Terkadang kita terlalu sibuk mencintai ini dan itu bahkan sampai kita lupa untuk mencintai diri sendiri, dan itu sungguh melelahkan. Mengapa manusia mulai lupa bagaimana cara untuk mencintaii dirinya sendiri? Bukankah sangat melelahkan ketika kalian ditinggalkan seseorang? Jika diri kalian sendiri yang meninggalkan dirimu, betapa sunyinya? Penelitian di Carnegei Mellon University mengatakan bahwa rasa cinta menghasilkan emosi yang positif, hal ini mendorong sistem kekebalan tubuh orang tersebut menjadi lebih sehat. Berawal dengan menerima dan menemukan perasaan cinta kita terhadap diri kita sendiri, tentunya akan membawa kita jauh lebih bersyukur dan meminimalkan risiko stress atau gangguan penyimpangan perasaan sehingga kita akan menemukan cinta dan memiliki cinta. Namun mencintai diri sendiri mempunyai ‘seni’nya tersendiri, karena pada hakikatnya mencintai diri bukanlah mengagumi diri sendiri yang berlebihan dan menimbulkan sifat Narsistic.
Beberapa bagian buku ada yang tertulis dua kali, yang menurut saya agak membingungkan. Tapi secara keselurahan buku sangat membantu karena mudah dibaca dan ada guidenya.
BACA BUKU INI SAAT KAU LELAH sesungguhnya berpura-pura bahagia itu melelahkan. Tulisan Munita Yeni, terbitan 2018.
Genre : motivasi
Setakat pembacaan pada hari ini, isi kandungan buku ini sangat sesuai untuk setiap dari kita yang mempunyai kenangan yang pahit pada masa lalu dan perit untuk berdamai dengan semua kenangan itu.
Setelah dihabiskan bacaan pada 9 Januari 2020, beberapa kesimpulan yang dapat dibuat ialah; tajuk buku ini sepatutnya CINTAILAH DIRI SENDIRI SEADANYA 🥰.
Kandungan buku ini membimbing pembaca bagaimana untuk menerima diri sendiri apa adanya. Kerana setiap dari kita mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri.
Bagi menangani kekurangan diri sendiri, ada antara kita yang 'memasuki planet' lain dalam kehidupan. Dengan kata lain, kita akan membayangkan diri sendiri dalam versi lain yang lebih sempurna, ideal dan seumpamanya. Walhal itu hanya dalam dunia fantasi. Penulis menyeru kita untuk keluar dari fantasi itu dan hidup dan hadapilah realiti hidup kita apa adanya. Jika berterusan dalam keadaan tidak berpijak di alam nyata ini kita akan terjerumus kepada depression dan gejala sakit mental yang lain.
Penulis juga menerangkan mengapa kita membenci diri sendiri dan bagaimana untuk mengatasi masalah ini.
Masalah ini antara lain berpunca daripada pengalaman dan trauma pada masa kecil dan remaja bersama ibubapa, guru, rakan sebaya dan sebagainya. Di sinilah pentingnya kita untuk berdamai dengan masa lalu, dan caranya ada dijelaskan dengan baik dan praktikal.
Terakhir dan paling utama ialah bagaimana kita boleh mencintai diri sendiri dan batasannya.
Ya, akhir kata, buku ini sangat sesuai untuk kita semua dalam mendepani kelelahkan hidup.
Ambil masa sebentar, refleksi masa lalu yang pahit dan manis, menerima dan mencintai diri sendiri, merancang kehidupan, berusaha mencapai impian, berdoa dan bertawakal sebelum habis usia di dunia ini 🥰🥰🥰
#CabaranMembaca2020
This entire review has been hidden because of spoilers.
Buku ini terbagi menjadi 2 bagian utama yaitu bagian mengenai teori dan opini pribadi penulis mengenai ‘membenci diri sendiri’ dan bagian kedua mengenai cara mencintai diri sendiri. Overall buku ini mungkin cocok untuk orang yang belum memiliki self-awareness atau di level awal. Hanya saja, dengan judul ‘baca buku ini saat engkau lelah’ dan setengah bukunya mengenai teori dan opini penulis tentang membenci diri sendiri, menurutku akan membuat pembaca yang sudah lelah akan lebih lelah atau memburuk emosinya daripada merasa lebih baik.
Secara ideal, betul banget kalau kita perlu aware dulu dengan kondisi kita, seberapa aware kita dengan diri sendiri. Namun, apakah penulis pernah memikirkan bagaimana kalau si pembaca benar2 sedang lelah secara mental dan membaca soal membenci diri sendiri, malah membuat dia semakin tidak menyukai dirinya? Apa emosi yang diharapkan didapat oleh pembaca buku ini ketika membaca soal membenci diri sendiri?
Selain itu, ada beberapa halaman dari buku yang dicetak ulang di bagian yang berbeda. Apakah ada miss dari percetakan, redaktur, editor atau disengaja oleh penulis? Kalau disengaja, aku ga melihat bahwa hal itu menambah konteks dari bagian tersebut sih. Aku melihatnya sebagai mistake atau malas menulis topik tersebut lalu dicopas aja. Langsung aku skip begitu aku tahu bagian tersebut hanya copas dari bagian lainnya.
Ada practical tips di bagian akhir mungkin bisa membantu sebagian pembaca yang tidak tahu harus mulai dari mana untuk lebih self-love.
Buku ini mengajarkan kita untuk jangan lupa berterima kasih kepada diri sendiri dan juga menyayangi diri sendiri. Buku ini juga mengajarkan untuk tidak membohongi diri sendiri dengan mengatakan bahwa kita bisa melakukan suatu hal yang kita sendiri masih ragu. Mungkin hal tersebut bisa dijadikan sebuah tantangan. Tapi tidak masalah juga jika kita gagal melakukannya. Anggap saja masih belajar.
Buku ini bagus, tapi agak banyak typo yang cukup jelas dan beberapa kata yang tidak tercetak dengan cukup jelas.
Jujur, sebenarnya saya salut dengan topik yang dipilih oleh penulis. Saya berhasil terbawa oleh buku ini karena banyak yang bisa dikaitkan atau istilahnya relatable.
Namun mengganggunya, banyak kekurangan yang saya rangkum.
1. Penggunaan istilah Mars. Semakin saya membaca penggunaan istilah ini di bagian awal, semakin tidak paham saya maksudnya. Penggunaan istilah yang terlalu asing untuk dunia psikologi. Kenapa tidak menggunakan daydream saja yang lebih mudah untuk dipahami? Lagipula, apa salahnya berandai-andai? Yang salah itu hanyut di dalamnya.
2. Materi yang diulang Yang saya sadari adalah masalah skizofrenia. Tujuannya apa coba? Bagi saya pembahasan di awal sudah sangat jelas, kenapa harus diulang?
3. Awal dan Akhir yang bagus, namun Tengah yang kaku. Pada bagian tengah, saya agak merasa gaya penulisan mulai berganti. Buku yang katanya motivasi malah berasa seperti karya ilmiah yang dibukukan.
4. Typo. Kekurangan tanda baca? Bukan! Benar-benar typo! Masyaraskat, bertahun-tahu, hanyalah contoh. Ini salah siapa ya?
Begitu saja sih review saya. Menunggu kesempatan untuk membaca sekuelnya.
Menenangkan. Kalimat yg sederhana, realistis, tidak terlalu menggebu, ringan, tapi ber-damage luar biasa terutama saat pikiran dan fisik sedang lelah. Yang paling Aku rasakan saat baca ini, lebih menerima diri dan kondisi, menerima kehidupan, let it be. Berdamai dengan sendiri tanpa menyalahkan/mengkambing hitamkan faktor lain di luar diri, hanya diri sendiri, fokus pada diri sendiri untuk benar-benar damai, Karena dan hanya untuk diri sendiri, bukan orang lain. Cover buku dengan warna yang nyaman di Mata dan aesthetic. Hanya saja masih banyak typo (dicetakan pertama) semoga untuk cetakan berikutnya bisa diperbaiki.
Buku self improvement ini sangat memberikan hal-hal positif ketika merasa lelah dengan hidup hingga ingin menyerah. Hidup memang melelahkan tp bukan berarti kita harus menyerah.
🌼: Buku ini mengajarkan kita untuk istirahat sejenak, bukan menyerah ketika sedang lelah dengan kehidupan ini.
🌼: Buku ini memberikan ketenangan diri ketika merasa lelah karena kegagalan.
🌼: Buku ini memberikan self love bagi kita sehingga lebih baik untuk menghargai diri sendiri.
Buku yg sangat direkomendasikan bagi kita yang sudah lelah dan membutuhkan motivasi. Setelah baca buku ini perasaan tenang dan damai akan terasa. Setidaknya menyadarkan diri untuk tidak menyerah begitu saja.
Buku ini menjelaskan kenapa kita sering lelah, respon tubuh dan sebagainya. Jadi ada pendahuluan.
Diakhir buku, ada beberapa tips yang bisa dipakai kalau kita lelah. Menghargai diri kita adalah hal yang penting.
Walau penjelasan latar belakang cukup panjang, namun semakin lengkap diakhir. Ekspetasi saya memang ingin segera pembahasan, tapi dipikir pikir kalau tanpa pendahuluan jadi ada yang kurang. Buku ini bagus buat dibaca berulang kali.
Kelemahan dari buku ini masih banyak kata yang salah ketik. Mungkin tim editorial perlu lebih teliti lagi.
Isi bukunya sangat bagus sebetulnya, hanya saja terdapat beberapa typo yang cukup mengganggu. Kadang ada pengulangan tulisan di sana sini. Gaya tulisannya pun berganti ganti, kadang sangat mudah untuk dimengerti, kadang sungguh bertele-tele.
Namun begitu, buat Anda yang sedang terjebak dalam lubang hitam depresi, dan sedang berjuang untuk menemukan rasa cinta (baik keluar, maupun cinta pada diri anda sendiri), buku ini sangat layak Anda baca.
"Jangan memikirkan masa lalu, karena itu akan membuat hatimu sedih dan menyesal. Jangan melihat dan memikirkan masa yang akan datang, karena itu akan membuat hatimu menjadi khawatir dan cemas"
Penulis mengarahkan untuk selalu fokus pada saat ini, hidup pada saat ini, dan bukan pada imajinasi "seandainya".
Penulis menjabarkan mengapa orang bisa membenci diri sendiri. Lalu menjabarkan cara cara sederhana untuk memperbaikinya.
Terima kasih kepada penulis. Jujur saya terasa dekat dan akrab saat membaca buku ini. Planet Mars yang digunakan sebagai penjelasan juga sangat relate sama saya, yang sebelumnya malah gak saya sadari kalau ini adalah dunia pelarian. Tapi berkat buku ini saya jadi tahu hal tersebut dan akan berusaha mengubah pola kehidupan saya ke depannya agar saya bisa lebih baik lagi.
Saya rasa buku ini akan dibaca berulang kali, ketika saya lelah dan kehilangan arah
This entire review has been hidden because of spoilers.
awalnya nggak punya ekspektasi apa-apa sama buku ini, tapi ketika diselami lebih dalam, wow. buku ini bisa memberi lebih banyak insight yang nyaman melebihi dugaan. aku pernah baca buku self-help yang nadanya cenderung menggurui, tapi buku ini tidak. cukup banyak informasi yang membantu aku mengenali penyebab-penyebab lelah dalam diri, juga reminder untuk lebih mencintai diri. worth to read ketika memang lagi lelah.
Buku ini lebih kepada isu psikologi, terutama yang merasa kurang keyakinan diri, saranan untuk syukuri kebaikan + positif dan menerima keadaan diri. How to first love yourself so that you can love others too..
Aku suka buku ini, ringan dan bermakna. Cara penulis menjelaskan poin-poin penting dalam buku ini sangat mudah dipahami, buku ini saya rekomendasikan untuk orang orang yang ingin belajar memahami dan mencintai diri sendiri.
Lumayan memotivasi untuk cinta diri sendiri. Satu hal yang perlu digaris bawahi kalo istirahat sejenak itu sangat tidak apa2 di saat tubuh memang membutuhkannya. Toh, kita bisa memulainya dan melanjutkan lagi perjuangan hidup yg tidak ada hentinya ini.
Terima kasih untuk buku ini saya menjadi lebih mencintai diri sendiri dan mulai mudah untuk memaafkan kesalahan maupun kejadian yang kurang menyenangkan di segala rangkaian yang terjadi dalam hidup.
Benar sekali judulnya, saya membacanya ketika sedang lelah. Depresi ringan saya lebih terbantu.
Totally worth to read. Benar-benar menenangkan membacanya. Memang terdapat kekurangan dalam pengeditan teksnya seperti pengulangan paragraf dan typo. Tetapi isinya sangat bagus!!