Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kuasa Media di Indonesia: Kaum Oligarki, Warga, dan Revolusi Digital

Rate this book
“Barangsiapa ingin memahami masyarakat dan politik Indonesia kontemporer, dan memakai media sebagai titik masuknya atau sebagai perangkat pemahaman, akan dimudahkan oleh kajian Tapsell ini.”

David T. Hill, Asia Research Centre, Murdoch University

“Buku penting yang menggali hubungan antara media Indonesia, khususnya dalam bentuk digital, dengan oligarki di satu sisi, dan masyarakat sipil di sisi lain. Menyuguhkan analisis detail yang juga reflektif mengenai cara media digital bisa turut memperkuat posisi elite oligarki, sekaligus juga menumbuhkan beberapa sumber tantangan terhadap mereka.”

Vedi R. Hadiz, Asia Institute, University of Melbourne

Cara berkomunikasi, cara mencari berita dan informasi, bahkan kehidupan sosial dan politik yang lebih luas di Indonesia saat ini tengah berubah pesat akibat perkembangan media-media digital kontemporer. Kendati statistik resmi menyebut penetrasi internet di Indonesia masih rendah, nyatanya Indonesia dikenal sangat aktif di media sosial: lebih dari 70 juta penduduk Indonesia mempunyai akun Facebook dan kicauan terbanyak di Twitter berlokasi dari Jakarta.

Berdasarkan riset selama tujuh tahun, buku ini meneliti bagaimana digitalisasi telah membuat industri media massa di Indonesia mengalami pemusatan dan konglomerasi, yang memungkinkan para oligark pemilik media menjadi semakin kaya sekaligus berpengaruh secara politik. Namun, media digital sebaliknya juga membuka peluang bagi warga biasa untuk menyuarakan kepentingannya dan memperjuangkan perubahan. Dilengkapi wawancara-wawancara langsung bersama para oligark media, politisi, dan pelaku jurnalisme di lapangan, buku ini menunjukkan bagaimana media digital kian menjadi kancah tempur bagi kepentingan yang saling bertabrakan antara oligarki dan warga.

298 pages, Paperback

Published October 1, 2018

18 people are currently reading
188 people want to read

About the author

Ross Tapsell

8 books1 follower

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
65 (48%)
4 stars
50 (37%)
3 stars
17 (12%)
2 stars
3 (2%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 28 of 28 reviews
109 reviews
November 6, 2019
Sudah setahun berlalu sejak Mas Wisnu Prasetya memberikan buku ini kepadaku secara cuma-cuma dan justru baru sekarang aku membaca dan menyelesaikannya. Sungguh, aku mendapat banyak sekali insights baru ataupun pembenaran terhadap pandanganku terhadap media di Indonesia lewat buku ini. Penulisannya lugas, tepat sasaran, tidak boros kata, dan alih bahasanya oke sekali. Kudos untuk Mas Wisnu dan tentu saja untuk Ross yang mauuuu aja selama 7 tahun bikin penelitian ginian (tapi sumpah, penelitianmu berguna banget!). Mana petikan wawancaranya lucu-lucu pula, bikin menertawakan keadaanku dan masyarakat biasa lainnya yang diobok-obok sama penguasa. Sialan.

Buku ini secara sistematis menjelaskan bagaimana media berpengaruh terhadap politik dan masyarakat di Indonesia. Dimulai dari bagaimana setiap media baru membawa perannya masing-masing, bagaimana kemudian beberapa media perlahan mewujudkan dirinya sebagai suatu konglomerasi. Dampaknya, industri media berbuah pada lanskap yang oligopolistik dengan pola produksi dan bahkan konten yang hampir selalu serupa. Bagian yang seru adalah bagaimana kaum oligark media perlahan-lahan terlibat dalam politik yang lantas berpengaruh pada cara kerja media tersebut (baik secara makro dan mikro), kontestasi politik Indonesia, dan bahkan cara pandang masyarakat terhadap media-media arus utama. Beberapa nama seperti Chairul Tanjung, Dahlan Iskan, dan Harry Tanoe yang awalnya dianggap "anak kecil" dan tidak berpotensi untuk bermain ke ranah politik praktis, ternyata yaaaa semuanya akhirnya kecemplung juga. Lucu sih. Aku banyak nulis komentar "WQWQ" di buku ini.

Ya pada akhirnya, digitalisasi justru mencegah potensi keberagaman pandangan yang dimungkinkan internet karena konglomerasi dari kaum oligark media ini merambah kemana-mana. Mereka yang berkuasa, mereka yang dominan, ya mereka juga yang paling mampu beradaptasi dengan segala perubahan untuk mempertahankan dominasi itu. Kan mereka yang punya kuasanya? Lingkaran setan, ya? Untuk itu, kekuatan-kekuatan kontra-oligarki harus terus dibangun oleh para digital natives yang "melek"; kaum minoritas berdaya yang berjejaring di internet.

Nah, karena warganet masih didominasi warga kelas menengah urban, hal selanjutnya yang harus digencarkan selain penetrasi internet adalah edukasi dan pemberdayaan masyarakat di luar kelas ini terkait keterampilan digital. Gerakan anti-oligarki sebaiknya (atau seharusnya?) disadari dan bahkan dilakukan oleh semua kalangan masyarakat. Walaupun digitalisasi tentu menguntungkan kaum oligark, masyarakat juga bisa memanfaatkannya untuk menentang status quo. Semakin banyak masyarakat yang terlibat, semakin banyak pula yang sadar bahwa sebenarnya selama ini kita semua telah dan sedang dipermainkan.
Profile Image for Steven S.
697 reviews67 followers
November 14, 2018
Diterjemahkan dengan baik, Kuasa Media di Indonesia mengupas media dan segala juntrungannya.

Hal yang tidak terduga saat membaca buku ini adalah sepak terjang politik Indonesia akhir-akhir ini dikupas tuntas oleh Ross Tapsell.

Penyajian tiap bab yang dinamis dan luwes membuat buku ini begitu mudah untuk dinikmati.

Meski butuh setahun untuk versi terjemahannya diluncurkan. Marjin Kiri memberikan kado bagus untuk pembaca di penghujung 2018.
Profile Image for Citra Maudy.
24 reviews
July 25, 2020
Lanskap industri media di Indonesia terlihat semakin terpolarisasi secara politik bila kita menelusuri para pemilik yg ada di belakangnya. Itulah yg dilakukan Tapsell dalam penelitiannya ini.

Selain berguna untuk melihat media sebagai arena pertarungan (warga dan konglomerat), pemetaan lanskap semacam ini juga dapat memberikan penggambaran bagaimana restrukturisasi dalam industri media juga mempengaruhi kerja para jurnalis (sebagai buruh) dan berpengaruh pada kondisi-kondisi yg mereka hadapi sehari-hari (selain pergesekan idealisme dan kerja-kerja jurnalistik, dapat pula menyangkut pelemahan ekonomi maupun politik mereka). Akibatnya, para pekerja media juga hampir dibuat tidak memiliki pilihan selain memproduksi berita yg diinginkan/sesuai dengan paham (para) pemilik industri.

Pemetaan terhadap oligarki media ini juga menunjukkan betapa industri ini tidak pernah terisolasi dengan sektor lainnya. Dengan demikian, memikiki media menjadi salah satu strategi ampuh untuk menentukan bagaimana warga memandang sistem politik dan ekonomi. Penggambaran kondisi ini bukan menawarkan pesimisme atas keadaan yg rumit dan tidak ada celah. Sebaliknya, lewat analisisnya dalam perkembangan media digital, Tapsell mengatakan bahwa "Jika warga terus menggunakan media digital untuk mengadvokasi perbaikan dan menantang struktur kekuasaan elite, media digital dapat menjadi wahana dan sarana terjadinya perubahan."
Profile Image for Yuu Sasih.
Author 6 books46 followers
January 26, 2019
Ini buku yang sangat menarik bagi orang-orang yang menggemari studi media. Saat saya dulu belajar mengenai psikologi media, hal yang dibahas rata-rata hanyalah bagaimana media Amerika membentuk framing pemberitaan untuk memengaruhi sudut pandang konsumen. Kali ini Ross Tapsell menyuguhkan masalah ini dalam konteks media di Indonesia, dan bagaimana para orang-orang kaya di Indonesia beramai-ramai membeli media untuk kepentingan pribadi dan politik mereka.

Pembahasan yang menurut saya menarik adalah tentang bagaimana pemberitaan media mampu memberi sumbangsih terhadap pemenangan satu calon presiden (SBY di 2009 dan Jokowi di 2014). Jadi, karena kita sedang kembali ke masa pencalonan, menurut saya buku ini akan sangat perlu dibaca, terutama oleh generasi milenial, agar kita tidak mudah termakan pemberitaan media dan mampu memberikan perlawanan pada para oligarki.
Profile Image for Rafi Alif.
5 reviews
July 10, 2022
One of the best books I have ever read. Tapsell menjelaskan kerangka berpikirnya di awal dengan begitu baik. Aplikasi kerangka analisis di bab-bab selanjutnya berhasil dalam dua hal: pop namun tetap akademis. Jadi nyaman dibaca.

Buku ini juga membuka mata terhadap ekonomi-politik media di Indonesia, sekaligus mengisi kekosongan literatur terkait isu ini. Menarik membaca buku ini (meskipun rilis di 2010-an akhir) di tahun 2020-an di mana media-media alternatif lumayan besar seperti Kumparan dan Narasi bermunculan. Ada pula yang berukuran sedang seperti Asumsi; muncul juga model media publik seperti Project Multatuli.

Di proporsi yang lebih kecil, media-media "passion project" buatan anak-anak muda yang cenderung menyajikan berita secara bite-size di media sosial bermunculan: Folkative dan kawan-kawan.
Profile Image for Sandys Ramadhan.
114 reviews
February 15, 2024
Setelah bulan lalu menyelesaikan buku Oligarki Teori dan Kritik yang berupa kumpulan tulisan para ahli maka sekarang dilanjut dengan membaca buku Kuasa Media di Indonesia: Kaum Oligarki, Warga, dan Revolusi Digital.

Kiranya buku ini membahas "Apa dampak revolusi digital dalam produksi berita dan informasi?" dan "Bagaimana perubahan media digital di Indonesia memengaruhi cara kekuasaan digunakan?"

Penulis berpendapat bahwa "teknologi digital membawa Indonesia ke dua arah. Di satu sisi, digitalisasi membuat kaum oligark mengontrol ranah media arus utama dan mendorong struktur kekuasaan elite terpusat di sekitar politik dan media. Di saat yang sama, berbagai platform media digital juga digunakan oleh warga untuk tujuan-tujuan aktivisme dan pembebasan, sehingga warga biasa dapat menantang struktur kekuasaan elite melalui penggunaan media digital yang efektif."

Dari sini dapat disimpulkan digitalisasi tidak memungkinkan ranah media arus utama menjadi beragam dan berkembang, sebaliknya malah membuat industri media makin terkonsentrasi kepada para elite yang menggunakan kekuasaannya. Hasil dari media arus utama yang oligopolistik ini adalah raja media makin bertambah kaya dan meluaskan kekuasaan politiknya.

Adapun pernyataan yang menarik bagi saya dan barangkali sudah bukan rahasia umum lagi bahwasannya, kaum oligark pemilik media umumnya memproduksi berita-berita dan informasi seusai dengan keinginannya, sebagaimana kata Winters (Oligarchy and Democracy in Indonesia) "selama media masih sangat didominasi oleh aktor-aktor dan kekuatan politik yang sama, hampir tidak mungkin bahwa partai/pers bebas yang kritis akan memberikan wadah untuk menantang dominasi oligarki ini."

Akhir kata membaca buku ini pada saat tensi perpolitikan di Indonesia sedang memuncak rasanya cukup menantang, apalagi setelah membaca buku ini jadi sedikit tahu siapa saja aktor yang menguasai media di Indonesia yang barangkali masih sama atau diwariskan oleh penerusnya dan masih mempraktikan intrik yang cenderung tak jauh beda, bahkan dalam pemilu tahun ini.
32 reviews
December 7, 2023
Wisnu keren banget nerjemahinnya. Jernih. Kerasa bahwa penerjemah buku ini mengerti topik yang hendak dibicarakan oleh si penulis. Ga asal nerjemah secara literer. Akhirnya, ide si penulis jadi tersampaikan secara utuh kepada saya. Saya yang tidak belajar ilkom/jurnalistik secara formal, mengerti sepenuhnya ide pokok buku ini. Gara gara buku ini juga kok bikin saya tambah geram ya ke para oligark. Geram + pesimis, sih. Lha ga pesimis begimane. Wong oligarki sama negara memutuskan untuk kawin. Temboknya terlalu tinggi, brow. Udahlah saya mah walo pesimis, tetep aja suka bacotin pemerintah. UU ITE menanti, sih. Yaaaaa gimana yaaaaa. Saya mah apa atuh cuma manusia biasa. Ga luar biasa sugih macem si bakrie atao paloh atao hary tanu. Boleh pinjam seratus (miliar), ga, Loh, Rie atao Nu. Gue mau bikin perusahaan media juge, nih. Elah jangan medit jadi orang. Harta ga dibawa mati. Dah ga sabar banget gue memonopoli informasi publik. Gue pengen banget nyiarin kegiatan parpol gue 24/7 nonstop. Kalau bisa ya perusahaan media gue doang yang eksis di indonesia. Kan kaga perlu ada pertarungan antar oligark. Lu betiga jadi karyawan gue ajaaaa. Gimane? Pikirin dulu dah. Awas jangan sampe nyesel. Inget gue ini JAGO banget mertahanin kekayaan sembari mencaplok media-media cilik yang sosoan nantangin elu betiga --oligark media.

Buat Ross Tapsell, sehat sehat dah lu ya. Makasi banget bukunye. Katampi pisan. Ilmu ti maneh sunggug bermanfaat. Haduuh telaten pisan sih umak. 7 taon loh neliti banyak begundal media. Salut! Nanti bongkar lagi ya kebusukan oligarki. Kita kerja sama aja mau ga? Bikin media "kontra-oligarki" bareng? Wah cukup tuh buat numbangin oligarki. Modalnya cukup ridha orang tua dan Tuhan. Eh ada dua lagi deng: akal sehat dan hati nurani.

Udahlah segini aja. Udah jam 3.17 jir gue belum tidur takut mati gue. Gue masih mau baca buku bagus.
Profile Image for Guntar Ramadhan.
14 reviews18 followers
December 14, 2018
Buku yang bagus saya rasa dan mesti dibaca terutama insan permedsosan (tentunya milenial lah).

Beberapa poin yang saya anggap penting pada buku ini antara lain:

1. Seperti judulnya, buku yg merupakan hasil riset penelitian ini menggambarkan dengan cukup jelas jaring jaring kuasa kaum oligarki (terutama oligarki yang memiliki kuasa di bidang media), apa mereka, seperti apa, kriteria-kriterianya, dan bagaimana mereka mengembangkan kekuasaannya baik secara bisnis maupun politik praktis (sebagai partisan).

2. Sedikit kiranya menyentil secara eksplisit soal hoax meskipun banyak diberikan kunci-kunci bagaimana suatu media bekerja sehingga membuat pembaca kiranya bisa lebih bersikap kritis menerima informasi dari media.

3. Bagaimana hubungan negara dalam artian kekuasan politik dengan warga juga dibahas.

4. Dan bagaimana hubungan oligarki, negara, dan masyarakat saling menggunakan media untuk mengajukan wacana dan pengaruh juga dibahas.

5. Dan yang saya rasa cukup menarik bagaimana penulis menjelaskan perihal media dan kuasa oligarki terhadap media dengan mewawancara langsung dengan para oligarki, pekerja media, bahkan presiden juga.

Buku yang keluar di waktu yang tepat.
Profile Image for Ivan.
132 reviews24 followers
August 30, 2020
A smart and comprehensive take on Indonesian media oligarchy. As the nation moves toward the digital media landscape, the old players (with their old money) such as newspaper conglomerates and TV tycoons, still prove to be strong contenders for commodification of public attention. They still shape national politics and are pursuing their own digital channels. Such is the conventional nature of power concentration in Indonesia.

But we’ve seen the emergence of grassroot contents and ordinary people voicing their aspirations through social media and internet platforms. TVs are struggling and not as profitable as before, print newspapers are ailing and on the brink of bankruptcy. The government is scrambling to regulate the sheer volume of (mis) information on social networks.

The book is a solid effort (and translated well into Indonesian language) and may pave a way for future and more specific studies on new media regulation in Indonesian context and why it matters to not only academics, but also to policymakers, students, content creators or business owners.
Profile Image for Wirawan Sukarwo.
31 reviews5 followers
September 21, 2020
Buku yang bagus untuk memberi wawasan mengenai lanskap para konglomerat media di Indonesia. Mengenai sepak terjang mereka, cara mereka memperkaya diri dan cara mereka melakukan penetrasi secara langsung dalam kebijakan politik di Indonesia.

Buku ini memberi kesadaran awal mengenai sempitnya celah untuk melakukan kontra narasi terhadap opini yang dibentuk oleh jejaring oligarki yang telah masuk ke politik praktis. Sulit, karena hampir seluruh platform digital berada dalam kuasa mereka secara modal dan kepemilikan. Spirit independensi pers sebagai pilar demokrasi menjadi hal yang sangat langka dengan penguasaan (nyaris) seluruhnya ruang publik yang ada dalam frekuensi penyiaran di Indonesia di tangan para oligark ini. Tidak terkecuali internet, para oligark ini juga berusaha untuk menggabungkan llayanan atau setidaknya menginisiasi kebijakan publik yang pada ujungnya mengendalikan kebebasan masyarakat untuk mengakses tayangan.
Profile Image for Agung Wicaksono.
1,089 reviews17 followers
May 11, 2019
Memahami bagaimana media berpengaruh terhadap dunia politik dan bisnis di Indonesia oleh para oligark.

Setelah orde baru berakhir, masyarakat bisa bebas menyuarakan pendapatnya di berbagai media, salah satunya di media sosial. Akan tetapi, media arus utama seperti acara televisi, surat kabar, dan berita daring tetap memiliki agendanya sendiri demi kepentingan pemiliknya dan tokoh politik yang mereka dukung. Oleh sebab itu, kita harus tetap kritis terhadap segala informasi yang disampaikan oleh media arus utama.

Tapsell menghasilkan buku ini setelah melakukan riset selama tujuh tahun. Buku ini pun sangat bermanfaat bagi kita untuk menambah referensi tentang perjalanan media di Indonesia yang dimiliki oleh para konglomerat dan dampaknya bagi masyarakat luas.
Profile Image for Kahfi.
140 reviews15 followers
May 25, 2019
Buku ini menjelaskan secara komprehensif oligarki media dan proses pembentukan mereka. Memperlihatkan alur yang begitu dekat dengan politik sehingga ekonomi-politik media menjadi suatu komiditi yang dibutuhkan pada era digital.

Perang wacana untuk memperebutkan pengaruh ialah kalimat yang cocok menggambarkan keseluruhan buku ini, menggunakan media untuk menggiring persepsi masyarakat.

Buku ini tidak hanya baik bagi pengkaji ilmu media dan komunikasi, namun disarankan juga bagi yang tertarik pada kajian ekonomi-politik sebagai kerangka memahami politik kontemporer Indonesia sebagai republik media sosial.
Profile Image for Sanya.
90 reviews8 followers
October 28, 2020
Kesimpulanku:

Jadi ada dua kelompok dalam digitalisasi di Indonesia yang membawa Indonesia ke dua arah yang berbeda, yakni kelompok oligarki dan kelompok minoritas berdaya.

Kelompok Oligarki ini bisnis medianya makin menggurita dengan digitalisasi. Dan mereka lumayan memengaruhi pilihan masyarakat terutama di musim pemilihan umum. Selanjutnta kelompok minoritas berdaya, umumnya anak muda kelas menangah kota yang melek internet. Mereka sadar siapa yang menguasai media, dan sadar pula kalau mereka punya lebih banyak pilihan dalam mengkonsumsi media.

Jadi, intinya, kita masih memiliki pekerjaan rumah untuk membuat teknologi dan pengetahuan lebih merata.
Profile Image for Sarah Reza.
235 reviews3 followers
March 1, 2024
Menurutku, buku ini adalah salah satu buku yang mudah dipahami bagi orang-orang yang ingin mengetahui tentang bagaimana media dan kontribusinya terhadap politik di Indonesia. Disamping topik yang dibahas, aku suka terjemahannya karena pemilihan katanya yang gampang dipahami.
Buku ini juga menjelaskan siapa saja orang-orang di balik oligarki media dan keterkaitannya dengan parpol dan kandidat pilpres pada beberapa pemilu periode terdahulu. Serta apa yang terjadi dan dampak dari konglomerasi media yang terjadi di Indonesia
Profile Image for Arif Abdurahman.
Author 1 book71 followers
May 22, 2019
Diterjemahkan dengan ena, Marjin Kiri belum pernah mengecewakan. Ross Tapsell meniliti bagaimana digitalisasi telah membuat industri media massa di Indonesia mengalami pemusatan dan konglomerasi, yang memungkinkan para oligark jadi makin kaya dan berpengaruh. Dalam buku ini mengupas bagaimana polarisasi saat pemilu 2014 bisa terjadi berkat para oligark media dan digitalisasi media, dan masih kita rasakan sampai hari ini di pemilu 2019.
Profile Image for Tirani Membaca.
126 reviews1 follower
February 7, 2023
Bacaan penting untuk mengetahui lanskap media dan politik di Indonesia. Memberiku banyak pencerahan tentang cara kerja para oligark melalui kuasa media yang mereka miliki. Selain itu, buku ini turut membuatku cukup optimis mengenai perubahan yang dibawa oleh transformasi media digital.

Such a great book. Diterjemahkan pula secara apik oleh Mas Wisnu Prasetya.

Semoga Marjin Kiri gak bosan-bosan menerbitkan buku-buku bagus begini.
Profile Image for Aya Prita.
168 reviews21 followers
January 30, 2019
buku ini insightful sekali hanya saja, untuk pemula : kasus dan istilah-istilah tidak dijelaskan lagi. Jadi, untuk pembaca awam, buku ini agak harus "cari di google" lagi. Not your typical "semua ada di buku".

Tapi buku ini bagus pOL.
Profile Image for Deny Permana.
19 reviews1 follower
June 20, 2021
Menelaah kepemilikan perusahaan media di Indonesia, buku ini akan membuka cakrawala kita bahwa memahami jalannya media mainstream juga online hari ini bisa jadi sesuai pesanan sang pemilik, terlebih sang pemilik media berafiliasi dalam lingkaran kekuasaan
14 reviews
August 17, 2021
cukup baik dlm menjelaskan skena media dan oligarki di indonesia, tapi kurang memberi highlight pada peran negara dalam mempertahankan oligarki. UU ITE hanya dibahas sekilas, buzzer tidak mendapat pembahasan, FPI dan kebangkitan islam fundamental juga tidak digambarkan memiliki pengaruh.
Profile Image for Genut Wahyu.
32 reviews
September 11, 2025
Buku yang menarik, Ross Taspel dengan jeli menggambarkan pergerakan media pasca reformasi di Indonesia, bagaimana para oligark media masuk menjadi aktor politik sekaligus sebagai pengendali opini. Buku yang sangat direkomendasikan.
Profile Image for Hidayatullah Ibrahim.
128 reviews2 followers
May 1, 2019
Buku yang menarik mengulas sisi positif dan negatif para oligark media di Indonesia dan kita bisa tau lebih mendetil sepak terjang mereka
Profile Image for Jordan Elang.
44 reviews1 follower
September 15, 2019
Ross Tapsell menelanjangi konglomerasi media dan relasi kuasanya dengan orientasi politis dalang pemilik medianya. Apa yang menarik dari buku ini adalah ia menghadirkan semacam pengalaman dan pemahaman yang berbeda bagi kita dan merubah 180% cara kita melihat media.

Tapi saya kira, optimisme Ross mengenai pertentangan antara konglomerasi media vs warga dengan kemampuan 'prod-user'nya terlalu utopis
Profile Image for Ishak.
38 reviews1 follower
June 29, 2021
Buku yang sangat menarik untuk dibaca bahkan untuk orang awam seperti saya. Buku ini memberikan penjelasan yang sangat baik mengenai kuasa oligark di ranah media Indonesia, bagaimana munculnya media anti-oligark muncul di Indonesia, pengaruh para oligark dalam dunia politik dan ekonomi, semakin terpolarisasinya media Indonesia dan banyak lagi.

Penerjemahan bahasa untuk buku ini juga sangat bagus, applause untuk Marjin Kiri yang telah mengemas buku ini dengan sangat baik.
Profile Image for una.
26 reviews4 followers
July 31, 2020
Buku ini baik (dan amat perlu) dibaca untuk mendapatkan gambaran lansekap "kuasa" media di Indonesia yang didominasi oligark, yang tidak hanya soal kapital, tapi juga pengaruh dan kuasa politik.

Buat saya, buku ini penting dalam memberi gambaran lebih besar untuk bagaimana sebagai "warganet" biasa (yang juga turut diberdayakan oleh digitalisasi) dapat mencari celah dan membangun kekuatan saluran-saluran alternatif "kontra-oligarki".

Setelah membaca ini--tidak terkejut namun tetap mengecewakan--adalah cara kerja media di Indonesia yang "tidak bersih" dan diakui sendiri oleh pemilik-pemiliknya. Membuat urgensi meningkatkan literasi dan melek informasi untuk warga biasa seperti kita jadi semakin besar.
Displaying 1 - 28 of 28 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.