How to manage the global economy - and, more fundamentally, whether humanity wishes it to go in an ever more market-oriented, transnational corporation-dominated, and capital-footloose direction - is the most important international question of our time. In this short and trenchant history of those bodies -- the World Bank, IMF, WTO, and Group of Seven -- which have promoted this economic globalization, Walden
- Points to their manifest failings;
- Examines the major new ideas put forward for reforming the management of the world economy;
- Argues for a much more fundamental shift towards a decentralized, pluralistic system of global economic governance allowing countries to follow development strategies sensitive to their own values and particular mix of constraints and opportunities.
واجهتني صعوبات في فهم العديد من المصطلحات التجارية التي يستخدمها الكاتب.. و خصوصا مع استخدامه للاختصارات كثيرا.. اضطررت للتوقف عن القراءة و البحث على الانترنت كثيرا من أجل معرفة و فهم تلك المصطلحات.. تلك المحاولة التي باءت بالفشل في عديد من الأحيان للأسف..
لكن مع ذلك تستطيع أن تفهم الفكرة العامة للكتاب بسهولة.. فالكاتب يتحدث عن وقائع حدثت بدون الدخول في تفاصيل دقيقة.. فهو أشبه برؤية عامة بانورامية للأحداث في خلال العقدالأخير في القرن العشرين و الأول في القرن الحادي و العشرين.. من خلال تلك الرؤية يتحدث الكاتب عن تاريخ تأسيس البنك الدولي و صندوق النقد الدولي و كيف تحولت تلك الهيئات التي كان من المفترض أنها مسئولة عن التنمية العالمية الشاملة إلى مجرد ذراع تستخدمها الدول العظمي للسيطرة على التجارة العالمية و فتح أسواقجديدة للشركات متعددة الجنسيات على حسب الدول النامية..
الكتاب في المجمل لا يقول أي شئ جديد قد لا تعرفه من قراءة الأخبار اليومية في أي صحيفة.. و في الحقيقة فهو أشبه ما يكون بعدة مقالات صحفية مجمعة أكثر منه كتابا.. احساسي هذا بسبب تكراره لفس الأفكار و أحيانا نفس الكلمات و الفقرات أكثر من مرة في كل فصل من فصول الكتاب... فلو كان كتابا فالكاتب يعيبه سوء التنظيم و عدم انتظام أفكاره.. لذلك فأان أميل أكثر أنه كان مجموعة من المقالات...
ليس بقراءة مفيدة سواء للمتخصصين أو لغيرهم في نظري..
Highly-recommended book for the present time. Since the global hegemon, the U.S., is in a crumbling economic state, it is high time to rethink for a new economic global system. Deglobalization is the key. Looking forward to a national and local-centric in economic approach. Instead of focusing on exports, let the society be the guide to the economy instead of the opposite. A new look for a much humane and practical with efficient approach in the structure of the economy.
Bello paints for us an insightful and fascinating story. A great primer on trade from the end of the war to the present day, from the relatively flexible GATT system to the massively powerful (and tyrannical) WTO system that replaced it. Bello lays out a framework for a more humane global system, a remarkable contribution to current debate.
Admittedly some of its prognosis have been eclipsed by more recent turn of events, but its essential argument and agenda for deglobalization continues to be relevant today.
Istilah deglobalisasi ini ramai diperbincangkan setelah Walden Bello, salah seorang aktivis gerakan sosial yang juga guru besar di University of the Philippines, memaparkan ide tersebut. Paparan yang lebih terperinci kemudian ditulis Bello dalam buku ini.
Dalam buku ini Bello mendefinisikan deglobalisasi sebagai “upaya melakukan orientasi-ulang perekonomian domestik dari yang menekankan produksi untuk ekspor ke produksi untuk pasar lokal.”
Sebagaimana pernah juga dipikirkan John Maynard Keynes lebih dari seabad lalu dalam satu tulisan bertajuk “National Self-Sufficiency” (1933), ide Bello tentang deglobalisasi ini pun paralel dengan yang pernah ditawarkan intelektual Mesir, Samir Amin, yang pada 1990 menggagas ide ‘memutus rantai’ ekonomi, dalam bukunya Delinking: Toward a Polycentric World. Bagi Amin, idenya itu adalah upaya mensubordinasi hubungan dengan luar dan mengutamakan logika pembangunan di dalam.
Keynes, Amin, dan Bello sama sekali tidak menentang keterkaitan ekonomi antara satu negara dengan negara lain. Mereka hanyalah menekankan bahwa kepentingan pasar domestik adalah yang utama. Bila Bello menyatakan bahwa deglobalisasi bukanlah menarik diri dari komunitas internasional, Amin menegaskan bahwa ‘memutus rantai’ bukanlah sebentuk autarki. Paradigma deglobalisasi ini memiliki satu ciri mendasar, yaitu tuntutan melakukan produksi barang dan jasa yang merespon kebutuhan masyarakat, bukan merupakan permintaan yang diciptakan budaya konsumtif hasil dorongan korporasi, modal dan pasar.
Deglobalisasi, demikian Bello, merupakan upaya melakukan produksi, pertukaran, dan distribusi yang baru dalam satu tata-dunia yang baru yang “tidak-global”, yang hanya melibatkan koperasi-koperasi milik masyarakat, perusahaan swasta lokal dan perusahaan milik negara. Dalam dunia yang “tidak global” itu roda perekonomian sama sekali tidak melibatkan korporasi transnasional.
Bagi pendukung ide deglobalisasi ini, negara adalah benteng yang amat penting untuk membendung kekuatan korporasi global. Sekali lagi, ini tidak berarti mereka akan menentang keterkaitan dan pertukaran internasional. Paradigma deglobalisasi dengan demikian menyediakan satu pendekatan strategis untuk melawan globalisasi ala kaum neoliberal.
Singkatnya, deglobalisasi adalah upaya membongkar (deconstruct) kekuatan korporasi dan pasar keuangan global, dan merupakan upaya membangun kembali (reconstruct) hubungan sosial, komunitas, lingkungan, dan ekonomi domestik. Paradigma deglobalisasi ingin membuktikan bahwa dunia yang alternatif atau dunia yang lain adalah mungkin. Another World is Possible adalah slogan para aktivis dalam setiap Forum Sosial Dunia.