Jump to ratings and reviews
Rate this book

Asteroid dari Namamu

Rate this book
Jutaan tahun yang lalu Bumi mengalami kepunahan karena serangan benda angkasa bernama asteroid. Mereka menghujam Chicxulub hingga berakhirlah era binatang raksasa bernama dinosaurus. Kini ancaman asteroid juga terus membayang. Bumi akan cepat punah dari dalam, karena ulah semena-mena dan serakah manusia. Bisa juga dari serangan luar angkasa.

Meski begitu, ternyata benda-benda di luar angkasa juga ada manfaatnya. Siapa yang menyangka bahwa batuan luar angkasa asteroid juga bisa ditambang untuk keberlangsungan hidup di bumi? Dari gagasan itulah beberapa puisi di dalam buku ini lahir. Puisi bisa saja menghidupkanmu dari fragmen-fragmen gelisah, atau bisa juga melenyapkan dirimu di balik permenungan itu.

Menulis puisi bagi saya seperti sebuah perjalanan ke Mars atau ke Bulan. Penuh persoalan dan persiapan. Kita bisa saja gagal dalam pendaratan, yang bermakna puisi sulit untuk dipahami dan jatuh ke jurang kegelapan. Atau kita juga bisa terlalu telanjang—ketika pendaratan sukses, namun tidak bisa kembali pulang ke Bumi.

Puisi-puisi di dalam buku ini terbagi menjadi dua bagian: Setelah Dentuman Besar dan Di Selubung Adegan. Pada bagian pertama, bagi saya puisi-puisi yang hadir adalah respons pribadi atas alam semesta dan proses dialektikanya. Perihal utopia dan juga distopia. Alam semesta sebagai makrokosmos dan manusia sebagai mikrokosmos kerap berinteraksi sebelum waktu mengada dan berbagai mitos penciptaan hadir.

Pada bagian pertama saya menuliskannya dari perspektif logos. Sementara di bagian kedua saya menuliskannya dari pandangan mitos dan ihwal budaya yang karib dengan saya. Meski di antara keduanya kerap bersinergi atau bisa juga saling mengingkari.

-----------------------------------------

Inginku menemukan mesin waktu
menuju hening gemintang
atau kekacauan spektrum
di festival kecerdasan buatan
penuh planet pendakian
dalam selongsong pencarian.

Setelah Dentuman Besar

----------------------------------------

Puisi Galeh membawa kita ke wilayah pantulan-pantulan historisisme: imajinasi sebagai jembatan untuk mengalami gelembung waktu dan sejarah yang purna-manusia. Tetapi bahasa belum terguncang oleh prosedur pengada digital di mana algoritma akan mengguncang bentuk-bentuk penciptaan, termasuk puisi, yang pernah menjadi bagian dari pengada kemanusiaan kita. Buku ini sedang membuat jalan ke sebuah arah di mana mungkin kita tidak perlu tahu lagi mau ke mana.

(Afrizal Malna)

Dunia adalah kawasan festival dengan berbagai wahana permainan. Seseorang datang dengan tiket pas bebas. Ia lalu mencoba semua wahana. Baginya semuanya menantang, semua mengasyikkan, dan semuanya mengantarkannya pada situasi yang hampir sampai.

Wahana-wahana permainan itu membawanya menjelajah ke mana-mana, dan itulah yang ia inginkan. Ia bergerak ke masa lalu yang jauh. Ia mencapai dasar lautan. Ia mencoba tiba di batas angkasa luar, mengalami hujan asteroid, mendengar dentuman besar. Ia tak puas dengan wahana yang ada, lalu mencoba menciptakan berbagai wahana permainan sendiri di kawasan festival itu.

(Hasan Aspahani)

128 pages, Paperback

First published January 15, 2019

3 people are currently reading
24 people want to read

About the author

Galeh Pramudianto

8 books40 followers
Galeh Pramudianto, working as an educator and one of the founders of Penakota.id. His latest book "Asteroid dari Namamu" (2019). He is the recipient of a Literary Works Award (Acarya Sastra 2019) from Indonesia's Ministry of Education and Culture.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
5 (20%)
4 stars
8 (32%)
3 stars
11 (44%)
2 stars
0 (0%)
1 star
1 (4%)
Displaying 1 - 6 of 6 reviews
Profile Image for Dion Yulianto.
Author 24 books196 followers
April 8, 2020
Buku kumpulan puisi berjudul romantis ini ternyata tidak romantis amat. Sebaliknya, ia begitu penuh dengan ilmu pengetahuan yang dipuisikan. Gugusan planet diubah berima. Fakta sejarah disusun bersajak. Orang-orang besar dijajar megah. Dan semakin ke belakakg, pembaca kian terpukau dengan kedalaman pengetahuan serta keragaman data yang berhasil disusupkan sang penyair dalam puisinya. Kritik sosial juga sesekali turut dihadirkan lewat kalimat kalimat yang entah sepertinya bermaksud menyelinap dalam pekatnya Rima dan sanjak.

"dan ia telah memilih
bahwa kekuasaan kadang
menjauhkan penyakit dari pulih" (74)


Satu penulis memunculkan penulis yang lain lewat karyanya. Efek pengaruh penyair lain juga terasa dalam buku ini. Misalnya saja humor Jokpin dan gaya 'ruang' Afrizal Malna dalam puisi Terpelanting dan Toko Serba Ada


2/
Tuhan menciptakan
sariawan dan sakit gigi
untuk menginstirahatkan mulut dari
jemaat fitnah dan nyinyir viral
tak berkesudahan.

Di puisi selanjutnya, yang lebih mirip katalog untuk mendirikan sebuah toko kelontong serba ada dan barang barang apa saja yg dijual di dalamnya, kita tetap menemukan pukau itu ada dalam baris terakhirnya.

ada. apalagi kak kak? apa? puisi? maaf sekali, untuk yang itu ternyata kami tidak menjual. (83)


Sebuah gong lucu sekaligus sendu setelah menyimak satu deret puisi berbentuk paragraf yang isinya daftar barang semata.

Dari pantai Klayar hingga manuskrip Voynich, galaksi Bimasakti hingga manusia Purba dari Jawa, semua beralih rupa puitis. Di buku ini pula kita kembali menemukan peran judul sebagai penuntun dalam menikmati isi puisi.
Profile Image for Indiana Alwasilah.
4 reviews6 followers
February 9, 2019
Judul antologi puisi ini puitis, mengingatkan pada kenangan kecil saya yang menggemari (baca: banyak membaca ensiklopodi) segala hal yang berkaitan dengan astronomi, dan tentu saja itulah alasan pertama saya membeli bukunya. Kemunculan kata-kata bertema astronomi (seperti: spektrum, orbit, gugusan, antariksa) pada sebagian puisi-puisi Galeh membuat saya jatuh hati.

Buku ini terdiri dari 87 puisi (mudah-mudahan tidak salah hitung, hehe). Beberapa diantaranya dapat langsung saya interpretasikan dengan sekali baca, sisanya perlu dibaca setidaknya dua kali. Saya takjub dengan diksi yang dipilih Galeh, karena ada cukup banyak kata yang rasanya baru pertama kali saya temukan. Setidaknya ada belasan kata yang saya tandai untuk kemudian saya cek di KBBI, diantaranya: butala, palka, adagium, zantara, spagetifikasi; dan lima kata ini memang eksis. Ayo Indiana belajar lagi bahasa Indonesia. Hehe.

Well, I enjoyed reading this 128-pages book! If you're interested in reading this poetry anthology, prepare to be amazed by the beauty of bahasa Indonesia. ✨
Profile Image for Rafik Nurf.
39 reviews4 followers
February 11, 2020
Selesai membaca buku puisi ini, seolah bertanya-tanya tentang bagaimana gagasan-gagasan tentang benda/hal di luar angkasa bisa tercipta dan tertuliskan kembali dalam wujud puisi. Kadangkala masih nyenyak dalam ketidaktahuan istilah asing seperti: schrodinger, nordlingen, tartuffe, caligula dll.

Buku puisi ini terbagi menjadi dua bagian: setelah dentuman besar; di selubung adegan. Dan dari dua bagian tersebut, puisi paling menarik(di antara puisi lain dlm buku ini) adalah 'kabar dari dasar laut', 'pascamanusia', 'terpelanting' dan 'katarsis'.

3.
di antara dokudrama tentangku
kini hanya ada lautan yang meluber
dan daratan dipenuhi alga kambrium
menuju trilobit dan moluska
--- kembali tanpa diriku.

(cuplikan bait puisi: pascamanusia, h. 69)


Naik dan turun
tenggelam dan terbang
terlalu kencangnya
Ia pun sampai di samping Tuhan.

(h. 127)
Profile Image for Lovina Wijaya.
80 reviews
May 11, 2021
Judulnya terdengar romantis, bukan? Yah, tapi sebenarnya buku ini tidak berisi hal-hal romantis (atau setidaknya tidak menimbulkan kesan-kesan romantis). Sajak dari buku kumpulan puisi ini biasa saja, ringan dan mudah untuk dicerna. Namun ada bagian-bagian yang saya kurang suka, yaitu paragraf-paragraf random yang mungkin adalah "cerpen". Sekurang-kurangnya buku ini nyaman dibaca saat gabut/kurang kerjaan.
1 review
September 21, 2023
Buku ini berhasil membangkitkan semangat saya untuk berpikir lebih positif dan berani menghadapi tantangan. Bahasa yang digunakan dalam buku ini begitu puitis dan mengagumkan, menghadirkan keindahan dalam setiap halaman. :)
Profile Image for Nadia.
27 reviews
July 28, 2021
Jatuh, cinta, semesta, cinta lagi dan lagi, turun, naik, turun, cinta lagi.
Displaying 1 - 6 of 6 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.