Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kubah

Rate this book
“KUBAH berisi gagasan besar rekonsiliasi pasca peristiwa tragedi 1965 yang ditulis paling awal yakni tahun 1979 dan terbit dua tahun kemudian.”
-Gus Dur

Tidak mudah bagi seorang lelaki mendapatkan kembali tempatnya di masyarakat setelah dua belas tahun tinggal dalam pengasingan di Pulau Buru. Apalagi hati masyarakat memang pernah dilukainya. Karman, lelaki itu, juga telah kehilangan orang-orang yang dulu selalu hadir dalam
jiwanya. Istrinya telah menikah dengan lelaki lain, anaknya ada yang meninggal, dan yang tersisa tidak lagi begitu mengenalnya. Karman memikul dosa sejarah yang amat berat dan dia hampir tak sanggup menanggungnya.

Namun di tengah kehidupan yang hampir tertutup baginya, Karman masih bisa menemukan seberkas sinar kasih sayang. Dia dipercayai oleh Pak Haji, orang terkemuka di desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri berpaling dari Tuhan, untuk membangun kubah masjid di desa itu. Karman merasakan menemukan dirinya kembali, menemukan martabat hidupnya.

* Novel Terbaik 1981 Yayasan Buku Utama Kementerian P & K
* Sudah diterbitkan dalam bahasa Jepang

216 pages, Paperback

First published January 1, 1980

55 people are currently reading
717 people want to read

About the author

Ahmad Tohari

31 books505 followers
Ahmad Tohari is Indonesia well-knowned writer who can picture a typical village scenery very well in his writings. He has been everywhere, writings for magazines. He attended Fellowship International Writers Program at Iowa, United State on 1990 and received Southeast Asian Writers Award on 1995.

His famous works are trilogy of Srintil, a traditional dancer (ronggeng) of Paruk Village: "Ronggeng Dukuh Paruk", "Lintang Kemukus Dini Hari", and "Jantera Bianglala"

On 2007, he releases again "Ronggeng Dukuh Paruk" in Java-Banyumasan language which is claimed to be the first novel using Java-Banyumasan. Toward his effort, he receives Rancage Award 2007. The book is only printed 1,500 editions and sold out directly in the book launch.

Bibliography:
* Kubah (novel, 1980)
* Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982)
* Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985)
* Jantera Bianglala (novel, 1986)
* Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986)
* Senyum Karyamin (short stories, 1989)
* Bekisar Merah (novel, 1993)
* Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995)
* Nyanyian Malam (short stories, 2000)
* Belantik (novel, 2001)
* Orang Orang Proyek (novel, 2002)
* Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004)
* Mata yang Enak Dipandang (short stories, 2013)

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
293 (24%)
4 stars
564 (46%)
3 stars
285 (23%)
2 stars
62 (5%)
1 star
10 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 228 reviews
Profile Image for MAILA.
481 reviews121 followers
December 7, 2017
saya membaca ini setelah selesai membaca 1984. dan ya, entah mengapa, bayangan saya jadi agak campur-aduk gitu karena kebetulan ada sedikit tema yang mirip yaitu tentang ''penangkapan''

***

waktu baca ini, saya benar-benar tidak berharap yang macam2. baca dari sedikit iklan di sampul belakang tak kira isinya bakal yang pedih2 gitu. tapi ternyata tidak. dan malah luv sekali. bener deh, habis baca ini tuh rasanya saya ingin membaca semua buku ahmad tohari yang lain. suka banget

***

menceritakan kisah hidup Karman setelah keluar dari tempat perasingan selama 12 tahun karena ia merupakan anggota partai merah. yang membuat saya sedikit terkecoh (seperti yang tadi saya bilang), tak kira kisahnya bakal lebih banyak bercerita tentang penolakan2 masyarakat setelah kembalinya beliau ke desanya. tapi ternyata tidak. cerita justru malah bergerak mundur ke kisah hidup Karman dari kecil sampai akhirnya ia bisa terjebak menjadi anggota Parta Merah.

waktu baca ini, entah mengapa saya seperti menemukan serpihan dalam novel Orang orang proyek dan lingkar tanah lingkar air.

yang membuat saya selalu dan semakin jatuh cinta dengan karya Ahmad tohari adalah, beliau selalu pintar menyisipkan kisah-kisah cinta yang ''khas'' dan bikin ceritanya manis. Kisah Tini ini menurut saya lucu lho. gejolak masa muda dan ketakutan karena anak dari keluarga yang ''berantakan'' yang jatuh cinta dengan anak dari mantan pacar ayahnya. asli, saya mesem-mesem sendiri juga merasa hangat karena membayangkan seandainya dibuat film atau terjadi di dunia nyata gimana gitu


kisahnya manis, manis banget.
dan yah, nggak usah ngarep dapat pelajaran dari buku ini. ini cuma tentang kisah hidup karman. udah. baca buku ini beneran kayak lagi nunggu bus di terminal trus ada bapak2 cerita dan kita dengerin. begitu buku ini selesai, maka cerita juga selesai. udah. hidup terus berlanjut, kamu gak begitu peduli lagi sama Karman tapi ada ''sesuatu'' yang menghangat di dada karena bahagia mendengar kisah karman.

aduh, suka banget deh. gemas sendiri. mbayangin banget, apa ya yang ada dipikiran pak ahmad tohari pas nulis ini xD

oiya, kisah di balik kenapa judulnya Kubah ini juga waw banget ya. saya terlalu hanyut dalam cerita sampai nggak ngeh kenapa judulnya Kubah, eh baru deh pas akhir2 cerita ada kisah tentang itu yang bikin ngakak dan juga senyum senang karena ceritanya berakhir.

rekumen banget!

bagian kesukaan?
hm

pas bagian deskripsi dan kisah Karman-Marni. gemas

Waktu itu usia perkawinannya dengan Karman baru mencapai bulan yang keempat. Suatu malam, ketika Karman tertidur nyenyak di sampingnya, Marni masih terjaga dan gelisah. Marni sangat menginginkan sesuatu tetapi setiap kali menoleh ke samping, suaminya tidur nyenyak. Karman memang lelah dan lemas sehingga tidurnya sangat pulas. Marni menangis karena merasa tak dipedulikan. Menangis karena keinginannya akan sesuatu hampir tak tertahankan. Maka, dengan melawan perasaannya, Marni memberanikan diri membangunkan Karman. Ke telinga suaminya itu Marni berbisik pelan, pelan sekali karena kamar mereka bersebelahan dengan kamar mertua.

"Mas..Mas Karman...!''
Karman menggeliat dan kemudian membuka mata.
''Ya...?''
''Mas..''
''Ya? Mengapa kamu menangis?''
Marni diam. Ia membalikkan tubuh, tetapi kemudian berputar kembali. Karman bingung. Macam-macam dugaan memenuhi kepalanya.
''Kamu sakit? Perutmu sakit?
Marni menggeleng
''Aku ingin, Mas, aku ingin...''
Karman menatap Marni. Samar, karena matanya baru terbuka. Karman melihat wajah istrinya, ya wajah istrinya itu menuntut sesuatu. "Ah, iya'' pikir Karman, ''Jangan khawatir, aku lelaki tulen'' Karman merasa ada tagihan terhadap kelelakiannya. Maka suami muda itupun bersiap. tetapi kemdian tertegun karena Marni tiba-tiba mengambil sikap tengkurap sambil memeluk bantal erat-erat. Tangisnya makin menjadi-jadi

''Mas, aku kepingin kedondong. Itu, pohon kedondong di belakang rumah sedang berbuah. Ambilkan sekarang, mas, sekarang!''

(pause)

saya ngakak ra karuan tapi juga malu. mbayangin Ahmad tohari pas nulis bagian ini gimana karena deskripsinya begitu cerdas dan saya bisa menghayati dengan baik sampai ke perasaan Marni saat gak tega bangunin suaminya.
asli lah, juaraaaaaaaa


kutipan yang benar2 kesukaan mungkin yang ini

''Kang, bila kamu sedang menjalankan rakit seperti ini, bersama siapa istrimu di rumah? apakah dia sendiri?''
''ah tentu tidak pak, bila istriku tinggal sendiri di rumah, mana mungkin saya bisa pergi berhari-hari dengan tenang''
''tetapi ku dengar kamu tak punya anak bukan?''
''benar''
''lalu?''
''di rumah, istriku selalu tinggal berdua.''
''sama?''
''sama tuhan'' jawab Kasta sambil tersenyum. ''kutitipkan dia pada tuhan sehingga saya bisa pergi cari makan dengan perasaan enak''
Karman diam dan menelan ludah. hatinya merasa tersodok.

(begitu pun dengan saya sebagai pembaca)

KESUKAAN!
Profile Image for ki.
82 reviews6 followers
Read
July 26, 2025
Buku tentang perjalanan hidup seseorang yang berdamai dengan masa lalu dan mencari makna hidupnya. Buku tentang penyesalan, perenungan, dan keinginan untuk memperbaiki diri. Tentang bagaimana seseorang bisa tersesat, tapi tetap ada harapan buat kembali. Tentang pentingnya memaafkan. Tentang betapa mudahnya seseorang terpengaruh di kondisi yang rapuh.

Dengan latar waktu pra dan pasca G30S/PKI, buku ini juga merupakan fiksi sejarah yang menggambarkan kondisi sosial pada masa itu.
Profile Image for Hestia Istiviani.
1,035 reviews1,962 followers
July 15, 2015
Kalau memperhatikan urutan tulisan di blog buku ini, pasti sadar mengapa aku memutuskan membaca Ahmad Tohari setelah membaca buku Ika Natassa yang terbaru itu. Betul! Aku butuh penetralisir atas simulakra kehidupan dari kalangan ekonomi menengah ke atas agar bisa kembali ke dalam kehidupan yang lebih sederhana, dengan permasalah "kompleks" menurut versi masing-masing. Selain itu juga, lompatan latar waktu yang berbeda membantuku untuk tidak terlalu berandai-andai memiliki pasangan hidup seperti para tokoh Ika Natassa.

Gaya Bahasa, Kosa Kata, Penyampaian
Kalau boleh jujur, aku agak tertipu oleh sinopsisnya. Awalnya aku menangkap kalau Kubah akan lebih banyak menjelaskan mengenai bagaimana kehidupan Karman setelah ia melakukan kesalahan fatal di tempat tinggalnya dan hingga ia mendapatkan kepercayaan dari salah satu orang terkemuka disana. Ternyata bukan. Penyampaian yang ditulis oleh Tohari lebih banyak, atau malah sebagian besar merupakan sejarh mengenai kehidupan Karman dahulu kala.

Tohari tetaplah Tohari. Kosa kata yang dipilihnya selalu tegas, lugas, namun kali ini tidak sesarkas yang pernah digunakannya pada novel Ronggeng Dukuh Paruk Karena buku ini juga berlatarkan waktu pasca pemberontakan PKI, jadilah tone atau aura yang muncul dari rangkaian diksinya lebih banyak memberikan kesan bagaimana keadaan di era itu ketimbang aura pedesaanya. Kalau pernah membaca Ronggenge Dukuh Paruk, pastilah tahu bahwa dalam novel itu Tohari mampu menyeimbangkan aura latar waktu sejarah dengan aura pedasaan yang selalu menjadi topik utama dalam setiap tulisannya. Kubah berbeda. Porsinya lebih banyak ditujukan untuk menciptakan suasana ketika pemberontakan PKI.

Kecepatan berceritanya masih tidak berubah. Tidak terlalu cepat dan bagiku juga tidak terlalu lambat. Seakan pembaca diajak untuk menilik sejarah secara perlahan, siapa tahu masih ingat dengan apa yang diajarkan di sekolah dahulu kala.

Plot
Cerita dibuk dengan kisah Karman yang akhirnya berhasil dibebaskan dari Pulau Buru dan kembali ke desanya. Berada 12 tahun di dalam tahanan membuat ia linglung dengan keadaan sekitar yang sudah berubah total. Ia pun sempat takut jikalau orang-orang tahu bahwa ia adalah bekas tahanan politik. Cerita kemudian mengalir hingga 9 bab, berkisah tentang masa lalunya, anak siapakah dia, dididik oleh siapa saja, bekerja dimana, bertemu dengan siapa semasa hidupnya, hingga cerita bagaimana ia tertangkap. Barulah pada bab kesepuluh, Tohari kembali kepada waktu saat ia akhirnya kembali ke desa dan diberi kepercayaan oleh Pak Haji, tidak hanya untuk membangun kubah, melainkan lebih banyak lagi dari apa yang selama ini sempat ia salah artikan.

Sudut pandang cerita ini ialah orang ketiga serba tahu, bukan dari sisi Karman. Masih sama seperti kebanyakan tulisan Tohari lainnya yang lebih suka pembaca menjadi yang serba tahu.

Penokohan
Tokoh utama yang menjadi pusat cerita bernama Karman. Pria yang dahulunya merupakan anak Pak Mantri, salah satu orang yang disegani di desa. Namun kehidupannya berubah ketika ayahnya meninggal. Ia memang dipekerjakan oleh Pak Haji, pemuka agama di desa itu, tetapi juga mendapatkan hidup dan pendidikan yang laya. Karman meskipun anak desa tetapi ia tidak bodoh Ia hanya lugu dan polos, mudah dihasut, apalagi disulut kemarahannya. Tanpa sadar ia pun juga sosok yang perhitungan. Itulah sifat yang akhirnya dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang akhirnya membuat ia harus menjadi tahanan politik selama 12 tahun di Pulau Buru.

Pak Haji Bakir ini sangat dipandang oleh warga desa. Sosoknya alim dan sangat baik hati. Masjidnya selalu ramai dengan jamaah, tidak terkecuali Karman. Pak Haji Bakir ini juga bisa dikatakan sebagai orang yang mampu. Keluarganya masih bisa makan nasi ketika masa pendudukan Jepang sementara yang lain hanya sanggup makan ubi dan singkong. Namun Pak Haji Bakir tidak abai begitu saja. Beliau benar-benar taat pada agama, beliau tidak pernah absen membayar zakat. Namun, kebaikan yang sudah dicurahkan kepada Karman ternyata tidak dianggap sebagai suatu pembekalan akan masa depannya. Namun Pak Haji tidak sakit hati.

Sebenarnya masih ada tokoh yang lain, namun akan menjadi spoiler karena tokoh-tokoh tersebut ialah mereka yang menyebabkan dirinya harus mendekam di Pulau Buru.

Ide Cerita
Aku pribadi belum banyak membaca cerita dengan latar waktu pasca pemberontakan PKI meskipun aku tahu sudah banyak nama yang terkenal karena mengangkat latar tersebut sebagai ide utamanya. Aku merasa agak kesusahan untuk memahami konteks yang ada di dalam Kubah, bukan karena terlalu sulit dicerna, melainkan karena aku tidak sepenuhnya paham dengan keadaan (yang kata buku sejarah) pada saat iu, bagaimana PKI bisa memberontak dan membuat Republik sempat kacau. Tohari juga menyisipkan nama-nama inisial yang sepertinya emrujuk pada tokoh tertentu, kecuali Muso tentunya, karena jelas sekalli Tohari mengungkap siapa dia di dalam buku Kubah ini.

Permasalahan yang diangkat untuk Kubah juga berbeda dari tulisan Tohari yang pernah aku baca sebelumnya. Karman ini bukanlah orang bodoh seperti Srintil, bukan juga ia yang idealis seperti Pambudi. Karman ini disajikan dengan berbeda, yang kemudian masalahnya berupa rasa malunya untuk kembali ke desa setelah apa yang ia pernah lakukan saat pemberontakan PKI berlangsung. Masalahnya bukan masalah sederhana mengenai kemiskinan dan kebodohan semata, melainkan sudah lebih kompleks dari itu.

Mengenai apa yang ditulis oleh Tohari mengenai paham Marxisme dan paham-paham komunis lainnya, aku tidak bisa berpendapat. Aku mengakui kalau masih sangat kurang pengetahuan (pengetahuan ialah informasi yang sudah diolah untuk diyakini mana yang bisa dipercaya dan mana yang tidak) mengenai kisah PKI dan pemberontakannya dahulu kala.

---

Ini saran yang sangat subyektif mengingat aku suka dengan tulisan-tulisan Tohari. Jadi, singkatnya, baca saja. Siapa tahu setelah membaca Kubah malah ingin membaca referensi lain mengenai masa kelam Indonesia kala itu.
Profile Image for Irfan Rizky.
Author 1 book3 followers
May 20, 2018
Bercerita tentang betapa dinamisnya hidup Karman di tengah badai politik dan perang ideologi. Mulai dari masa kecil yang tak berkecukupan, kisah percintaan yang sukar dianggap menyenangkan, dan intrik-intrik yang memercik di masyarakat.
Padahal Karman ini dideskripsikan gagah pun ganteng lho, dan bukankah orang gagah pun ganteng sudah dijamin mampu memecahkan 99% dari masalah hidupnya? Hihi.
🐨
Membaca 'Kubah' tak jauh beda dengan menyusun puzzle. Alur yang terkesan berantakan dan penceritaan yang tak sinambung membuat kita meraba-raba tentang apa dan siapa dan bagaimana. Satu yang pasti, semua bermuara pada Karman.
🐨
Cerita dimulai dengan kepulangan Karman kepada kampung halaman, dan kepada Tuhan. Lalu tentang anaknya, Tini. Lalu kejadian-kejadian yang menyulut dendam dan cuci otak a la Kawan Margo, si petinggi partai. Bagaimana dendam itu berbiak, itu yang menarik hati saya. Betapa kejahatan mempunyai banyak muka, itu yang menarik hati saya.
🐨
"Kubah berisi gagasan besar rekonsiliasi pascaperistiwa tragedi 1965 yang ditulis paling awal pada tahun 1979 dan terbit dua tahun kemudian."
-Gus Dur
🐨
Ini buku pertama yang saya baca yang menyinggung tentang sejarah kelam Indonesia. Mulai dari pemberontakan Madiun, makar berdarah, sampai 'pembersihan' besar-besaran. Disajikan dengan bahasa 80an yang alahai indah, rasanya pantas kalau 'Kubah' mendapat predikat novel terbaik tahun 1981.
Meski begitu, 'Kubah' bukan novel aksi. Malah porsi aksinya menurutku hanya sedikit. Cerita menitikberatkan pada gejolak emosi Karman sebelum dan sesudah diasingkan. Bagian favorit saya, mungkin sedikit spoiler, adalah ketika Karman melarikan diri dari prosesi 'bebersih' yang ramai dilaksanakan setelah makar berdarah 30 September. Saya jatuh cinta.
Profile Image for Henny Sari.
Author 8 books11 followers
October 24, 2012
Di karyanya yang kesekian ini Ahmad Tohari terlihat terang-terangan berseberangan dengan orang-orang yang menganut paham komunis. Namun dia berdiri pada sudut pandang seorang penduduk desa, rakyat kecil yang mau tak mau terbawa gelombang konflik ideologi yang memakan banyak korban nyawa dari kalangan mereka. Bukan dari pihak yang punya wewenang atau hanya berkecenderungan untuk menghakimi. Kata-kata negatifnya yang terlihat sinis kemungkinan hanya mendeskripsikan perasaannya sebagai bagian dari warga desa yang mengamati lantas tidak 'sreg' dengan perilaku sebagian pengikut komunis yang kebetulan berada di desanya atau desa yang diceritakannya di sini. Nah, dari sini dapat kita tangkap, bahwa Ahmad Tohari memilih untuk bersetia melakukan keberpihakan kepada rakyat kecil, warga pedesaan di Jawa Tengah. Baiklah.
Ada cara rekonsiliasi antara para penganut dua paham berseberangan yang bisa dicatat di sini. Rupanya barangkali cara2 ini yang dimaksud Gus Dur sebagai tawaran cara baru untuk rekonsiliasi:
- pernikahan (yang sebetulnya juga masuk dalam cara klasik karena sudah sejak jaman kerajaan baik di Nusantara maupun di mancanegara cara ini dilakukan)
- pekerjaan untuk orang banyak yang dilakukan semaksimal mungkin dengan sukarela.
Satu hal lagi, ternyata buku ini terpilih sebagai novel terbaik 1981 Yayasan Buku Utama Kementrian P&K. Nah, predikat dari pemerintah orde baru ini sudah pasti tidak akan pernah diraih Ahmad Tohari jika caranya berkisah sejenis dengan cara Pramoedya Ananta Toer bercerita. (Henny)
Profile Image for Wahyu Novian.
333 reviews45 followers
March 13, 2019
Bahasanya santun sekali. Sepanjang cerita. Bikin kebayang bagaimana baiknya orang-orang desa ini. Yang tetap sangat ikhlas menjalani kehidupan dan melaksanakan perintah agama. Desa yang penduduknya tidak berpunya tapi tetap arif dan bersahaja begini semacam utopia sekarang ini, apalagi kalau lebih sering berkutat di kota dan jagat internet. Harus lebih sering jalan-jalan keliling Indonesia sepertinya.

"Pegaten yang lugu, Pegaten yang tidak mengenal rasa kesumat."

Kalimat ini entah kenapa bikin berkaca-kaca. Selain diksinya yang bagus sekali, isi yang dibawa sebaris kalimat sangat membekas di hati.

Cerita idealisme partai komunis dan orang-orangnya bikin bertanya-tanya memang. Mereka agak terlalu satu dimensi. Padangan yang menggambarkan bahwa mereka amoral dan jahat ingin menghancurkan bangsa saya kira melenceng jauh dari idealismenya. Atau memang itulah propaganda yang sampai di akar rumput? Atau propaganda lain. Entahlah.

Yang pasti, cara bercerita Ahmad Tohari menyenangkan sekali untuk dibaca.
Profile Image for ichan  .
41 reviews
December 31, 2022
Bagi aku yang nggak banyak tahu soal Partai Komunis Indonesia, buku ini sukses bikin aku makin penasaran. Dengan genre fiksi sejarah yang mengangkat isu sosial dan agama buku ini termasuk ringan, bahasa dan ceritanya mengalir sederhana. Alurnya yang maju-mundur nggak bikin pusing, semua tokohnya juga berkaitan, jumlah halamannya sedikit tapi porsi ceritanya pas banget. Di beberapa bagian buku ini membuatku merasa hangat perihal 'memanusiakan manusia' tapi aku juga bertanya-tanya apakah ada Karman-Karman lainnya di dunia nyata? Banyak pelajaran yang bisa diambil dalam bentuk agama, sosial, politik. WORTH TO READ!!
Profile Image for (≧∇≦).
128 reviews7 followers
June 13, 2021
Kubah merupakan buku kedua dari Ahmad Tohari yang kubaca setelah Mata yang Enak Dipandang. Kesan pertama yang kurasakan masih sama seperti saat membaca Mata yang Enak Dipandang penulis memiliki penuturan narasi yang menarik pembaca untuk selalu membalikan halaman.

Awalnya kukira Kubah akan berfokus pada kehidupan Karman setelah dibebaskan dari Pulau Buru, nyatanya buku ini lebih banyak mengisahkan masa lalu Karman dan bagaimana ia bisa sampai diasingkan di Pulau Buru. Berlatar peristiwa 1965 buku ini cukup memberiku gambaran tentang apa yang terjadi pada masa itu. Seperti biasa juga, Ahmad Tohari mengangkat isu sosial dan agama yang ada. Apa yang terjadi dengan Karman membuatku bertanya-tanya apakah pada masa itu yang dialami Karman benar terjadi.

Aku suka alur dari cerita ini tidak bertele-tele ataupun terlalu cepat, rasanya disajikan dengan porsi yang pas. Ada beberapa bab dimana penulis membiarkan pembaca tidak mengetahui apa yang sebenernya sedang terjadi lalu tak berapa lama akan dihadapkan dengan kenyataan yang cukup mengejutkan. Selain itu, perjalanan dari satu bab ke bab lainnya memiliki keteraitan yang menjadi benang merah diakhir cerita. Pembaca juga akan mengerti kenapa buku ini diberi judul Kubah. Maksud judul kubah itu juga yang aku sukai dari buku ini.

Seperti alurnya yang saling membawa kisah ke kisah lainnya, para tokoh yang dihadirkan juga memiliki keterkaitan yang erat satu sama lain. Rasanya tidak ada satupun tokoh yang sia-sia.

Secara keseluruhan aku suka dengan buku ini dan sangat mengalir saat membacanya.
Profile Image for tata.
109 reviews5 followers
January 19, 2023
Tohari sudah jelas menampakkan posisi “benar” di dalam novel-novelnya, apalagi jika berhubungan dengan 1965. Aku kira Kubah, sesuai sinopsisnya, menceritakan bagaimana reaksi masyarakat ketika seorang tapol kembali dari Pulau Buru. Namun, bagian yang diceritakan justru keangkuhan si tokoh utama dan peristiwa pergolakannya di partai. Aku lebih berharap justru peristiwa sesudahnya saja yang dijadikan garis besar cerita. Kubu yang benar dan salah menurut Tohari sangatlah tergambar garis batasnya. Tetap karya yang sangat baik, tidak netral dan sangat persuasif, tetapi well-written banget penggambaran latarnya.
Profile Image for Nike Andaru.
1,636 reviews111 followers
August 31, 2018
Cerita perjalanan hidup Karman jauh sebelum diasingkan ke Pulau B. Dari kecil pada zaman perang dulu, kesulitan makanan dalam keluarga, sulitnya bersekolah hingga harus bekerja dengan para saudagar.

Dendam dan kebencian memang sangat mudah membuat kita terjerumus dalam pemikiran-pemikiran buruk, termasuk paham komunis, begitulah yang dialami Karman.

Cerita menarik, walau memang judul Kubah sendiri baru bisa kita dapati di lembar-lembar akhir buku ini.
Profile Image for fayza R.
227 reviews56 followers
August 9, 2016
tipis tapi ewgh nonjok banget apa yang disampein Ahmad Tohari disini, dengan khasnya tentang kesederhanaan, nasihat tanpa merasa dinasehati, historical fiction 60an nya bikin ngerutin kening hwhw

Baru dapet maksud judul novelnya (Kubah) di bagian akhir, lengkap dengan potongan ayat yang nempel di kubah tsb which is tetiba bikin nyesss nangis, 4 ayat terakhir surat Al Fajr

"Hai jiwa yang tenteram, yang telah sampai pada kebenaran hakiki. Kembalilah engkau kepada Tuhan. Maka masuklah engkau ke dalam barisan hamba-hamba Ku. Dan masuklah engkau ke dalam kedamaian abadi, di surga-Ku."

buat Faizah pribadi ini gunung es, yang implisitnya banyak, banget.

Part ketika Margo nyuruh orang2 buat makan tikus bukan semerta2 karena terdesak, tapi mau membiasakan orang2 dengan hal yang haram, kalo udah terbiasa kan jadi bias. Relevan sampe sekarang, kok.

"Jauhkan Karman dari Haji Bakir, dari masjidnya. Harus ditemukan cara untuk memisahkan Karman dari tuan tanah dan masjidnya itu."
Profile Image for Rossa Imaniar.
221 reviews5 followers
February 4, 2021
“Ketika kau merasa berada dalam pikiran yang amat gelap, ketika kau merasa benar-benar tak berdaya, sesungguhnya ada tangan-tangan terjulur kepadamu. Tangan pertama mewakili pertolongan Tuhan, dan tangan lainnya mewakili kuasa buruk yang menghendaki kehancuran atas dirimu. Kau dapat mengatakan siapa yang mengajakmu berputus asa serta meyakinkan dirimu bahwa jalan itulah yang terbaik. Jangan ikuti ajakan dari kuasa buruk itu. Lebih baik kau dengarkan suara nuranimu sendiri karena dia dapat melihat jalan yang disukai Tuhan. Turutilah jalan itu, karena bersama Dia segala penderitaan jadi terasa ringan atau bahkan tak ada sama sekali.”


Ini pertama kalinya aku baca karya Bapak Ahmad Tohari. Nyesel, kenapa aku baru mencicipi karya Beliau sekarang ya.. Padahal novel beliau sering berseliweran di tobuk online langganan, terutama yang ‘Kubah’ sama ‘Bekisar Merah’. Tapi selalu aku abaikan, takutnya nggak cocok, nggak sesuai dengan seleraku.

Dan ternyata aku keliru. Justru aku sukaak sekali dengan jenis cerita yang di sajikan Beliau dalam novel ini. Bercerita tentang kehidupan di masa lampau, yang di bumbui sejarah. Aah, aku selalu suka dengan cerita-cerita seperti ini. Cerita tentang masa lampau selalu berhasil membawaku pulang ke masa kanak-kanak. Sebab itu aku selalu menyukainya.

‘Kubah’, berkisah tentang kehidupan seorang lelaki bernama Karman. Awal kisah di buku ini dibuka dengan pembebasan Karman dari penjara Pulau Buru. Iya, Karman adalah lelaki bekas tahanan politik. Dia di asingkan di Pulau Buru selama dua belas tahun sebab keterlibatannya dengan Partai Komunis Indonesia.

Kemudian cerita berlanjut dengan kisah kehidupan Karman di masa lampau. Dari kehidupan orang tua Karman, kehidupan Karman waktu kecil hingga dewasa. Bagaimana akhirnya dia sampai terlibat dengan Partai Komunis, hingga dia tertangkap di persembunyiannya.

Dan, saat kembali bebas, Karman bingung. Dia merasa sudah kehilangan segalanya. Keluarga, kepercayaan orang-orang terhadapnya. Tentu tidak mudah bagi Karman untuk memulai kembali kehidupannya yang baru sebagai orang bekas tahanan politik.

Apakah keluarganya dan juga orang-orang di desanya akan menerima Karman kembali? Dan, mungkin kalian juga penasaran kenapa judulnya ‘Kubah’. Apa hubungannya dengan cerita hidup Karman yang terlibat dengan Partai Komunis?Nah, silahkan baca bukunya biar lebih afdol kalau tahu jawabannya dari membaca bukunya sendiri.

Secara keseluruhan, buku ini keren. Dengan deskripsi yang sederhana namun jelas, Pak Ahmad Tohari mampu menggambarkan kisah kehidupan Tokoh Karman. Kita dibuat ikut merasakan bagaiamana peristiwa yang terjadi saat itu.

Dengan gamblang Beliau—mencoba—memaparkan tentang bagaimana cara kerja anggota Partai Komunis dalam mempengaruhi seseorang untuk ikut dalam Partai tersebut. Selain itu, sisi religius dalam buku ini juga begitu terasa. Namun tidak terkesan berlebihan. Walau merujuk pada Agama Islam, tapi kupikir buku ini bisa dinikmati orang-orang di luar penganut Agama Islam.

Yang jelas buku ini rekomen banget buat dibaca. Apa lagi buat kalian yang suka dengan cerita yang berbau sejarah, buku ini tidak boleh kalian lewatkan.
Jadi, tunggu apalagi.. Buat kalian yang belum baca, segera baca buku ini... 😊
Selamat membaca... 🤗
Profile Image for Zahrah.
16 reviews1 follower
November 22, 2020
Setelah selesai baca, saya merasa sinopsis bukunya menipu wkwk. Soalnya isi cerita sendiri nggak terfokus ke poin di sinopsis itu, lebih menceritakan perjalanan Karman sampai bisa mengalami semua itu. Ceritanya bagus dan seru, tapi rasanya terlalu singkat. Waktu udah di halaman terakhir kayak, "HAH? Kok udah selesai?"

Seperti biasa, buku Ahmad Tohari sarat akan nilai dan hikmah tentang hidup. Dari buku ini, satu hikmah yang menurut saya paling menonjol, yaitu jangan sampai segala sesuatu yang kita inginkan malah menjadi ambisi yang akan menghancurkan kita kelak. Misalnya, kita ingin mempunyai barang A. Tapi karena beberapa hal, kita jadi nggak bisa memilikinya. Karena kita merasa udah berkorban banyak demi milikin barang itu, merasa udah jadi yang paling pantes karena pandai ngerawat barang, jadinya kita menempuh segala cara, nggak peduli baik atau buruk, demi mendapatkan barang tersebut.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Launa.
235 reviews51 followers
January 29, 2023
Rating: ★★★✩ (3.5/5)

Buku kedua Ahmad Tohari yang saya baca. Sama seperti Senyum Karyamin, buku ini juga memotret kehidupan orang-orang perdesaan dengan kesederhanaan dan pergulatannya. Saya rasa ini merupakan ciri khas Ahmad Tohari—yang saya suka sejak kali pertama membaca karyanya. Kemahirannya membangun latar cerita yang detail berhasil membawa saya jauh ke masa silam dan menikmati kisah Karman yang jelas memunculkan rasa belas kasihan. ❤️
Profile Image for Asma Zakiyah.
190 reviews5 followers
February 18, 2021
Buku dengan latar tahun 1965 yang wajib baca.
Bercerita tentang lika-liku hidup seorang Karman, yang setelah ku baca, ku mencurigai ada banyak 'Karman' pada tahun2 tersebut..
Dan entah sih, cara buku ini bercerita sampai sekali ke hati ku. Sangat mendalam, membekas dan menginspirasi..
Profile Image for Azka.
67 reviews92 followers
Read
September 30, 2022
Membaca tentang Karman yang berhenti sembahyang sebagai "pembalasan"nya kepada sosok Haji Bakir mengingatkan saya yang sempat kepikiran ngotot untuk melakukan suatu hal sebagai sebuah "pembuktian" pada pihak lain, out of pettiness. Dengan rencana demikian saya merasa bisa memberikan "pelajaran" pada sekelompok orang tersebut, padahal bisa saja pesan tersebut tidak tersampaikan dan malah bisa jadi kesimpulan yang mereka dapatkan sama sekali berbeda dengan niatan saya. Intinya, apapun niat sebenarnya, akan ada banyak kemungkinan hal tersebut disalahartikan. Mungkin jika benar rencana tersebut saya ikuti, saya akan berakhir seperti Karman, dimana ketidakpatuhan dia pada Tuhan tidak berdampak apa-apa pada Haji Bakir, orang yang dia benci, dan hanya merugikan dia. Karman semakin dalam terlibat dengan komplotan partainya dan harus hidup dalam ketakutan akan dimintai tanggung jawab atas dampak yang ia dan komplotannya bawa.
Profile Image for Tia Sutiawati.
20 reviews5 followers
October 11, 2013
Kubah, bercerita tentang perjalanan pulang seorang Karman yang sempat salah mengambil langkah karena tidak mendapat sesuatu yang didambanya. Karman, seorang pemuda 20 tahun yang masa kecilnya dihabiskan untuk berjuang melanjutkan hidup, jatuh hati pada Syarifah anak dari Haji Bakir, seorang kaya yang memberinya pekerjaan. Keinginan Karman menjadi menantu Haji Bakir tidak terpenuhi bukan prihal Karman adalah pesuruh atau kedudukan yang lebih rendah, namun karena Haji Bakir telah lebih dahulu menerima lamaran seorang pemuda untuk anaknya. Karman marah, membenci keputusan Haji Bakir yang menolaknya. Situasi politik yang bergejolak saat itu, turut mendorong keinginan Karman untuk membalas dendam pada keluarga Haji Bakir, caranya adalah dengan menjauhkan diri dari lingkungan serta pergaulan dengan Haji Bakir. Alhasil, tanpa sepengetahuan Karman jadilah ia salah satu kader yang kemudian menjadi anggota PKI berkedok anggota Partindo. Tahun 1965, pergolakan kembali terjadi, tentara menangkap dan menghukum mati orang-orang yang tercatat ataupun diduga sebagai anggota PKI. Pun Karman yang sempat beberapa kali melarikan diri akhirnya tertangkap. Beruntung, ia tidak dihukum mati, tapi diasingkan di Pulau Buru selama 12 tahun. Istrinya, Marni karena waktu yang demikian lama ditinggalkan suami dengan tiga orang anak akhirnya menikah dengan Patra. Kembali dari pengasingan, Karman pulang ke Pegaten. Desa yang tidak mengigat kesalahan dan mau menerima siapa saja yang datang dengan pertaubatan. Akhirnya Karman menikahkan anak perempuannya dengan anak lelaki Syarifah. Karman, pulang dan bersembahyang lagi di Masjid Haji Bakir juga memperbaiki keadaan Masjid yang usianya sama renta dengan pemiliknya.

Cerita novel ini sederhana, namun penuh makna yang diselipkan oleh Ahmad Tohari di dalamnya. Bagaimana seorang pemuda yang dari kecil telah di cekoki agama, hanya karena bibit benci mampu membelokkan langkahnya. Namun pada akhirnya, kesempatan memperbaiki diri didapatkan. Kehangatan desa Pegaten yang digambarkan oleh Ahmad Tohari saat menerima kedatangan seorang yang sebut saja telah berikrar tidak mempercayai adanya Tuhan membuat saya berpikir, adakah saat ini tempat di mana sekelompok masyarakat masih mau menerima seorang yang ingin kembali dan memperbaiki diri ke jalan yang lurus dapat diterima tanpa ada cibiran, atau persangkaan.

satu bintang untuk kalimat-kalimat sederhana yang sangat saya nikmati membaca dari awal sampai akhir cerita. Satu bintang karena saya suka membaca detail pergolakan dan bagaimana ketika revolusi diteriakkan di Indonesia saat itu diceritakan oleh Ahmad Tohari. Satu bintang untuk makna menerima, memaafkan juga kesempatan yang diselipkan dalam novel ini. Juga satu bintang untuk penggalan cerita ketika Haji bakir melamar Tini untuk Jabir. Pada bagian itu diceritakan bagaimana proses lamaran yang menggunakan bahasa perumpamaan untuk menceritakan maksud kedatangan, menjelaskan keadaan keluarga kedua belah pihak, juga watak kedua calon pengantin. Menurut saya itu santun sekali. :)
Akhirnya, empat bintang untuk novel Ahmad Tohari yang satu ini.
Profile Image for cindy.
1,981 reviews156 followers
January 1, 2016
awalnya kukira ini cerita seseorang yang dikuya-kuya setelah pulang dari tempat pembuangan, tapi ternyata kisah ini lebih menekankan pada sejarah diri orang itu sendiri. mulai dari masa kecilnya yang serba kekurangan, masa-masa pencucian otaknya dengan -isme-isme tertentu, kegalauan hatinya yang dimanfaatkan orang-orang tertentu, hingga saat bisul pemberontakan itu meletus dan kisah pelarian si orang ini sampai akhirnya ditangkap dan diasingkan. sampai di sini aku sangat menyukai alur kisahnya. sangat membumi dan beralasan, logis dan mengharukan. sebuah catatan pinggir dari seorang tokoh tak penting yang mewakili sebagian sejarah rakyat biasa dalam tragedi berdarah tahun 1965.

kemudian cerita melompat, sekian puluh tahun berlalu, dan orang ini kembali ke desanya. inilah momen dalam buku yang kuanggap amat sangat fiktif sekali sampai-sampai agak-agak tidak masuk akal. salah satu blurp buku ini menuliskan,
"KUBAH berisi gagasan besar rekonsiliasi pasca peristiwa tragedi 1965...."

nah, itu dia poinnya... GAGASAN. sesuatu yang belum pasti terjadi, demi tidak menihilkannya sama sekali. yang pasti, seseorang yang baru pulang dari pengasingan tidak akan mendapat jalan semulus itu.

ok, aku tidak akan menampik kebaikan seseorang seperti Haji Bakir. aku tahu orang-orang baik seperti itu pasti ada, orang yang menjalani hidupnya penuh berkat dan suka menolong tanpa pamrih. yang aku tahu juga, orang-orang yang sama sekali tidak seperti itu juga banyak. sifat iri, curiga ataupun takut sama sekali tidak bisa dipisahkan dalam sebuah kehidupan bermasyarakat. jadi... kalau saja ada satu atau dua karakter dalam buku ini yang menentang kepulangan dan tinggalnya si tokoh karman ini di desanya lagi, pastilah novel ini jadi lebih masuk akal. tapi dengan tidak adanya konflik sejak kepulangannya hingga akhir, aku jadi sulit menerima keutuhan cerita ini. cerita-cerita bagaimana seorang Eks-Tapol menjalani sulitnya kehidupan saat kembali, bahkan untuk urusan administratif seperti pembuatan KTP saja sudah bukan cerita yang tidak umum, tapi di sini tidak ada secuilpun nada seperti itu. semuanya lurus langgeng.

memang mungkin saja bahwa cerita ini adalah cerita pertaubatan pribadi seseorang dan kembalinya dia pada fitrahnya, yang disimbolkan dengan pembuatan kubah masjid di akhir buku. tapi jelas banyak sekali penyederhanaan yang diberikan.

dari sekian banyak novel bapak AT yang sudah kubaca, aku selalu suka dengan penutupnya, yang selalu pahit manis, bahwa kehidupan berjalan terus dan menyiratkan pengharapan dan. tapi novel ini, yang memberikan akhir "hepi-en" buat si tokoh utama, malah menurutku menjadikannya rada-rada terlalu bermuka manis. tapi meskipun begitu, aku menikmati 75% kisah karman muda, dari kisah bocah kurang makan, hingga kisah cinta tak sampainya, sampai cuplikan-cuplikan pencucian otak yang menyebabkannya semakin "marxist". konflik antara karman dan pamannya pak hasyim sangat enak dinikmati, dan pak hasyim ini justru tokoh yang mencuri perhatian meski hanya terlihat sekali-sekali.

3,5 bintang.

Profile Image for wafa.
29 reviews2 followers
March 5, 2019
Awalnya tertarik karena membaca sinopsisnya—saya kutip dua kalimat terakhir sinopsisnya (yang saya punya merupakan cetakan Januari 2019).

"Dia dipercayai oleh Pak Haji, orang terkemuka di desanya yang pernah dikhianatinya karena dia sendiri berpaling dari Tuhan, untuk membangun kubah masjid di desa itu. Karman merasakan menemukan dirinya kembali, menemukan martabat hidupnya."

Saya yang belum pernah membaca resensi atau ulasan buku ini di manapun sebelumnya langsung berasumsi bahwa novel ini berkisah mengenai Karman, seorang mantan tahanan yang 'menemukan Tuhan kembali' lewat proses pembuatan kubah. Tapi, ternyata lebih dari itu—bagaimana seseorang yang lugu bisa gelap mata karena tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Bagaimana hal tersebut membuatnya berpikiran bahwa memalingkan diri dari Tuhan adalah sebuah bentuk balas dendam yang membuatnya puas. Bagaimana ideologi dapat menghancurkan hidup seseorang.

Tohari menceritakan penuh bagaimana lingkungan seorang Karman, mengapa ia bisa bertemu dan mengenal Pak Haji, proses dia mulai meninggalkan Tuhan, tenggelam dalam ideologi yang berpengaruh besar dalam hidupnya, hingga ia akhirnya ditangkap dan dikurung 12 tahun di Pulau Buru. Proses pembuatan kubah sendiri benar-benar terjadi hanya di beberapa lembar terakhir novel, membuat saya menyadari bahwa maksud kubah di sini tidak sepenuhnya literal. Alurnya tidak terlalu cepat namun tidak lambat, sama seperti salah satu ulasan di Goodreads ini yang mengatakan bahwa membaca novel ini seperti meninjau ulang pelajaran sejarah, apakah kita masih mengingatnya atau sudah lupa.

Kejadian 'menemukan kembali Tuhan' yang dialami Karman pun membuatnya rela dengan segala sesuatu yang terjadi. Legowo. Menerima bahwa segala halnya tidak akan bisa sama lagi. Di awal cerita, saya mengira bahwa sampai akhir, Karman tidak akan bisa ikhlas. Namun, saya dibuat terkejut oleh Tohari—saya salah.

It's my first time reading Tohari, yet I fully enjoy it. It was really a relieving journey. It's not sad, it's not happy—it makes me feel relieved. Definitely will read his other literary works!
Profile Image for nath nocturvis.
15 reviews2 followers
February 16, 2014
Di kavernya (th. 2012) termuat kalimat "novel terbaik 1981 Yayasan Buku Utama Kementrian P&K", ditorehkan juga statemen Gusdur bahwa Kubah berisi gagasan besar rekonsiliasi pasca 1965 yg ditulis paling awal tahun 1979". Sebenarnya dua 'kunci' ini cukup merayu calon pembaca, perpaduan antara : peristiwa politik paling kontroversial, penghargaan pemerintah di awal Orba dan pernyataan tokoh pluralisme, dan setahuku ketiganya jarang dikaitkan dalam sebuah karya sastra. Aku mengenal beberapa karya fiksi yang kurang lebih membahas tema 65, jarang yang diapresiasi pemerintah apalagi diwaktu yg tidak terpaut jauh dari peristiwa yang menjadi latar cerita. Sudah agak curiga diawal membaca dua kalimat kunci tadi, tapi masih penasaran bagaimana seorang Ahmad Tohari meramu cerita sampai diberi penghargaan P&K. Buku tidak terlalu tebal dengan font yang bisa dibilang cukup besar untuk novel dewasa, jika dibuat ukuran 12pt roman mungkin hanya sekitar 100-150 lembar saja. Jadi intinya, setengah perjalanan novel ini terasa nuansa sinetron era 2000an dimana seolah-olah pembaca bisa membaca isi pikiran masing-masing tokoh dengan gamblang. Disini tokoh-tokoh yang terlibat komunis serasa sudah diarahkan ke jalan yang benar oleh pengarah jalan yang benar (non komunis), dan mengesankan bahwa terbukti yang pernah terjadi di masa itu ialah kesalahan satu pihak (komunis). Jadi ragu...ini karya pesanan atau bagaimana yaa... terlalu judgmental.

Profile Image for Nana.
101 reviews
January 2, 2021

jadi, hanya kepercayaan terhadap kebesaran dan kasih sayang Tuhan-lah yang bisa membuat kamu tenang, tak merasa sia-sia.


turutilah jalan itu, karena bersama Dia segala penderitaan jadi terasa ringan atau bahkan tak ada sama sekali


kubah menjadi buku pertama yang kubaca dari sekian buku karya ahmad tohari. buku ini bercerita tentang masa lalu seorang pemuda bernama karman yang mengalami pengasingan selama dua belas tahun di pulau buru karena perbuatannya yang salah langkah akibat kebencian dan dendam yang melatar belakangi.

buku yang menurutku menarik, sederhana, dan ringan untuk dibaca. part terakhir menjadi bagian favorite karena memberi kesan yang hangat bagi siapapun yang membaca. dari buku ini aku jadi pengin baca buku-buku karya ahmad tohari yang lain!
88 reviews1 follower
November 5, 2012
dapat e-book ini dari salah seorang teman dan tidak ada keterangan siapa penulisnya. kukira ini adalah karya pramoedya karena bercerita tentang pengasingan di pulau B (yang kuasumsikan sebagai pulau Buru) sehingga menjadi cukup mirip dengan kisah pramoedya. tetapi setelah membaca beberapa halaman, perbedaan gaya bahasa ahmad tohari dan pramoedya cukup terasa. namun bagaimanapun, tak dapat dipungkiri... buku ini menarik
Profile Image for Nizu.
18 reviews1 follower
April 17, 2022
Saya suka cara penulis menyajikan cerita sejarah dengan kata-kata yang mudah dipahami bagi pemula (orang yang baru suka membaca) seperti saya. Latar dilukiskan dengan simpel namun rinci dan tidak membosankan. Percikan bumbu romansa antara Marni dan Karman yang sederhana tapi mampu menghangatkan hati saya. Juga nasihat agama baik tersirat maupun tersurat ditulis dengan baik dan Insya Allah sampai ke pembacanya termasuk saya.
63 reviews4 followers
March 19, 2015
Dalam angle seorang mantan tapol selanjutnya adalah sebuah improvisasi, dimana cerita meluas pada bingkai yg lebih lapang, yg melingkupi kehidupan sosial masyarakat, ekonomi dan politik yg masih hangat akan hawa "merah"
Profile Image for Yuli Hasmaliah.
71 reviews1 follower
June 7, 2020
Bacalah buku ini setelah Bekisar Merah, maka jalan cerita dari kedua buku ini bisa berkaitan walau tidak berkaitan; Pak Kyai akan membawa ke masa pasca Indonesia merdeka.

Salah satu quotes yang membekas di ingatan dan kalbu saya, "Nrimo Ing Pandum".

Lagi-lagi ini buku yang bagus untuk dibaca.
Profile Image for nur'aini  tri wahyuni.
895 reviews30 followers
July 5, 2016
di buku ini, AT membuat kisah yang rumit dan sedikit tabu menjadi enak dinikmati.
Profile Image for Rei.
366 reviews40 followers
July 28, 2016
Selalu suka dengan cerita bertema sejarah, apalagi Ahmad Tohari selalu menyajikannya dengan apik. Sederhana dan jujur.
Profile Image for kadyyyyy.
27 reviews8 followers
December 27, 2021
Manis. Sepanjang membaca buku ini, kadang saya berkaca-kaca, kadang juga tersenyum geli.
Displaying 1 - 30 of 228 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.