Jump to ratings and reviews
Rate this book

Represi

Rate this book
Awalnya hidup Anna berjalan baik-baik saja.

Meski tidak terlalu dekat dengan ayahnya, gadis itu punya seorang ibu dan para sahabat yang setia. Sejak SMA, para sahabatnya yang mendampingi Anna, memahami gadis itu melebihi dirinya sendiri.

Namun, keadaan berubah ketika Anna mulai menjauh dari para sahabatnya. Bukan hanya itu, hubungan Anna dengan ibunya pun memburuk. Anna semakin hari menjadi sosok yang semakin asing. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Anna, hingga pada suatu hari, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya yang ternyata penuh luka.

264 pages, Paperback

First published September 24, 2018

42 people are currently reading
713 people want to read

About the author

Fakhrisina Amalia

14 books200 followers
Fakhrisina Amalia's books:
1. Cerita Cinta Kota (Omnibook, Plotpoint, 2013)
2. CONFESSION (Novel, Ice Cube, 2014)
3. Public Transportation Stories Vol. 3 (Kumpulan Cerita Mini, Ellunar, 2014)
4. Beneath The Same Moon Vol. 3 (Kumpulan Cerita Mini, Ellunar, 2014)
5. Remembrance (Kumpulan Cerita Mini, Ellunar, 2015)
6. My Last (Kumpulan Cerita Mini, Ellunar, 2015)
7. Love at School (Kumpulan Cerpen, Elex Media, 2015)
8. Town Sweet Town Vol. 3 (Kumpulan Cerita Mini, Ellunar, 2015)
9. ALL YOU NEED IS LOVE (Novel, Gramedia Pustaka Utama, 2015)
10. HAPPINESS (Novel, Ice Cube, 2015)
11. Wonderland Vol. 1 (Kumpulan Cerita Mini Anak, Ellunar, 2015)
12. Amnesia Vol. 1 (Kumpulan Cerita Mini, Ellunar, 2016)
13. PERSONA (Novel, Gramedia Pustaka Utama, 2016)
14. REPRESI (Novel, Gramedia Pustaka Utama, 2018)

Feel free to contact her at dearfakhrisina@gmail.com

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
286 (31%)
4 stars
458 (50%)
3 stars
137 (15%)
2 stars
16 (1%)
1 star
6 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 249 reviews
Profile Image for Daniel.
1,179 reviews852 followers
March 28, 2019
Fakhrisina Amalia
Represi
Gramedia Pustaka Utama
264 halaman
8.7 (Best New Book)

Represi is Amalia's best work yet, where she writes a long and elaborate love letter to psychologist--something that's inseparable from her real life. In this personal project of hers, she lets her readers know her fears, manifested by the characters in the book, resulting in an emotional and weepy reading experience.

I don’t write to make readers think, I write to make them feel. Demikian tulis Fakhrisina Amalia dalam esainya yang begitu pribadi dan blakblakan di Jurnal Ruang, dan itu pulalah yang Amalia (karena kalau memanggil Iis kesannya terlalu akrab) sajikan dalam novel kelimanya, Represi. Tentu, setiap novel yang Amalia tulis begitu lekat dengan kehidupan sehari-hari, tanpa konsep yang mengawang-awang dan nun jauh di sana, tapi dengan konsep yang sederhana itu, kekuatan tulisan Amalia terletak pada kemampuannya untuk terhubung dan menembus langsung perasaan pembaca. Represi bukanlah perkecualian.

Buku ini bisa dianggap sebagai buku paling personal yang ditulis oleh Amalia. Bukan hanya karena buku ini begitu berkaitan erat dengan kehidupannya sehari-hari sebagai seorang (calon) psikolog, tapi juga karena lewat Represi, kita seakan diizinkan untuk mengintip ketakutan-ketakutan yang dia alami yang dia tuangkan ke dalam proses penulisan Represi yang rumit dan berbelit. Ada keterkaitan antara esainya di Jurnal Ruang dengan tulisan di blog pribadi Amalia yang bisa dihubungkan dengan benang merah bernama "katarsis".

Bagi Amalia, menulis adalah katarsis, sebuah media tempat dia mencurahkan perasaan dan ketakutannya. Bagi Anna, tokoh utama dalam karakter ini, menggambar adalah katarsisnya, tempat dia menumpahkan seluruh perasaan yang berkecamuk dalam hatinya, perasaan yang membuatnya ingin mengakhiri hidupnya. Represi juga merupakan surat cinta Amalia yang panjang dan berapi-api bagi profesi psikolog, sesuatu yang menjadi ikigai-nya. Hal itu terlihat jelas dari sosok Nabila, sang psikolog yang menemani Anna dalam mencari cahaya lewat sesi-sesi terapi mereka. Perkembangan karakter Anna dituliskan dengan begitu alamiah dan realistis. Perlahan sosok cewek yang awalnya muram, mulai berani membuka dirinya, dan satu per satu masa lalu kelam dalam hidupnya terkuak. Represi memang masih membutuhkan beberapa resolusi untuk plot yang dibiarkan menganga, tapi saya pikir bagi Amalia, menulis Represi sangatlah menguras tenaga dan emosi.

Lewat Represi, Amalia juga mengajak para pembacanya untuk tak perlu ragu-ragu untuk bertemu dengan psikolog, bahwa psikolog tidak lagi identik dengan stigma-stigma negatif. Bagi beberapa orang, psikolog adalah orang-orang yang menuntun mereka menemukan terang yang tak bisa mereka lihat dan menyadarkan kalau mereka dicintai.
Profile Image for Utha.
824 reviews399 followers
May 4, 2022
Awalnya, Anna baik-baik saja. Meski ayahnya terlalu sibuk bekerja, dia punya bunda dan para sahabatnya.
Sampai akhirnya seseorang menggoreskan luka baru pada luka hati Anna yang belum kunjung sembuh sebelumnya, membuat Anna berpikir bahwa mati adalah jalan terbaik.

Represi menceritakan tentang Anna yang pikirannya terlalu kusut. Menceritakan tentang bagaimana seharusnya seorang sahabat bersikap.

Jangan berekspektasi akan ada kejutan di novel ini layaknya Persona, karena tidak akan ketemu. Bacalah, lalu pelan-pelan pahami Anna.
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews297 followers
July 17, 2019
Sejak baca AtBP yang sangat suram bahkan kadang kalo ingat terbawa sampai sekarang, untuk sementara aku menjauh dulu dari genre mental illness, karena bacanya pun sangat melelahkan secara emosional. Sejak itu mood bacaku nggak jauh dari romance ringan. Dan entah nggak ada angin nggak ada hujan, aku kepingin baca buku yang sedih-sedih, di saat moodku lagi jelek banget akhir-akhir ini, biar hancur sekalian deh 😂

Sebagai pembanding, temanya agak mirip dengan Someday, tentang toxic relationship, tentang penerimaan diri. Bedanya, represi lebih fokus ke proses healing. Jadi memang butuh kesabaran untuk membaca buku ini, karena kita bakalan ikut kelelahan dengan masalah yang dihadapi Anna, karena prosesnya memang panjang. Namun dengan demikian, kita bisa merasakan apa yang dialami Anna, mengikuti secara perlahan lewat konsultasi yang dia jalani tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Review lengkap https://www.kubikelromance.com/2019/0...
Profile Image for Stef.
590 reviews190 followers
December 20, 2018
😭😭😭 this is me when I followed Anna journey to get out the blackhole of her life and get better in the end. I love the message behind the journey healing and accepting yourself from all shit that life throwing to you. And find happiness to love yourself more.
Profile Image for Yusda Annie.
221 reviews32 followers
September 30, 2018
Buku ini oke. Meski tidak ada plot twist dan cukup predictable tapi buku ini mengandung pesan moral bagi pembacanya. Tema buku ini tidak ringan tapi penyampaiannya juga tidak berat karena minim istilah psikologi di dalamnya. Semua dikemas dg cukup sederhana dg bahasa yg mudah dipahami.

Tentang perasaan sulit untuk mencintai diri sendiri, sulit memaafkan diri sendiri dan merasa tidak berharga akibat kesulitan/ trauma masa lalu dan kejadian tidak mengenakkan sepanjang perjalanan hidup seorang Anna hingga dia berpikir untuk memutuskan mati.

Paling suka dengan Nabila yang sabar mendampingi Anna selama masa sulit. Juga suka dg sahabat² terbaik Anna di kuliah.

Um, apa yaa… hanya saja selama membaca buku ini aku kurang merasakan kemistri dan emosi yang ingin disampaikan. Aku hanya tahu Anna marah, sedih, kecewa, patah hati, bahagia, cinta dan perasaan lain sebagainya tapi tak mengambil banyak dariku.

Rekomendasi buat teen-young adult khususnya perempuan supaya tidak terlalu melonggarkan batasan/ aturan pergaulan dan bersikap terhadap orang baru apalagi orang tersebut cowok.
Setiap kita memiliki pilihan-pilihan untuk hidup kita. Pilihlah yg paling terbaik dan kalau perlu diskusikan kepada orangtua atau orang yg lebih dewasa yg memahami diri kita tanpa pamrih. Tolaklah jika itu tak sesuai dengan hati nurani.
Profile Image for Akaigita.
Author 6 books237 followers
February 14, 2019
For those who die for a bad boy, read this book. No excuse for the boy who wants to OWN you in the first place.

Ehem. Sebenarnya tahun lalu kusudah berjanji pada diri sendiri untuk nggak baca novel bertema depresi dan bunuh diri lagi, tapi ya gimana. Semakin dilarang kusemakin menjadi. Penyakit jiwa macam apa yang menggerogotiku ini, Bu Psikolog?

Aku lebih senang Kak Iis (sok akrab) menulis dengan sudut pandang orang ketiga begini. Memang rasanya nggak seintens sudut pandang orang pertama, tapi aku nggak kepingin baca narasi Anna memuja-muja Sky lebih panjang lagi. Aku mudah muak sama cowok, apalagi kalau yang gelagatnya udah nggak bener kayak Sky.

Daaan berapa kali mataku terasa panas saat membaca buku ini? Hmmmm dua... tiga kali. Pertama waktu Anna ditanyai mau apa, jawabnya mau mati. Kedua waktu ayahnya minta maaf ke dia. Ketiga waktu cerita ini habis. Sial, kok cepet banget sih?

Sky ini sebenarnya mengingatkanku pada cowok posesif lain di film yang diperankan Adipati Dolken. Hanya saja Sky nggak sampai se-violent itu. Nggak ada adegan cekik-cekikan kan?

Kuberdoa yang terbaik buat Anna dan Saka--dan kaktusnya.
Profile Image for Liliyana Halim.
309 reviews237 followers
July 31, 2022
“Tapi kita nggak harus berfokus pada apa yang belum bisa kita capai, kan? Kita selalu punya pilihan untuk melihat apa yang belum bisa kita capai atau bersyukur pada sejauh mana kita telah sampai. Kamu sendiri yang bisa memilih itu, Anna. Barangkali, kamu hanya perlu melihat semua itu lewat sudut pandang yang berbeda dari yang kamu lakukan selama ini.” (Hal 227).
.
.
Selesaiiiii! Dan sukaaa 🤩🤩🤩. Kalau ada yang bilang lagi ke aku, baca novel terus, nggak ada tau cowok di dalam novel tu di dunia nyata, maka akan aku belikan novel ini buat dia, untuk dia baca agar dia paham nggak semua novel ini tentang cowok ganteng dan tajir. Menurutku para orangtua wajib baca novel ini, begitu juga dengan remaja cewek dan cowok. Karena sebagai orangtua bisa belajar dari kisah keluarga Anna yang menurutku mereka juga ada salahnya sedikit. Dan cara Nabila menerima juga mendengarkan Anna itu bisa dijadiin contoh untuk komunikasi sama anak remaja kalian. Dan untuk para remaja bisa belajar dari kisah Anna juga persahabatannya. Dari awal aku sudah dibuat penasaran apa yang terjadi sama Anna. Aku suka cara berceritanya, emosinya dapat. Aku suka banyak kalimat-kalimat yang bagus menurutku. Aku suka Hani, Nika, Ouji apalagi Saka 😍 sempat patah hati juga tapi begitu dia bilang “Makan ya? Mau dipesenin apa?” rasanya jadi aku yang baper 🫣. Aku suka Nabila, kesabarannya dan cara dia berkomunikasi sama Anna tu 👍🏼 jadi bikin bertanya-tanya beneran ada nggak ya psikolog kayak Nabila. Aku nggak suka banget sama Sky 😖. Pokoknya baca deh novel ini. Setelah Minoel dan Teori Tawa dan Cara-cara Melucu Lainnya aku rekomen novel ini.
Profile Image for Ayesa.
69 reviews3 followers
December 22, 2021
Kayaknya ini buku pertama kali yang dibaca olehku yang memuat genre psikologis. Represi. Karena cerita ini berdasar dari sudut pandang pertama. Rasanya sangat sakit sekali saat tau peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Penekanan yang dialami sebagai upaya menyingkirkan semua peristiwa buruk yang dialami yang menyebabkan kecemasan yang berlebihan merupakan represi yang dialami tokoh utama.

*
Represi sendiri merupakan salah satu istilah psikologi dalam mekanisme pertahanan diri. Represi ialah proses penekanan dan penghambat pikiran-pikiran yang membuat cemas agar tidak muncul ke permukaan sadar.

*
Karna terkadang tidak semua anak mampu jujur untuk menceritakan beberapa hal dalam hidupnya. Menjadi orang tua harus mampu membangun kepercayaan pada anak. Erikson menjelaskannya dalam psikologi sosial yang ia ciptakan. Pada tahap 1 yaitu trust vs mistrust yang terjadi saat anak lahir hingga usia 1 tahun. Tahap ini sangat penting untuk membangun hubungan sosial yang seharusnya diciptakan dengan baik oleh orang tua, sebagai guru pertama bagi anak.
Profile Image for A.A. Muizz.
224 reviews21 followers
November 22, 2018
Represi adalah usaha psikologis seseorang yang bertujuan untuk meredam keinginan, hasrat, atau instingnya sendiri. (Sumber: Wikipedia)
.
Itulah yang terjadi pada Anna, tokoh utama dalam novel ini. Pola asuh orangtua, berinteraksi dengan orang yang salah, dan sikap pacar yang dicintainya setengah mati telah membuatnya meredam setiap keinginannya, membuatnya tak bisa mengambil keputusan sendiri. Luka hati yang bertumpuk-tumpuk sejak kecil itu membawanya pada percobaan bunuh diri.

Membaca novel ini, perasaan saya sangat teraduk-aduk. Saya dibawa pada sesi konseling dan terapi Anna dengan seorang psikolog, yang kemudian terungkaplah satu demi satu luka batinnya, dari yang paling ringan sampai yang membuat saya begitu sesak dan geram. Apalagi sebagian dari luka Anna ini pernah saya rasakan, jadi saya begitu terhubung dengan apa yang Anna rasakan.

Ending novel ini memang sangat wajar. Namun, proses dari awal sampai akhir inilah yang sangat menarik. Banyak ilmu dan pesan yang saya terima, mulai dari parenting, kejiwaan, dan juga bagaimana kita bersikap dalam menjalin persahabatan maupun hubungan asmara. Bahkan, saya baru tahu perbedaan antara psikolog dan psikiatri. Hahaha.

Ending-nya juga membuat saya nggak sepenuhnya membenci orang-orang yang telah membuat Anna dalam posisi sulit seperti itu. Semua tentu ada sebab dan akibat. Sikap yang dipilih Anna ini merupakan bentuk dari penerimaan dan keberhasilannya memaafkan diri sendiri. Sebuah pengendalian diri yang sampai sekarang masih terus saya pelajari.

Terima kasih buat Mbak Iis yang sudah menuliskan ini. Ada luka-luka yang kembali terbuka (dan menanti disembuhkan) dan ada pula solusi ataupun jalan bagaimana saya menerima, memaafkan, dan menghargai diri sendiri.

Rating: 4,5⭐
Profile Image for Ossy Firstan.
Author 2 books102 followers
October 12, 2018
Saya membaca Represi semalam sebelum tidur. Saya menikmati membacanya hingga selesai. Namun, saya nggak bisa begitu bersimpati dengan Anna. Mungkin, karena di awal-awal cerita sampai tengah, kisah Anna-Sky yang membuat gemas itu adalah kisah yang tidak saya sukai. Saya nggak suka perempuan-perempuan penghamba cinta kayak Anna. Tapi, saya mengerti mengapa Anna begitu. Anna nggak punya cukup kasih sayang dari orang terdekat, terutama laki-laki, yang buat dia 'mencandu' Sky. Anna juga punya 'kisah kelam masa kecil' yang ia simpan sendiri. Juga sifat Anna yang tertutup dan sebagainya, yang membuat ia menjadi seperti itu.

Mungkin juga, karena saya berharap cerita ini lebih depresif. Saya sempat mengurungkan membaca Represi karena saya takut 'setan-setan di kepala saya' hidup dan saya ikut cemas. Seperti ketika saya membaca San Francisco-nya Ziggy, misalnya. Namun, Represi tidak sedepresif itu, tidak membuat saya ikut sedih, dan mungkin hanya sampai tahap bersimpati atas apa yang menimpa Anna. Saya justru berduka saat Serafina meninggal. Ini sebab beberapa hari lalu kucing saya yang juga berwarna abu-abu mengembuskan napas terakhirnya.

Mungkin,ini yang ingin disampaikan Kakak Penulis. Bahwa manusia rumit, bahwa selalu ada alasan besar atas sebuah tindakan bernama bunuh diri, bahwa kita harus lebih peduli dengan teman di sekitar, dan kenyataan kalau berkonsultasi dengan psikolog bisa membuat kita lepas. Saya suka obrolan Anna dan Nabila.
Anna dan kerumitannya. Ketika semuanya terlihat terlalu baik-baik saja, saya kira sebenarnya itu adalah pertanda kalau akan ada bom yang meluluhlantakan semuanya. Seperti Anna yang katanya baik-baik saja dan kemudian bunuh diri.  Saya menyayangkan orangtua Anna yang ingin anaknya kuat, tetapi mereka sendiri membuat Anna menjadi gadis lemah dan terlalu penurut. Jujur, saya agak menyayangkan hubungan Anna dan Saka di akhir. Macam, Anna kayaknya perlu menerima dirinya sendiri, lebih menyayangi diri sendiri, dekat dengan keluarga, tapi, yasudala~

Novel ini sebenarnya mengangkat sesuatu yang berat, tetapi dikemas dengan ringan.
Terima kasih dan sukses untuk penulisnya.
Profile Image for Syifa Luthfianingsih.
250 reviews95 followers
January 23, 2020

"Luka yang nggak dibagi, sampai kapan pun, nggak akan pernah bisa dimengerti."



Terima kasih, Fakhrisina Amalia. Cerita ini bukan hanya menyembuhkan Anna, tapi juga menyembuhkan pembaca :)
Profile Image for Seffi Soffi.
490 reviews142 followers
May 8, 2020
Gaya berceritanya menarik, tema yang diangkatnya nggak biasa.

Tebakanku benar, tapi aku gak menyangka dengan plot twistnya. Yang aku rasain pas bacanya itu nyesek banget, kebayang rasa sakitnya Anna 😭😭.
Profile Image for raafi.
927 reviews449 followers
April 11, 2020
Buku ini begitu pekat dengan isu berat. Kesehatan mental, pelecehan seksual, hubungan abusif yang sepertinya ketiganya tidak mungkin bisa dipadukan dalam satu jalinan cerita bila pengarangnya tidak punya latar belakang yang berkenaan dengan mereka. Pun dibutuhkan kepiawaian untuk membuat cerita "berat" ini menjadi lebih awam dan bisa dibaca semua orang terutama kalangan remaja.

Ini cerita tentang klien seorang psikolog yang memiliki masalah berat sampai membuatnya melakukan percobaan bunuh diri. Tentu saja tokoh utamanya adalah si klien, seorang remaja menuju dewasa bernama Anna yang punya masa lalu kelam. Ia merasa sudah tidak kuat dengan masalah lainnya yang datang bertubi-tubi sampai akhirnya "menyerah". Untungnya, ia menemukan psikolog bernama Nabila.

Dari sudut pandangku, cerita ini terasa berbeda berkat hadirnya karakter Nabila sang psikolog. Beberapa orang tidak tahu-menahu bagaimana proses konsultasi antara klien dan psikolog. Melalui buku ini, pembaca yang bertanya-tanya tentang hal itu mendapatkan jawabannya. Melalui buku ini, aku yakin stigma tentang konsultasi psikologi akan terkikis.

Aku jadi ingat wawancaraku dengan pengarang di sini. Ia bilang bahwa novel remaja yang membahas isu kesehatan mental masih jarang. Isu yang juga dibutuhkan oleh para remaja. "Karena jarang, jadi penting," ujar pengarang yang juga lulusan magister psikologi profesi itu.

Buku ini mengingatkanku pada novel remaja karya Amber Smith, The Way I Used to Be. Kisahnya mirip-mirip. Hanya saja, Represi terasa nyata berkat internalisasi karakter, latar, dan masalah. Mereka begitu dekat.

Sudah lama rasanya baca novel Young Adult Indonesia sampai bertemu buku yang kubaca sejak sore dan selesai malam ini. Ini juga berkat percakapan dengan pengarang beberapa hari lalu yang mengingatkanku pada janji untuk membaca buku ini saat kami bertemu sekitar akhir tahun lalu. Aku bahagia bisa menepatinya.

Salah satu novel remaja yang penting!
Profile Image for Autmn Reader.
881 reviews91 followers
July 16, 2020
Saya suka banget ama cerita ini, ya ampun. Dari awal bab ketika prolog, saya tahu saya bakalan suka banget ama cerita ini. Saya bahkan gak ragu masukin buku ini ke dalam kategori best book of 2018.

Walaupun saya suka banget cerita ini, saya gak bisa review full karena nantinya pasti malah curhat. Jadi nanti ku bakalan review full cerita ini di blog saya. Jadi yang mau baca review full saya soal novel ini bisa kunjungin blog saya ya, heuheu

Awalnya waktu saya liat rating ini yang masih lebih kecil dari persona, saya pikir gak akan beda jauh ama All You Need is Love, tapi nyatanya saya keliru. Buku ini jauh lebih baik dan bagus dari pada buku sebelumnya. It deserves more love. Walaupun begitu mungkin alasan terbesar menyukai buku ini karena kurang lebih saya bisa relate ama Anna. Kurang lebih, saya tahu kalau semua pasti pernah ada di posisi Anna. insecure ama dirinya sendiri.

Dan sepertinya saya mulai paham kalau genre YA yang diusung Gramedia ini mungkin berhubungan dengan pencarian jati diri? Setidaknya novel ini memuat itu, tentang pencarian jati diri. Dengan gaya penulisan yang buat saya makin suka, ngebuat saya bener-bener sulit untuk menutup buku ini. Gimanapun juga meurut saya novelnya page turner . sayangnya, berbeda dengan All You Need is Love yang detail tempatnya disebutkan, di novel ini tidak begitu. Pembaca hanya tahu kalau setting tempat yang diambil adalah Yogyakarta. Mungkin karena ini berlatar tempat di Indonesia, jadi tidak perlu dijelaskan. Padahal, menurut saya sedikit banyak perlu ada detail tempat yang dikunjungi. Saya bahkan merasa ini berlatar di Jakarta (karena tempat ini yang sering menjadi setting cerita, wkwkwk) kalau tidak ada keterangan Yogyakarta di setiap chapter, hehe.

Berbeda dengan All You Need is Love yang karakternya gak ada yang suka selain Istas, saya malah bersimpati pada semua karakter yang ada di sini, termasuk Sky.
Sebelum kesana, ayo saya ceritakan dulu novel ini menceritakan apa.

Bercerita tentang Anna yang berniat bunuh diri karena merasa hidupnya hancur. Karena alasan itulah ibunya membawa Anna ke psikolog, Nabila. Dari sinilah cerita-cerita masa lalu Anna mulai diungkap. Masih bertahan dengan in medias res-nya, Kak Fa membawa pembaca mengikuti cerita Anna yang berada di tahun 2018 dan cerita-cerita masa lalu Anna yang membuat dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Walaupun pembaca di bawa maju mundur, saya tetep paham sih kapan masa sekarang dan kapan masa lampau karena memang ada keteranganya.

Seperti yang sudah saya bilang, saya suka semua karakter di cerita ini.

Ana, walaupun saya tidak mengalami apa yang Anna rasakan, tapi saya mengerti apa yang Anna rasakan. Entah mungkin memang diumur-umur Anna, pencarian jati diri itu jadi momok menakutkan. Anna merupakan tokoh yang merasa dirinya tidak berharga, dan karakter Anna ini mungkin ada disekeliling kita. Penokohan Anna yang diberikan penulis benar-benar terasa realistis.

Ada Sky, yampun, walaupun cowok ini brengseknya gak ketulungan, tapi saya tahu kalau hidupnyapun gak lebih baik dari Anna. bahkan mungkin dia lebih menderita dari Anna. Mungkin keluarganya lebih parah dari keluarga Anna. Anna harus bersyukur kalau dia punya sahabat dan ibu yang selalu ada, tapi bagaimana dengan Sky? Mungkin tidak.

Saka, Ouji, Nika, Hani, yaampun mereka sahabat sejati banget. Mereka gak pura-pura jadi sahabat tapi mereka emang bener-bener jadi sahabat yang bisa selalu ngertiin Ana. Saya jadi bertanya-tanya apakah ada orang semacam mereka di dunia.

Saya bener-bener pengen remaja diluaran sana baca cerita ini. Karena Kak Fa sukses membuat ceritanya relate sama keadaan zaman sekarang.

Saya kasih 4,8 bintang untuk, gaya tulisan yang bikin page turner, semua karakter yang terasa logis, dan untuk ending yang bener-bener harus disadari semua orang bahwa, cinta dan obsesi itu berbeda tapi terlihat sama.

Move ke Persona dan saya harap saya bisa menyukai Persona sebesar saya menyukai Represi.
Profile Image for Eksa.
292 reviews25 followers
January 21, 2019
3.5🌟
Subjective opinion:
Aku suka tema begini, dark. Banyak quote yang bikin nyesek... Aku pokoknya ngerasa...kayak ada temen😂 awal-awalnya aku semangat bacanya, narasinya enak..bikin ikutan depresi haha
Jujur aku ngga terlalu penasaran sama alasan anna mau ngelakuin itu, aku cuma baca baca baca dan ngerasa cocok aja sama novel ini. Terus, yha, aku agak kecewa ternyata konfliknya adalah cinta. Pacar. Dan..aku ngga paham knp Anna bisa jadi segitunya sama sky padahal dia ngga kekurangan kasih syg kok (apalagi ada tmn2nya yg gemesin semua), soal keluarganya gataudeh ya, tp aku rasa dia bisa ngomong sjk dulu apa yg dia rasa kl dia aja bisa kok maksa masuk dkv. Hehe.
Tapi bisa segitu jatuhnya sama sky why why whyy...
Terlepas dr masa lalu anna, yg horrible bgt, gak akan aku komen deh soal yg satu itu. Tp semakin dia dewasa harusnya semakin paham ya. Hm.
Dari situlah makanya aku kecewa ternyata ini alasannya anna.
Aku pikir penulisnya kurang kejam ah sama anna hehe harusnya dibuat lagiiii lebih menderita sampai2 satu2nya jln keluar yg dia punya cuma itu.
Hadeh susah komentarin keadaan jiwa seseorang beda2 kan ya haha apalagi ini cuma tokoh novel😪 pokoknya, masih banyak deh yg lebih menderita dr anna tp bertahan apalagi dg org2 di sekitarnya yg peduli. Masih sanggup biaya ke psikolog lagi duh sygku...anna..

Tapi seperti biasa aku suka gaya menulis kak fakhrisina, nyaman dan selalu bikin betah, bacanya cepet dan ngalir tp ketangkep maksudnya. Meskipun dialognya dikit, dan banyak narasi tp tetep suka.

Aku jg suka ide flashbacknya, ceritanya anna curhat ke psikolognya dan kita diajak kembali ke masa lalu. Keren ini kalau difilmin :D

Aku ngga abis pikir ada org kayak Sky. Hehe. Ngga tau diri banget. Paling suka sama sahabat2 anna, khususnya ouji dan saka. Gemessss. Paling entah sama anna, ketebak bgt jalan pikirannya waktu sky nyuruh ini itu hadeh😪 pas bagian itu cuma bisa: seriusan lo ann?

Overall aku menikmati ceritanya yeaay! Suka dengan amanat-amanatnya. Tetap berkarya kak fakhrisina, ditunggu cerita lainnya yg lebih cetar. Sejauh ini aku tetep paling suka happiness😆
Profile Image for Ratna.
57 reviews18 followers
November 5, 2018
Jangan berharap Represi mirip dengan Persona. Jangan.

Represi memang tidak segila Persona, namun kisahnya membuat kalian benar-benar terbuai dengan kisah kelam Anna.

Anna ingin membunuh dirinya sendiri, ia juga jijik melihat dirinya di cermin.

Membaca ini membawa kita merasakan sensasi yang amat sangat berbeda. Aku sangat menyukai semua karakter yang ada, aku juga suka cara psikolog Anna yang sabar menanti cerita-cerita kelam Anna.

Kalian harus baca ceritanya!
Profile Image for Rizky Ayu Nabila.
242 reviews30 followers
April 17, 2019
BACA FULL REVIEW DI https://rizkyayunabilla.blogspot.com/...

"Hidup adalah tentang menemukan diri sendiri."

🌟3.8/5

Ceritanya keren! Tentang seorang Anna yang mengalami pengalaman buruk semasa hidupnya. Beruntungnya Anna punya sahabat yang setia untuk selalu menemani dia.

Aku agak iri sama persahabatan yang Anna punya. Apapun keadaan kita, mereka akan selalu ada untuk kita.
Profile Image for aynsrtn.
487 reviews13 followers
March 3, 2025
Anna mengira hidupnya baik-baik saja. Meski tanpa sadar ia masih menyimpan luka dan trauma masa lalu. Sampai semua akhirnya berkelindan, menumpuk, dan meledak. Anna pun melakukan tindakan ekstrem untuk menyudahi sakit dan lukanya.

Peringatan pemicu: mengandung adegan bunuh diri, keinginan untuk mengakhiri hidup, depresi, dan pelecehan seksual.

Buku ini mengajak pembacanya untuk mengikuti proses terapi psikologis Anna dari puncak segala depresinya dan berusaha mengakhiri hidupnya, menjadi pribadi yang tertutup, denial, mau sedikit-sedikit bercerita, menangis, menggambar peta hidupnya dan proses kupu-kupu, serta perlahan ia mencoba untuk bangkit dan pulih. Anna, you've came so far.

Satu hal yang mungkin jadi concern-ku adalah Anna sudah sampai melakukan tindakan ekstrem, tetapi pemulihannya hanya ke psikolog. Ada percakapan yang Anna membutuhkan obat dan diberi penjelasan oleh Nabila, psikolognya, bahwa ia tidak memberikan obat. Lalu, menganjurkan ke psikiater jika ingin obat [meskipun alasan Anna ingin obat adalah kecendurungan ke pemikiran mengakhiri hidup—tried to get overdose, i guess]. Ku kira akan ada adegan Anna—setidaknya pergi ke psikiater—tapi tidak ada. Sebab, jika sudah attempted, perlu dibarengi mixed pengobatan ke psikiater [based on my personal experience]. Tapi, melihat penulisnya sendiri adalah seorang psikolog, aku rasa mungkin ingin lebih fokus pada sesi terapi psikologi.

Sesi terapinya pun begitu rinci dan dalam. Dialog-dialognya khas konsultasi dengan psikolog. Terapi yang dilakukan mulai dari menggambar, sedikit demi sedikit menggali kisah Anna, sampai akhirnya Anna "berhasil" meluapkan sisi terdalamnya. Layernya berlapis. Kita diajak tahu tentang situasi keluarganya Anna, interaksi Anna dengan Ayah dan Ibunya, teman-temannya: Hani, Nika, Ouji, dan Saka—tentang persahabatan dan romansa yang menyertai, serta terjebak dalam toxic relationship. Menggarisbawahi bahwa depresi itu multi faktor. Anna begitu, tidak karena satu sebab, tapi berbagai hal yang berkecamuk.

Untuk romansanya, ini tipis-tipis ngeselin nampol. Toxic till the end tuh cocok banget menggambarkan tokoh Sky. Meskipun Sky ini ada layer tersendiri yang secara tersirat dituliskan penulisnya. Melihat dia indekos, jarang pulang ke rumah, seperti ada relasi tidak sehat antara dia di keluarganya yang mungkin menyebakan dia "beracun". Tapi, apapun itu, nggak menjadikan alasan lo buat asshole dan merugikan orang, Sky! *luapan hati pembaca

Buku ini sebenarnya bahasannya berat, tetapi penulisnya dengan baik menuliskannya tanpa terkesan menggurui. Suka dengan tema dan konflik yang diangkat. Bacanya pelan-pelan kalau kamu relate dengan cerita yang diangkat.

to my one and only precious self: congratulations, you won your own battle.

Suka dengan kalimat pembuka di buku ini.
Profile Image for Amaya.
743 reviews57 followers
April 20, 2025
Actual rating: 4,5

Pernah tahu teori emosi yang terlalu lama dipendam dan akhirnya menumpuk akan meledak suatu hari? Ya, ini yang Anna alami. Perlahan menjauh dari sahabat-sahabatnya, kemudian ditemukan hampir mengakhiri hidup, jelas tidak ada yang paham apa alasannya. Anna juga enggan bercerita pada siapa pun.

Ketika ibunya menyarankan mendatangi seorang psikolog, Anna tetap enggan. Meski begitu, dia tetap berangkat dan mencoba menerka apa yang akan didengarnya dari sang psikolog. Awalnya memang tidak mudah, tapi lama kelamaan Anna mencairkan apa yang membekukan pikiran serta hatinya.

Melalui sesi per sesi konsultasi yang dilakukan, pembaca diajak menguraikan benang kusut kepala Anna satu per satu. Mulai dari kebingungan menjelaskan perasaan nggak enak itu sampai akhirnya mengungkapkan apa yang menjadi sumber keresahan Anna selama ini.

The main reason why I like this book is the taste after. Apa yang dialami Anna nggak mudah. Sebut saja insiden mengerikan sekaligus traumatis itu. Kalau dilihat secara cepatnya, Anna jadi kayak begini karena masalah itu, tapi sebenarnya itu hanya pemicu. Kesepian, kehilangan suara menentukan jalan hidup, dan kurang kasih sayang dari figur ayah, dan alasan-alasan lainnya akhirnya meledak menjadi satu pemberontakan, penyerahan tanpa syarat, dan ketidakberdayaan ketika akhirnya alasan untuk Anna berdiri pergi.

Buku ini nggak kasih kesan depresif setelahnya. Justru banyak hal yang bisa diambil pelajaran dan alih-alih menghakimi pilihan Anna yang salah, pembaca diajak melihat kembali keputusan yang sudah diambil lengkap beserta konsekuensinya. Apakah ketika Anna akhirnya nggak meneruskan perkenalan dengan orang itu dia nggak bakal mengalami semua musibah ini? Nope. Pasti akan ada konsekuensi ketika akhirnya dia memilih jalan lain.

Persahabatan Anna dengan kawan-kawannya juga kuat. Mereka nggak langsung mendesak ada apa setelah insiden suicide itu, alih-alih menunggu dan mengawasi dari jarak aman. Lalu akhirnya berlari ketika menjadi sosok yang paling dibutuhkan Anna. I love them.

Semangat berjuang buat Anna-Anna di luar sana. I got your back!
Profile Image for Nike Andaru.
1,636 reviews111 followers
May 5, 2020
72 - 2020

Ini kali pertama membaca karyanya Fakhrisina Amalia, beberapa bukunya udah pernah saya cek di Goodreads dan ratingnya tinggi dan disukai banyak orang. Mungkin setelah ini saya akan membaca buku-bukunya yang lain.

Penulis memang kelulusan psikologi, jadi kebanyakan bukunya (atau semuanya ya?) terkait dengan kesehatan mental. Saya tergerak untuk membaca buku ini setelah melihat judul dan beberapa review soal buku ini. Sebelumnya saya baca Yang Belum Usai: Kenapa Manusia Punya Luka Batin? jadi istilah represi saya ketahui dari sana.

Bercerita tentang Anna yang melakukan sesi konseling dengan psikolognya, Nabila.
Anna melakukan bunuh diri, tapi syukur bisa nyawanya bisa diselamatkan. Sesi konseling yang dilakukan Nabila pada Anna pelan-pelan membuat Anna menceritakan apa yang terjadi pada hidupnya, tentang keluarga, tentang teman-teman, pacar dan pelan-pelan menyembuhkan luka batinnya.

Cerita Anna - Sky sering banget ditemui dalam keseharian zaman sekarang. Hubungan yang toxic seperti Anna dan Sky ini memang nyata dan lagi-lagi yang menjadi korban kebanyakan perempuannya. Saya suka sesi-sesi konseling yang dilakukan Nabila pada Anna, menarik dan membuat saya paham ternyata seperti itu sesi yang dilakukan.

Fakhrisina Amalia menulis buku ini dengan pelan tapi bisa membawa pembaca menyelami perasaan Anna, luka yang dialami Anna. Endingnya juga menarik dan dan gak dibuat drama.


"Hidup adalah tentang menghadapi diri sendiri, dan kita selalu bisa memenangkannya."

Konon katanya, energi yang kita keluarkan akan kembali lagi ke kita dengan ukuran yang sama besar. Jika kita mengeluarkan energi untuk mencintai orang lain, maka cinta itu akan kembali kepada kita sebanyak kita mengeluarkannya. Sebaliknya, ketika mengeluarkan energi untuk menyakiti orang lain, rasa sakit itu akan kembali pada kita sebanyak kita menyakiti orang lain."
Profile Image for fara.
280 reviews42 followers
January 15, 2023
“Selama ini saya selalu ingin mati. Tapi ketika tadi pikiran untuk mati itu datang, saya merasa… nggak mau mati dulu. Saya takut dengan dorongan untuk mati itu.” (halaman 36).

Saya merasa punya masalah-masalah yang sama dengan Anna, tokoh utama novel ini. Bertumpuk, seperti benang kusut yang sulit diurai, dan membunuh secara perlahan. Kedekatan imajiner itu juga tergambar dengan cara pengenalan tokoh Anna yang cenderung biasa-biasa saja; hidupnya stagnan meskipun memiliki banyak hal (orang tua, sahabat dekat, berkuliah di jurusan impian, hingga pacar). Namun, setelah banyak pertemuan dengan psikolognya, Mbak Nabila, akhirnya satu per satu masa lalu Anna diungkap. Luka-luka masih menganga dan belum kering perlahan terlihat, kesakitan-kesakitan yang dipendamnya sendirian perlahan terangkat. Sama sebagaimana pembaca lain yang memang awam soal isu psikologis, saya juga terheran-heran dengan keadaan Anna sebelumnya, "Ah masa sih, padahal dia punya segalanya." Padahal Anna dan trauma masa lalunya adalah mimpi buruk yang saya alami juga. Terlebih, soal hubungan Anna dengan ayahnya (di bagian ini saya menangis, sedikit, sih).

Para ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Putri mereka akan tumbuh dan mengenali laki-laki baik seperti figur yang ditunjukkan oleh ayah mereka selama ini—yang mereka rekam sejak masa kecil mereka. Cinta seorang ayah akan menyelamatkan putrinya dari laki-laki yang salah, dan itu adalah kemewahan bagi setiap anak perempuan. (halaman 119).

Cerita terbangun dari kilas balik ketika menuangkan ketakutan-ketakutannya pada Mbak Nabila selama sesi konseling (yang sabar dan menjalankan tugasnya sebagai psikolog dengan baik, dengan tidak menghakimi tentu saja). Sampai saya berpikir bahwa this book is truly a free therapy , karena setiap kalimat yang dilontarkan oleh Mbak Nabila adalah sesuatu yang sebenarnya sangat ingin saya dengar di dunia nyata. Meskipun pada dasarnya plot atau alur ceritanya mudah ditebak dan common problem yang ditawarkan, sesungguhnya bagaimana cara penulis mengemas ide yang sangat biasa-biasa saja (walau sensitif) ini, perlu diacungi jempol. Sepanjang cerita, emosi pembaca dibawa naik turun. Kilas balik bersama sahabat Anna akan menyenangkan, kemudian kilas balik bersama pacar (Sky) dan orang tua Anna akan sangat menyakitkan. Kekontradiktifan ini menyiksa, meski perlu diakui di tengah cerita cukup didera kebosanan.

“Kekuatan terbesar seringkali datang ketika kita sudah memaafkan dan menerima diri kita sendiri. Apa kamu sudah memaafkan dan menerima diri kamu sendiri?” (halaman 200).

Menurut saya novel ini amat sangat worth the hype dan deserve more readers, bahkan sangat direkomendasikan khususnya bagi remaja-dewasa muda. Ada begitu banyak pelajaran hidup yang bisa diambil. Soal pertemanan, keluarga, kesehatan mental, persahabatan, romansa yang tulus, mimpi, cita-cita, hingga berdamai dengan diri sendiri. Saya sempat browsing latar belakang penulis yang ternyata juga linear dengan topik yang ditulisnya. Bahkan di akhir halaman ia mencantumkan beberapa jurnal referensi, jadi sudah tentu novel ini tidak berangkat dari riset yang abal-abal. Percayalah, meski dibungkus dengan sampul yang lucu dan berwarna kalem, isi novel ini jauh lebih dari sekadar ilustrasi seorang gadis yang memeluk kucingnya. It's more than that. Dan, sebagai penutup, saya merasa perlu menyematkan satu kutipan yang paling saya suka dari Represi:

“Luka yang nggak dibagi, sampai kapan pun, nggak akan pernah bisa dimengerti.” (halaman 203).

Good work, Kak Fakhrisina Amalia. Nggak sempurna, tapi membekas dengan cara yang nggak sederhana.
Profile Image for Laili Muttamimah.
Author 5 books39 followers
September 28, 2018
Membaca Represi (walau ceritanya kelam) adalah perjalanan yang menyenangkan buat saya. Setiap bab-nya benar-benar page turner, saya seperti mendengarkan seorang sahabat bercerita dan terus menunggu bagaimana kelanjutannya. Seperti yang Kak Iis tulis dalam Catatan Penulis bahwa novel ini cukup personal untuknya, saya pun menemukan hal itu dalam diri saya. Pelan-pelan, saya mengerti bahwa perasaan nggak cukup baik ini bukan cuma saya yang merasakan dan salah satu muaranya berasal dari keluarga yang selalu berekspektasi tinggi agar kita menjadi yang terbaik. Itu mengapa, kegundahan Anna kurang lebih merepresentasikan saya juga.

Plot favorit saya dalam novel ini adalah segala hal tentang Nabila. Kak Iis yang saat ini sedang menempuh pendidikan Magister dan Psikolog-nya dengan berbaik hati membagikan ilmu tentang apa itu art therapy dan membuka mata saya bahwa terapi psikolog nggak selalu berputar pada hal-hal yang menakutkan. Ternyata, terapi itu bisa dilakukan melalui hal-hal yang dekat dengan hidup kita dan semua terapi yang ada dalam Represi dipetakan dengan baik. Hangatnya sosok Nabila yang digambarkan pun tersampaikan, saya sempat bertanya-tanya sekuat apa Nabila membangun dirinya sebelum bisa menolong orang lain? Mungkin next project bisa kali Kak bikin spin-off tentang Nabila hahaha (pembaca banyak mau) :p

Mungkin hal yang bikin kurang sreg adalah beberapa intensitas hubungan yang dirasa terlalu singkat, sehingga chemistry Anna antara sekitarnya menjadi kurang tereksplor.

Tapi, buat pembaca yang sudah ikutin tulisan Kak Iis dari awal pasti tahu betapa magisnya cara dia bertutur, banyak kosakata baru yang ditemukan dan tulisannya benar-benar tenang. Semuanya tertata, bahkan kalau kita baca sambil bersuara, pemberhentian kalimatnya itu kayak pas banget gitu (?)

Overall 3,5 bintang, karena saya masih menyimpan 1,5 bintang lagi untuk karya-karya Kak Iis selanjutnya (yang pastinya bakal bikin hati saya jauh lebih remuk daripada ini). ;)
Profile Image for Jeon Dani.
132 reviews64 followers
April 22, 2019
Cover, bagus! Warnanya ungu mentah yang mengarah pada warna pastel dan gue tertarik. (Btw, cover-cover dari GPU diakhir tahun 2018 Hingga saat ini keren-keren dan eye catching banget) Yup, semudah itu gue menilai sesuatu dari luarnya. Lalu ada gambar cewek yang lagi gendong kucing—yang mana gue ketahui namanya Serafina—dan gue semakin tertarik buat ngebaca.

Represi. Saat baca prolognya gue merasa familiar ... dan benar! Menurut gue, prolognya hampir sama dengan A untuk Amanda dan gue pun tergugah untuk meneruskan membaca lantaran gue selalu tertarik dengan apapun yang berbau psikologi.

Bedanya kalau ‘A untuk Amanda’ membahas tentang masalah otak, masalah penghargaan, dan juara dengan latar anak SMA. Kalau di Represi ini membahas masalah kehidupan Sosial dari seorang Anna, mulai dari kehidupan tentang persahabatan, keluarga hingga cinta, yang berlatar anak kuliahan.

Awalnya gue dibuat bingung, menebak, hingga menerka-nerka. "Kenapa dengan Anna?" Di awal gue pikir dia memiliki konflik dengan si Ayah atau ibu. Namun setelah keberadaan Saka diekspos dan kehadiran sesosok Sky di dunia Anna. Gue pun mulai paham dan mengerti plot cerita ini

Well... tebakan gue benar ... sedikit ada gambaran twist yang tersempil dari kata-kata Sky saat memutuskan Anna, gue sadar dengan sempilan itu tapi gue bodoh amat karena gue pikir enggak kayak gitu. Ternyata pemikiran awal gue agaknya benar.

Well (again) gue suka sama Represi, terutama sama Saka. Udah itu aja.
Profile Image for Nindya Chitra.
Author 1 book21 followers
March 3, 2019
2.2
DNF
Im sorry. Mungkin kalau nanti kesabaran gue sedang lebih besar, gue bakal lanjut baca. Tapi sekarang beneran deh, novel ini bikin mood gue anjlok. Dan nggak nemu alasan buat lanjut baca.

Opini subjektif:
- Pertama, banyak kata mubazir dan kalimat sumbang--buat gue ini bener-bener ganggu. Contoh:
'menyisakan sarapan yang tidak habis di piring' bikin mikir banget. Kalo makanan nyisa kan emang berarti nggak habis, terus ya namanya makan jelas di piring. Kenapa nggak bilang, 'sarapannya tidak habis' atau 'sarapannya tersisa' kan cukup gitu nggak usah pake embel-embel lagi. Wkwk. Oke, ini subjektif. Tapi bener-bener nggak efisien.

Ada lagi:
'Ibu tersenyum menanggapi Anna'
Pengin banget gue bales:
'Iya, gue juga tahu kali ibu senyum ke Anna. Lah emang mereka ngobrol berdua doang!' 😂😂

- Banyak banget momen lain yang 'Iya gue juga tahu kali'.
- Jalan pikiran tokohnya terlalu teen padahal ini YA.
- PoV-nya kurang smooth.
- Entah kenapa gue ngerasa tokohnya kayak cuma tempelan?

Mungkin kalau baca ke belakang lagi bakal nemu yang 'lebih', semoga gue baca lagi deh. Kalau itu terjadi, bintangnya mungkin bisa nambah--kurang enggak.

Alasan gue baca ini karena tema yang diusung penulisnya. Terima kasih sudah menulis tema seperti ini. Mungkin kita kurang cocok aja. 😄😄
Profile Image for Woro.
95 reviews3 followers
October 3, 2021
Trigger warning: bunuh diri, pelecehan seksual, gaslighting

Novel ini menceritakan perjalanan healing Anna atas luka yang dialaminya. Di novel ini diceritakan bagaimana proses healing itu seperti mengupas bawang, selapis demi selapis sampai menemukan inti luka dan luka itu berhasil disembuhkan.
Profile Image for putreads_.
43 reviews3 followers
August 6, 2022
Senang sekali bisa berkenalan dengan Nika, Hani, Saka, Ouji, Aldo, Ibu, Ayah, Mbak Nabila dan tentunya Anna^^
Anna.... aku ga pintar membuat kata-kata yang indah tp aku benar-benar bangga sama kamu, seperti kata mbak Nabila apa yang kamu jalanin itu berat, berat sekali... rasanya ingin melarikan diri dan segera mengakhiri walau jalan pintas nya menuju ajal. Tapi Anna kamu bisa keluar dari semua itu walau butuh perjalanan yang panjang tapi kamu bisa Anna kamu bisa. I cried reading your story I'm sad, I'm upset and I'm proud of you. Anna I pray you are always happy! you are precious anna you are very precious. I'm so glad I got to know you, you are a great woman! 💖💖

________
Persepsi mengajarkan aku banyak sekali makna hidup, ada bagian dari cerita yang relate sama kehidupan aku😔. Aku luangin waktu baca buku ini di sekolah dan aku nangis banget tapi syukur teman-teman ga ada yang sadar wkwkwk. Jujur bingung mau review buku kaya gemana tapi yang jelas aku benar-benar menyarankan buat baca buku ini!
Profile Image for Astariss.
3 reviews
October 1, 2018
"Hubungan dua orang nggak cuma tentang menyenangkan hati orang lain tanpa memedulikan diri sendiri." ---133


Saya pertama kali baca karya Fakhrisina Amalia dengan judul Persona. Novel yang berhasil membuat saya menangis. Di Represi saya tidak menangis, tapi saya justru kesal dengan tokoh Anna saat awal cerita. Membaca Anna dengan begitu mudahnya dibutakan oleh cinta atau malah bisa dibilang dibutakan oleh perhatian Sky membuat saya kesal dan teringat dengan teman saya yang seperti Anna, rela meninggalkan sahabatnya dan lebih mementingkan pacar. Padahal sahabatnya lebih lama bersama dia. Lalu setelah beberapa bab terlewati saya mulai memaklumi sikap Anna dan mulai mengetahui alasan Anna seperti itu.

Baiklah saya akan mulai membahas tentang point of view/sudut pandang. Cerita ini menggunakan sudut pandang orang ketiga, namun lebih fokus ke Anna. Kalau saya ingat tentang pelajaran prose cara Fakhrisina bercerita menggunakan third-person-limited, karena saya lebih merasa fokus dari telling cerita Fakhrisina adalah Anna. Ya... Anna adalah tokoh utama jadi wajar apabila Anna lebih sering disoroti. Ada beberapa Bab yang mulai memunculkan POV third-person-omniscient dimana tokoh lain juga disoroti namun tidak banyak.

Sementara itu plot cerita ini menggunakan plot campuran dimana terdapat beberapa flashbacks. Pengaturan plot campuran sudah cukup bagus, I mean saya tidak merasa bingung dengan alur yang maju mundur seperti yang dipaparkan oleh Fakhrisina.

Selanjutnya adalah setting cerita yang menurut saya kurang mendetail dan karakter lain yang kurang dieksplor. Saya juga menemukan beberapa kata yang kurang familiar, mungkin kata tersebut adalah kata baku.

Saya suka scene saat Anna berkonsultasi dengan Nabila, memberikan gambaran yang jelas tentang terapi seoraang psikolog dan pasiennya.

Saya beri 3.8 untuk novel ini.

Displaying 1 - 30 of 249 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.