Inilah kisah panggung Shakespeare di antara dua sejoli. Kisah cinta antara Amberlie dengan Kenzie. Kisah cinta yang benar-benar bukan kisah cinta sejati karena keduanya dijodohkan oleh Mama mereka yang bersahabat sejak lama. Amberlie dan Kenzie tidak saling menyukai, tapi demi Mama, mereka rela dijodohkan. Padahal, Amberlie sudah memiliki tambatan hati, yaitu Abyan, rekan mainnya dalam drama Shakespeare. Sementara Kenzie, ia diam-diam mencintai Clara, seorang model cantik yang bekerja di butik milik mamanya Amberlie dan Kenzie.
Bak panggung sandiwara, perjalanan kisah cinta mereka akhirnya ber-ending indah. Namun, tidak disangka Mama mereka yang sudah bersahabat sejak lama, tiba-tiba bermusuhan hanya karena seorang pria bule yang berujung pada pertentangan cinta Amberlie dan kenzie yang dulu mereka jodohkan!
Akankah Amberlie dan Kenzie bersatu? Mampukah mereka menyatukan persahabatan Mama mereka?
Ada berapa retelling klasik karangan penulis lokal yang pernah saya baca, ya? Rasanya baru sedikit. Salah satunya ini. Sesuai judulnya, alurnya pun mengingatkan saya akan drama Romeo and Juliet (meski karya Shakespeare bukan hanya itu). Dilihat dari kovernya yang menampilkan balkon juga sudah cukup mengisyaratkan.
Bagian-bagian yang merujuk novel ini pada kisah ulang Romeo-Juliet adalah: 1. dilarangnya Amber dan Kenzie untuk bertemu 2. kecelakaan 3. salah satunya menghilang/diduga terluka (tidak ada yang terlalu dramatis di sini, atau kalaupun ada, berakhir bahagia). Jujur, saya suka hubungan Amber dan Kenzie. Mereka bukan sekadar pacar, tapi teman dekat juga. Meski ya, kadang Kenzie kepengin tahu semua hal yang dilakukan Amber dan marah waktu dia nggak ngasih tahu, padahal mah kayaknya nggak usah semarah itu. Kenangan mereka juga sedikit, mungkin karena diceritakan secara telling.
Idenya sendiri juga oke, kayak modern spin-off kisah star-crossed lovers karena akhirnya tidak tragis. Banyak potensi konflik menarik yang kalau diolah lebih dalam lagi akan membumbui ceritanya dengan pas, tidak terkesan terburu-buru atau menggampangkan. Contohnya pernikahan antarnegara, pembatalan pernikahan, sampai rujuknya suami-istri yang sudah cerai dalam pernikahan ulang. Semua urusan itu kan, susah dan ribet dan panjang sekali kalau diurusi. Tapi di sini digambarkan berlalu dengan cepat, barangkali efek dari menceritakan dengan gaya telling juga. Konflik-konflik tadi pun sebetulnya jadi menggeser fokus pembaca dari Romi-Juli kita alias Kenzie-Amber pada subplot yang berakhir di tengah-tengah cerita. Kalau hubungan Kenzie-Amber ikut dipengaruhi peristiwa itu, pasti bakal kelihatan lebih seru.
Atau mungkin, masalah orangtua dua tokoh utama ini dimasukkan agar lebih mirip dengan alur drama Shakespeare itu. Saya sendiri belum baca Romeo-Juliet sampai lengkap sih, jadi belum bisa bilang macam-macam (lebih menarik Hamlet, hehe).
Inginnya saya sebagai pembaca mah mengenal tokoh-tokohnya dulu sebelum dihadapkan dengan banyak konflik nanti di depannya (atau disajikan beriringan). Karena sudah sepertiga akhir, saya baru tahu Kenzie suka momotoran (bukan cuma pengguna motor, tapi ikut balapan juga) dan seru juga ternyata ngikutin pembicaraan dia dan teman-temannya soal motor. Amber, selain jadi lakon utama dalam drama sekolahnya, saya nggak tahu dia hobinya apa, cita-citanya jadi apa (nggak harus yang jangka panjang, seenggaknya aspirasi dia di cerita ini). Padahal kelihatannya Amber jauh lebih tangguh dari Juliet, baik hati, dan supel juga. Jadi saya penasaran jika dia seandainya bisa jadi teman saya, apa yang dia suka, apa yang dia nggak suka, karena Amber aslinya orang yang mudah disenangi. Singkatnya, saya suka Amber, tapi saya tidak bisa mengenal dia lebih jauh.
Oh, dan ada insta-love juga.
Kayaknya cukup jelas kalau isu saya dengan novel berpremis menarik ini adalah: kurang panjang. Saya ingin merasakan baper-bapernya hate-to-love, ribetnya mengurus mama-mama yang kembali centil karena satu bule ganteng, pusingnya hubungan orangtua yang baru bertemu lagi setelah sekian lama tidak akur, frustrasinya dilarang bertemu pacar, khawatirnya waktu semua menjadi gelap, dan leganya ketika masih ada harapan. Membaca ini, saya hanya bisa merasa seperti diceritakan ulang secara harfiah saja, meski unsur spin-off yang bikin beda dari karya originalnya cukup banyak.
Tapi ini saya saja, siapa tahu kamu yang butuh hiburan cepat bisa lebih menikmatinya. Atau setidaknya kalau kamu bertemu novel ini, meski nanti seperti saya yang menyayangkan betapa kilatnya novel ini, cobalah baca hanya untuk Kang Mail! That man is gold 👌
Ide ceritanya menarik, mirip cerita cinta klasik tapi berakhir bahagia, tidak tragis. Ada banyak konflik yang bisa membuat cerita lebih kaya, seperti masalah pernikahan antar negara, pembatalan, dan pasangan yang bercerai tapi menikah lagi. . Konflik-konflik ini sebenarnya bisa membuat kisah utama, tentang Kenzie dan Amber, lebih seru jika hubungan mereka juga terpengaruh oleh masalah-masalah tersebut.
Awalnya saya pikir novel ini bersetting di luar negeri, nyatanya tidak. Soalnya bahasanya terlalu baku dan kaku. Terlalu banyak konflik dan ada yang kayak sinetron. :(
Alur ceritanya ringan, bagus untuk pembaca pemula atau untuk kawan2 yg udah lama hiatus membaca tapi pengen balik lagi ke habit yg lama. Ini salah satu bacaan yg mudah buat "warming up" minat baca kamu.