Puisi merupakan media utama yang memberi banyak pengalaman dalam kerja penciptaan yang saya lakukan. Terutama dalam bentang hubungan antara tubuh dan bahasa. Persinggungan saya dengan medium lain di luar puisi, ikut memberikan semacam kerja perbandingan yang pada gilirannya membuat saya kembali terpikat pada puisi. (Afrizal Malna)
Pendidikan akhir Sekolah Tinggi Filsafat Dri-yarkara (tidak selesai). Buku yang pernah terbit:
1. Abad Yang Berlari, 1984 (mendapat penghargaan Hadiah Buku Sastra Dewan Kesenian Jakarta, 1984) 2. Yang Berdiam Dalam Mikropon, 1990; 3. Arsitektur Hujan, 1995 (mendapat penghargaan dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebu-dayaan RI, 1996). 4. Biography of Reading, 1995. 5. Kalung dari Teman 6. Museum Penghancur Dokumen, 2013
Karya yang terbit dalam antologi bersama:
1. Perdebatan Sastra Kontekstual (Ariel Heryanto, 1986); 2. Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (Linus Suryadi, 1987); 3. Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (Suratman Markasan, Kuala Lumpur, 1991); 4. Dinamika Budaya dan Politik (Fauzie Ridjal, 1991); 5. Traum der Freiheit Indonesien 50 jahre nach der Unabhangigkeit (Hendra Pasuhuk & Edith Koesoemawiria, Köln, 1995). 6. Ketika Warna Ketika Kata (Taufiq Ismail, et.all, 1995); 7. Pistol Perdamaian 8. Cerpen Pilihan Kompas 1996; 9. dalam Frontiers of World Literature (Iwanami Shoten, Publishers, Tokyo, 1997) 10. dalam bahasa Jepang; jurnal Cornell University (Indonesia, Ithaca, Oktober, 1996); 11. dan Anjing-anjing Memburu Kuburan, Cerpen Pilihan Kompas 1997.
Penghargaan lain yang pernah diperoleh:
1. Kincir Perunggu untuk naskah monolog dari Radio Neder-land Wereldomroep, 1981. 2. Republika Award untuk esei dalam Senimania Republika harian Republika, 1994. 3. Dan esei majalah Sastra Horison, 1997.
Eksperimental yang diusung pada puisi-puisinya Afrizal di buku ini cukup jauh berbeda ketimbang buku sebelumnya--Berlin Proposal. Jauh lebih ekstrem dan jauh lebih bebas dan jauh lebih rumit dan jauh lebih luas. Memang, tidak semua puisi eksperimentalnya hadir dalam bentuk yang sama, masih ada juga beberapa puisi yang masih menggunakan bentuk puisi sebagaimana biasa. Dan puisi favoritku yang berjudul "der platz", seingatku pernah dimuat di Kompas.
Beberapa puisi dalam kumpulan puisi ini menggunakan semacam teknik algoritma yang biasa ditemukan di platform wordpress cukup eksperimental, ada juga puisi bergambar yang jadi favorit saya yang berjudul "ketakutan menatap harga rumah", ada beberapa puisi lain yang berbicara tentang tema lokalitas jawa dan lampung, dari cara berpuisinya, afrizal malna ini nampaknya orang yang jago berfilsafat yang serius...
Banyak tulisan dalam ni yang saya suka. Afrizal buka banyak pintu untuk kita cuba terokai. Absolutely a great artist. Saya kira kerja-kerja dalam ni banyak yang Tumblr dan Instagram dan itu saya kira super cool.
ternyata seorang Sutardji emang byk mempengaruhi penyair dan puisi sampe kini dan mgkn masa datang. Juga mengusung visual dan bemtuk, selain bermain dgn bahasa dan makna kata.