Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kami (Bukan) Sarjana Kertas

Rate this book
Di Kampus UDEL, terjebaklah tujuh mahasiswa yang hidup segan kuliah tak mau. Mereka terpaksa kuliah di kampus yang Google saja tak dapat mendeteksi. Cobalah sekarang Anda googling "Kampus UDEL," takkan bertemu!

Alasan mereka masuk UDEL macam-macam. Ada yang otaknya tak mampu masuk negeri, ada yang uang orangtuanya tak cukup masuk swasta unggul, ada pula yang karena... biar kuliah aja.

Hari pertama kuliah, Ibu Lira Estrini - dosen konseling yang masih muda - menggemparkan kelas dengan sebuah kejadian gila, lucu dan tak masuk akal. Ia membawa sekotak piza dan koper berisi tikus. Seisi kelas panik, tapi anehnya, semangat para mahasiswa buangan ini justru terbakar untuk berani bermimpi!

Akankah mereka bertahan di kampus yang amburadul ini? Sekalipun iya, bisakah mereka jadi sarjana yang tidak sekadar di atas kertas?

Buku ini wajib dibaca pelajar SMA, mahasiswa, para orangtua, karyawan, petinggi perusahaan, para pengambil kebijakan di institusi pendidikan, anak start-up, anak muda berkarya, pengemudi ojek online, abang ondel-ondel, hingga Presiden Korea Utara agar kita dapat memutuskan seberapa penting sebenarnya nilai sebuah ijazah.

-------

Tiap kita punya musuh besar.

Ia hadir lebih menakutkan dari kegelapan.
Menyengat lebih panas dari Aldebaran.
Lebih berbahaya dari bisa King Cobra yang melumpuhkan.
Lebih dingin daripada kutub Bumi yang membekukan.

Di mana musuh itu berada? Dalam jiwa kita sendiri.
Cara menaklukkannya? Engkau sendiri yang tahu, kawan.

-------

355 pages, Paperback

First published February 23, 2019

260 people are currently reading
2701 people want to read

About the author

J.S. Khairen

18 books679 followers
Usahakan baca minimal 1 fiksi, dan 1 non-fiksi setiap bulan. Fiksi untuk hati, non-fiksi untuk kepala.

Ini juga pesan untuk kawan-kawan yang mencoba merintis jadi penulis. Jika ada yang menganggap karyamu baik, maka syukuri dan jangan terlalu terbang. Rekam itu di ingatan, jadikan dorongan untuk memberi dampak dan membawa pesan-pesan yang seru dan penting.

Jika rupanya ada yang tak suka, memberi kritik, saran, itu tak masalah. Beberapaa kritik malah bisa jadi pelontar yang ampuh untuk karyamu berikutnya. Lagi pula, orang sudah keluar uang untuk beli karyamu, masa mengkritik saja tidak boleh. Selama sesuatu itu karya manusia, pasti ada saja retak-retaknya.

Lain cerita jika menghina. Memang benar tak harus jadi koki untuk bisa menilai satu menu masakan itu enak atau tidak. Namun cukup jadi manusia untuk tidak menghina makanan yang barang kali tak cocok di lidahmu, kawan.

“Karya yang terbaik adalah karya yang selanjutnya.” Bisik seorang sahabat. “Tulislah sesuatu yang bahkan engkau sendiri akan tergetar apabila membacanya.” Sambung sahabat yang lain.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
909 (61%)
4 stars
370 (24%)
3 stars
131 (8%)
2 stars
38 (2%)
1 star
42 (2%)
Displaying 1 - 30 of 314 reviews
Profile Image for Hestia Istiviani.
1,035 reviews1,963 followers
April 24, 2019
Harus diakui, aku sendiri tidak selesai membaca buku ini. Kesalahannya adalah, aku sudah memasang mindset untuk membaca yang berujung pada resensi ketimbang membaca untuk mengetahui apa sih yang berada di balik judul Kami (Bukan) Sarjana Kertas. Alhasil, membacanya pun menjadi semacam sekadar skimming dan scanning.

Kisahnya bermula dari Ogi dan Ranjau, dua tokoh yang ternyata adalah seorang sahabat. Mereka berjuang bersama hingga masuk ke perguruan tinggi. Cerita pun semakin berkembang dengan diperkenalkannya beberapa tokoh lagi. Mereka semua saling "memengaruhi" satu sama lain. Lambat laun, masing-masing menjadi saling berkaita. Dan dari situlah, tema "persahabatan" ditonjolkan dalam buku ini.

Selain itu, ada pula tema mengenai "perjuangan". Hampir semua tokoh yang dikenalkan sepanjang cerita memiliki latar belakang yang (sebenarnya) berbeda tapi tetap memiliki satu benang merah: mereka semua berjuang untuk berada pada posisi sekarang. Bagaimana maksudnya? Di awal diceritakan bahwa tokoh tersebut adalah mahasiswa. Namun, semakin ke belakang, pembaca diajak mengenal tokoh dengan lebih jauh. Mengenal latar belakang hingga diajak untuk berkunjung ke "kampung halaman" masing-masing tokoh.

Bagiku, Kami (Bukan) Sarjana Kertas punya pesan moral yang sesuai untuk pembaca yang menuju bangku perkuliahan atau yang masih berada pada tingkat satu dan dua di perguruan tinggi. Kekuatannya ada dalam cerita antartokoh, bagaimana mereka mempertahankan motivasinya agar tetap bisa kuliah, agar menjadi manusia yang lebih baik lagi melalui peningkatan kualitas pendidikan.

Hanya saja, cukup membosankan. Aku sempat berhenti lama di tengah-tengah babak. Merasa bahwa ya nanti juga akan tertebak bagaimana ceritanya. Untuk pembaca yang sudah berada pada usia kerja dan sudah merasakan bangku universitas, kisah tokoh-tokoh itu terasa dekat. Dan ya, kita sudah melauinya meski tidak seberuntung para tokoh yang punya dosen konseling.

Mungkin, karena ada banyak tokoh, penulis terlihat berusaha menceritakan latar belakang masing-masing dari mereka. Termasuk tokoh orang dewasa seperti si dosen konseling tersebut. Fokusnya jadi kemana-mana. Padahal, bisa saja berfokus pada dua tokoh utama yang dikenalkan di awal cerita. Mengubah bagaimana mereka akhirnya berproses.

Cukup kaget juga ketika mengetahui bahwa satu buku Kami (Bukan) Sarjana Kertas ternyata mengisahkan kisah mahasiswa selama 4 tahun. Termasuk sesi ketika kerja praktik dan magang. Lengkap dengan pengalaman mengikuti perlombaan. Ya, sangat dekat dengan kehidupan mahasiswa di Indonesia. Tetap saja, untukku, itu cerita yang cukup panjang jika dituturkan dalam 300an lebih halaman novel.

Terlepas dari itu, bagi yang rajin mengikuti tulisan penulis, akan terasa bahwa ia telah berkembang. Bahasa dan kosa kata metaforanya sudah berkurang.Digantikan oleh cara penyampaiannya yang lebih halus. Memang, menjadi lebih enak diikuti.

Anyway, selamat ya! Akhirnya novel yang sudah ditulis sejak lama ini rilis juga~
1 review1 follower
February 28, 2019
Kami (bukan) serjana kertas...
Sangat menarik dan penuh edukasi...
Sangat cocok untuk semua kalangan.
Ketika baca lembar pertama kedua dan seterusnya, saya sangat antusias. Baru pertama kali baca novel dari jam 2 siang sampai jam 3 dini hari (sampai habis). Bukan hanya karna bagus, tetapi karna memang menarik dan menurut saya, novel ini sama dengan keadaan dunia (hahahaaa)..
Pokoknya temen2 harus baca ni novel biar kalian nggak mikir ijazah adalah segalanya.
Katanya bung Rocky G. , ijazah itu bukti pernah sekolah_ kuliah bukan bukti pernah berfikir.
Profile Image for achan.
10 reviews
January 8, 2021
setiap pesan yang disampaikan penulis dituangkan ke dalam bahasa yang mengalir ringan. bahkan menurut saya pelajar SMA pun pasti bisa memahami kisah yang terdapat dalam buku ini dengan baik. semakin mengikuti alur cerita, semakin emosi kita dipermainkan. sesekali dibuat menangis terharu namun tak jarang juga kita akan dibuat terpingkal.

menurut saya buku ini cocok untuk semua kalangan, lebih direkomendasikan lagi untuk para pelajar dan mahasiswa semester awal. buku ini memiliki cerita yang penuh akan pelajaran dan perenungan dalam menjalani kehidupan. seperti judulnya, buku ini mengajak kita untuk tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri saja, namun juga bagaimana kita menempa diri kita untuk menjadi lebih baik bagi diri sendiri dan juga orang lain.

Profile Image for Anisa Fadilah.
33 reviews2 followers
May 20, 2019
Asoy Semlohay banget gantungnya.
Memukau sampai-sampai nggak berasa udah abis.
Bukunya santai, tapi ya itu cara menyampaikan pesannya unik :)
Ditunggu banget kelanjutannya
Profile Image for Wiranto Bakri.
8 reviews23 followers
May 26, 2019
Memuat kritik praktik pendidikan di Indonesia yang dikemas secara gurih dan menarik.

Menceritakan 7 orang Calon Sarjana di Perguruan Tinggi Swasta. Bagaimana mereka, percaya bahwa jalan kesuksesan harus ditempuh dengan menjadi Sarjana. Tetapi, sebuah realita adalah proses untuk berkompromi dengan ekspektasi. Ada situasi dan alasan yang mewarnai kekuatan setiap kisah dari ke-7 karakter ini.

Setiap Karakter di buku ini sukses membuat para pembaca pasti sulit meletakkan buku ini di Rak buku.

Gak boring, bacanya. Percaya deh.
11 reviews2 followers
June 3, 2019
Sebuah Ulasan
#RHREVIEW
-----------------------
Kita semua berhak memiliki mimpi. Kita semua berhak untuk berandai-andai. Mau bagaimanapun perekonomian kita, mau setinggi apapun impian, kejar. Sebab Sang Penentu Takdir selalu memberikan peluang.
.
Berisi tentang mimpi, sahabat, perjuangan, usaha, kegagalan, keberhasilan, peluang, solidaritas, bucin —sedikit, keputusasaan, proses, bisnis, dan masih banyak lagi.
.
Si kuning ini membuat paradigma berpikir saya berubah. Menjadi sarjana bukanlah satu-satunya cara untuk sukses, sebab yang tak sekolah tinggi pun banyak yang sukses. Semua orang memiliki kuotanya untuk gagal, masalah apa yang sedang kamu hadapi saat ini, itu belum seberapa dengan masalah yang akan datang nanti. Tidak percaya? Baca buku ini kalau-kalau kamu sedang mencari motivasi.
.
Tak usah menunjuk orang lain, kerap diri pun menyepelekan kemampuan sendiri, pesimis.
“Memangnya saya ngomong sok-sokan gini udah yakin sukses? Sudah yakin akan berhasil?”
Pada dasarnya, sukses itu ditentukan oleh diri sendiri. Gagal adalah sebuah proses. Butuh berkali-kali gagal untuk menjadi sukses. Artinya, takut gagal adalah rasa yang bisa menghalangi kita untuk menjadi sukses.
.
Ingat Ogi tatkala merasa hidup selalu terpuruk.
Ingat Ranjau tatkala ambisi memudar.
Ingat Gala tatkala impian terjegal keinginan orangtua.
Ingat Arko tatkala susah namun tak ingin nampak.
Ingat Juwisa tarkala merasa perekonomian adalah penghambat segala.
Ingat Sania tatkala merasa menjadi manusia yang hancur.
Ingat Catherine yang mencari ilmu hingga ke negeri kincir angin.
Ingat Bu Lira tatkala merasa butuh motivator dan sosok penuntun.
Ingat Nenek Anjali tatkala hidup selalu menyepi.
Ingat kecoak yang bertahan dari gemparan meteor dan serangan nuklir.
Ingat anjing yang menyalak untuk impian.
Dan ingat buku ini tatkala merasa pesimis.
.
Intinya, saya mengompori kalian untuk membeli buku ini. Dijamin tidak akan menyesal. Sekali-kalilah membeli buku yang genrenya tidak biasa. Intinya lagi, ditunggu KAMI (BUKAN) JONGOS BERDASInya, Bang!
Profile Image for Chirstine May.
1 review
March 10, 2019
setelah ikut po dr bulan januari, buku tiba di bulan februari, akhirnya aku selesai membaca buku ini. Seharusnya bisa baca buku ini dalam seminggu cuma karna ada prioritas lainnya yg harus dilakukan

anyway hai, aku mahasiswi semester 6 yg sedang mengambil proposal skripsi. Tahun ketiga kuliah, jujur udah bosan kuliah dan selalu mempertanyakan "kenapa harus kuliah?" "tujuannya apa?" "esensi kuliah apa?"

setelah baca buku ini, ketiga jawaban dari pertanyaan di atas itu tergantung dirimu sendiri. Ada yang kuliah untuk membanggakan orang tua, ada yang kuliah untuk mengangkat derajat orang tua, ada yang mau menggapai cita2nya, dsb.

its good, buku ini bercerita bahwa "kemampuan bertahan" sangat diperlukan manusia apalagi MAHASISWA; setia sama impian2 kamu; jangan serius2 amat terkadang hidup harus dibercandain; jalan yang aman2 aja belum tentu baik dan jalan yang penuh lika liku belum tentu buruk; sebaik-baiknya sarjana adalah ia yang bermanfaat bagi manusia dan lingkungan sekitarnya; mau tidak mau kamu harus terus bergerak temukan solusi nya; sangat penting punya sahabat yang selalu ada untuk mengingatkan kamu

kalimat yang paling aku suka dari buku ini: saat segala sesuatu terasa berat, meletihkan, bahkan hingga tahap memuakkan, itu artinya kau sedang mendaki. Akan ada sesuatu yang indah menantimu di puncak sana, kawan

Jangan sangka situasi enak, nyaman, dan tak ada hambatan berarti selalu baik. Karena artinya kau sedang menurun. Bahkan bisa terjerembab ke lembah tak berwarna

Cerita buku ini gk berat, di setiap chapternya diselipin kalimat2 yg menurutku "menyadarkan" elo tentang kehidupan terutama drama kehidupan dan perkuliahan

after read this, oke aku jadi bersemangat kembali untuk berkuliah, thanks buku ini sangat wajib untuk dibeli untuk semua kalangan

diciptakan oleh penulis terbaik @js_khairen
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Bila.
315 reviews21 followers
August 4, 2020
"Nanti setelah kalian lulus, di luar sana, dunia nyata jauh lebih menjijikkan daripada tikus-tikus ini! Mau jadi apa kalian setelah lulus? Sarjana Kertas? Ngerasa pintar, hebat di atas kertas, tapi menghadapi dunia nyata malah gak bisa? Kalian ini mahasiswa, bukan maha-sisa! " (hal.7)


Buku ini diawali dengan ajaib bin gempar, diakhiri juga dengan... Ajaib. Tak disangka-sangka jika berkaca dari keadaan awal. Kisah yang gokil dan asyik untuk diikuti, banyak pesan yang bisa diambil, kadang bisa bikin haha-hihi tapi kadang juga bisa bikin terpukul. Eh itu mah gara-gara quotenya yang jleb yak.

Tokoh-tokoh utama di buku ini banyak tapi kalian ga bakal pusing mengingat mereka beda-beda (mungkin untuk ketertarikan, Trio Tisu jelas punya kesamaan). Yang paling kusuka jelas Bu Lira dengan kepedulian dan ide anehnya. Ya memang dia disitu hampir sempurna, tapi sebagai dosen yang memberi contoh bagi mahasiswa konselingnya jadi aku sangat maklum.

Hanya aja aku ngerasa ada satu solusi permasalahan yang malah mengingatkanku akan FTV Pintu Berkah 😩 tentu dengan lebih banyak usaha sih. (Oke, aku harus stop nonton itu :p)

Kampus UDEL (ya kalian boleh ketawa), walau kamu bukan unggulan sama sekali, tapi kisah mahasiswamu sudah suksea menghiburku.

(aku kasih 4 soalnya ya emang aku kurang sreg sama gaya tulis dengan umpatan wkwk. Ditambah lagi ada kalimat sumbang. Yhaa)

"Esensi universitas bukan hanya membangun intelektualitas. Tapi juga membangun jiwanya, mental pemimpinnya, kepekaan terhadap lingkungan dan masyarakat." (hal.158)
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
September 14, 2020
** Books 110 - 2020 **

Buku ini untuk menyelesaikan Tsundoku Books Challenge 2020

3,4 dari 5 bintang!


Menyenangkan akhirnya bisa kembali membaca karya Uda J.S Khairen setelah 30 Paspor di Kelas Sang Profesor - Buku 1 dan 30 Paspor di Kelas Sang Profesor - Buku 2 bagus sii buku ini ceritanya mengenai suka duka di kehidupan perkuliahan dan bagaimana bobroknya sistem pendidikan di Indonesia juga. Perjuangan masing-masing karakter individu juga dijelasin disini yang benang merahnya bisa ditarik adalah tidak ada usaha yang mengkhianati hasil, pendidikan informal juga tidak kalah pentingnya dengan pendidikan formal. di buku ini juga dikasih contoh bagaimana Gala yang memiliki priviledge lebih dibandingkan Juwisa yang sulit bahkan mencari uang kuliah

Banyak pesan moral yang bisa diambil didalam buku ini namun saya merasa buku ini terlalu padat dan alurnya cepat karena 8 semester masa kuliah dibuat dalam 1 buku

Terimakasih Uda J.S Khairen atas pemberian bukunya!
Profile Image for Faris Abdala.
110 reviews8 followers
March 20, 2020
Pertama-tama, saya apresiasi penulis yang sudah membagikan bukunya secara gratis untuk menemani orang-orang yang mengisolasikan diri di masa Covid-19.

Buku ini merupakan bacaan yang ringan, dan saya sadar bahwa saya tidak perlu memberikan standar yang terlalu tinggi. Namun, menilai secara objektif, cerita buku ini generik. Tidak ada hal luar biasa yang membuat buku ini menjadi sangat hebat.

Saya merasa ceritanya tidak kohesif. Terlalu banyak subplot yang tidak dikembangkan jauh, sehingga setiap karakter terasa dangkal. Ceritanya melompat-lompat dari satu karakter ke karakter lain tanpa ada hubungan jelas antar tiap subplot.

Meskipun begitu, sebagai bacaan ringan yang tidak perlu terlalu dianggap serius, buku ini cukup memberi saya hiburan. Mungkin saya akan membaca sekuelnya, yang juga dibagikan gratis, di lain waktu.
Profile Image for Ms.TDA.
234 reviews3 followers
March 5, 2025
Alur kisah yang cukup ringan untuk dinikmati. Ini buku kesekian kali yang aku baca dari penulisnya, dan memang memiliki gaya bahasa yang cukup gampang dan juga pesan yang cukup tegas ttg kehidupan itu sendiri, karna memang target pembacanya hampir disegala usia.

Apa yang terjadi di kampus/universitas besar maupun kecil lumayan di paparkan dalam buku ini, walaupun masih banyak kompleksitas yang sebenarnya bisa di masukkan lagi.

Ada beberapa hal yang menurutku agak berlebihan seperti bbrp tokoh yang mayoritas terbilang cukup ‘berhasil’, walau kenyataan pahit di dunia nyata tak akan seindah berhasil yang dimaksudkan.

Overall 3,5/5 🌟
1 review
February 26, 2019
Dari episode yang sudah saya baca dari buku ini,
Saya mendapatkan sebuah pelajaran, Bahwa berguru kepada binatang lebih bisa memotivasi diri, ketimbang berguru pada dosen yang kayak binatang...

[ saya butuh dosen seperti Bu ashoy semlohay ]

- Terimakasih kepada ANJING dan KECOA, kalian telah menyadarkan saya...



Belilah buku ini ketimbang anda membeli buku yang dijual oleh dosen anda, buku ini lebih berfaedah... Saya ngk boong...
Profile Image for Niena Aniesza.
195 reviews7 followers
Read
July 9, 2024
Kisah persahabatan di menara gading. Sekumpulan pelajar, dengan pelbagai latar belakang bertemu dan bersama-sama mengejar impian masing-masing.

Majlis graduasi bukan pengakhiran kepada pencarian ilmu. Nilai ilmu bukan pada sekeping ijazah, namun pada jiwa yang sentiasa mahu memajukan diri, mencari peluang dan tak berhenti belajar.
1 review
February 24, 2019
Dibuat bungkam tapi menyenangkan sama buku yang satu ini. Banyak emosi yang memuncak disetiap ceritanya entah itu senang bukan kepalang, melayang, haru, sampai ironis. Di tambah cerita kekonyolan yang membuat buku ini juga bisa ditertawakan.👏🏼👏🏼👏🏼
Profile Image for Ayu Istiyani.
94 reviews6 followers
June 19, 2024
Entah termasuk terlambat atau tidak baru mengulas buku ini sekarang.
Dibuka dengan adegan Bu Lira dengan koper berisi tikus, sedikit flashback di novel Melangkah bahwa Bu Lira adalah lulusan rekayasa genetika hewan. Baca ini mengalir aja. Emosinya naik turun, kadang jengkel sama Ogi, terbahak sama kelakuan Arko dan Ranjau. Heran sama Gala, peduli sama Sania dan Juwisa. Awalnya hanya berfokus dengan Ogi dan Ranjau, namun ternyata semakin lama tokohnya berkembang, dan semuanya dilibatkan penuh dalam penokohan. Yaa meskipun berkembangnya adalah seputar kelompok konselingnya Ogi, dan Bu Lira.

7 orang mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda, dengan impian yang berbeda. Awalnya hanya menceritakan bahwa mereka adalah mahasiswa, namun di tengah-tengah kita diajak untuk mengetahui latar belakang, keluarga mereka, juga perjuangan masing-masing dari mereka untuk bisa kuliah juga impian mereka. Hanya saja, karena tokohnya cukup banyak, jadi fokusnya melebar kemana-kemana. Penulis ingin menceritakan seluruh tokoh secara rata, tapi itu jadi membuat ada plot plot yang agak lompat.

Meski begitu, cara menyampaikan pesannya cukup unik. Juga kritikan untuk banyak pihak dalam pendidikan, seperti pendidik, mahasiswa, orang tua. Serta tak lupa sistem politik kampus.
Btw, kelanjutan bapak dosen Sugiono gimana ya? Wkwk
Sepertinya saya harus melanjutkan ke series Kami (Bukan) yang lain.

"Nanti setelah kalian lulus, di luar sana, dunia nyata jauh lebih menjijikkan daripada tikus-tikus ini."

"Kita kerap mendikte Sang Mahapasti dengan doa-doa yang ajaib, meminta yang tak kita butuhkan, mengharap lebih dari yang diperlukan. Padahal kita tahu, Ia adalah penulis skenario terbaik, yang selalu memberi pas takaran."
Profile Image for kasmawithbooks.
23 reviews
May 11, 2025
"... Nanti setelah lulus, di luar sana, dunia nyata jauh lebih menjijikkan daripada tikus-tikus ini! Mau jadi apa kalian setelah lulus? Sarjana Kertas? Ngerasa pintar, hebat di atas kertas, tapi menghadapi dunia nyata malah gak bisa? Kalian ini mahasiswa, bukan maha-sisa!"
------------------
Buku ini berkisah tentang Trio Tisu dan anggota kelompoknya yang berusaha meraih impiannya masing-masing. Dengan latar belakang yang berbeda, mereka berjuang untuk bertahan dari berbagai macam badai, baik yang datang dari luar maupun dari diri mereka sendiri. Dan dalam proses tersebut, ada Dosen nyentrik namun paling saya suka. Dia adalah Bu Lira. Dengan gaya mengajarnya yang unik, dia mampu menyentuk titik terdalam mahasiswanya.

Buku ini renyah dan sederhana. Meskipun tokohnya banyak, saya tidak bingung dengan alurnya. Buku ini termasuk page turner bagi saya karena bisa secepat itu bacanya plus sambil ngakak dengan pergaulan para tokohnya🤭

📝Buku ini menyajikan banyak insight. Beberapa diantaranya:
1. Kita tidak akan bisa mengubah hidup kita jika bukan kita yang mengubahnya.
2. Pendidikan itu amat penting, namun pendidikan bukan hanya di dapat di bangku perkuliahan, tapi juga dari kehidupan itu sendiri.
3. Kesuksedan itu ditentukan oleh diri sendiri. Mau bangkit atau menyerah? Itu adalah pilihan.

🌸Buku ini saya rekomendasikan bagi siapapun, khususnya yang sedang dalam pencarian jati diri dan sedang dalam kondisi terpuruk oleh badai kehidupan.
Profile Image for Hannah Amaya.
21 reviews
December 16, 2025
Novel Kami (bukan) Sarjana Kertas karya J. S. Khairen adalah karyanya yang pertama kali aku baca. Selain penasaran dengan isi novelnya, aku juga penasaran dengan dengan gaya penulisannya. Menurutku novel ini lumayan menarik karena penuh motivasi dan mengandung humor. Gaya bahasanya juga ringan sehingga mudah dipahami dan memungkinkan pembaca menyelesaikannya dalam waktu yang singkat. Namun sejujurnya aku terlalu berekspektasi tinggi dengan novel ini, dari membaca judulnya. Di awal membaca, aku merasa unsur fiksinya (yang mengangkat tema kehidupan sosial) agak berlebihan karena beberapa scene-nya tampak tidak masuk akal, misalnya pada bagian Bu Lira membawa hewan ke kampus, yg kemudian menggambarkan mahasiswanya terluka-luka, terlebih lagi scene ketika helikopter Gala muncul membawa kunci yang ketinggalan. Lalu di satu sisi, aku juga merasa jalan ceritanya terasa cepat sekali, sehingga kesannya terburu-buru. Dann agak kaget ternyata kisah mereka bersambung ke novel selanjutnya. Sebelumnya aku mengira seri "Kami (bukan)" ini ceritanya tidak saling berkaitan. Tapi aku cukup penasaran bagaimana kelanjutan kisah hidup para tokoh dalam novel ini. Aku berharap cerita di novel selanjutnya lebih menarik!
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Destanti Fatwakhyuni.
4 reviews
May 28, 2019
Jalan ceritanya cukup bagus, disertai dengan kritikan untuk semua pihak yang terlibat dalam pendidikan : pendidik, peserta didik, orang tua, dan standar sosial (?).

Sangat related dengan kehidupan. Kebingungan mahasiswa mau jadi apa saat kuliah dan setelah bertoga kadang benar adanya. Hanya saja saya merasa tokoh-tokoh cerita ini tidak se-bermasalah ekspektasi saya saat membaca sinopsis, apalagi ceritanya digambarkan di kampus buangan. Belum lagi sistem konseling dengan dosen seperti Bu Lira. Kedekatan dosen dan mahasiswa seperti itu sepertinya sangat jarang, karena pada nyatanya di kampus 'baik' pun rasio dosen dan mahasiswa tidak sehat. Sehingga jangankan konseling career path, kontrak kuliah saja bisa kewalahan. Pendapat saya, sistem yang digambarkan di buku ini terlalu bagus untuk kampus yang jarang dilirik, atau mungkin penulis sengaja menggambarkannya karena punya impian terhadap sistem pendidikan tinggi kelak menjadi seperti ini?

Sampai bertemu di buku lanjutannya~
1 review
February 25, 2019
Buku ini emang bener bener keren bgt parah, saya bukan tipe org yg senang baca buku tapi entah kenapa gara-gara buku ini jadi nagih terus baca dan baca buku ini cukup 2 hari saya lahan habis. Hati rasanya ga karuan dibikin ketawa, kasihan, sedih, terharu semua jadi satu. Dan Please buku lanjutannya segera di terbitkan ya bang bener bener candu😌
Profile Image for Dzata Iffah.
46 reviews1 follower
March 10, 2022
Akhirnya selesai juga buku ini :)

Buku ini sangat cocok dibaca untuk aku pribadi yang sedang berada di masa akhir perkuliahan. Karena di novel ini bercerita mengenai tokoh-tokoh mahasiswa, dosen, kampus dan juga kehidupan yang menjadi satu kesatuan. Selain itu juga yang aku suka dari novel ini adalah adanya Quotes-quotes yang cukup bagus untuk di foto dan dan di pajang di media sosial hehe
Profile Image for Chandra Cesc.
1 review
February 26, 2019
Tak peduli seberapa jauh anda tersesat, putar arah sekarang juga. Tak peduli seberapa kacau kuliah anda, baca buku ini sekarang juga. 😉
Bakal nunggu buku keduanya nih bang... KAMI (BUKAN) JONGOS BERDASI
Profile Image for Elin Zanati.
3 reviews7 followers
February 27, 2019
Novel yang emang beneran bisa dibaca oleh semua kalangan. Menurut saya, bisa memotivasi setiap orang dari yg punya mimpi sampai yg ga punya mimpi. Dan ga nyangka bakal disajikan sebuah rumus kalkulus yg bikin mata merem melek
Sip oke makjos!
1 review1 follower
March 3, 2019
MANTUL KALI LAH POKOKNYA
Tiap tokohnya punya cerita kayak roll coaster, dahlah jangan diragukan lagi mau beli apa enggak bukunya, biar tau sensasi nya gimana, baca aja langsung bukunya

Ditunggu BUKU KEDUA nya🙌
1 review
February 24, 2019
Ceritanya keren dan setiap episode diceritain dengan jelas tokoh tokoh nya、suka sama alur ceritanya、 buku ini membawa inspirasi dan motivasi buat pembacanya、 gak salah baca buku ini
1 review
February 25, 2019
bagus banget bukunya.. bukunya dateng bersamaan dengan acc proposal buat sempro.. 😎😎
1 review
March 11, 2019
Buku yang memberi motivasi serta kesegaran bagi pembacanya, beberapa kali menteskan air mata karena haru. Ceritanya sangat mengalir. Ditunggu lanjutannya, semangat berkarya🌻
1 review
April 1, 2019
Kami (bukan) sarjana kertas adalah buku pertama karya J.S Khairen yg saya baca. Novel ini mengajarkan saya bahwa sukses itu nggak hanya dari kuliah, kuliah hanya menjadi salah satu jalan menuju sukses apalagi kalau kampusnya seperti UDEL lulus cepat malah ga dapet2 kerjaan😂. Novel ini cocok banget dibaca para orang tua yg hobby nya memaksa anaknya masuk jurusan A atau masuk kampus X🙂
1 review
May 25, 2019
Ini novel pertama yang gua baca, dari dulu gak pernah minat baca novel, tapi ini dari judul aja udah bikin penasaran sama isinya, dan ayolah kelanjutanya harus lebih gempar mengelegar😁
2 reviews
March 1, 2019
Alur cerita ringan namun penuh makna. Tulisan dikemas secara menarik sehingga dapat membuat kita lupa waktu saat membacanya . Karya yang sangat bagus
Displaying 1 - 30 of 314 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.