Rasa sakit itu seperti hantu. Semu. Tidak nyata. Tapi ada.
“Datanglah, Carmine. Jemput anak-anakmu.” Anak-anaknya dalam bahaya. Dia harus bergegas, sebelum wanita itu “menidurkan” mereka. “Aku akan menolongmu, Carmine. Aku akan memperbaikimu.”
Baca ini rasanya campur aduk, setting cerita dan suasana yang kelam terasa pas dengan situasi dalam cerita. Detail bagaimana depresinya seorang Carmine dan dampak dari kekerasan yang dialami Mirah serta obesesinya terhadap kancing pun dijelaskan dengan sangat rinci yang kadang membuat ngeri sendiri. Overall aku sih suka ya dengan cerita di novel ini, karena ada sisi positif yang bisa aku ambil sebagai pembelajaran yang berharga. Bahwa kita tidak bisa menuntut seseorang menjadi sempurna apalagi jika itu anak atau orang yang akan menemani kita sepanjang hidup. Bahwa pola asuh anak juga memiliki peran penting untuk perkembangan kepribadian mereka.
Ini adalah buku pertama yang saya baca di tahun 2019. Saya sarankan membaca ini pagi-pagi. Karena kalau malam hari kemungkinan susah tidur. Ini adalah novel thriller menarik yang ceritanya sangat dekat dengan sehari-hari. Sebuah domestic thriller, sebuah gambaran kekerasan dalam rumah tangga yang tidak terlihat namun rasa sakitnya ada. Kekerasan tidak hanya terjadi karena ada aktivitas semata, namun kondisi yang membuat tertekan tentu bisa dikategorikan sebagai kekerasan. Sesuai dengan makalah women victimization, verbal assault juga bisa salah satu pemicu women victimization. Lupakan strangers, acquitance, atau friends, karena pelakunya adalah relative, atau orang yang mempunya ikatan dengan korban. Tertindasnya seseorang, khususnya perempuan akan melahirkan berbagai persoalan baru. Seperti yang dikisahkan penulis, selalu ada roh naga di dalam diri manusia. Apabila roh itu bangun banyak hal yang bisa terjadi. Hal itulah yang tergambar dari cerita Carmine dan Mirah. Aku adalah kamu, dan kamu adalah aku.
Diceritakan dari tiga sudut pandang. Ada Carmine, mantan bintang iklan yang bersinar saat masih muda, namun berbeda ketika menikah dan harus meninggalkan kehidupannya. Menjadi ibu dengan anak empat tentu membuat dirinya tertekan karena harus mengurusnya sendiri, sementara ada tuntutan dari ibu mertua dan suami harus menjadi ibu rumah tangga yang tangguh. Sementara itu, dari sudut Mirah, instruktur Yoga dan penjual tas online yang dulu selalu mendapat kekerasan dari ibunya dan kakeknya yang bersifat terlalu keras sehingga menjadikan pribadinya berubah. Keduanya berada dalam masalah yang sama.
Saya merasa seperti 'nano-nano' membaca ceritanya. Suasana kelam ketikan membaca kisah Carmine. Sedangkan pada Mirah, saya merasakan suspense yang merayap secara pelan-pelan dan akhirnya berbunyi keras.
Plotnya diceritakan maju mundur. Dimulai dari penemuan Carmine yang tergeletak pingsan dengan bekas luka di kepala di salah satu rumah di kompleksnya. Seorang polisi botak berbadan kekar bernama Bilah mencari jawaban atas peristiwa itu. Sudut pandang dari sang polisi membuat ceritanya memiliki aura misteri yang cukup penasaran. Triple combo. Dan ending di bab terakhir membuat kepala saya seperti diputar. Walaupun ada beberapa pertanyaan yang masih belum bisa saya jawab di beberapa bagian. Saya mungkin harus membolak-balik kembali halaman untuk menemukan 'potongan' yang hilang dari hati saya.
Next akan dibahas lengkap di blog khusus fiksi kriminal dan detektif.
Baru maraton menghabiskan novel ini malam ini. Benar-benar mencekam dan efeknya masih terasa setelah membacanya. Bikin berdoa kenceng-kenceng biar nggak ketemu laki-laki kayak Ruddy dan ibu mertua kayak ibunya Ruddy. Apakah seri urban thriller-nya Noura Books ini punya misi untuk menyadarkan para gadis agar berhati-hati memilih suami dan juga mertua? Hahahah...
Peran Bilah sebagai detektif dan Ratna, kekasihnya, yang pengacara, sedikit-banyak mengingatkanku pada Kiri Lamari dan Kenes dari Misteri Patung Garam, hanya saja peran mereka di sini tak terlalu dominan karena cerita lebih berpusat pada drama kehidupan yang menyakitkan milik Carmine dan Mirah. Entah apakah Bilah dan Ratna ini akan muncul lagi di novelnya Mbak Ruwi yang lain, ya? Aku sendiri sedang menunggu petualangan baru Kiri Lamari, Kenes, dan Ireng yang gosipnya sedang diracik Mbak Ruwi. Uuuu...
Aku sendiri nggak nyangka bakal berjodoh dengan novel ini. Sudah tahu keberadaannya sejak aku belum memutuskan untuk mempelajari genre thriller dan... yah aku pikir ga bakal nyentuh buku ini karena takut ama kovernya (bwahahahah, biasa deh). Karena buku yang kucari nggak kutemukan di toko buku, akhirnya aku menyambar Carmine lengkap dengan Ve. And yeah this book worths to read. Semoga kubisa berjodoh lagi dengan karya-karya Mbak Ruwi yang lain. Ciao.
Kita sering berpikir bahwa rumah adalah suaka, tempat paling aman untuk pulang dan mengistirahatkan segenap beban. Padahal, rumah juga bisa menjadi neraka yang menyiksa penghuninya. Fakta banyaknya kasus KDRT menjadi bukti bahwa faktanya rumah memang tidak selalu aman bagi penghuninya. Kekerasan juga tidak melulu berupa fisik, melainkan dapat berupa tekanan mental dari pasangan atau bahkan keluarga. Pada akhirnya, sebuah rumah memang ditentukan oleh orang-orang yang menghuninya.
Ruwi Meita, you buat cerita macam ini mmg superb. Buku ini agak niche dan hanya audience tertentu dapat tangkap hidden message disebalik jalan cerita Carmine dan Mirah. Mereka ada persamaan namun berbeza solusi untuk menghadapi konflik tersebut. Terdapat tiga pov karakter, ditambah dengan past & present timeline.
Bila I cakap 'too niche', buku ni lebih kepada psychological thriller. I tak expect jalan cerita agak slow, so for those yg suka buku fast-paced, you kena hadap sikit lah. Carmine ni dulu model iklan masa dia muda. Sejak berkahwin, kehidupan Carmine berubah 360°. Macam biasa, husband bodoh rasa insecure dgn kejayaan isteri, mertua pula asyik berleter dengan 'aku mahu cucu ramai, kau elok sikit jaga laki'. Haaa pakej sakit hati juga. Daripada kurus, Carmine naik berat badan sebab stress, tekanan jaga anak-anak. Datangnya Mirah buat hidup dia sedikit ceria sebab Mirah ni sentiasa faham dan validate apa yang dia tengah hadapi. Mirah ni pun misteri dan ada sisi gelap juga.
I tertarik dgn backstory Mirah. Kehidupan peribadinya tidak diimbas secara details namun konflik hubungan keluarga, perkahwinan dan deskripsi personaliti Mirah sedikit sebanyak I faham on why Mirah behave macam tu. Senang cerita, dia agak psycho. Psycho yang bersebab. Tak kasihan macam tak proper sebab dia ada sejarah hitam tersendiri yg membuatkan I kasihan dengan dia. You boleh tahu nnti bila baca.
Ada watak Inspektor Bilah yang sepatutnya akan pencen tetapi terpaksa handle kes serangan Carmine. Karakter ini wujud masa present timeline. Kurang memberi impak karakter Bilah ni sebab umpama 'come and go' je dalam cerita ni. Kawan karib Carmine, Ratna itu bagi I the only character yang WAJIB ada. Dalam dunia ni, nak dapat kawan macam Ratna mmg susah. Nasib baik dia ada waktu susah senang Carmine.
Overall, I rasa it was an okay read for me. Ada satu je scene thriller yg buat I 'what the hell?' ehe. SUMPAH NGERI sikit lah. Itu pun part hujung-hujung so no worries, just enjoy je. The ending pula, wow! I tak expect and I puas hati *laugh*
Suka temanya sebab urban thriller dan jenayah dalam plot berlatar persahabatan, keluarga, identiti diri dan masalah psikologi. Bab awalnya bawa aku ke insiden pada malam selepas sebuah pesta bila Carmine, seorang bekas model iklan terkenal ditemukan pengsan di sebuah rumah berhampiran yang dihuni oleh seorang wanita yang hilang pada malam tersebut. Insiden ini telah membawa Inspektor Bilah untuk menyiasat punca dan konflik yang melanda keluarga Carmine setelah 4 orang anak Carmine turut ditemukan hilang pada malam yang sama.
Agak rumit awalnya nak faham alur plot sebab penceritaannya bermain dengan beberapa garis masa dalam 3 perspektif utama jadi ambil masa nak hadam kronologi pada jalan cerita. Naratif Carmine agak bermain emosi sebab berkait hal depresi dan kekeluargaan. Kasihan tengok Carmine terhimpit dengan beban dan kehendak ibu mertua juga sikap suaminya, Ruddy yang selalu membezakan Carmine dengan ibunya dan sering lepas tangan dalam tugas menjaga anak-anak. Naratif anak-anak Carmine banyak berlegar dalam cerita; ada impak untuk dinamik watak Carmine tapi kadang serabut nak hadap perangai masing-masing.
Suka watak Ratna walau kadang dia keras kepala tapi gemar interaksi dia dengan Carmine terutama babak dialog mereka yang selalu ada dark humour bagi aku. Watak Mirah yang misterius dengan konflik identiti dan keluarga yang agak berat sebab berkait hal penderaan dan keganasan domestik. Hal persahabatannya dengan Carmine sangat meleret dan lama jugak nak tunggu plot sampai ke kisah sebenar Mirah dan hubungkait dia dalam insiden di malam pesta. Ada intens dan twist di hujung cerita, jenayah tak dijangka yang sedikit disturbing bagi aku.
Walaupun tak gemar sangat dengan gaya penceritaannya, CARMINE masih sebuah naskhah menarik kalau gemar naratif saspens dan drama keluarga terutama yang berkait hal perhubungan dan kesihatan mental.
Yang saya sukai dari setiap Urban Thriller adalah isu kekinian yang dibahas dengan cara yang menarik dan tidak terduga khas cerita-cerita thriller. Seperti dalam novel ini. Isu yang diangkat adalah seorang perempuan yang dituntut untuk menjadi sempurna sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai pengurus rumah tangga. Pokoknya harus serba bisa segala hal. Sampai-sampai sang perempuan menjadi lupa akan dirinya sendiri hingga tak ada lagi waktu khusus untuknya.
Bingung, bosen, lama banget baca awal awalnya. Sebenernya mayan seru juga begitu udh lewat dua pertiga buku. Tapi ya gitu deh, suweee tenan caahh. Sing sabar ae
Carmine Dunne dulunya seorang artis, iklan Keju Karmin yang dia bintangi sangat melegenda. Parasnya yang cantik dan tubuhnya yang molek menjadi impian kebanyakan gadis remaja, dia menjadi idola. Kini, di usianya yang beranjak 34 tahun dia hanya menjadi ibu rumah tangga dengan empat orang anak. Sejak menikah dia mengundurkan diri dari dunia hiburan, tidak ada lagi waktu untuk dirinya sendiri, kesibukan mengurus rumah yang seharusnya memiliki pembantu minimal dua, ditambah anak-anak yang sangat aktif membuatnya abai dengan dirinya sendiri. Sekarang penampilannya jauh dari kata sempurna.
Bilah sangat menyukai perburuan, menangkap penjahat. Subuh itu dia baru kembali dari meringkus seorang pembunuh, dia hendak istirahat sejenak, tapi sebuah telepon menggagalkan rencananya. Polisi berpangkat ajun inspektur polisi satu tersebut diminta untuk mendatangi perumahan elite Grand Red Stone. Dini hari setelah tahun baru tidak lama berselang, Carmine Dunne ditemukan tak sadar diri di dalam rumah, kepalanya dipukul botol kosong. Perburuan baru pun dimulai. "Kau tidak membutuhkan alasan besar dan sempurna untuk membunuh orang, kau hanya butuh satu kesempatan." Saat kancing bajumu hilang, kau memiliki dua pilihan: menjahit kancing baju yang baru atau tidak lagi memakai baju itu. Kau bisa saja tetap memakai baju itu dengan mengabaikan kancingnya yang hilang, tapi itu bukan pilihan. Itu pengabaian sebab kau membiarkan dirimu ikut hilang. Sekaligus. Dia kancing yang terlepas. Aku bisa memperbaikinya. Hanya butuh jarum dan benang yang sesuai dan dia akan terlihat lebih baik. Lebih sempurna. Carmine adalah series Red pertama yang saya baca, Noura Publishing melabeli series ini dengan urban thriller. Kalau melihat dari tema cerita dan tokoh utama seorang perempuan, series ini bisa juga masuk ke dalam domestic noir, genre yang terbilang baru terlebih untuk buku dalam negeri, belum banyak yang mengambil thriller semacam itu. "Domestic Noir sendiri sebenarnya adalah subgenre dari Crime Fiction. Beberapa orang menyebutnya sebagai psychological thriller. Tokoh utama dalam genre ini didominasi perempuan, lebih banyak menceritakan isu-isu dalam pernikahan, isu feminis, dan bagaimana semua hal itu bisa menciptakan kejahatan hubungan antara laki-laki dan perempuan baik dalam pernikahan maupun hubungan lainnya. Keluarga bukan hanya bisa menjadi komunitas kecil yang menciptakan kenyamanan dan cinta kasih, tetapi juga bisa berubah menjadi tempat pertama yang ingin sekali dijauhi karena kamu merasa seolah tengah mencicipi neraka." Sejak halaman pertama, Carmine sukses membangun rasa penasaran pembaca. Menggunakan alur maju mundur dengan pergantian sudut pandang tiap bab, antara Bilah-Carmine-Mirah penulis menyusun puzzle dengan sangat hati-hati. Teknik ini membuat pembaca menjadi penasaran, karena ketika mendapati sesuatu mulai terkuak, fokus akan berganti ke yang lain terlebih dahulu. Begitu seterusnya sampai puzzle tersusun sempurna di akhir.
Berbekal pernah membaca genre thriller dan horor yang ditulis Ruwi Meita, saya yakin ranah ini juga tidak akan sulit dia kuasai, dia selalu berhasil menciptakan ketegangan. Dan benar saja, ketika memasuki bab-bab terakhir, ada plot twist yang tidak pernah saya kira!
Selain kejutan tak terkira tersebut, yang saya suka dari buku ini adalah penulis tak ketinggalan menjelaskan latar belakang kejadian, atau bisa juga disebut latar belakang psikologi yang membuat para tokohnya menjadi sekarang ini. Rudy terobsesi istrinya menjadi seperti ibunya, memiliki banyak anak tapi juga tangguh dalam rumah tangga, sebagai single parent, Rudy menganggap seorang istri harusnya seperti ibunya. Dia role model dan wajib diikuti oleh istrinya kelak. Jadilah Carmine yang harus undur diri dari dunia glamor, menjadi ibu rumah tangga dengan empat anak. Tekanan psikologis ini lama-kelamaan mengendap, kesibukan tersebut membuatnya kehilangan jati diri.
Sedangkan Mirah melihat Carmine sebagai cerminannya dulu. Dia ingin membuat Carmine sempurna lagi. Berbagai cara dia lakukan untuk mendekati Carmine, dan ketika mereka benar-benar berhubungan, mereka memang saling membutuhkan. Bahkan, hubungan tersebut membuat Ratna, satu-satunya sahabat Carmine sedikit cemburu, dia merasa tersisihkan dan tidak dibutuhkan lagi. Saya juga suka ketika penulis menggambarkan latar belakang Mirah. Ini penting sekali karena dari sana kita bisa melihat motif 'sebab-akibat' dari sebuah kejadian.
Sedikit kekurangan, porsi Bilah tidak sebanyak yang saya harapkan, bahkan di awal dia memiliki porsi sendiri tapi belakangan porsinya hilang dan tidak ada judul layaknya Carmine dan Mirah. Perannya digantikan oleh sudut pandang orang ketiga. Padahal saya cukup menyukai karakternya, pun hubungannya dengan Ratna, sayang sekali perannya tidak begitu ditonjolkan.
Secara keseluruhan, saya menikmati membaca Carmine. Membaca genre domestic noir selalu membuat saya menepiskan bahkan kehidupan rumah tangga tak melulu seperti dongeng Disney. Ada banyak permasalahan yang bisa menjadi sangat krusial, sangat emosional bahkan tidak jarang membuat depresi. Satu pelajaran penting ketika membaca buku ini, jangan pernah menyamakan seseorang dengan orang lain yang lebih sempurna. Tiap orang punya kadar sempurna masing-masing.
ceritanya agak dragging. seru sih di 30 halaman terakhir. tapi 300 halaman di awal sampai menjelang akhir bingung sama POV sama timeline yang bolak balik gantian.
Berawal dari datangnya orang yang tidak kita kenal. Lalu tiba2 mempercayai dia. Dan dia lah dalang dari semua kekacauan.
Aku suka banget dengan detail latar dan karakter Carmine yang polos. Walau memiliko 4 malaikat kecil, dia yg dlunya adalah seorang idola skrg menjadi Irt dengan sesekali dibanty oleh sahabatnya.
Penggambaran gaya bahasanga enak. Dan mudah di mengerti.
Penulis telah melakukan penulisan yang baru untuk karya ini. Tidak seperti karya pertama yang aku baca dulu. Tetapi gaya penulisan nya, aku suka. Banyak quota yang bertepatan dengan diri aku. Kagum sekejap. Matang betul kata-kata yang diberikan.
Sedikit bermain emosi yang dark seperti depression membuatkan aku lelah membaca nya untuk membaca untuk beberapa bab untuk karya ini dan ternyata aku tak ada mood membaca nya.
Permulaan bacaan, adakah ini jalan cerita yang mencari pembunuh atau jalan cerita ke arah drama ke ini? Penceritaan yang menarik yang perlukan focus yang tinggi sebab ada banyak POV yang dilakukan oleh penulis.
Tapi bagi aku, jalan cerita yang biasa-biasa, tetapi penceritaan yang menarik. Ada drama nya, ada warna nya dan emosi nya, dan hanya WOA di akhir bab sahaja. Plot twist yang tak dijangka kan.
Aku suka akan ayat-ayat cinta ini
“Dahulu aku sempat mengira dia mempunyai naluri songsang, tapi dugaanku salah. Dia hanya seseorang yang menyukai kesepian.”
Akhirnya jadi juga baca novel ini. Sempat ikut Giveaway sana sini, tap ngga ada yang nyangkut. Ngga hoki saya kalo ikut Giveaway hahaha… Karena saking pinginnya baca buku ini, saya letakkan buku ini sebagai wishlist di Google Play Book. Siapa tau nanti akan ada masanya saya mendapat hoki berupa potongan harga alias diskon atau tambahan kredit atau apalah untuk membeli buku ini. Daaann… keinginan saya teruwujud minggu lalu, ketika iseng saya membuka play book, dan menemukan tawaran kredit 25k untuk pembelian buku diatas 25k. novel seharga 45k ini akhirnya terbeli dengan membayar 20k saja, berkat kredit dari Google Play Book. Aaaahh… terima kasih, mas Google.
Naga…. Butang Baju… byk kiasan dan ayat2 yg membuatkan kita berfikir dan terhenti pembacaannya sbb nak menghadam apa yg penulis nak sampaikan… Carmine… Mirah… Ruddy…. Ratna… Bilah… ABCDZ (Anak2 Carmine n Ruddy)…
I must say how the author twist everything and make us wondering… and mcm mna ending dia rupa2nya mcm itu… I love it and somehow Indonesian author always knows how to hit us in a different way… overall best.
Oh God … this book makes me wanna throw a chair at a man. My blood was boiling.
1. I feel like I need to cure by pedajalkan another woman’s son. I WAS SO MAD. 2. It was traumatising and suddenly it crushed my hormonal dreams to get married (not today hormone) 😔 3. If I was in Carmine’s situation, I would gone MAD (maybe this is why I’m not married yet. To save my future husband life 😇) I would kill that piece of shit and torture those devils (child). I refuse to hadap children and manchild with those attitude after mengorbankan my uterus. My kind of hell is waiting for them. Carmine should just beat all of them 😭 4. Psycho-mystery-thriller genre. It was a slow paced story. I thought it was predictable but … I was … wrong 😭 It was ngeri sampai naik bulu roma I. The children do need punishment but just … not like that (I guess) 5. Mother in law was a freaking bitch raising an asshole. Not a surprised why the husband left them. The son was a grown ass boy who is hungry for validation-insecure and have a fetish towards his own mother. He despise his own father but eventually turn into him. Should’ve kill him when he was still in the womb. Tbh, I was waiting for him to be kill. But ☹️ 6. You may hate me for this but I’m glad that person die. Hiduplah the parents with sesalan. 7. I really thought the inspector character akan ada a big impact dalam buku but nah, I guess without him pun should be just fine.
Postpartum depression, dignity, toxic relationships, personality disorders, mother's love, toxic parenting style, and a cycle. Those things came up in my head when I read this book.
You will be invited to see Carmine's life, who is indirectly imprisoned in a luxurious house given by her husband (who never respects her as his wife). Carmine's husband only sees Carmine as a child-generating machine.
A useless husband who never gives attention to his wife (a loving mother with four children) and always compares her to his mom.
You will see how Carmine feels so depressed taking care of four children (with a two-year age gap), and, of course, she has to do a housewife job as well. The irony was that her husband was capable of hiring 2 or maybe 3 housemaids.
On the other hand, you will see Mirah, a widow who has an obsession with buttons (she owns a small business named "button bag").
You will see how Mirah and Carmine get to know each other and end up in a tragedy.
Sedikit kecewa dengan tulisan Ruwi Meita kali ini. Aku tidak mendapatkan efek tegang yang biasanya selalu aku dapatkan di tulisan-tulisan Ruwi Meita sebelumnya... Sedikit kecewa tapi tetap kubaca sampai selesai. Ceritanya tetap bikin penasaran meski ini yang paling 'meh' jika dibandingkan dengan buku-buku yang lain.
"Untuk menikmati kehidupan, kau harus berada di satu sisi untuk memahami sisi yang bertentangan. Kau harus memahami kematian untuk mendamba kehidupan."
Carmine, sebuah novel bergenre misteri/seriau, mengisahkan kehidupan Carmine yang terpaksa melupakan kerjayanya sebagai artis setelah mendirikan rumahtangga. Hidupnya mula berubah dengan kemunculan Mirah yang sedikit sebanyak membantu meringankan bebannya menjadi ibu kepada empat orang anak. Namun, Mirah mempunyai agenda tersendiri dan Carmine tidak menyedarinya walaupun telah diberi amaran oleh sahabat sendiri.
Novel ini bertemakan kekejaman domestik di mana penulis memfokuskan pada dua sudut pandang yang masing-masing mempunyai kesengsaraan tersendiri iaitu Carmine dan Mirah. Manakala sudut pandang Inspektor Bilah hanyalah sebagai penghubung plot antara mereka berdua sahaja. Oleh sebab itu, pembaca sendiri yang akan merangka jawapan melalui klu-klu diselitkan sepanjang penceritaan yang menumpukan pada konflik menyebalkan hati sekitar hubungan kekeluargaan, persahabatan dan trauma yang tidak dirawat. Perincian elemen ngeri dalam novel ini juga menambahkan lagi debaran serta membuatkan pembaca kurang selesa. Menuju klimaks, setiap plot yang bergerak berjaya diikat kemas serta ditambah pula dengan pembongkaran yang memberikan perspektif baharu pada keseluruhan jalan cerita. Kelemahan ketara pada novel ini boleh dikatakan tiada, namun sesetengah pembaca akan merasakan kronologi plot dalam novel ini agak menganggu aliran cerita. Antara tema lain dalam novel ini ialah kepentingan kesihatan mental dan kasih sayang tanpa syarat.
Secara keseluruhannya, novel ini berjaya menggambarkan bagaimana penindasan dalam institusi keluarga mampu meninggalkan trauma yang mendalam terhadap mangsa. Kisah Carmine dan Mirah merupakan realiti yang dihadapi masyarakat terutamanya golongan wanita. Novel ini sedikit sebanyak mampu membuka mata masyarakat akan bahana gejala yang kian membarah ini.
"Segala hal yang bersifat overdosis hanya akan membawa kerugian. Begitu pula kebahagiaan yang overdosis." Hal 240 - Carmine Ruwi Meita Penerbit Noura Books Cetakan ke-1, Desember 2018 Tebal 300 Halaman - Kali pertama baca karya penulis satu ini dan cukup suka dengan gaya berceritanya. Mengusung tema dan isu cerita kuat tentang pernikahan, perempuan dan sisi psikologis seseorang yang terpaksa menghadapi banyak tuntutan dari berbagai pihak. - Carmine yang dulunya merupakan artis populer. Memilih berhenti dari dunia yang membesarkan dirinya dan menikah dengan pria yang dicintainya hingga memiliki empat orang anak. Pernikahan serta semua pengaruh dari sang suami serta ibu mertua, membuat geraknya terbatas. Memiliki teman tak membuat Carmine bebas. Bahkan semakin mengikatnya. Belum lagi kehadiran teman lainnya yang ternyata memiliki kemiripan dengannya. Bisa memberikan kenyamanan bagi Carmine. Sama-sama perempuan yang geraknya terbatas setelah menikah. Banyak hal ganjil terjadi, dan Carmine seolah ditutup matanya. Dengan timeline cerita antara 2018-2016. Penulis membawa pembaca menelaah apa yang terjadi pada Carmine, Bilah, Ratna dan Mirah. Semua misteri yang tengah mengintai kehidupan sang mantan artis. Jadi ikutan capek dan merasa terkungkung dengan semua emosi yang muncul pada Carmine. Mengurus rumah dan anak-anak sendiri dengan sifat dan sikap ana yang berbeda, belum lagi mertua Carmine yang suka kesempurnaan. Padahal sejatinya semua manusia itu kan nggak sama. Nggak ada yang sempurna. Pada awalnya aku cukup kesulitan saat pergantian waktu yang maju mundur dan sudut pandang para tokoh di sana. Aku baru bisa menyesuaikan ketika masuk di pertengahan cerita. Semua misterinya terungkap pelan-pelan. Dan bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi pada si antagonis. Penyelesaiannya oke serta ada banyak pesan positif yang bisa diambil dari kisah Carmine tentang kepercayaan, komunikasi, persahabatan dan perlindungan pada anak.
Personal rate 3,6/5
This entire review has been hidden because of spoilers.
Carmine merupakan novel ke-3 Mba Ruwi Meita yang kubaca, setelah sebelumnya aku jatuh cinta dengan Rumah Lebah dan Belenggu Ilse 😍
Novel Carmine ini seperti 2 novel sebelumnya yang kubaca, memiliki alur dan gaya bercerita yang menarik dan bikin penasaran.
Diceritakan dari 3 sudut pandang secara bergantian, yaitu Carmine, Mirah dan Bilah (sang polisi) membuatku diajak menyelami kisah ini. Tokoh-tokohnya tidak terlalu banyak tapi memiliki peran yang penting untuk perkembangan dan eksekusi cerita .
Aku suka dengan pemilihan alur campurannya, baik maju maupun mundur, membuatku jadi harus mengumpulkan keping demi keping puzzle kisah Carmine sesungguhnya.
Baca novel ini itu benar-benar dibuat simpati dengan hidup Carmine. Bagaimana dulunya dia memiliki hidup yang sempurna malah setelah menikah bukannya alih-alih bahagia, dia malah berada di kondisi terendah. Bahkan untuk menikmati hidup saja dia tidak bisa, padahal hartanya berlimpah, tapi urusan domestik pun harus diurus sendiri 😭
Benar-benar dibuat jengkel sama Ruddy, suami dan mertuanya, siapa bilang KDRT itu bisa hanya secara fisik saja, tetapi banyak juga sekarang KDRT malah menyerang psikis dan mental 😢
Walaupun secara garis besar aku bisa menebak kejadiannya, tapi plot twistnya cukup mengejutkan, aku gak menyangka endingnya seperti itu. .
KEREN BANGET, sekali lagi Mba Ruwi berhasil mengeksekusi kisahnya dengan menarik. .
Aku rekomendasikan novel Carmine ini buat kamu pecinta kisah thriller dijamin bakal jatuh cinta sepertiku
Menurutku, Mbak Ruwi Meita adalah Paula Hawkins-nya Indonesia.
Novel ini dari awal sudah terasa aura mencekamnya. Meskipun belum tiba pada gongnya, aku sudah merasakan kekelaman yang ditimbulkan berkat narasi dan diksi yang ditulis.
Ide ceritanya sangat menarik dan sesuai dengan keilmuan psikologi, bahwa munculnya personality disorder, salah satu faktor pemicunya adalah pola asuh orang tua. Tokoh antagonis di sini adalah Mirah, yang akhirnya bertindak di luar nalar karena mentalnya terganggu.
Agak bingung dengan peran Dokter Galang. Hm, masa iya pasien RSJ yang belum sembuh total, bisa dibiarkan hidup bebas begitu saja? :/ Atau mungkin aku yang tidak teliti membacanya karena bagian kemunculan Dokter Galang terasa tidak ada korelasinya dengan inti cerita. Dalam membaca thriller, detail terkecil memang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Pesan moralnya bagus banget. Kita selalu diingatkan untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, tapi hampir tidak pernah diingatkan untuk selektif memilih calon mertua. Keduanya sepaket. Karena yang membentuk karakter pasangan, sebagian besar karena pola asuh orang tuanya kan. Aku yakin di luar sana banyak yang tersiksa menjalani tugas domestik dengan banyak anak tanpa dibantu asisten. Kalian perempuan hebat. Carilah bantuan/pertolongan kalau sudah berada di titik tak sanggup.
Semoga kita dijauhkan dari suami seperti Ruddy dan mertua seperti ibunya. Hiiiiii.
In one seating, buku ni memang best sebab penulis pandai gunakan ayat yang boleh buat pembaca rasa debar dan nak tahu lebih lanjut what's gonna happen next. Tapi, disebabkan it took me days untuk habiskan buku ni, I feel like every chapter is a drag from what asalnya this book's blurb focusing on.
From the way penulis tulis, it is as if nak throwback cerita lama yang in the present time, the character tak sedar about the small details... tapi ending buku ni, penulis buat watak carmine tu ada something wrong yang sebenarnya ramai tak perasan.
I know ending ni tak bawa apa2 pun. Like, if you asked me ending cerita ni apa, I can't give jawapan tepat macam "ending best, ending happy, ending sedih" cause honestly I think penulis sengaja nak biarkan ending suspense.
Maybe it's me yang tak reti baca buku ni. I also struggled a lot nak habiskan buku ni sebab ingatkan FIXI dah melayu kan semua tapi still in indonesian so bahasa yang digunakan agak baku for me as a malay and sounds a bit awkward la.
Akhirnya taun ini ada novel yang bisa aku kasih 5 bintang juga:( Jujur dari ketiga novel Ruwi Meita yang aku baca sebelumnya, aku paling suka sama yang ini sig. Sisi thriller-psikologinya bener-bener kerasa banget. Novel ini juga mengangkat isu tentang women victimization, verbal assault, abusive relationship, dan child abuse. Karakter yang paling mencuri perhatian sih Mirah dan Carmine. Bener2 gila deh. Uniknya, novel ini menjadikan kancing sebagai suatu obsesi dan suatu yang berarti bagi Mirah.
Plotnya diceritakan maju mundur. Novelnya sangat page-turner. Bacanya bener2 buat ketagihan. Novel ini juga mengambil dari tiga sudut pandang berbeda yang membuat pengalaman membaca jadi berbeda-beda. Saat membaca bagian Carmine, timbul suasana kelam. Saat membaca bagian Mirah, timbul suasana tegang, misterius, dan penasaran. Saat membaca bagian Bilah (Sang Polisi), dibuat ikut menebak-nebak.
Ini buku ketiga dari beliau yang aku baca. Meskipun tidak sesuka seperti buku2 sebelumnya, novel ini lumayan page turner. Alurnya dibuat maju mundur, serta setiap sub-babnya diambil dari masing-masing tokoh sehingga perlu penyesuaian di awal.
Sebenarnya aku suka dengan tema yang menjadikan 'kancing' sebagai obsesi tersendiri bagi Mirah. Tapi mulanya aku malah terlena dengan keriwehan yang ditimbulkan A, B, C, D dalam sehari-hari. hehe.
Banyak banget isu2 yang masuk dalam novel ini. Perselingkuhan, toxic relationship, abusive, dan banyak lagi. Overall aku suka dengan pengembangan karakter si Carmine ini. Tapi menurutku untuk yang lain, terlebih dari plot kurang menarik (mungkin karena aku udah lama gak baca genre seperti ini jadi agak kaku:').
The last, ga habis pikir sama karakter Mirah yang ternyata sebegitu gilanya. Apalagi yang di akhir ternyata roh naga Carmine juga sebegitu bahayanya—bahkan mungkin lebih.
Bingung sama endingnya. Jadi si Carmine itu bener-bener berubah jadi kayak Mirah? Ah pusing. Apa karena aku yang nggak fokus ya? -_-
Sebenernya aku menantikan suatu adegan puncak, ya mungkin bisa dibilang adegan puncaknya pas Mirah bunuh diri itu. Tapi terlalu singkat, nggak ngena efek klimaks dan dramatisnya. So, novel ini emang seru, gaya bahasanya juga menarik. Tapi seakan ditulis tergesa-gesa, masih banyak detail yang bisa dikembangin kayaknya.
Btw, aku suka banget sama karya-karya Mbak Ruwi Meita. Awal tau tulisannya dari Storial, tapi nggak nyangka tulisannya udah ada yang dibukukan (bahkan udah banyak dan pernah menang penghargaan). Maklum, aku baru menekuni genre thriller sejak tahun kemarin heh. Intinya aku suka, tapi ya gitu-gitu aja. Kurang greget!
Dari mula sampai penghujung, aku puas berteka teki apa masalah si mirah ni sebenarnya. Misteri. Sangat misteri.
Aku yakin bila ko baca cerita ni korang tak akan menyangka begitu pengakhiranya.
Aku suka cara penulis menulis. Macam mana dia menceritakan seluruh kisah dari sisi Mirah dan Carmine.
Arghhhhhh!!! Tak puas hati!! Ngeri dan sadis memikirkan macam mana dia menjahit kancing kancing tu di seluruh kulit anak anak kecil. Kisah keganasan rumah tangga, kisah rosaknya mental anak anak kerana tindakan orang tuanya. Hurmmm. Kasihan.
Cerita yang sangat bagus, makasih @ruwimeita untuk Carmine...
Cukup lama aku baca ini, bukan karena membosankan, tapi karena memang sedang banyak distraksi. Sejujurnya alur ini sangat menarik, aku lanjutin baca bukan karena penasaran dengan pelakunya tapi penasaran gimana si pelaku ngelakuinnya dan motifnya apa. Soalnya dari awal juga udah menjurus ke si pelakunya ini siapa, latar belakangnya, bahkan diceritain prosesnya jg.
Buku ini pakai 2 sudut pandang. Orang pertama dan orang ketiga, orang pertama pake 3 pov karakter. Harus banget memperhatikan waktu di tiap bab-nya biar tau alur dan ceritanya mau dibawa kemana. Soalnya alurnya pun maju mundur. Sejauh ini aku enjoy sih, cuma gak yg bagus bgt gitu sih. Cukup menyenangkan dan cukup menghibur.
Carmine merupakan karya kedua dari Ruwi Meita yang aku baca selepas Garam. Kalau dalam Garam kita ada Inspektor Kiri Lamari, kali ini kita diperkenalkan dengan watak Inspektor Bilah. Aku sedikit kecewa sebab dia tak terlalu terlibat, agak berbeza sedikit dari kebanyakan cerita bertema penyiasatan yang aku dah baca. Mungkin penulis nak ketengahkan sedikit tema tekanan yang dihadapi Carmine. Segalanya diceritakan semula dari sudut pandang beberapa watak, dan aku kena himpunkan sendiri kepingan teka-teki tu. Agak perlahan dan sedikit lewah pada awalnya, tapi bila dah sampai ke plot butang tu, sungguh seriau! Dan tak lupa juga, sedikit twist dihujung yang buat aku tergamam sedikit.
This entire review has been hidden because of spoilers.