampai bikin Jangkrik, sahabat Ninuk, keki luar biasa, lalu menjauh. Namun, ternyata Dito punya agenda sampingan dari misinya mendekati Ninuk dan ibunya.
Yuuup selesai juga seri gemblongers ini. Paling suma yg ini sih karena plotnya rapi dan karakter Ninuk nya juga nggak all over the place. Cuman aku rada bingung sama si Jangkrik ini. Dia katanya sinis, tajem mulutnya blablabla, tapi enggak ada yang nunjukkin dia bgtu, wkwk. Meira sama Dito nya build up nya kurang bagus sih menurutku. Tapi over all aku suka. Actual rating: 3,5 🌟
3.5 ⭐ to Ninuk : Angkringan, Jangkrik dan Cinta yang Bergentayangan (Gemblongers Series) by Retni S.B
Ninuk Ayu atau yg biasa hanya dipanggil Ninuk mempunyai usaha angkringan (Angkringan adalah sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan di Jawa Tengah, Klaten, dan Yogyakarta-Google) yg dikelolanya berdua sang Ibu. Sepeninggal ayahnya, usaha angkringan inilah yg menghidupi Ninuk dan Ibu. Setiap malam Ninuk dan Ibu, sekali2 dibantu Paklik Yono, adik Ibunya, berjualan nasi kucing dan segala macam tetek bengeknya. Tapi seiring perkembangan jaman, angkringan Ninuk mulai kalah bersaing dgn restoran dan cafe2 gaul yg mulai menjamur. Titik cerah muncul ketika Dito, seorang cowok keren menawari Ninuk utk berpartner dengannya membuat angkringan bergaya modern. Tergoda, Ninuk setuju dan memulai usaha bersama Dito. Dan Dito pulalah yg membuat Ninuk berdebar-debar nggak keruan. Tapi apa benar Dito juga naksir dgn Ninuk? Atau ada udang di balik bakwan? Lalu bagaimana dgn Jangkrik, sohibnya yg selama ini selalu setia menemani dan siap sedia membela Ninuk? Lalu apa juga motif Mesa, cowok ganteng tapi nyinyir yg sepertinya sangat memusuhi Jangkrik dan Ninuk?
Suka sekali tokoh Ninuk disini. Gadis mandiri yg berjuang tanpa pernah merasa malu walaupun sering dipandang remeh bahkan ada yg memandang miring karena profesinya yg berjualan nasi malam hari. Prinsip Ninuk, walaupun kecil tapi halal mengena banget rasanya di hati. Sebagai orang yg juga sering berjualan di pinggir jalan bisa merasakan apa yg dirasakan Ninuk. Lalu Jangkrik alias Jiro Setiawan....Duh, model kayak gitu 1 diantara sejuta. Buku ini sederhana tapi padat. Ada cerita ttg persahabatan, keluarga, cinta dan juga perjuangan. Yg agak kurang logis menurutku sih ttg kasus Mesa itu, kayak dipaksakan "masuk" dan juga jujur kadang Ninuk yg ngomong kadang ngalor ngidul itu agak sedikit berlebihan. But overall, suka bangetlah. Jadi pengen baca buku seri Gemblongers yg lain juga, tentang Mara, Alin dan Diajeng. Semoga seseru Ninuk dan angkringannya 😊.
Agak-agak lupa gimana kesannya pas baca karena udah beberapa bulan lalu dan baru sempat reviu, jadi pasti nggak bisa runut pembahasannya. Intinya, di buku ini nunjukin girl power. Ninuk yang sudah ditinggal sang bapak harus membantu ibunya jualan angkringan di pinggir jalan. Semua hal hampir dilakukan sendirian, manol bangetlah dia ini. Sayangnya jualan di angkringan pinggir jalan nggak bikin dia kebal sama mulut comberannya para lelaki mata keranjang.
Aku labelin spoiler aja, deh, karena mau berbagai some thoughts dan bakalan spoiler banget.
Aku suka semua buku di series ini. Well written. Aura girl-power para FL-nya kuat dan yang pasti kocak, sih. Banyolannya adaaa aja.
Chicklit dengan nuansa lokal. Sudah lama lirak-lirik di toko buku, akhirnya ketemu di iPusnas. Menurut saya ini konsep buku young adult yang menarik. Tidak sekedar berkutat dengan kegalauan asmara, dengan latar belakang yang gitu-gitu saja. Mbak Retni S.B. menyodorkan tokoh Ninuk, mahasiswa FISIP sekaligus menjalani buka angkringan. Yang membetot perhatian saya adalah tokoh Mbah Atmo yang gemar berpantun. Mbah Atmo yang berjualan besi tua dan tinggal di jalan Barito. Jalan yang sama dengan masa kanak-kanak saya selama 4 tahun. Hidup Ninuk penuh kesibukan, semua yang dilakukannya adalah penting. Tak ada waktu untuk ngopi-ngopi cantik atau ke salon. Namun Ninuk punya pesonanya sendiri. Satu hal yang agak kurang sreg bagi saya : cara bicara Ninuk yang cenderung meletup-letup setiap saat membuat saya lelah. Seolah-olah penulis ingin menggarisbawahi karakter Ninuk : ini lho aku, beda banget ama kamu.
Walaupun Dito nyebelin sudah manfaatin Ninuk, tapi lebih nyebelin bin kesel ke Mesa. Bisa dimengerti sih kalo lu sayang ke adek lu, tapi serius lu ngehate Jangkrik dan Ninuk gitu aja tanpa ngasih mereka alasan yang jelas?? Bocah banget😭 masa udah kuliah tingkahnya kayak masih anak sekolah sihhhh kesel deh😭🤜
Overall gaya berceritanya enak sih, sederhana. Seru juga karena slice of life. Tapi agak terganggu dengan selera humor (hampir) semua tokoh yang dibikin mirip, jadi kayak nggak punya ciri khas gitu tiap tokohnya.
Pas ngepoin buku lain dari gemblongers series ternyata penulisnya beda-beda ya, jadi nggak sabar deh baca buku lainnya.
Paguyuban humor receh mari merapat haha!. Novel satu ini mengandung limpahan mood booster saat membacanya. Pergaulan khas jawa yang kental jadi keinget temen-temen di kampus dengan obrolan ringan dan celetukan satirnya. Banyak moment yang page turning apalagi konfliknya yang bikin gregetan poll namun syarat akan nilai kehidupan. Unsur budaya yang melekat patut diacungi jempol buanget nih buku :D.
hidup ninuk bisa dibilang lebih merakyat lah dibanding alin mara dan justru perbedaan itu yg bikin aku kaget banget pas baca. aku sebenernya ngga bisa baca buku yang bisa dibilang kisah ninuk disini sedih banget diantara sepupunya yang lain. waktu awal liat sinopsis, aku udah bisa nebak kalo isi cerita emang 85% fokus ke kehidupan ninuk dan angkringannya. jadi feel kisah cinta dia dan jangkrik juga ngga terlalu masuk di aku mungkin karena jangkrik juga bisa dihitung berapa kali munculnya.
Masih segar, manusiawi, dan membumi. Saya senang penokohan Ninuk di sini. Mahasiswi yatim yang ulet berusaha untuk mandiri dan mendukung ibunya. Hubungannya dengan Jangkrik memang kesannya kasar dan dianggap wajar, tapiii dia bisa begitu nurun dari siapa?
Ujung ceritanya masih so sweet... walau nggak segabruk pengalaman Mara 😂
Ninuk hidup berdua dengan ibunya karena sudah ditinggal meninggal ayahnya dari sepuluh tahun yang lalu. Mereka-ibu dan Ninuk- harus banting tulang dengan berjualan angkringan di malam hari untuk tetap menyambung hidup. Namun perubahan jaman dan cinta menjadi konflik di cerita ini.
At least secara romansa dan kelucuan lebih bisa kuterima daripada Alin. Ya walaupun ada konflik yang cenderung unnecessary (mana diselesaikan dengan cenderung ga jelas pula) tapi gapapa dah. LANJUT!
Lumayan ceritanya, walau menurutku alasan Mesa nggak suka sama Jangkrik dan Ninuk tuh kayak yang tiba-tiba banget(?), terus nggak diceritain juga kenapa tiba-tiba Jangkrik jadi deket sama adeknya Mesa.
Ngakak banget sama dialognya mereka. Penggambaran latar ceritanya bagus banget, kayaknya sesuai realita ya..sebagai warga tetangga undip saya jadi tau tempat tempat baru lewat novel ini.
Sampai halaman 60-an kumasih tak tahu Ninuk ini mau dibawa ke mana dan apa masalah besarnya. Kuputuskan membacanya hingga selesai, dan ya... Ninuk memang tidak terlalu memiliki masalah besar di ceritanya (atau aku yang kurang jeli). Ini tentang keseharian Ninuk dan masalah-masalah hidup yang mewarnainya. Yang kusuka adalah, Ninuk penjaga angkringan dan detail sekali soal kehidupan perangkringannya. Fresh aja gitu. Jadi inget angkringan seputaran kampus yang ga ada Ninuknya. Bagian Mesa dan adiknya, juga Dito terasa agak gantung dan kupikir masih bisa diperdalam lagi. Akan tetapi, kucukup menikmati dan sukses untuk Kaka Penulisnya ^^