Jump to ratings and reviews
Rate this book

I am Sarahza

Rate this book
Manusia bilang di mana ada kehidupan, di situ ada harapan. Tapi bagiku, ruh yang telah dinasibkan di Lauhul Mahfudz, selama manusia memelihara harapan, maka aku akan selalu hidup.

Dari Alam Rahim, aku menyaksikan bagaimana kedua orangtuaku jatuh bangun memerolehku. Melewati puluhan terapi, menghadapi ratusan jarum suntik, sayatan pisau operasi, berkali inseminasi dan gagal bayi tabung, bahkan sampai harus melalui badai depresi.

Meski segala ilmu manusia akhirnya bertekuk lutut pada Pencipta Ilmu Segala Ilmu, kedua orangtuaku tak menyerah. Bahkan setelah ibu menjadi 'tak sempurna' karena upayanya.

Tahukah apa yang membuat Pencipta bisa Luluh pada hamba-Nya? Dengan segala usaha dan penyerahan diri sepenuhnya, akhirnya takdirku ke dunia dihantarkan oleh ribuan malaikat yang bersujud pada manusia-manusia yang sabar dan berupaya.

Inilah kisahku. I am Sarahza

318 pages, Paperback

First published April 20, 2018

97 people are currently reading
953 people want to read

About the author

Hanum Salsabiela Rais

8 books371 followers
Hanum Salsabiela Rais, adalah putri Amien Rais, lahir dan menempuh pendidikan dasar Muhammadiyah di Yogyakarta hingga mendapat gelar Dokter Gigi dari FKG UGM. Mengawali karir menjadi jurnalis dan presenter di TRANS TV.

Hanum memulai petualangannya di Eropa selama tinggal di Austria bersama suaminya Rangga Almahendra dan beke rja untuk proyek video podcast Executive Academy di WU Vienna selama 2 tahun. Ia juga tercatat sebagai koresponden detik.com bagi kawasan Eropa dan sekitarnya.

Tahun 2010, Hanum menerbitkan buku pertamanya, Menapak Jejak Amien Rais: Persembahan Seorang Putri untuk Ayah Tercinta. Sebuah novel biografi tentang kepemimpinan, keluarga dan mutiara hidup.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
445 (63%)
4 stars
185 (26%)
3 stars
44 (6%)
2 stars
14 (1%)
1 star
13 (1%)
Displaying 1 - 30 of 194 reviews
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
July 14, 2018
** Books 64 - 2018 **

4,3 dari 5 bintang!

."....Ingatlah, satu masa dalam penggal hayatmu nanti, kamu juga pasti sesekali merasakan kalah. Ketika keadaan justru menyudutkanmu. Saat harapan berlari menjauhimu.

Hanya satu pesan Ayah dan Ibu, kamu adalah Sarahza yang tidak boleh menyerah.
Jangan pernah menjadi pecundang, karena kamu terbit sebagai pejuang dan selamanya akan menjadi pejuang.
Jangan pernah merasa murung, karena kamu terlahir sebagai petarung dan selamanya akan menjadi petarung
Jangan sesekali takut berlayar menembus badai, karena setiap gejolak laut melahirkan pelaut tangguh...." (Halaman 358)"


Saya mengikuti karya-karya mbak Hanum sudah sejak lama mulai dari beliau menerbitkan buku 99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa hingga Faith and the City dan tanpa sengaja setelah saya melihat akun mbak Hanum di instagram ternyata dibuka PO atas buku tentang kelahiran Sarahza.. Saya sempat membaca postingan instagram Mbak Hanum tentang sekilas perjuangan mendapatkan Sarahza yang membuat saya bergetar karena Mbak Hanum wanita hebat yang diberikan kesabaran dan ketangguhan hati dalam menjalani semuanya makanya ketika buku ini dibuka POnya tidak pikir panjang langsung saja saya pesan dan ternyata bukunya dapat edisi tanda tangannya yay! :D

Ketika saya selesai membaca buku ini perasaan saya menjadi campur aduk dan pada akhirnya berdecak kagum dengan perjuangan Mbak Hanum dan Mas Rangga yang disupport dengan Ayah dan Ibuk mereka. Duhh perjuangan yang bukan main-main enam kali bayi tabung, empat kali inseminasi dan puluhan kali terapi yang dijalani oleh Mbak Hanum dan Mas Rangga sehingga mendapatkan buah hati si cantik Sarahza..

Selain itu buat saya yang masih lajang mendapat banyak sekali pencerahan dalam agama Islam terutama di masa-masa sulit Mbak Hanum sempat mengalami depresi dan mempertanyakan keadilan Allah lalu di saat-saat Mbak Hanum sudah mempasrahkan semuanya kepada Allah disinilah saya tertegun terkadang kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berupaya tetapi apakah doa dan ibadah yang kita lakukan sudah benar-benar dilakukan setulus hati. Soal sedekah juga membukakan mata saya karena entah kenapa saya mempercayai keajaiban sedekah yang akan Allah kembalikan kepada pemberinya dengan cara yang lebih baik .

Saya sering membesarkan hati teman-teman sekitar saya yang sedang berjuang juga untuk mendapatkan buah hati dengan cara kadangkala share cerita mbak Hanum atau juga memotivasi mereka agar tetap semangat meskipun saya tahu saya belum bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Saya ingin teman-teman saya untuk bisa membaca kisah pengalaman mbak Hanum ini agar mereka tidak patah semangat.

Terima kasih banyak Mbak Hanum atas karyanya yang menakjubkan dan membuka mata saya lebih dalam tentang arti ikhtiar dan tawakkal. Tidak sabar menanti buku selanjutnya Converso: sangkakala di Langit Andalusianya :)
Profile Image for Lantip Sukaswanto.
36 reviews9 followers
November 22, 2018
Sebenarnya premisnya sangat menarik sekali, tapi sayang, naskah dibebani renungan yang serupa buku harian (diary), yang menjadikan jarak teks dan pembaca. Semua bergulir spt teks penulis, bukan lagi milik semua pembaca. Dan saat membacanya banyak ‘khotbah’, sehingga kedalamannya belum tersentuh. Tema yang sangat dekat dengan semua pembaca, tapi ruang apresiasi didesaki renungan yang terlalu berlarat-larat. Begitupuncdi sisi lain seperti ada melankoli mirip artikel “Oh Mama, Oh Papa”.
Profile Image for Nining Sriningsih.
361 reviews38 followers
August 8, 2018
*bisa pinjam di bookabuku.com yaa..
=)

"kebahagiaan tak mungkin bisa dirasa ketika manusia tak pernah mengalami kesedihan, demikian sebaliknya. kesedihan membuat manusia lebih memahami harapan, semangat, dan kegembiraan." hal 204

"kehebatan laki-laki bukan ditentukan dari kemampuannya memiliki banyak wanita, tapi ketika ia berani memutuskan untuk setia hanya pada satu wanita." hal 211

"while there's hope, there's life.
dimana ada harapan, di situ ada kehidupan." hal 313

dari awal baca novel ini tuch udah berkaca-kaca mata q, apalagi sampai akhir novel..
:')

kesabaran, pantang nyarah, jatuh bangun..
q iriiii, sejak awal pertemuan kak Rangga & kak Hanum..
pingin punya suami kayak kak Rangga, aamiin..
:D
Profile Image for Pradita Yulianti.
33 reviews19 followers
July 2, 2018
Hargailah Ibu-Bapakmu....karena kamu tidak akan tahu, perjuangan apa saja yang sudah dilakukan Beliau lakukan untuk bisa bersamamu.
Profile Image for Eugenia.
209 reviews8 followers
July 13, 2018
Ini pertama kalinya baca karya Mbak Hanum.
Suka!

Meski ide ceritanya termasuk yang sudah biasa diangkat, yaitu tentang pasangan suami-istri yang menginginkan buah hati, namun tiga sudut pandang yang digunakan dalam bercerita membuat cerita ini terasa berbeda. Ada sudut pandang sang istri, suami, dan ruh sang bayi.

Ceritanya yang sangat dekat dengan kehidupan suami istri berpadu manis dengan kisah dari Alam Rahim. Selain pengetahuan - baik kesehatan maupun agama- banyak sekali pelajaran kehidupan yang dapat diambil dari buku ini.

Saya sendiri nggak bisa berhenti baca. Diantara terharu oleh perjuangan Mbak Hanum, terpingkal oleh aksi perjuangan sekaligus penghiburan Mas Rangga, sekaligus terpikat oleh kebesaran Tuhan melalui Sarahza di Lauhul Mahfuzh.

Cerita ini tentang sebuah penantian, perjuangan seorang manusia, sekaligus kepasrahan pada Sang Pencipta-Nya. Bahwa tidak ada usaha yang sia-sia, apalagi doa. Bahwa Ia tahu yang terbaik sesuai waktuNya. Sangat menginspirasi!

“… believe me, Allah lagi nulis suratan takdir yang baik untuk kita. Jangan diburu-buru. Jangan digesa-gesa, nanti suratnya kurang indah. Yang jelas kita akan tetap bersatu, Say. Tetap bersatu.” (Rangga)

Selamat membaca, ya!
Profile Image for Onie Daulat.
2 reviews
September 27, 2018
#iamsarahza (2)

1 September 2018
Setelah jalan2 malam spt seringkalinya, kurleb pkl. 23.00, kami (aku & Tuanku Suami) naik ke pembaringan. Buku #iamsarahza yg sdh kubuka segelnya siang tadi ada di tangan. Aku mengosongkan gelas pikiranku, bersiap membaca dg rileks.

Awalnya aku baca sendiri, ternyata Tuanku Suami tertarik kubacakan buku ini, dg syarat: kalo nanti sampe di bagian yg bikin baper, kita baca sendiri2 aja, ya? 😁
Doi protes, tapi aku mendelik (baca; mau kubacain atau enggak? 😉). Sepakat.

***

Overture ...

"Sungguh, sebenarnya aku sdg takut jika auraku meredup. Di periuk bersinar terang ini, kami semua bergantung pada iradah manusia2 yg telah terjadi di dunia sana. Jika mereka menginginkan kami sepenuh hati, takdir kami menguat sinarnya. Sebaliknya, ketika kami tidak lagi diinginkan, cahaya kami akan sedikit demi sedikit meredup hingga akhirnya sirna. Itu artinya Tuhan mengirim kami kembali ke surga tanpa perantara dunia"——Sarahza.) *hal.10

Di overture dari sisi Sarahza ini, aku termenung. Teringat pada ceramah seorang ustadz yg kutonton di youtube, tentang takdir yg kita harus manut, pun takdir yg mesti dijemput.

Jika begitu, bagaimana sinarmu di sana sekarang, wahaii ...? Tanya itulah yg kemudian meletup di pikiranku.

Ya, cerita dlm buku ini disajikan dari tiga sudut pandang, Hanum, Rangga, dan Sarahza sendiri—yg masih berada di Lauhul Mahfuzh.

Begitulah, malam itu aku membacakan #iamsarahza ke Tuanku Suami yg menyimak dg baik (baca: tanpa tertidur). Gemas rasanya dg calon pasien Hanum yg bernama Arto. Pun lucu rasanya mengingat bagaimana mereka bertemu, salah nama, jatuh cinta, kemudian memutuskan menikah.

Memasuki bab 'Pernikahan tahun pertama, kedua ...' rupanya malam sudah terlalu larut. Kami berencana untuk segera istirahat, besok saja dilanjutkan.

Sampai di sini, masih membuat perasaanku terkendali, meski kisah di buku ini dibuka dg cerita Hanum yg gagal inseminasi ke-3 kali dan berakhir menstruasi (lagi).

Orang di sebelahku sudah tertidur lebih dulu, pikiranku masih ada di dlm buku. Jadi, kuputuskan membaca lagi dalam diam. Dari rebah ke duduk, duduk kembali rebah, lembar demi lembar terlewati dg ingus yg sudah berleleran sejak tadi. Mata rasanya sudah bengkak. #iamsarahza tak kunjung tamat.

Di satu titik aku termenung. Cara yg kami tempuh mungkin belum sebanyak yg telah dilakukan Hanum & Rangga, tapi pengharapan kami sama.

Seperti Hanum, aku paham bagaimana berat hatinya ketika bulan ke bulan mengabarkan, "Aku men's," (lagi dan lagi) pada suami. Kalo di awal-awal semangat menunggu hasil testpack berdua, kemudian menjadi acuh saja bahkan lupa melihat hasilnya, toh akan begitu lagi?

Seperti Hanum, aku juga tahu rasanya ketika kedalaman tuba diperiksa tanpa boleh dibius. Suntik pembesaran sel telur di bawah pusar yg tidak sakit, tapi gak enak di kantong kami 😁. Obat ini itu yg membuat kelakuanmu kadang aneh, hormon seolah bekerja sesukanya.

Dan jangan pikir dari pihak laki-laki lebih enak krn hanya mesti mengeluarkan benihnya lalu tinggal cek. Seperti Rangga, jika kau disuruh masuk ruang kecil (meski tertutup), tapi masih mendengar suara2 centang perenang dari luar sana (yg seolah tetap di kupingmu), itu tidak mudah, sayang. Kau bisa stress, percaya pada kami (dan berdo'alah jangan pernah mengalaminya).

Belum lagi puluhan pil yang mesti ditelan setiap hari. Ada yg pahit, ada yg tidak. Berbotol-botol herbal. Belum lagi tawaran alternatif ini itu yg harus diseleksi, meleset sedikit, syirik menanti. Setelah semuanya (menurut kami), lalu terjadilah terlambat datang bulan, lebih terlambat dari telatnya yg sudah2. Harapan membubung tinggi, belum dites wajah sudah berseri2, rasanya yakin sekali. Ternyata garisnya tetap satu. Negatif. Dan tahun-tahun berikutnya itu terjadi dg satu kali tanda dua garis, yg garis keduanya tipis sekali bak helai rambut (di kasusku). Justru harapan hilang setelah cek ke dokter terdekat, "Tidak ada, Bu." Sementara dokter biasanya yg jauh di ibukota provinsi yakin itu pertanda baik (hamil). Lalu haid datang setelahnya.

Sementara Hanum & Rangga? Setelah inseminasi gagal 4x, laparoscopy, bayi tabung 5x, dll., dg peristiwa kehamilan di antaranya; tahun ke-9 pernikahan yg akhirnya harus digugurkan. Blighted Ovum. Hamil lagi, ternyata di luar kandungan, kuret lagi, operasi lagi, bahkan harus cacat .... (na'udzubillahi mindzalik).

Hanum benar, up down dalam mengejar impian memiliki keturunan, tak sama dg up down dalam meraih impian yg lain, semisal cita-cita dlm pekerjaan, bisnis, ujian kelulusan, dsj., di mana makin sering kau gagal, makin kukuh kau ingin mencoba. Ini sebaliknya, makin dicoba, makin gagal, makin kau terpuruk, lalu takut mencoba. Harapan pun rasanya sulit untuk ditegakkan (kembali).

Pertanyaannya, akankah kita bertahan dlm keterpurukan selamanya dan membiarkan cahaya kehidupan di Lauhul Mahfuz perlahan meredup, lalu sirna?

(bersambung)

*Minggu pagi, 2 September 2018, Tuanku Suami terheran2 melihatku bangun dg mata bengkak, "Semalam sudah berapa ember (airmata), Hunn?" tanyanya tertawa geli sambil mengusap2 punggungku yg tidak nyaman karena beberapa hari ini bulan kembali datang bertamu. Tiket; 'coba lagi' sudah di tangan. 😄
Dan saat itu #iamsarahza belum tamat dibaca.

@oniedaulat 📝 📷

#rumahakasia, 6 September 2018
#notesoniedaulat_sept18
#pejuangbuahhati
Profile Image for Rabiana Nur Awalia.
32 reviews
August 30, 2022
Buku yang mengajarkan betapa pentingnya sebuah supporting system dalam keluarga. Begitu ujian datang bertubi menyerang, merekalah yang menguatkan untuk pantang menyerah, untuk bangkit berkali-kali meski jatuh dan didera rasa sakit tak terhingga.
Profile Image for Kurnia Dwi Aprilia.
216 reviews4 followers
June 16, 2019
Setelah sekian purnama menunggak bacaan alias sama sekali tidak melakukan progres terhadap target bacaan, akhirnya selesai juga 1 bacaan lagi. Dan, ngga kecewa karena banyak hikmah yg bisa diambil.

Ngga nyangka, ternyata serumit dan sepanjang itu perjalanan dan perjuangan Mba Hanum dan Mas Rangga untuk memiliki anak. Berkali-kali ikut Program Inseminasi dan bayi tabung, namun hasilnya tetap gagal. Bahkan terakhir, salah satu Tuba yg dimiliki Mba Hanum harus dibuang karena terjadi pertumbuhan janin di sana yg bisa membahayakan nyawa ibunya. Namun dengan kekuatan doa dan takdir yg memang sudah digariskan oleh Allah, ternyata dengan sisa 1 tuba dan usia yg tak muda, mba Hanum dikasih kesempatan untuk hamil dan melahirkan seorang anak.
Memang ya, terkadang Allah mengabulkan keinginan kita itu malah pada saat kita sudah benar2 pasrah dan berserah atas apa2 yg digariskanNya. Dan benar juga bahwasanya setelah malam panjang yg semakin pekat, artinya fajar tak lama lagi akan menyingsing. Semakin kita terpuruk dan merasa dikasih cobaan bertubi-tubi, justru setelah itu Allah kasih kenikmatan berlipat atas segala ganjaran kesabaran yg telah kita lakoni dan lalui dengan sebaik-baiknya.
Banyak banget pelajaran yg bisa dipetik. Mulai dari bagaimana kita harus memaksimalkan usaha dalam menjemput takdir, bagaimana kita harus sabar dan banyak bersyukur, bagimana Allah bersikap adil pada hambaNya. Intinya, harus banyak bersyukur juga, sehingga tidak kufur.
Dan mba Hanum sungguh2 beruntung memiliki suami seperti Mas Rangga, dan orangtua yg luar biasa.
Ya Allah, kalau boleh meminta, kirimkan 1 laki2 yg semodel Mas Rangga untuk saya. Aamiin.
Itu juga mungkin hikmah dari setiap perjalanan hidup seseorang. Walaupun pada akhirnya Hanum yg sudah berlelah-lelah sekolah di FKG ngga jadi dokter gigi dan malahan jadi penulis, hikmah besarnya ya itu, dapet suami seperti Mas Rangga yg Masya Allah luar biasa.
Kadang kita tidak tau di persinggahan mana kita akan berlabuh, di persimpangan mana kita bertemu takdir, di usaha yg keberapa kita memeluk keberhasilan, di doa2 siapa takdir kita berpangkal kenyataan. Yg kita harus yakini selalu adalah bahwa Allah tidak tidur. Bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan usaha dan doa2 kita. Apalagi doa orangtua kita. Maka, berjuanglah untuk hidup ini. Bukan hanya untuk dunianya, melainkan semata-mata untuk muara akhirat.
Profile Image for Rizq_ Nurjanna.
42 reviews
July 18, 2022
There's a hope, there's a life. Sebuah perjalan pasangan suami istri mendapatkan keturunan dengan pasang surut dan perang lahir batin yang dilalui keduanya, serta dan seorang di Lauhul Mahfudz yang menyaksikan perjuangan calon kedua orang tuanya itu agar dapat berjumpa dengannya di alam fana, dunia.

Hanum, seorang mahasiswa kedokteran gigi ditakdirkan berjodoh dengan suaminya Rangga, melalui sebuah insiden saat ujian KOAS-nya sebagai prasarat kelulusan di kejuruan kedokteran. Enam bulan sejak kejadian yang mengubah persepsi keduanya itu kemudian memantapkan hati Hanum dan Rangga untuk mengikat janji pernikahan. Dan, perjalanan sesungguhnya pun di mulai.

Karir dan cita-cita atau keluarga menjadi dilema besar bagi Hanum, dan pada akhirnya, menurut kata suami dan orangtuanya, ia memilih keluarga. Sejak di Wina, Austria, hingga kepulangan ke Indonesia, sudah tiga kali inseminasi dan tiga kali bayi tabung mereka upayakan, namun selalu berujung kegagalan demi kegagalan.

Tak pelak series jatuh bangun ini pada puncaknya mengantarkannya pada depresi yang cukup berat, hingga menggetarkan imannya. Bagaimana Hanum bangkit dari ujian terberatnya ini? Apakah perjuangannya untuk mendapat keturunan berhenti sesudahnya? Apakah Sarahza berkesempatan bertemu dengan kedua orangtuanya ini di dunia?

Sebuah novel yang indah. Nasihat² kebaikan dan keimanan akan bertebaran baik melalui tutur tiap tokoh maupun sikap yang mereka pegang secara teguh dan cerminkan secara zahir. Melalui novel ini kita juga mengetahui bagaimana lahirnya novel² best seller karya penulis lahir dan dibesarkan. Dan karenanya, fix saya penasaran banget dan ingin segera baca karya² penulis.
Profile Image for Haryadi Yansyah.
Author 14 books62 followers
October 14, 2019
Buku yang sangat personal dari Hanum Rais dan Rangga Almahera -suaminya. Yakni bercerita tentang perjalanan hidup mereka, dimulai dari saat-saat mereka bertemu, menikah hingga kemudian menantikan buah hati hingga 11 tahun lamanya.

Bahasa yang digunakan sangat indah. Gaya penceritaan pun menarik, yakni dilihat dari 3 sudut pandang utama, Hanum, Rangga dan juga Sarahza yang "diceritakan" masih berada di Lauhul Mahfuz.

Buku ini juga menceritakan tentang perbedaan watak pasangan suami istri ini di mana nampak jelas Hanum ini orangnya sedikit keras kepala, namun di sisi lain juga kadang terlihat "rapuh". Aku juga suka bagian-bagian interaksi antara Hanum dan orang tuanya. Menarik sekali. Aku belajar banyak dari interaksi mereka.

Lalu, juga dibahas kisah dibalik kesuksesan buku dan film mereka sebelumnya 99 Cahaya di Langit Eropa. Aku pribadi, suka banget sama buku dan kedua filmnya. Bahkan, perjalananku ke Eropa kemarin juga banyak dipengaruhi oleh buku dan film tersebut.

Luar biasa perjalanan Hanum dan Rangga melewati banyak sekali ujicoba untuk mendapatkan anak. Mereka harus inseminasi dan mencoba bayi tabung berkali-kali hingga kemudian berhasil mendapatkan anak di saat -yang dapat dikatakan, titik kesabaran mereka sudah menipis.

Terlepas dari kontroversi/pandangan politik/aktivitas Hanum Rais di sosial media yang tidak sejalan dengan pandangaku, aku sangat menikmati buku ini.

Sekali lagi, aku belajar banyak banget dari buku ini. Belajar cara nulis yang baik, dan juga belajar dari kehidupan yang mereka jalani.

Skor 9,5.10
Profile Image for Ade Putri.
216 reviews
October 31, 2018
Saya percaya setiap orang punya sisi struggle nya masing-masing. Nggak ada yang patut disombongkan sekalipun itu kesedihan. Yap, kalimat “Aku nih paling sedih dari yang lain.” Itu juga suatu kesombongan lho. Kalau kata orang Jawa, “Urip iku sawang sinawang.” Hidup itu harus saling melihat. Hanya karena kita sedang bersedih, bukan berarti orang lain nggak pernah sedih. Roda berputar toh. Kadang hidup di atas, kadang di bawah.

Seperti Hanum dan Rangga yang punya sisi strugglenya sendiri. 11 tahun berdua menanti anak bukan perkara mudah. Saya mungkin mudah dikasih anak oleh Allah. Sebulan setelah nikah, langsung hamil. Tapi saya juga punya perjuangan yang lain.

Ya, 11 tahun menanti anak bukanlah perkara mudah. Lima kali bayi tabung, tiga kali inseminasi, dua kali laparaskopi dan kuretase semua dilakukan Hanum dan Rangga demi bisa memiliki anak.

Selengkapnya di Delina Books
Profile Image for Eka Suryani.
1 review1 follower
September 19, 2018
I'M SARAHZA. Sebuah novel yang memukau sekaligus menyita perhatianku disela-sela aktivitas. Dan cara terampuh telah ku temukan tidak lain dengan membaca, kegiatan yang belakangan ku tanggalkan karena merasa sok sibuk sendiri. Sejak membaca bagian overture yang haru biru masyaAllah mbak @hanumrais dan mas @rangga_alma kisahnya sangat amat inspiring. Menyimak perjuangan keduanya mendapatkan Sarahza tidaklah mudah, dalam sebelas tahun penantian dengan berbagai upaya dan di uji dalam merasakan berkali-kali gagal. Namun semakin menguatkan ikatan cinta, tak sedetikpun mas Rangga berniat meninggalkan istri tercinta hanya karena belum diberikan amanah buah hati. Tapi yang manis dari kisah ini tentu saja awal mula pertemuan keduanya sebelum akhirnya mengikrarkan janji suci. Pelajaran banget deh buat para singlelillah, kita jangan menyerah dengan keadaan yang tengah menghimpit, bisa saja dengan cara tersebut itu sebenarnya Allah tengah mempersiapkan calon pendamping terbaik agar kelak dapat melewati berbagai tantangan dalam pernikahan berdua selamanya. . .

Novel ini juga yang turut andil membuatku berpikir dari sisi sudut pandang lain, ternyata kebahagian seorang ibu itu cukup sederhana ya. Melihat putrinya menikah, menjadi pengantin lalu berganti status menjadi seorang ibu. Itu saja, tiada yang lain. Salut banget buat Ibuknya mbak @hanumrais ❤👍 Novel ini semoga lekas difilmkan juga aamiin.

#IamSarahza #novelrecomended #bukubestseller #bukurepublika
Profile Image for Mr Fandi.
20 reviews2 followers
September 19, 2018
Hai nerd 😁😁😁
Sudah punya buku terbaru @hanumrais dg judul "I AM SARAHZA" nggak???
Jangan ngaku pecinta buku alias collector ya kalo belum baca dan miliki buku ini sebagai penunjang kepustakaan dirumahmu yach 😄😄😄 Hari ini aku akan @bincangbuku ni dari karya @hanumrais.

Baru mulai baca bab pertama aku tanpa sadar menetes air mata dipelipis mataku dengan sendirinya, awal yg menarik untuk slalu meneruskan bacaan hingga akhir karena penasaran kisah didalamnya.. (gpp ya laki-laki juga manusia dan berhak untuk merasakan empati bila kena dihati hehehehe)
Berlanjut ke bab berikutnya semakin menguras emosi dan air mata, bagaimana perjuangan dua orang insan dalam meraih impian untuk memiliki keturunan dari hasil pernikahan yang suci ini.

Part yang bikin menarik novel ini adalah pembicaraan dialog antara Hanum, Rais dan Sarahza yang saling berkoordinasi dan sinkron membuat aku takjub akan alur cerita indah ini dan sangat luar biasa... Saluuttt

"Dimana Ada Harapan, Disitu Ada Kehidupan"

Benarlah adanya tulisan ini ditulis oleh beliau karena setiap usaha yang berpondasi dg harapan yang tinggi, bisa diwujudkan dengan kegigihan dan terus berjuang dalam meraih kehidupan yang baik. Kehidupan ini merupakan suatu ladang amal dalam kita untuk menjadi hamba yang slalu dekat dg Allah SWT.

Usaha yang dilakukan sepasang insan ini, berbagai cobaan dan tantangan dialui hingga Allah memberikan kehidupan baru dalam rumah tangga mereka sesosok mungil yang di dambakan dan banyak dinantikan oleh anggota keluarga.

Novel ini beda dari novel karya mbak hanum sebelumnya, dan ini menurut ku yang paling the best, mudah mengobrak abrik perasaan, emosional dan haru bangga akan kisah dijalani mereka berdua.
Penasaran kisahnya, mari membaca dan beli bukunya segera.

Dijamin recommended banget dan banyak pelajaran kita dapat dalam buku ini, apalagi untuk para istri-istri yang masih berjuang dalam mendambakan kehadiran sosok bayi dalam rumah tangga, bisa mengambil iktibar dari kisah novel ini.

Salut buat mas @rangga_alma dan mbak @hanumrais atas novelnya, sukses buat saya baca dua kali dan tetap mendapatkan feel yang sama pada saat baca pertama kali 😊😊😊 @bukurepublika thanks a lot for this book
Profile Image for Hanifah .
113 reviews5 followers
September 1, 2024
Meleleh banget bacanya, hasil 6 kali ikhtiar.
Kalau Allah sudah berkehendak tidak ada yang bisa menghalangi. Penantian 11 tahun, dititik terberat. Berserah, rela, ikhlas dan menerima takdirnya Allah. Tidak lagi mengutuki dan mempertanyakan Tuhan kenapa harus aku ?. Akhir penantian 11 tahun yang panjang itu membuahkan hasil. Terlahir Sarahza. Bukti Allah akan mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan. 🤧🌼💅
Profile Image for Yessie L. Rismar.
136 reviews2 followers
July 25, 2019
Suka. Nyesek banget, apalagi menjelang akhir. Meskipun beberapa deskripsi agak bikin bosen sih, tapi nggak masalah. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari buku ini.
Profile Image for Alfath F. R..
231 reviews4 followers
April 24, 2020
Saya suka novel ini. Ada banyak ilmu tentang pengalaman menjalani program kehamilan dengan bantuan teknologi. Deskripsi prosesnya mudah dipahami. Selain itu, yang tak kalah pentingnya dari semua proses, saya sangat suka dengan bagaimana Mbak Hanum sekeluarga menjaga 'keimanan' di tengah perjuangan mendapatkan momongan. Cara yang bisa diterapkan untuk mengatasi segala kondisi cobaan hidup.

Terima Kasih Mbak Hanum dan Mas Rangga, sudah menuliskan perjuangan yg telah dilewati dalam sebuah buku. Saya mendoakan agar kalian selalu mendukung satu sama lain sampai akhir hayat nanti. :)
Profile Image for Mujahid Zulfadli AR.
8 reviews
August 24, 2019
I am Sarahza. Bayangkan lika-liku seorang istri selama 11 tahun menunggu kehadiran jabang bayi bersemayam kokoh di rahimnya. Bayangkan keikhlasan suami setia menemani setiap perjuangan dan kegundahan istrinya. Bayangkan sepasang tua, kakek dan nenek, yang tanpa diketahui selalu menyebut nama mereka berdua dalam doa panjang selepas sujud bersimpuh di malam buta.

Bayangkan Sarahza –sang anak yang dinantikan- dengan fitrah penuh di Lauhul Mahfudz. Dari alam langit ia menyaksikan seluruh keping kesabaran mereka semua. Dikumpulkan perlahan demi perlahan. Sehingga Allah pun Ridha dan akhirnya membebaskan Sarahza ke alam rahim, lalu ke alam dunia yang fana.

Beginilah buku ini bekerja. Memberi tahu kita bagaimana Hanum telah mengusahakan setiap kemungkinan memiliki buah hati. Mengetengahkan peran seorang laki-laki yang dengan garang sekokoh karang menguatkan rumah tangganya. Memberi nasihat pada pembaca bagaimana sang kakek, Amien Rais tetap jadi ayah penuh cinta bagi Hanum. Menjadi orang tua, adalah perjalanan tanpa ujung.

Prasangka Baik kepada Allah

I am Sarahza. Buku ini bukan cara sukses jengkal demi jengkal inseminasi, bayi tabung maupun tumpukan terapi untuk calon Ibu yang hingga belum dikaruniai anak. Harganya begitu mahal. Sebaliknya, ini kisah gagal dan jatuh berulang-ulang dengan proses itu semua. Program bayi tabung 6 kali, diselingi 5 kali inseminasi, terapi-terapi tanpa henti, doa yang tidak tertepi, hingga datang masa depresi dan trauma berkali-kali.

Ketika membaca bagian ini, bagi saya, inilah saat momen keimanan sering kali diuji. Momen Allah ‘menampar’ Hanum, saya, dan kita semua yang mungkin pernah berprasangka buruk sama Allah. Mencoba menjagokan semua usaha kemanusiaan kita di atas keikhlasan dan tawakkal.

Allah membuktikannya itu dengan “mengejek” kecanggihan ilmu pengetahuan tersebut dari langit. Perangkat paling canggih ternyata tidak bisa mengguncang Arsy-Nya. Alat-alat canggih tidak berarti apa-apa ketika berhadap-hadapan Iradah-Nya.

Manusia tidak pernah berhasil menguak proses penciptaan manusia lebih jauh dari menyatukan sel sperma dan sel telur. “Wanafakhtu fiihi min ruuhi”, “dan telah meniupkan ke dalamnya Ruh-ku” (Al-Hijr ayat 29). Tahun demi tahun terlewati, tapi keputusan Allah belum berkehendak memberi Ruh ciptaan Nya. Semua usaha Hanum di bumi akhirnya terhempas kembali ke bumi, pada tanah yang bersifat paling hina. Doanya belum terkabul.

Hanum lupa, bahwa sekeras-kerasnya mereka berusaha, ada Dzat Yang Maha Menghidupkan. Ternyata Allah belum berkehendak meniupkan Ruh. Kata Allah mungkin begini, “hambaku, belum saatnya.” Masih banyak ujian yang harus kalian lewati sebelum Allah menitipkan anugerah-Nya.

Lalu datang satu momen di mana Hanum merasa batasnya sudah habis. Ia hanya fokus memberi kepasrahan paling tingginya pada Dzat Pemberi Hidup. Lewat orang tuanya sendiri, Ibunya memberi tahu ia sebenarnya melewatkan sesuatu yang harganya jauh lebih mahal dibanding semua program anak rekaan ilmu pengetahuan: IKHLAS. Ternyata, selama ini Hanum luput menghadirkan hati pada pilihan menjadi seorang Ibu.

Ikhlas memang bukan kunci Hanum memiliki anak. Tapi dengan itu, hatinya seperti seluas samudera. Rintihannya terdengar penduduk langit. Doanya dihantarkan malaikat yang suci. Usahanya yang justru sepertinya kecil mampu menggetarkan langit.

I am Sarahza, lewat makna dari judul buku ini, Hanum menggambarkan dirinya sendiri. Dialah pejuang tangguh itu sejak awal. Tetap berjuang penuh keteguhan hati meski programnya terjungkal berkali-kali. Juga suami, orang tua, mertua, dan seluruh keluarga yang sedang diuji dengan problem serupa. Buku ini untuk seluruh manusia yang mengusahakan agar Allah berkenan memberikan titipan-Nya.

Tunjukkan Bakti pada Orang Tua

Dulu ketika Hanum tenggelam dengan cita-citanya, ia merasa bisa menggapai semuanya dengan rencananya yang telah ia susun sebaik mungkin. Setelah menjadi reporter dan news anchor di stasiun media besar, ia masih memendam sesuatu yang lebih besar. Hanum dengan segala impian di kepalanya bahkan rela tidak ikut suami selama beberapa waktu. Meninggalkan sang penopang keluarga sendiri bersekolah di Wina, Austria.

Terang hal ini membuat kedua orang tuanya gusar. Prinsip-prinsip dalam agama dan kesederhanaan hidup ia sampaikan pelan ke Hanum.

“Bumi Allah itu luas, berkarya bisa di mana saja. Jadi perempuan pembahagia suami itu lebih konkrit daripada apa pun yang kamu kejar selama ini.”

Ibunya juga menimpali,

“Mungkin kamu nggak akan percaya, tapi kalau kamu ikhlas menjalaninya, Tuhan akan mengganjar kami dengan karunia yang lebih besar dari yang kamu genggam sekarang.”

Ia akhirnya menyusul sang suami demi menejumput kerelaan dan Ridha orang tua. Meski begitu Hanum menghabiskan tahun yang terus berganti tanpa kehadiran buah hati. Usaha dipancangkan terus, tapi Allah selalu berkehendak lain.

Atas dorongan suaminya, Rangga, ia mulai trauma healing dengan menulis buku. Bakatnya mencuri perhatian dan jadi inspirasi di negeri sendiri. Karyanya diangkat ke layar lebar. Untung diraih, tapi malang tak kuasa ditolak. Di balik kesuksesannya, Hanum menyimpan luka menganga. Hanum pernah berandai-andai, mencoba hitung-hitungan dengan Allah, jika saja bisa ditukar, ia ingin semua rezeki dan bonusnya diganti saja dengan satu bentuk kehidupan lain di tubuhnya: anak.

Tidak di Eropa, tidak juga di Indonesia. Setiap program anak yang Hanum jalani hanya menyisakan perih dan merobohkan keberaniannya untuk selalu bangkit tiap kali terjatuh. Tidak satupun yang berhasil.

Satu cerita dalam buku ini bikin saya terenyuh. Pak Amien Rais bernazar jika putrinya hamil, ia akan berjalan kaki sepanjang Solo ke Jogja. Nazarnya dirampungkan hari itu juga meski ia sedang berpuasa Daud. Sesampainya di Jogja, ia menemukan kenyataan bahwa kehamilan putrinya hanya segumpal darah tanpa Ruh. Hati Hanum luruh seketika melihat besarnya cinta seorang ayah.

Ayah Hanum, sangat mengerti bagaimana perasaan anaknya. Apa yang terjadi pada saat itu sebenarnya juga terjadi pada Ibu Hanum. Kakak pertama Hanum lahir juga 11 tahun setelah pernikahan. Cahaya semangat menjalani waktu-waktu terberat sebenarnya datang dari kedua orang tuanya. Kekuatan batin Hanum berkat nasehat keduanya. Buku ini diselingi mutiara yang berserak. Benda berharga itu berupa pesan seorang Ayah pada putrinya.

Pada akhirnya, Hanum berhasil mengatasi depresinya. Orang-orang di sekelilingnya, suaminya, mertua, serta ayah-ibunya bertindak sebagai support system. Menyuntikkan semangat tanpa putus. Hanum lantas kembali menegakkan tahajud, mendekap kembali Qur’an setelah sekian lama tersampir di rak paling jauh.

Perbanyak Sedekah

Pelajaran lainnya adalah sedekah. “Num, sebagaimana dzikir, sedekah itu melegakan hati. Bonusnya, membersihkan harta plus pikiran dan kecemasan.” pesan ayah Hanum.

Surah Al-Mujadilah ayat 11, Allah menyeru, “Berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.”

Saya pernah mendengar kajian, bahwa kata “majelis” dalam ayat ini juga bermakna sangat umum. Bila kita melapangkan urusan orang lain, Allah pasti akan mengagetkannya juga dengan memberikan rezeki yang arahnya tidak kita sangka-sangka. Kita tidak tahu pada sedekah ke sekian berapa yang menyimpan keberkahan dan diganjar Allah dengan berlipat-lipat.

Sedekah itu benar-benar melapangkan dadanya. Hanum melakukannya bersama suami pada sepasang kakek-nenek yang mereka temui di Kaliurang yang ternyata tulus mendoakan Hanum setelahnya. Faktanya sepasang tua itu terhimpit kesulitan makan sehari-hari. Meski begitu uang sedekah yang Hanum berikan tetap dibagi setengahnya pada Mushalla di tempat tinggal mereka. Hanum seakan bertemu dengan pertanda. Doanya kali ini akan terbantu oleh kedua insan yang telah senja ini.

Mereka berdua menyisipkan sedekah dan waktunya secara rutin pada anak-anak panti asuhan. Memberikan anak-anak itu secercah kebahagiaan yang membuat mereka kaget dan berbinar.

Latih Keikhlasan Terus Menerus

Allah sudah menetapkan manusia hidup berpasangan satu sama lain. Saling membutuhkan secara erat. Membentuk keluarga yang siap melahirkan pelanjut pemimpin di muka bumi (khalifatu fil ardh’). Allah tidak menyuruh umat Nya mencari uang sebanyak-banyaknya. Menguras tenaga dan menghabiskan waktu demi tujuan yang jauh dari fitrah yang menanggalkan Ridha Nya. Allah hanya ingin manusia memenuhi fitrahnya: hidup mulia dengan meyembah penuh Allah.

Pelajaran lain dari I am Sarahza yang bikin nyesss ialah semua usaha Hanum pada gilirannya meninggalkan rasa sakit tak terperi. Hadirnya dukungan deras dari seluruh keluarga menjadikan Hanum dan Rangga akhinya kembali menemukan jalan pulang kembali kepada fitrahnya. Pada jalan yang Allah Ridhai. Keikhlasan menjaga fitrah inilah yang Allah ganjar dengan Sarahza Reashira. Nama yang bermakna “perempuan cantik nan kokoh yang menjadi angin pembawa berita gembira”

“Serasa cita-cita terbesarku sekarang bukanlah jadi dokter gigi, presenter TV, penulis, pembuat film, bahkan untuk menjadi ibu pun aku serahkan semua pada Tuhan. Kalau boleh, aku hanya meminta satu hal saja, tak lebih. Aku ingin jadi istri yang husnul khatimah” | Hanum

“Aku ikhlas dengan seluruh ujian yang Engkau berikan kepada kami. Pintaku satu tak pernah berubah, jadikan kesetiaanku sebagai teman sejati kami sampai ajal memisahkan kami” | Rangga

11 tahun berlalu telah melahirkan Sarahza. Melahirkan Hanum dan Rangga yang baru. Menelurkan satu keluarga yang berusaha ikhlas menjalani hidup sesuai fitrah. Menjadi satu keluarga yang lebih dekat pada Allah, Maha Pengatur segala kehidupan, di langit dan di bumi. Lebih dari itu, buku ini telah menunggu hampir 12 tahun untuk Anda pegang, bacalah.

“Kesabaran tak melulu menunggu, namun kemampun mengisinya dengan keberkahan” Hanum Salsabiela Rais
Profile Image for Alya.
14 reviews
July 11, 2018
Pertama kali lihat buku ini di rak best seller dan tinggal satu buah. Sebenernya nggak begitu yakin karena dari sinopsis di belakangnya nggak begitu menggambarkan isi buku ini. Cuma pernah tau aja kalau Mba Hanum dan Mas Rangga itu penulis novel 99 Cahaya di Langit Eropa. Saya menikmati filmnya 99CDLE tapii jujur belum baca bukunya, makanya saya nggak begitu yakin. Tapi karena kondisi toko buku waktu itu supeeer ramai jadi supaya aman akhirnya saya ambil lah buku yang sudah tinggal sendirian itu.

Sejak pulang membawa buku itu, jujur tidak berekspektasi banyak karena dari halaman pertama sudah merasa kaya lagi baca blog pribadi orang. Apalagi buku ini dibawakan dengan sudut pandang aku dari tiga tokoh, yaitu Hanum, Rangga, dan Sarahza. Awalnya saya pikir model seperti ini perlu waktu untuk adaptasi. Termyata nggak. Karena ini diangkat dari kisah nyata dan genrenya bukan misteri, banyak sudut pandang seperti ini jadi membuat kita bisa melihat suatu kejadian dengan persepsi yang beda-beda.

Hanya dengan beberapa bab saja saya sudah hanyut terbawa alur buku ini. Mba Hanum bisa membuat pembaca seolah-olah adalah tokoh yang mengalaminya sehingga ketika jalan cerita sedang sedih, saya sebagai pembaca pun bisa deras menangis. Tapi yang paling saya salut adalah banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari buku ini, banyak sekali nasihat-nasihat dari Bapak Amien Rais kepada Mba Hanum yang juga mengena kepada kita yang membacanya. Intinya, saya nggak nyesel dan sukaaakkk banget sama buku ini!!
2 reviews
May 15, 2018
Tidak tau lagi mau bilang apa tentang novel ini, bagus banget. Inilah novel pembangun jiwa yang sangat-sangat recomended, pun untuk yang sedang tidak berkepentingan seperti saya, karena memang belum menikah dan otomatis belum juga merencanakan punya anak sama sekali, yakali, nikah aja belum, hehe.

Ketika membaca beberapa review yang dishare oleh penulis di akun IGnya, saya sangat penasaran karena tidak ada yang bilang tidak nangis, semuanya nangis, bahkan ada yang bilang setiap lembarnya membuat menangis? wow novel semacam apakah ini? oke, saya beli, tulisan Hanum dan Rangga tidak pernah mengecewakan di novel-novel sebelumnya.

Dan benar saja, this is the best one. Kisah sepasang manusia yang mendambakan seorang anak kandung. Tulisan mereka seperti punya nyawa karena mereka sendiri yang mengalami kisah ini. Tentunya kita percaya bahwa cerita yang datangnya dari Allah pasti lebih indah dari cerita rekaan manusia, Im Sarahza membuktikannya.

Saya sempat bertanya pada diri sendiri, nangis gak ya nanti kalau baca ini? Di awal-awal memang belum, tapi setelah membaca kisahnya yang gagal berkali-kali merencanakan program kehamilan tapi pada percobaan bayi tabung yang entah keberapa akhirnya berhasil, saya menangis untuk pertam kalinya karena novel ini, bukan tangis sedih tapi tangis bahagia pada awalnya dan jadi tangis sedih juga karena ternyata yang dikira berhasil tetapi masih gagal, ah bagaimana ya, mungkin anda perlu baca sendiri agar paham. Dan setelah bab itu saya jadi nangis berkali-kali terutama saat Hanum terkena badai depresi.

Di novel ini juga ada cerita spesial dari Amien Rais, subhanallah saya berkali-kali tercengang dengan kesolehan mantan calon presiden RI ini, dia adalah ayah yang sangat bertanggungjawab terhadap keluarga dan anak-anaknya. Doa orang tua adalah doa terbaik bukan? Sarahza adalah jawabanya. Dan di Novel ini juga ada kiat-kiat dari beliau agar bisa menjalani hidup dengan baik dan dalam keridhoan Allah SWT.


1 review2 followers
June 11, 2018
2 Juni 2018. Akhirnya memutuskan untuk beli buku ini. Padahal tadinya gak mau beli, takut nangis lagi karna baca review org2 tntg buku ini jg nangis(emang dasarnya aja cengeng hampir tiap bulan kalau "ga telat" pasti nangis, huhuu..) Daaaann ternyata benar, baru baca bagian overture nya aja udah sedih 😢 lama kelamaan ikut terbawa seru dlm ceritanya. Knp seru? Krna perasaannya tuh kayak dibawa main jet coster. Selalu ada tawa canda dan semangat dibalik haru sedih kepundungan hasil. Dan dari buku ini aku makin sadar bahwa aku dan suami belum ada apa2nya bgt dibanding usaha & lamanya mbak hanum dan mas rangga untuk mendapatkan keturunan pemberian Allah. Mungkin dr sudut pandang calon anak yg msh tertulis di Lauhul Mahfudz juga msh ingin melihat Ayah-Ibunya berjuang mendapatkan dirinya. Namun, semua yg terjadi atas kehendak Allah, dan semua solusi dikembalikan lg ke Allah. Mau sesempurna apapun Ayah-Ibu nya, mau secanggih apapun alat medisnya, kalau kata Allah belum ya belum. Tp kalo kata Allah "Kun Fayakun" maka terjadilah. Bahkan daun yg jatuh pun itu atas kehendak Allah. Nasihat2 yg ada dlm novel ini juga sangat "ngena" skali dan memang benar selama kita masih bergantung kpd Allah, Allah akan mengabulkan di saat yg tepat. Titip salam untuk Sarahza ya mba Hanum. Doakan semoga Allah mengizinkan para "Pejuang Tangguh 2 garis merah" untuk mendapatkan anugrah pemberian Allah. Jazaakillah khayr atas buku yg sangat menginspirasi 😊❤
.
.
Allah SWT berfirman:

 وَزَكَرِيَّاۤ اِذْ نَادٰى رَبَّهٗ رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَّاَنْتَ خَيْرُ الْوٰرِثِيْنَ
wa zakariyyaaa iz naadaa robbahuu robbi laa tazarnii fardaw wa anta khoirul-waarisiin

Dan (ingatlah kisah) Zakaria, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris yang terbaik. (QS. Al-Anbiya 21: Ayat 89)
Profile Image for Yusuf Ks.
425 reviews53 followers
May 14, 2018
Terima kasih untuk mbak Hanum dan Rangga yang sudah menulis kisah pengalaman dan perjuangannya untuk mendapatkan buah hati yang dinantikan dalam bentuk novel I am Sarahza. Biarpun dalam novel ini tentu ada beberapa yang jelas fiktif (seperti dialog Sarahza dan sejenisnya) dan mungkin juga beberapa tambahan improvasi dan imajinasi, namun tidak dapat dipungkiri bahwa novel ini secara garis besar berdasarkan pengalaman nyata kedua penulis.

Saya salut dan respect terhadap perjuangan pasangan ini yang sangat luar biasa dalam berusaha untuk mendapatkan buah hati selama 11 tahun, mulai dari cara tradisional (pil, jamu, akupuntur), inseminasi (sampai 5x), dan IVF (sampai 6x), yang sangat menguras lelah fisik dan mental dan juga biaya, sampai-sampai pasrah total dalam menjalankan program hamil IVF yang terakhirnya. Dengan perjuangan yang luar biasa, disertai dengan doa yang senantiasa dipanjatkan oleh pasangan ini, dan juga oleh masing-masing kedua orangtuanya, alhamdulillah akhirnya Allah mempercayakan pasangan ini untuk dapat melahirkan, mengasuh, membesarkan dll seorang putri yang kemudian dinamakan Sarahza Reashira.

Semoga semua pasangan yang sedang menantikan buah hati dapat mengambil pelajaran berharga dari perjuangan berat pasangan ini, kemudian dapat tetap semangat dalam berusaha mendapatkannya disertai dengan doa yang harus senantiasa dipanjatkan dengan ikhlas dan pasrah.


Yusuf KS.

p.s. Dari semua karya mbak Hanum, buku inilah yang menurut saya yang terbaik, 4.2 *, doakan saya juga yaa semuanya....
Profile Image for Kamila Muyasarah.
50 reviews
June 14, 2018
Harus mulai dari mana ya mendeskripsikannya?
Yang jelas buku ini masterpiece!
Buku ini kumpulan keraguan, kebimbangan, dan kesedihan Hanum dan Rangga yang ditulis dalam 3 perspektif yaitu Hanum, Rangga dan Sarahza (anak mereka yang di dalam buku ini bertempat tinggal di lauhul mahfudz; belum berwujud). Selama ini melihat sepak terjang mereka dengan dunia perbukuan dan perfilman tidak pernah membuat saya berpikir mereka ternyata mempunyai luka yang ternganga lebar di belakang semua kesuksessannya. Kisah perjalanan 11 tahun Hanum dan Rangga untuk memiliki buah hati ini tidak cuma mengiris hati, namun membekas di hati. Memberi arti bagaimana kecilnya kita, lemahnya kita di dalam semua skenario Allah. Memberi pelajaran tentang bagaimana kita seharusnya merespon terhadap ketetapan Allah. Parah! saya nangis dua kali selama menyelami buku ini. Saya habiskan buku ini satu kali duduk (+1/2 terlelap juga haha). Buku ini tidak melebih-lebihkan, mungkin karena diangkat dari kisah nyata emosinya tanpa perlu dilebih-lebihkan sudah masuk ke dalam sudut hati yang paling tidak sensitif sekalipun. Karena diangkat dari kisah nyata membuat persepsi kita menjadi nyata juga dan bisa membayangkan bahwa memang di bumi ini ada yang sedang mengalami hal-hal ini.
Kesabaran. Prasangka yang baik. Kesetiaan. Kegigihan.
Semua deh semua!
Masuk salah satu novel sekaligus buku self-motivating (buat saya) yang berbasis kisah nyata terfavorit saya terlepas dari tata bahasa dan bagaimana plot diatur, buku ini memiliki tempat tersendiri.
1 review
June 28, 2018
Sejujurnya saya akhirnya memutuskan membeli buku I Am Sarahza karna ingin melihat perjuangan mba hanum dalam memperjuangkan haknya sebagai seorang wanita, disamping itu karna saya pun sedang dilanda pertanyaan 'udah isi belum?' oleh sanak saudara serta kerabat, padahal predikat menjadi istri baru saya dapat selama 5 bulan. Dalam jangka 5 bulan pun saya sudah sangat merindukan hadirnya anggota baru dalam keluarga kami, terlebih suamipun demikian kecewa ketika 'tamu' itu datang tanpa diundang setiap bulannya.
.
Buku I Am Sarahza kemudian menampar saya bahwa apa yg saya rasakan tidak sebanding dengan perjuangan mba hanum mendapatkan buah hati bahkan sangat jauh perbandingannya.
.
Mba hanum dan mas rangga berhasil membawa saya larut dalam cerita dan hanyut dalam kesedihan yg mendera, seakan semua adegannya terpampang jelas didepan mata, saya bisa merasakan apa yg mba hanum dan mas rangga rasakan.
.
Dialog dialog yg sarat dengan pesan yg menyentuh kalbu hingga air dipelupuk mata pun ikut bergulir menderas, seolah olah pesan itu ditujukan untuk kami para pembaca.
.
Tak hanya air mata, namun tawa juga ikut serta kala candaan mas rangga menyapa.
.
I Am Sarahza, buku yg sangat mengharukan.
1 review
September 14, 2018
I AM SARAHZA
Dimana ada harapan, disitu ada kehidupan

Tahukah apa yang membuat Pencipta bisa luluh pada hamba-Nya? Dengan segala usaha dan penyerahan diri sepenuhnya, takdirku ke dunia dihantarkan oleh ribuan malaikat yang bersujud pada manusia-manusia yang sabar dan berupaya.
Inilah kisahku. I am Sarahza
=============================================== Buku yang recommended untuk di beli dan dibaca ❗(siapkan tisu sebelum membaca yaaak)

Sedikit kisahku mendapatkan buku ini dengan cara yang tak terduga dan di luar nalarku
Allah Ya Rahman Ya Rahim

MasyaAllah
Lagi lagi dibuat speechless dengan cara Allah mengabulkan keinginan²ku
Kalo kita udah yakin dan ikhlaskan semuanya ke Allah, Allah pasti kasih jalan yang terbaik, caranya? Di luar dugaan kita! 💞

Karena ALLAH akan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan, dan semua itu ALLAH berikan di waktu yang tepat dan cara yang tepat lagi indah **usaha kerasmu tak akan mengkhianati hasil, hargai proses dan jangan lupa keep husnudzon ❗Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin, niscaya akan Allah kabulkan, karena Allah tidak akan mengabulkan doa hambanya yang di dalam hati nya ada rasa ragu** And ALLAH surprise me ❗ masyaAllah 💟💟💟
Profile Image for Meutia Ersa Anindita.
2 reviews
December 29, 2018
Hanya karena mungkin aku belum berada di level yang sama dengan yang dikisahkan buku ini, aku belum bisa sungguh-sungguh merasakannya sampai hati atau mungkin sampai menitikan airmata, meskipun aku tetap tersentuh melihat bagaimana Sarahza diperjuangkan kedua orangtuanya.

Dan juga karena aku belum bisa secara utuh menikmati tiap halamannya, aku jadi lebih memperhatikan tiap-tiap yang diceritakan karena masih ingin mencoba menenggelamkan diri dalam buku ini.

Dari memperhatikan, ternyata menghasilkan aku yang 'risih' dengan intrik-intrik yang tidak membangun cerita. Maksudku, sepertinya intriknya tidak perlu sepanjang dan sebanyak itu.

Hanya jika mereka menceritakan beliau sebagai figur seorang Ayah ataupun Mertua, aku tidak akan merasa ganjil. Tapi ketika sudah sebagai seorang yang terjun dalam dunia politik, menurutku, itu tidak begitu penting untuk diceritakan.

Aku hanya ingin tau Sarahza dengan kedua orangtuanya, tidak peduli bagaimana perpolitikan di Indonesia :(

fakta-fakta menarik tentang I Am Sarahza, disini:
https://bit.ly/2RnFyfb
Profile Image for Marwiyah Tombili.
1 review
October 13, 2018
Membaca adalah salah satu aktivitasku yang telah lama terabaikan. Tapi demi melihat sebuah buku atau novel yang pada suatu hari melintas di mataku, terhenyak tiba-tiba gairah untuk membaca bangkit lagi. Bukan...bukan karena waktuku sudah banyak untuk membaca lagi. Tapi judul dari buku itu. I am Sarahza. Saya adalah Sarahza. Tau tidak....kekuatan dari buku Hanum dan Rangga ini adalah terletak dari judulnya. Dari judul lah keinginan yang kuat untuk membeli, membuka dan membaca buku itu. Apa? Siapa? Kenapa Sarahza? Dan yang lebih mencengangkan lagi....buku setebal 368 halaman itu tuntas dibaca dalam kurun waktu tidak sampai 24 Jam. Sejak dari pesawat take-off di bandara Haluoleo Kendari , lalu landing di Bandara Soetta Jakarta dan finish ketika istirahat di Hotel Jakarta. Hal kedua yang menjadi kekuatan dari Buku ini adalah metodologi penulisan. D bagi menjadi 3 sudut pandang yang berbeda. Dari point of View Hanum Rais sebagai penulis utama, kemudian dari sudut pandang Rangga Almahendra sebagai suami dan yang tak kalah takjubnya adalah dari sisi SARAHZA itu sendiri. Belum pernah sepanjang sejarah saya membaca novel dimana salah satu yang bercerita adalah RUH anak manusia yang melihat dari LAUHUL MAHFUZH kedua bakal orang tuanya berjuang habis-habisan untuk ‘mengundang’nya terjun ke bumi, melakoni perannya sebagai anak dari Hanum dan Rangga. Buatku ini luar biasa dan sangat kreatif. Dari mana ide untuk menulis novel dari sisi seorang anak manusia yang belum juga lahir ke muka bumi? Bagaimana kelak ketika dewasa Sarah membaca novel itu lalu memprotes ibunya dan berkata “Mama, saya tidak ingat pernah mengucapkan kalimat-kalimat yang ada di buku ini”. Tapi itulah keunikan dari buku ini. Selain sangat inspiratif, banyak makna kehidupan yang bisa dipetik sebagai pembelajaran dalam menjalani hidup ini. Bahwa berjuang itu tidak cukup sekali tapi berkali-kali. Bahwa perjuangan itu tidak hanya membutuhkan fisik, tenaga dan pikiran, tapi juga doa. Doa dari orang-orang terkasih, terutama dari ayah dan ibu kita. Pelajaran kedua dari isi novel ini adalah HIKMAH. Apa hikmah yang didapatkan Hanum dan Rangga di masa-masa dimana Sarahza belum lahir ke dunia? Buku, royalti, film, ketenaran dan obsesi menulis yang terpuaskan. Seperti kata Rangga kepada Hanum. Buku-buku kita ini adalah anak-anak kita.
Halaman 114: Ayah mengeluarkan sebuah buku dari balik punggungnya. Buku bersampul warna hijau berilustrasikan cahaya keluar dari langit yang menaungi bangunan-bangunan ikonis Eropa. “Ini anak kita yang pertama Say! Eva Herz itu bohong besar banget. Inseminasi ketiga kita berhasil Say! Ini BUAH HATI kita! Baru saja lahir dari penerbit dan langsung kirim ke Linz bukti terbitnya.”
Itulah HIKMAH yang diperoleh HANUM dan RANGGA selama sebelas tahun menunggu kehadiran sosok bayi dalam kehidupan mereka.
Halaman 115: 99 Cahaya di Langit Eropa. Covernya menyala bagaikan mata bayi yang berkedip-kedip menyambut dunia. Wanginya menembus kalbu Ibu dan Ayah, lebih dari wangi parfum, bunga, kopi dan masakan yang selama ini mereka hirup. Buku itu seakan menjelma menjadi paduan wajah ibu dan ayah. Ia adalah “ANAK” yang sempurna.
Narasi yang indah sekali !! betapa lihainya Hanum dan Rangga membuai emosi dengan rangkaian kata-kata yang penuh makna.
Pelajaran Ketiga adalah TIADA SATU PUN HAL YANG TAK MUNGKIN BAGI ALLAH. Ikhtiar dan berdoa. Buku ini sangat inspiratif terutama bagi mereka-mereka di sana, pasangan suami istri yang masih berjuang dan mendamba lahirnya sosok bayi di kehidupan mereka, yang berjuang mengejar perwujudan mimpi menjadi orang tua biologis atas janin-janin yang belum lahir atau seperti kata Sarhza, yang belum ada panggilan atau ijin dari penguasa alam semesta untuk mencicipi pahit manisnya kehidupan dunia fana.
Terakhir, Buku ini telah menjadi salah satu buku favorit saya selama ini. Semoga bisa menjadi inspirasi dan pelajaran berharga bagi siapa saja yang membacanya. Selamat buat mbak Hanum dan Mas Rangga atas kehadiran SARAHZA di tengah-tengah kehidupan kalian.

Marwiyah Tombili
Kendari Sulawesi Tenggara
Profile Image for Al Adawiyah.
7 reviews
April 18, 2020
I am Sarahza, Dimana Ada Harapan Di Situ Ada Kehidupan

Sarahza adalah sebuah manuskrip perjalanan seorang hanum dan suaminya rangga, putri dari seorang politikus besar yang pernah mencalonkan dirinya menjadi presiden. Hanum yang masih mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UGM waktu itu dan Rangga yang merupakan anggota dari sebuah band dipertemukan oleh takdir ketika Hanum sedang mencari pasien cabut gigi untuk memenuhi tugas akhirnya, sementara Rangga yang awalnya berniat untuk menyerahkan copy CD dari lagu yang dibuatnya untuk kampanye Amien Rais justru berujung menemukan belahan jiwanya. Mereka menikah dan kemudian pindah ke Austria karena Rangga mendapatkan beasiswa guna melanjutkan studi S3 nya di bidang Management Bussiness. Hanum yang pada saat itu bekerja mengejar impiannya sebagai seorang reporter TV yang sempat tertunda karena masuk kuliah di jurusan yang tidak disenanginya sempat memilih untuk mempertahankan karirnya tersebut dan melupakan usahanya untuk beroleh keturunan. Namun dukungan dari Ibu dan Bapak Hanum agar ia menjadi istri pendamping yang shaliha bagi suaminya mengantarkan Hanum ke Austria menyusul Sang Suami.

Tahun demi tahun dijalani Hanum dan Rangga berdua saja, berharap Hanum kini punya kesibukan lain selain menanti Rangga pulang dan ada teman baginya untuk mengusir sepi jika tak sedang bersama suami. Berbagai kegiatan ia lakoni namun selalu ujung dari setiap pelarian Hanum ini adalah bahwa ia harus mencoba program kehamilan. Setiap manusia punya rencana namun Allah juga lah penentunya. Menjalani kehidupan di indahnya kota Vienna ternyata tak membawa mereka pada indahnya peran sebagai orangtua. Sarahza, pendar cahaya yang masih bersemayam di Lauhul Mahfudz belum jua ditiupkan dalam rahim seorang Hanum. Ia masih berupa eksistensi fana, yang seolah melihat segala upaya orangtuanya dari atas sana dan keberadaannya bergantung dari seberapa keras perjuangan kedua orangtuanya untuk mewujudkan keberadaannya di dunia. Hanum harus rela menunggu 11 tahun demi terwujudnya impian ini. 4 kali inseminasi 5 kali proses bayi tabung puluhan terapi telah dijalani Hanum dan Rangga tapi nampaknya cerita ini bukan semata tentang teknologi dan rekayasa canggih buah kecerdasan otak manusia, ada faktor X yang senantiasa setia bekerja, meski semua sudah di setting sedemikian sempurna, syahdan, pendar cahaya itu masih bergeming di atas sana.

Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra, penulis novel-novel best seller yang karyanya sudah difilmkan, menjadi "anak emas" kebanggaan ayah ibunya harus menelan pil pahit anak biologis mereka justru sebaliknya, entah kapan dan belum menunjukan tanda-tanda kapan akan lahir ke dunia.

Novel ini, disajikan dengan 3 sudut pandang. Sudut pandang Hanum, Rangga dan Sarahza. Novel ini penuh dengan emosi-emosi yang tertuang dengan jujur. Membawa pembaca serasa diaduk-aduk perasaannya turut merasakan patah nya saat-saat kegagalan Hanum dan Rangga ketika harapan mereka menjadi orangtua berkali dihempas ke bumi. Sarahza akan menjadi novel penggugah bagi siapapun yang berjuang demi kehadiran buah hati. Novel ini mengajarkan "Dimana ada harapan, di situ ada kehidupan". Yang artinya selama manusia masih berharap pada Allah dan menyerahkan segala sesuatunya pada Allah maka ada sebuah kehidupan yang akan terbentuk. Kehidupan yang diperjuangkan. Kehidupan sang buah hati. Terkadang memang di saat manusia berada dalam titik kepasrahan pada Allah Sang Maha Pencipta, menyandarkan segala daya dan upaya nya pada Nya di situlah tangan-tangan Allah bekerja. Justru saat manusia itu berada pada titik terendah dari upaya nya menjadi manusia yang berhasil. Karena hakikat nya manusia seringkali sombong dengan menyandarkan diri pada kekuatan diri sendiri, di situ lah letak kesalahan manusia. Justru saat ia telah menemukan kelemahan dirinya, dan berpasrah pada Allah akan kekurangannya ini, memohon pertolongan Allah dengan tulus ikhlas apapun Kehendak Nya, di sana lah Allah akan tunjukan cinta kasih Nya. Berkah dari kepasrahannya pada Nya.
Profile Image for Faisal Chairul.
266 reviews16 followers
August 4, 2022
Buku ini merupakan sebuah memoar, cerita kronologis, penantian panjang selama 12 tahun pasangan penulis Hanum Rais dan Rangga Almahendra untuk memperoleh karunia seorang anak, yang diberikan nama Sarahza Reashira. Menariknya, memoar ini diceritakan dalam tiga sudut pandang, Rangga, Hanum, dan calon ruh Sarahza ketika berada di Lauhul Mahfudz. Di awal ulasan ini, saya ingin sedikit membahas tentang penggunaan sudut pandang calon ruh Sarahza.

Buat gw, kedua penulis sungguh berani ketika mengetengahkan imajinasi tentang beberapa hal berikut ini sebagai pembuka. Hal pertama terkait penggambaran 'kehidupan' di alam ruh.

Aku hidup dalam dunia yang penuh cahaya, alam dimana hanya ada rasa bahagia. Tuhan menempatkanku di dimensi surgawi bersama jutaan lainnya dan memberi kami kemampuan melihat, mendengar, dan merasa. ...Alamku tak berbentuk. halaman 9

Di periuk bersinar terang ini... - halaman 10

Hal kedua terkait penggambaran wujud ruh.

Dimensiku kini tak terukur. ...Aku tak memiliki panjang, lebar, tinggi, atau kedalaman. Tak dapat digambarkan. Tak dapat diilustrasikan. Tapi aku ada. ...Aku adalah ketiadaan yang tertulis di Lauhul Mahfudz. Ketiadaan yang mampu mengindra masa lalu, sekarang, dan mendatang, seperti layar proyeksi yang terbentang di sekitarku. - halaman 9

Hal ketiga terkait takdir ruh (seorang anak) yang ditentukan oleh iradah manusia (kedua orangtuanya) di dunia. Iradah dalam artian niat akan (melakukan/terhadap) sesuatu diiringi dengan tekad kuat dalam menggapainya.

Di periuk bersinar terang ini, kami semua bergantung pada iradah manusia-manusia yang telah terjadi di dunia sana. Jika mereka menginginkan kami sepenuh hati, takdir kami semakin menguat sinarnya. Sebaliknya, ketika kami tidak lagi diinginkan, cahaya kami akan sedikit demi sedikit meredup hingga akhirnya sirna. Itu artinya Tuhan mengirim kami kembali ke surga tanpa perantara dunia. halaman 10

Pengetengahan imajinasi-imajinasi ini, terlebih di bagian pembuka, mengubah sudut pandang akan keseluruhan cerita, mengingat memoar ini bercerita tentang penantian panjang, disertai dengan berbagai usaha mulai dari cara 'manual' hingga bantuan teknologi tercanggih, selama 12 tahun, yang tidak hanya menguras energi fisik tetapi lebih-lebih mengurasi energi mental. Tanpa adanya sudut pandang calon ruh (Sarahza), cerita akan dianggap biasa saja, seperti kasus-kasus penantian dikaruniainya seorang anak dari calon-calon orangtua lainnya. Satu kalimat yang dipertebal di atas sungguh mengusik saya. Apakah pernyataan di atas benar adanya?

Terlepas dari hal-hal yang mengusik saya di atas, saya tetap menikmati cerita perjuangan mbak Hanum dan mas Rangga dalam mengusahakan takdir untuk dikaruniai seorang anak dalam memoar ini. Syukur turut terucap ketika membaca cerita tentang hasil positif uji laboratorium (nilai beta chorionic gonadotropin (beta-hCG) dalam sampel darah) yang menandakan adanya kehamilan. Pula lafaz tasbih (subhanallah) turut terucap ketika membaca cerita tentang kehamilan dengan blighted ovum (keberadaan embrio dengan ketiadaan inti di dalamnya) maupun cerita tentang ectopic pregnancy (kehamilan di luar rahim).

Kelebihan memoar ini, yang membuat saya bisa menoleransi hal-hal di atas yang mengusik saya, adalah diselipkannya pengetahuan-pengetahuan tentang inseminasi, IVF (in-vitro fertilization/bayi tabung), kehamilan dengan blighted ovum, dan ectopic pregnancy (kehamilan di luar rahim) dari sisi medis. Pengetahuan yang menyadarkan bahwa kehamilan, bagi beberapa orang, tidak sesederhana pertemuan antara sperma dan ovum, dan bahwa pertemuan itu haruslah tepat dari sisi waktu dan kondisi (hormon sang calon ibu).

"Pembuahan sel telur (ovum) oleh sperma itu baru tantangan pertama. Tantangan kedua adalah perjalanan sel telur dari sperma yang telah bersatu melewati tuba falopii menuju rongga rahim dan menempel di sana. Tantangan terakhir adalah perjalanan janin itu bertumbuh hingga melahirkan. - halaman 92

Pengetahuan-pengetahuan yang diselipkan dalam cerita seperti di atas juga menambah wawasan dalam memahami prosedur medis dalam membantu kehamilan seperti inseminasi, inseminasi dengan penyesuaian hormon (yang dilakukan penulis di salah satu klinik (Kinderwunsch Zertem) di kota Linz, Austria), dan bayi tabung.

Dalam inseminasi, kita akan merekayasa tantangan pertama agar ... wuzzz sperma langsung bertemu sel telur tanpa harus melewati jalan yang berkelok-kelok. - halaman 92

"Lalu agar memastikan sel telur benar-benar bertemu dengan sperma pada cara dan waktu yang tepat bagaimana?" tanyaku sedikit sinis.
"Saya akan mencoba merekayasa sistem dalam hipotalamus istri Anda. Pusat segala produksi hormon. Inseminasi adalah mendekatkan sperma dengan sel telur pada timing yang seluruhnya tepat. Kuncinya sinkronisasi hormon."
- halaman 93

"Satu lagi. Untuk mengecek kedua tuba falopii lancar tanpa hambatan, ada prosedur yang harus dilakukan. ...Istilahnya peniupan rahim." - halaman 93
Profile Image for Zydna I'Lma.
1 review
September 26, 2018
Sejujurnya ini adalah karya mbak Hanum yang baru aku baca, meskipun 99 Cahaya Di Langit Eropa aku sudah punya, namun belum sempat aku baca. Film Bulan Terbelah Di Langit Amerika pun pernah aku tonton, tapi belum sempat kepoin penulisnya.. hihihi dasar emang ya. Bisa dibilang aku kenal mbak Hanum dibuku ini, yang berawal dari rasa penasaran karena banyak teman yang merekomendasikan buku I Am Sarahza yang inspiratif. Akhirnya aku beli lalu membacanya sampai tuntas daaaan,,,
Masya Allah, kisah yang begitu mengharukan. Banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik dalam buku ini.
Jika awalnya aku berpikir bahwa menikah adalah jalan keluar ketika aku merasa lelah dan jenuh dalam tugas-tugas pekerjaan, namun ternyata tujuan pernikahan lebih dari itu.
Buku ini mengajarkan kita untuk memahami bagaimana makna pernikahan yang sesungguhnya, tak hanya cerita-cerita indah yang ada dalam ruang pernikahan namun berbagai ujianpun tak kan pernah luput bertamu pada rumah tangga. Dan disanalah kita di uji seberapa besar kita bertahan dan mempertahankan pernikahan itu sendiri.
11 tahun menanti sang buah hati dengan berbagai pengorbanan dan perjuangan dijalani, buku ini mampu membuat aku meneteskan air mata disetiap cerita per_bab_nya.
Ada beberapa kalimat menarik dalam buku ini, diantaranya:
“kehebatan laki-laki bukan ditentukan dari kemampuannya memiliki banyak wanita, tapi ketika ia berani memutuskan untuk setia pada satu wanita.
Kedua orangtuaku selalu mengatakan ‘milikilah sesuatu yang paling mahal seorang pria bisa berikan pada wanita : kesetiaan’” kalimat ini ditulis oleh mas Rangga di halaman 211.
Kalimat yang mengajarkan kita bahwa suami berperan penting dalam kehidupan seorang istri. Ketika istri mulai rapuh dan terjatuh, tangan suamilah yang selalu siap menyambutnya, menjadikan bahunya menjadi sandaran terbaik juga sebagai benteng terkokoh agar ia merasa tak sendiri dan menjadi lebih kuat.
Juga kalimat yang tertulis dihalaman 290
“....ibuk sudah berjanji sama diri sendiri, selama ibuk masih hidup, ibuk akan nemenin kamu program hamil sampai berhasil” kalimat ini membuat kita memahami betapa besar peran orangtua yang rela berkorban demi hidup dan kebahagiaan kita. Buku ini membuat pembaca akan lebih menyayangi dan menghargai kedua orangtua. Sebenarnya masih banyak kalimat-kalimat yang menarik dan hampir semuanya menarik namun tak mungkin juga aku tilis semuanya ya..

Ditulis dengan point of view Hanum, Rangga dan Sarahza yang tengah menanti di Lauhil Mahfudz membuat buku ini semakin hidup dengan sentuhan-sentuhan kalimat lembut yang akan sampai pada hati pembaca.
“Dimana ada harapan, di situ ada kehidupan”
Selamat berjuang untuk para pejuang tangguh di dunia ini. Semoga kehadiran buku ini membuat kita semakin semangat dalam meraih segala impian kita, membuat kita yakin jika kita terus berdoa dan berusaha maka Allah tidak akan tega melihat hamba-NYA kembali dengan tangan hampa.

Terima kasih pada mbak Hanum, mas Rangga juga Sarahza yang telah menghadirkan buku ini ditengah-tengah kami...
Displaying 1 - 30 of 194 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.