Jump to ratings and reviews
Rate this book

Phi: hidup adalah perkara mengatasi kenangan demi kenangan

Rate this book
PHI: Hidup Adalah Perkara Mengatasi Kenangan demi Kenangan

Tiada yang tersembunyi di langit dan di bumi melainkan telah tertulis dalam Kitab Yang Nyata. (An-Naml: 75)
.
“Apakah cahaya tetap cahaya bila aku tak dapat memandangmu? Sungguh, aku tak kuasa untuk tidak memandangmu. Apakah segala hal di dunia ini sudah ditentukan, termasuk ketika kita belum memulai atau telah mengakhirinya? Aku tak peduli. Meskipun Tuhan telah menakdirkan kita tak bisa bersama, cintaku kepadamu tetap harus diperjuangkan.”
.
Phi bermimpi tentang seorang gadis yang terus bertahan dalam ingatannya selama bertahun-tahun. Hingga kemudian ia bertemu dengan gadis dalam mimpinya itu: seorang mahasiswi fisika yang membuatnya menyadari bahwa cinta mampu melintasi ruang dan waktu. Tak peduli seberapa jauh masa lalu, Phi tetap kembali untuk mencintainya lagi dan lagi.

368 pages, Paperback

First published September 1, 2018

2 people are currently reading
23 people want to read

About the author

Pringadi Abdi

21 books78 followers
Pringadi Abdi Surya. Dilahirkan di Palembang, 18 Agustus 1988. Pernah terpilih menjadi Duta Bahasa Sumatra Selatan 2009. Juga mengikuti Makassar International Writers Festival 2014 dan menjadi salah satu penulis terpilih dalam Asean-Japan Residency Program di Asean Literary Festival 2016 nanti. Sekarang, bertugas di Ditjen Perbendaharaan Negara. Hobinya jalan-jalan. Catatan pribadinya bisa dilihat di http://catatanpringadi.com

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
9 (32%)
4 stars
13 (46%)
3 stars
5 (17%)
2 stars
1 (3%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 13 of 13 reviews
Profile Image for Khali.
9 reviews
October 9, 2023
Menceritakan tentang seorang anak yang memiliki kecerdasan luar biasa. Namanya Phi, hanya Phi. Suatu malam, Phi bermimpi bertemu dengan seorang perempuan, Zane, yang ia anggap sebagai belahan jiwanya. Setelah menunggu lama, akhirnya ia bertemu dengan Zane secara nyata. Hati Phi yang kosong akhirnya mulai terisi oleh cinta. Akankah kisah mereka berjalan dengan mulus?

Ada beberapa poin yang menjadi penilaian ku

1. Alur. Alurnya cepat dan tidak bertele-tele. Disusun sesingkat mungkin perjalanan mereka agar pembaca tidak bosan, apalagi ini bukanlah novel romantis.

2. Perkembangan. Perkembangan jalan ceritanya baik, namun perkembangan pikiran karakter utamanya aku kurang suka. Memang karakternya pintar dan penuh dengan teori, namun sikapnya yang terkesan sombong dan angkuh, tidak ada perkembangan.

3. Karakter. Watak karakter utama sangat tidak aku sukai. Meski realistis dan penuh teori, namun ia sering terkesan meremehkan suatu hal. Ia adalah anak adopsi, tapi dia sering berpikir tidak disayangi oleh orang tua angkatnya. Padahal, orang tuanya terlihat sangat tulus merawatnya. Karena itu, ia sering meremehkan orang tuanya. Meremehkan agama dan tuhan. Tapi untuk karakter lain, sangat bagus terbentuk. Berbanding terbalik dengan karakter utama. Karakter utamanya juga ketika sudah membahas mengenai perempuan, sering kali berbau hal dewasa tentang perempuan seperti lekukan tubuh. Membuat geli.

4. Sampul. Satu kata, cantik. Jam yang dibentuk bak matahari terbenam, sangat cantik. Hal pertama yang membuatku jatuh hati. Aku suka senja.

5. Penulisan. Mudah dimengerti dengan diksi yang indah. Tidak terlalu kaku namun tidak menggunakan tatanan bahasa gaul. Aku suka gaya penulisannya. Apalagi diselipi puisi-puisi yang indah.

6. Pesan. Pesan yang terkandung sangat mendalam. Di sini kita juga mendapatkan pengajaran, banyak pembahasan ilmiah di dalam buku ini sehingga dapat menambah wawasan sebagai pembaca. Teori-teori yang dibahas juga cukup menarik. Ada pesan lain yang di ending, sebetulnya sudah dikatakan sebelumnya. Orang terlalu pintar terkadang memiliki kelemahan. Setiap manusia punya salah dan kekurangan masing-masing.

Endingnya jujur membuat terkejut, tidak disangka-sangka. Berdasarkan poin-poin di atas, aku memutuskan memberi rating 4/5. Tidak ada kelemahan lain selain sikap dari karakter utamanya sendiri sebetulnya. Awalnya aku ingin memberi 3/5 tapi ending membuatku berkata lain. Endingnya cukup mengesankan menurutku. Ketika mendekati ending, kukira ini akan berbau fantasi namun ternyata aku salah. Tidak ada fantasi, hanya ada realita kehidupan.
Profile Image for Mandewi.
570 reviews10 followers
October 20, 2018
Ternyata mahasiswa MIPA yang tergila-gila sains, bisa meleleh juga di hadapan cinta. Uwuwuw...

Banyak informasi sains yang menghiasi novel (menurutku) sebagai gambaran karakter Phi yang suka sains. Jangan kaget juga kalau nanti kalian baca soal kemampuan keluar masuk dunia mimpi; oneironaut. Plus, kalian tahu nggak bedanya pi dan phi?

Isu sains penting lainnya di kalangan jenius adalah kemungkinan perjalanan lintas waktu.

Waktu, hal paling krusial di novel ini. Waktu jadi jembatan untuk mewujudkan harapan. Bahkan, waktu adalah harapan itu sendiri.

Waktu juga jadi ujian ketekunan pembaca karena meski Pringadi menggunakan kalimat sederhana tapi perpindahan seting waktu dari masa sekarang ke (kilas balik) masa lalu nggak dibatasi halaman atau bab. Terlewat baca satu kalimat, bisa jadi pembaca akan mengalami ‘gegar masa’ alias bingung bagian ini lagi di masa mana; sekolah, kuliah, kerja, dsb.

Lebih jauh lagi, tulisan ini terasa personal dan riil. Selain karena nama tokohnya, juga karena sarat pengalaman pribadi penulis. PHI akan mengenalkan kalian ke sekelumit kehidupan nyata penulis. Setelah kalian baca, coba tebak bagian mana dari cerita yang merupakan kejadian nyata.

Menarik ➡️ 4/5
Profile Image for pepppz.
8 reviews
July 27, 2022
Love-hate sama novel ini, ide cerita nya bagus tapi di satu sisi ngerasa kurang banget chemistry dari zane dan phi, rasanya kurang pas kalo novel ini masuk ke genre romance. Dan jujur, masih bingung pas phi bilang bahwa thomas juga bisa melihat sakum tapi tidak ada bab yg menjelaskannya atau saya yg kurang teliti pas baca, saya juga masih penasaran sebenarnya apa yg jadi permasalahan gagalnya pernikahan zane dan phi yang sampai tamat novelnya pun tidak diceritakan.

Selama saya membaca perasaan yg saya rasain cuma kesel sama phi yg ignorant sama ortunya

p.s. kalo aku jadi zane bakalan langsung block sms dari anon yg bilang kamu cantik hari ini, creepy bgt gila
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Jihan Suweleh.
37 reviews
December 6, 2018
Phi. Ketika melihat cover buku ini saya teringat dengan teman Nobita yang dinosaurus itu, yang setiap muncul dia suka bilang: Piiii. Apalagi cover buku ini ada air airnya, persis dengan Pi alias Pisuke yang tinggal di danau karena pensiun. Jadi saya betulan terkenang kartun Doraemon ketika memesan buku ini.

Tetapi, Pi dengan Phi tentu berbeda, baik Pi yang ada di Doraemon maupun Pi atau Phi yang ada di pelajaran matematika. Dan hal ini dijabarkan dengan asyik oleh sang penulis. Terasa sekali menyebalkannya menjadi seorang Phi yang setiap ditanya nama oleh orang-orang reaksi mereka akan... Hah, Phi? Apa? Phi? Hanya Phi?

Namun, lelaki yang memiliki penyakit asma ini adalah jenis manusia yang tabah menurut saya, meski ia suka mengeluh. Bukan hanya tabah menjawab pertanyaan seputar namanya, tetapi juga tabah menerima nasib yang sudah ditentukan Tuhan padanya. Dalam kepala Phi ada banyak pelajaran dan dalam hatinya ada banyak sesak. Sesak karena wanita. Sesak karena kenangan yang membuatnya lahir, atau kelahiran yang membuatnya mengenang hal-hal pahit. Sesak karena ia tahu ia pasti akan mati, tetapi tak juga ia menemukan arti.

"Pada dasarnya semua orang berharap kebahagiaan dalam cinta. Tetapi, cinta yang sesungguhnya selalu menyimpan kepedihan. Dan kepedihan yang kualami saat ini hadir karena aku mencintainya dengan sungguh-sungguh." (Phi, hlm. 22)

Yhaaa. Sekiranya itu membuat saya tertegun untuk kedua kalinya, setelah tertegun membaca lembar persembahan dalam buku ini yang berbunyi: Untuk diriku sendiri, apakah kau baik-baik saja hari ini?

Membaca Phi berarti masuk ke dalam sekolah dan menyaksikan murid-murid (terpaksa) belajar, guru-guru menjelaskan tanpa memahami, ruang konseling dibuat hanya untuk menampung siswa bandel, goblok, dan tidak punya sopan santun. Dan tentu, ritme ulangan yang begitu-begitu saja dari tahun ke tahun. Tetapi, Phi adalah siswa yang beda, siswa yang bisa jadi ada di dunia nyata, bisa juga tidak. Siswa yang berani menegur guru dengan sikapnya, namun sayang, guru yang ia hadapi adalah guru yang cuma bisa mendikte dan tidak suka jika ada murid yang lebih pintar darinya.

Saya sungguh berharap buku ini dibaca oleh para guru, para murid, para orang tua, para PNS, dan para jomblo atau sepasang kekasih yang menjalani cinta namun selalu bertanya apa itu cinta? Phi tidak hanya menawarkan cerita tetapi juga kehidupan. Sebab yang terjadi pada Phi adalah sesuatu yang juga terjadi pada kita. Mimpi, de javu, lari dari kenyataan, pelampiasan, dan keresahan-keresahan menerima takdir.

Secara keseluruhan, Phi bercerita tentang lelaki yang bercerita mengenai perjalanan hidupnya secara acak. Tiba-tiba Phi begini, tiba-tiba Phi begitu, loh loh tadi bukannya begini? tadi bukannya di sini? Mirip sekali dengan orang curhat yang hatinya babak belur dan tidak sanggup bercerita secara terstruktur. Tetapi itulah asyiknya, membaca buku ini seperti merasakan kehadiran Phi secara nyata, dan saya memaklumi bahwa Phi adalah orang yang begitu sedih, lalu saya harus ada untuknya agar ia tak selalu merasa sendiri. Meski kadang-kadang saya bingung dengan cara ceritanya yang melompat-lompat begitu.

Selain itu, banyak juga yang disebut di buku ini seperti hukum mandel, medan morphogenic, volume gletser, resonansi morphic, Ahasveros, dan banyak lagi. Sehingga membuat kepala saya berpikir bahwa Phi adalah perpustakaan berjalan, dan bagus sekali untuk dijadikan pacar. Maka Anggun, kekasih Phi (semasa sekolah) yang entah di mana keberadaannya itu mendapat kesempatan emas untuk memacari Phi, sehingga ia bisa mengancam putus apabila Phi tidak memberikannya sontekan saat ujian. Menarik! Saya sungguh suka bagian ini!

Perlahan-lahan, Phi bercerita tentang perkuliahannya di Bandung lalu bertemu dengan teteh geulis yang membuatnya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Dan mulai dari sini saya mulai sebal. Karena Phi agak berlebihan dalam menjelaskan rasa kagumnya. Tentu, ini pasti karena cinta yang terlalu lebar, maka ya sudah saya terima. Lagi pula, kadang enak juga ya kalau saya pikir-pikir, jika dicintai sebegitunya oleh seseorang. Tetapi, Zane tidak sekeren Anggun. Ya meski saya terkesan dengan cara Zane menjawab email Phi yang belum ia kenali, dan bagaimana ia bersikap dengan lelaki asing yang mengaku menyukainya itu. Tapi ya, Anggun, saya terlanjur suka dengan Anggun. Itu saja yang sebetulnya membuat saya kesal. Astaga!

"Cinta tidak mungkin sama dengan komunisme. Cinta barangkali adalah produk kapitalisme. Keinginan memiliki kuat, bahkan keinginan untuk menguasai-cenderung posesif-sering menjangkiti para pencinta. Seperti keinginanku yang kian hari kian besar untuk bisa bersama Zane. Aku membayangkan bisa bercanda dengannya tentang Hukum Newton, membahas trigonometri, lalu merancang masa depan seperti seni origami..." (Phi, hlm. 162)

Betapa anjai Phi ini. Mau bercanda sama pacar saja ngomongin hukum newton.

Ada sikap Phi yang begitu dekat dengan saya, sehingga membuat saya malu sendiri ketika membacanya. Yaitu, ketika Phi melihat sekumpulan wanita, lalu berkata pada sahabatnya bahwa salah satu dari perempuan itu pasti Zane, dan kalau memang itu dia, berarti dia adalah jodohku!

Uwaw! Percayalah, saya sering melakukan ini, dan hal ini selalu asyik untuk dilakukan. Bermain-main dengan prasangka sendiri.

Lalu, apakah Phi mendapatkan jawaban yang ia mau? Apakah benar Zane jodohnya? Ah, tentu ini sangat menarik jika dibaca sendiri. Karena setiap babnya menawarkan perjalanan yang begitu bisa dinikmati. Betul-betul bisa dinikmati sampai ending.

Satu kalimat untuk buku ini: Kurang ajar kau, Sakum!!!

Siapa Sakum? Yah, tidak bisa saya jelaskan tentu. Karena Sakum hanya ingin dibaca, tanpa dijabarkan oleh orang lain.

Terpujilah wahai ShiraMedia yang sudah mau menerbitkan Phi. Terimakasih banyak. Dan semoga, akan terus ada karya Pringadi Abdi Surya yang seperti ini bahkan lebih baik dari ini.

Meski saya tidak ingin menjelaskan siapa Sakum. Tetapi sebagai penutup, saya ingin sekali mengutip perkataan Sakum:

Kau ingin kembali ke masa lalu?
Profile Image for Riza Kamelia.
2 reviews1 follower
December 30, 2019
Jadi dari judulnya adalah PHI. Phi disini bukan menceritakan tentang jari-jari lingkaran. Phi ini menceritakan tentang kehidupan seseorang bernama phi yang adalah anak angkat dari pasangan suami istri yang baru saja kehilangan anaknya. Disini dijelaskan beberapa kali kalau arti namanya dia phi itu bukan jari-jari lingkaran. Jari-jari lingkaran disebut dengan pi. Namanya dia phi berarti rasio emas. Menurutku ini menarik karena pengetahuanku bertambah. Novel ini banyak mengulas istilah-istilah pada matematika. Jadi yang penasaran sama filosofi matematika atau yang ngeh dengan istilah-istilahnya pasti bakal tertarik. Bahkan aku terkesima dengan penjelasannya tentang bilangan imajiner. Seperti mengingatkanku dengan salah satu dosen dikampusku. Jadi bilangan imajiner (i) adalah akar minus 1. Padahal angka minus tidak dapat diakarkan. Ini katanya adalah bilangan akal-akalan manusia. Sebenarnya intinya dari buku ini adalah bagaimana si PHI mendapatkan cinta zane, gadis yang muncul dalam mimpinya ketika dia masih SD yang akhirnya mereka bertemu ketika PHI berkuliah di ITB. 

Menurutku novel ini tergolong pembahasan yang berat. Yah memang karena genre yang tertera dibukunya adalah fiksi dan literatur. Banyak unsur-unsur tersirat yang terkandung didalamnya dan juga alurnya yang maju mundur kadang membuat bingung. Tapi dalam novel ini tetap terkandung komedi yang lucu dan juga sentilan-sentilan tentang pemerintahan Indonesia. Serta sepertinya ada pikiran-pikiran jujur penulis tentang pandangannya terkait seksualitas dan wanita.
Profile Image for Haryadi Yansyah.
Author 14 books62 followers
June 23, 2022
Berjalan maju mundur, novel ini berkisah tentang pria bernama Phi dalam menjalani hidupnya yang berwarna. Bagaimana tidak, saat remaja, baru ia ketahui bahwa orang tua yang ia kenal selama ini rupanya orang tua angkat.

Kehidupannya di bangku SMA yang penuh gejolak. Ya persahabatan juga percintaan silih berganti diperlihatkan. Termasuk juga, kemudian saat Phi menempuh pendidikan di bangku kuliah dan juga bekerja di Sumbawa.

Walaupun alurnya tumpang tindih, namun saya tak merasa kesulitan menyimak novel ini. Apalagi settingnya sebagian berlangsung di Palembang. Dialog-dialog dalam bahasa Palembang juga beberapa ditampilkan.

Yang menarik, Phi hidup seolah memiliki satu avatar bernama Sakum. Sosok serba tahu yang menawarkan penglihatan ke hal-hal yang Phi tak ketahui sebelumnya. Siapa Sakum? apakah dia makhluk nyata? kenapa dia seolah hadir di dunia nyata dan dalam mimpinya?

Lalu, bagaimana pula dengan sosok wanita yang sering berkelindan di ingatan bertahun-tahun lamanya?

Semua itu terjawal di ending yang lumayan mengejutkan. Ini karya perdana Pringadi Abdi Surya yang saya baca. Dan, yang saya suka, kisah di balik layar pembuatan buku ini pun ia sajikan di bagian akhir buku ini. Jadi, selain menyimak perjalanan hidup Phi, saya juga diajak untuk "bergandengan tangan" melihat proses lahirnya buku ini.

Skor 8/10
Profile Image for Ika Sari.
3 reviews
November 3, 2018
Novel ini dibuka dengan pertanyaan.

Pertanyaannya adalah untuk diriku sendiri—apakah kau baik-baik saja hari ini?

Bagaimana jawaban kalian?

Lantas hipotesis. Bukan prolog lhoh. Unik kan?

Hipotesis menurut KBBI adalah sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pegutaraan pendapat meskipun kebenarannya masih harus dibuktikan.

Hmm ... Kalau dalam novel ini maksudnya apa ya? Ada yang tahu?

Mari kita cari tahu jawabannya.

Hipotesis dalam novel ini membahas tentang penemuan Einstein. Lantas pemula cerita diawali dengan Akson Satu, dan seterusnya. Menarik ya, bukan bab atau chapter, tapi Akson.

Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama atau Aku. Aku di sini adalah Phi, yang menjadi tokoh utama atau sentralnya. Tokoh kedua ada Sabriani Zasneda atau biasa disapa Zane yang selalu memenuhi ingatan Phi selama bertahun-tahun. Saya mengetahui fakta ini setelah beberapa akson.

Pertengahan novel terdapat intermezzo. Lumayan buat penyegar pikiran.

Membaca novel ini dari awal sampai pertengahan seperti membaca cerpen. Memulai bermain puzzle, di perhatikan dan dipahami setiap kepingan atau aksonnya baru dirangkai hingga menjadi satu bentuk gambar utuh. Sama seperti novel ini, harus benar-benar memahami tiap akson baru bisa mengerti jalan ceritanya hingga akhir.

Bahasa yang digunakan, diksinya tergolong ke dalam novel bermuatan 'berat'. Banyak informasi pengetahuan sains di dalamnya yang begitu cocok menggambarkan Phi, yang begitu menyukai sains matematika.

Di dalam novel ini pun kita bakal menemukan penjelasan mengenai Pi dan Phi. Kalian tahu bedanya? Bukan sekadar beda satu huruf.

Alurnya maju mundur, antara masa sekarang dan masa lalu (kilas balik) tidak diberi pembatas halaman atau apostrof, tandalah ya. Jadi mesti benar-benar cermati per kalimat biar nggak pusing.

Selebihnya, aku suka.
14 reviews1 follower
December 9, 2022
Saya pribadi menyukai buku ini karena saya menggemari cerita tentang penjelajahan waktu/dimensi. Menurut saya alur cerita buku ini sangat menarik meskipun banyak disertai paragraf berisi pelajaran-pelajaran matematika, rasio, dan lainnya (yang sebenarnya sedikit membuat pusing hahaha) tapi paragraf-paragraf tersebut memiliki makna yang sangat menambah kesan dari cerita Phi ini, jenius sekali mas Pringadi Abdi, inilah salah satu hal yang membuat buku ini membekas di hati saya.
Tokoh Phi awalnya membuat saya sedikit kesal karena meninggalkan kekasih dari kota asalnya demi mengejar seorang perempuan yang 'baru' ia temui di kampusnya, tapi juga bikin saya salut akan effort dan kesungguhannya.
Endingnya sedikit membingungkan buat saya, btw saya senang sekali kalau ada yang mau diskusi/bertukar pendapat mengenai buku ini dengan saya.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Stebby Julionatan.
Author 16 books55 followers
June 29, 2020
Semula saya mengira ini kisah cinta biasa. Ternyata saya salah. Saya 'kecele'. Pringadi mengolah pengalaman cintanya menjadi sesuatu yang unik. Yang membawa juga pada perenungan lain soal keIndonesiaan, komunisme, agama, dan hidup itu sendiri.

Makasih, Mas Pring, aku suka bukunya.
4 reviews
January 28, 2023
Sebenernya pas baca udah terlihat gejala-gejalanya dari pas membahas beautiful mind. Jadi kaya not surprised. Trus alur agak membosankan karena kaya muter muter aja, tapi endingnya seru. Masih agak bingung awal tau zane berarti darimana ya? Apa zane itu juga imajinasi yg dibuat dari sosok Anggun?
This entire review has been hidden because of spoilers.
1 review
October 30, 2018
Novel yang nggak biasa. Agak membingungkan di awal, namun makin membolak-balik halaman, baru mengerti tujuan setiap bab di awal. Begitu selesai, dahsyat. Harus dibaca sampai selesai.
Profile Image for Adiyaksa  Tarendra .
5 reviews
March 1, 2022
Menceritakan perjalan seorang mahasiswa jenius tapi nyeleneh. Sedikit provokatif dan saru.. hati² membacanya hahaha
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Alfaridzi.
109 reviews3 followers
April 9, 2022
Buku ini bercerita tentang "Phi" seorang pria yang bermimpi tentang seorang gadis hampir sepanjang hidupnya, hingga kemudian ia bertemu dengan gadis dalam mimpinya itu dalam kehidupan nyata. Gadis itu merupakan mahasiswi Fisika yang membuat Phi sadar bahwa cinta mampu melintasi waktu dan ruang. Tak peduli dengan masa lalu, bahkan Tuhan pun tak mampu mengubah masa lalu, Phi tetap kembali mencintainya lagi dan lagi.

Jujur, aku kurang suka dengan covernya. Terlihat kurang menarik dan membosankan. Namun, hal ini berhasil di tepis kala aku mulai membaca isinya. Cerita di dalamnya mampu membuatku terpikat. Penggunaan diksi yang sederhana dan gaya bahasanya yang membuatku nyaman. Terlebih, beberapa bahasan di dalamnya cukup berat dan berisi. Tetapi semua bisa dieksekusi oleh penulis dengan baik, hingga pesan yang disampaikan dapat dicerna dengan baik pula.

Cerita di dalamnya bukan hanya berfokus pada kisah romansa saja, tetapi menggabungkan misteri dan sedikit horor juga. Penulis memaparkan beberapa cerita yang cukup krusial dengan kondisi saat ini, seperti tentang agama, komunisme, dan apa arti dari hidup itu sendiri. Isu-isu sosial yang diangkat dikemas secara apik dan hal itulah yang menjadikan salah satu kelebihan dari buku ini.

Selain pemaparan di atas, hal yg paling menarik dari buku ini yaitu penulis bisa mengaitkan isi cerita dengan berbagai ilmu terapan ; matematika & fisika. Mulai dari perbedaan antara pi (π) dan phi (φ), mengaitkan definisi cinta dengan hukum Newton, membahas sedikit Deret Fibonacci dan rasio emas, serta lain sebagainya. Semua itu membuatku takjub dan membuktikan bahwa penulis cukup pintar, bukan hanya dibidang tulis menulis namun juga akademik. Mungkin bagi para pembaca lainnya semua itu terkesan berlebih tapi bagiku sangatlah menakjubkan.

Secara keseluruhan aku sangat suka sekali sengan buku ini. Membacanya bisa menambah wawasanku dalam berbagai hal yg diceritakan di dalamnya. 👌 ⭐5/5 👍
Displaying 1 - 13 of 13 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.