Kara menikmati hidupnya yang sekarang. Dia punya pekerjaan yang disukai dan tinggal jauh dari ibunya yang superposesif. Semuanya terasa begitu sempurna pada mulanya. Sampai suatu hari, sepupu yang menjadi mimpi buruknya tiba-tiba muncul dan bekerja di kantor yang sama dengannya. Seolah kenyataan itu masih belum cukup menyebalkan, cinta monyet yang telah menorehkan luka di masa lalunya juga kembali dan bekerja di tempat yang sama. Setelah itu Kara merasa seperti hidup dalam bayang-bayang masa lalunya. Bertemu dua orang yang tidak ingin dihadapinya selama lima hari dalam seminggu? Kedengarannya memang seperti mimpi buruk yang sempurna.
Ini bukan novel pertama dari Mbak Titi yg aku baca, apalagi di seri City Lite. Bener-bener dibikin gemes sama jalan ceritanya dari awal sampai akhir. Apalagi dengan karakter Kara yg tercipta karena kesalahpahaman. Berasa dihipnotis pas baca, mengalir aja. Ditambah dengan karakter tambahan kayak Jingga dan Genta yang ikut memeriahkan jalannya cerita. Pengen deh punya kakak kayak Genta 🤭 Dan akhirnya sukses bikin nangis nggak berhenti-berhenti mulai bab 20. Sampai harus berhenti baca gara-gara air mata yg nggak mau berhenti. Walaupun sebenernya kebanyakan masalahnya karena pergolakan batin Kara dan karakternya. Nggak nyesel pas mutusin buat baca novel ini. Makasih Mbak Titi untuk novel ini 😁
Sekantor dengan Pretty,, sepupunya, adalah mimpi buruk bagi Kara. Ditambah lagi berhadapan dengan Atharwa, pria yang pernah disukainya semasa SMA. Seandainya kedua orang itu tidak menjadikan tubuh kurusnya sebagai bahan ejekan yang membuatnya pernah mengalami krisis kepercayaan diri, Kara mungkin tak masalah. Kini Atharwa mencoba mendekatinya lagi, sementara Kara masih belum bisa melupakan ucapan Atharwa sepuluh tahun yang lalu. Atharwa pun masih harus menghadapi Mama dan Genta kakaknya yang posesif terhadap dirinya.
Selain hobby Kara yang memutar bola matanya ke atas (serius... kalimat ini bisa muncul minimal 3x dalam satu bab), karakter Kara yang cool memarik untuk diikuti. Apalagi perjuangan Atharwa memdekati Kara. Kalau urusan kalimat-kalimat lucu tapi berasa sarkas, penulis memang jagonya. Membuat saya tidak berhenti membalik setiap halaman. Kira-kira kisah Agra, kakaknya Atharwa bakal ada nggak ya?
Pengulangan kejadiannya agak bikin bosen sih. Tapi lumayan page turner. Hubungan Kara & Atharwa kaya terlalu cepet gtu, terus konflik yang melibatkan Moi juga kurang greget.
Untunglah, chemistry Kara dengan keluarganya, bikin novel ini jadii manis. Dan pengakuan Pretty beneran bikin melek. "Ah, ternyata segala sesuatu itu selalu soal sudut pandang." Penulis keren bgt, karena bisa bikin karakter Pretty yang sebelumnya nyebelin, jadi sangat manusiawi.
Aku gak paham sama hubungannya Kara sama Pretty😅 Aku berharap sistuuurhood mereka diceritakan agak lebih dalam lagi dan diselesaikan dengan indah*heleh
Tapi serius ini. Mereka kenapa sih?😂 Berujung dengan aksi salah satu pihak ngebully.
Dan romannya juga keliatan dipaksa banget. Wow cepet banget prosesnya. Aku berharap sesuatu yang agak dalam dari buku ini. Covernya udah ngedukung banget. Tapi perasaan Kara ini belum tersalurkan padakuuh😩
Bercerita mengenai Kara yang kehilangan kepercayaan diri terhadap fisiknya berkat perisakan yang dilakukan orang-orang di masa remajanya. Sampai dewasa, dia masih membawa kenangan buruk tersebut sehingga lebih memilih menutup dirinya. Sampai sahabat dan orang yang dicintainya di masa lalu muncul, perlahan-lahan menyadarkan dia akan arti dirinya.
Membaca novel ini seperti becermin, lalu mulai mengetahui langkah-langkah untuk mengenali dan mencintai diri sendiri.
It's fun to read. Ceritanya ringan pke banget tapi ngalir banget ceritanya jadi page turning. Nggak bnyak kejadian yg bikin giggling atau naikin emosi atau gimana. Datar aja sbnernya tapi tetep enak diikutin.
Karakter2nya nyenengin semua. Apalagi suka mama. Trus ini kan cweknya triplek gtu mukanya ya, datar, tapi pikirannya penuh gtu tah. Makanya banyak bgt monolog. Tapi bahkan monolognya juga nggak bkin bosen. Soalnya kadang monolognya ya apa yg dia pikirin tentang orang2 lain dan dirinya sndri juga,sih. At some point ngerasa relate juga sama masa lalu Kara. Wkwk
Cuman tuh emang nyium bibir tanpa izin itu hal biasa dan emang boleh2 aja dilakukan yak? Aneh deh hal kayak gini ada mulu d novel romance.
Dari buku kak Titi yang udah kubaca sebelumnya, kayaknya disini paling banyak monolog. Pov 1 Kara, dengan alur maju dan deskripsi flashback bikin fokus terpecah.
Bagian awal cukup menarik dan rame. Tapi makin ke tengah terasa flat. Dialognya banyak, tapi konfliknya kurang kerasa. Mengangkat issue body shaming, dan self confidence, tapi aku tidak merasakan proses perubahan pribadi Kara menjadi lebih PD. Justru karakter Jingga yang terasa lebih dominan.
Perubahan hubungan Kara-Pretty dan Kara-Atharwa terlalu drastis. Peran Remy, Moira, dan Agrata kurang greret. Hem. 🤔
Judul: Lost, Love & Found Penulis: Titi Sanaria (@titisanaria) Penerbit: PT. Elex Media Komputindo (@elexmedia) ISBN: 978-602-04-9139-4 Hlm: 329 . . "Kita nggak bisa menghakimi orang cuma dari penampilan aja. Semua orang lebih kompleks di dalam, daripada apa yang dia tunjukin di luar." (hlm. 144) . . Bercerita tentang Kara yang selalu merasa insecure terhadap bentuk tubuhnya karena pernah mengalami pembullyan ketika dia remaja. Pembullyan yang dilakukan oleh sepupu sekaligus sahabat baiknya itu membentuk Kara menjadi perempuan dewasa yang sering kali pesimis juga kaku. Tapi setelah bertahun-tahun bersembunyi dari sosok-sosok masa lalunya, Kara yang kini harus kembali berhadapan dengan mereka si pembawa mimpi buruk. Tidak hanya satu, namun sekaligus tiga orang. . . Tbh, buku ini udah aku selesaikan bulan lalu tapi baru aku tulis reviewnya sekarang, tulisan Kak Titi itu nggak pernah mengecewakan dan tetap menjadi salah satu favoritku. Dan aku suka sama topik yang diangkat Kak Titi tentang body shamming yang sangat berdampak ke masa depan orang yang mengalaminya. Konfliknya bisa dibilang tergolong berat karena sedikit melibatkan hubungan kekeluargaan antara Kara dan Pretty. Sedangkan untuk romansa-nya aku merasa kurang greget aja. . . Aku suka bagaimana Kak Titi membuat hubungan Kara dan Pretty ini rumit. Kara yang introvert dengan Pretty yang ekstrovert. Chemistry dan interaksi antara Kara dan Genta bikin aku iri pengen punya satu abang yang begitu. Sedangkan untuk Kara dan Atharwa aku masih ngerasa kurang feel-nya, mungkin karena Kara kaku kali yaa jadi sewaktu sama Atharwa dia nggak selepas dengan Genta. Aku juga gemes sama mamanya Kara. Uh, khas emak-emak rempong yang sayang anak bangeeet!!! Bagian Mama dan Kara juga suka bikin aku terharu. . . Dari kisah Kara ini aku belajar buat lebih terbuka tentang apapun kepada siapapun terlebih kepada saudara agar tidak ada salah paham yang berujung permusuhan. Juga untuk hati-hati dalam bertutur kata karena bisa saja kata-kata itu berdampak buruk untuk orang lain. . . "Tapi cinta itu dirasakan oleh hati, Kara. Bukan sesuatu yang dianalisis dengan logika .... Dan aku nggak bisa melawan kata hati, karena aku tahu sesuatu yang berasal dari hati itu kebenaran yang harus diterima." (hlm. 216)
Novel ke4 mba titi yg aku bacaaaa.. Namun novel kedua yg aku syuka setelah Dongeng Tentang Waktu.. Wah gak nyangka bakal habis dibaca dalam satu harian.. Ceritanya ngalir banget.. Awalnya tertarik buat beli ni novel karna baca blurbnya sih.. Ada sedikit cerita yg mirip dengan kenyataan dalam hidupku.. "Sampai suatu hari sepupu yg menjadi mimpi buruknya muncul". Nah, ini ni.. Aku punya kisah serupa.. Dan kuharap gak kejadian kayak kisah si Kara 🤣😅 . Kadang aku kesel liat si Kara, pesimis bgt hidupnyaa, padahal mungkin sebenernya dy cantik yaaa.. Trus jadi kepikiran sama Pretty. Apa sepupu ku juga punya pikiran yg sama kali yaa sama si Pretty itu? 😂 . Hidup memang tidak bisa diprediksi. Orang2 yg kita pikir sudah kita potong dari kehidupan masa lalu ternyata bisa kembali dan memenggal kebahagiaan kita di masa kini tanpa berperasaan - hal: 5 . Mungkin ada sedikit hal yg terlalu sering diulang2.. Seperti menceritakan hubungan antara Kara dan Atharwa di masa lalu.. Tp, tidak terlalu mengganggu kok👌
Overall aku menikmati kisah Kara - Atharwa ini. Cuman emang masih kurang greget menurutku. Meski memakai POV 1, Kara. Aku cuman merasa sikap Kara ini terlalu terpaku sama kesakitan. Ya memang sih ya, kadang susah melupakan hal-hal yang buruk tapi kalau dipendam bertahun-tahun nyiksa diri sendiri sih. Gemess aja jadinya, padahal orang-orang yang bikin mimpi buruk malah happy-happy aja. Untuk konfliknya sendiri, menurutku kurang klimaks. Jadi ya kurang greget gitu, bukan pengen Pretty sama Kara baku hantam ya... aku pun serem kalau emang itu terjadi haha. Eksekusi konfliknya no drama-drama, jadi lebih elegan. Karena mereka sama-sama dewasa, jadinya menyelesaikan dengan baik. Endingnya puas, meski masih berasa kurang manis-manisnya haha.
Novel romance dengan setting perkotaan sudah ditulis oleh banyak penulis. Di mana karakter, setting, dan unsur romance-nya itu sendiri harus ditonjolkan dengan baik oleh penulis. Dan kali ini Titi Sanaria kembali mencoba mengeksekusi kisah cinta masyarakat urban lewat Love, Lost, & Found. Sampul bukunya sendiri sudah menunjukkan sang tokoh utama dengan ekspresi wajahnya yang datar bahkan sulit dibaca. Pas sekali dengan karakter Kara yang digambarkan dalam ceritanya. Latar warna sampul yang terlihat ringan, tapi tidak mencolok mengindikasikan cerita cinta yang sederhana. Perpaduan ilustrasi gambar, penempatan judul buku dan nama penulis, hingga latar dengan tone warna yang kalem menjadikan sampul buku yang sederhana, tapi menarik manik mata.
Sama seperti lini City Lite lainnya, novel ini memiliki tema tentang kisah percintaan masyarakat perkotaan. Namun, ada satu unsur yang menarik di dalamnya, yaitu tentang perundungan. Di mana perundungan yang dialami oleh tokoh utamanya, Kara, di masa lalu terbawa dalam kehidupannya di masa sekarang. Ejekan dan hinaan yang diterima oleh Kara pada saat remaja membayang-bayangi kehidupannya saat ini. Kara merasa tidak percaya diri akan bentuk tubuhnya akibat hinaan di masa lalunya tersebut. Kurangnya rasa percaya diri ini memengaruhi karakter Kara yang sulit untuk mengemukakan isi pikirannya secara verbal, khususnya pada orang yang baru dia kenal. Walaupun tidak ada sesuatu yang baru dalam kisah cinta yang ditulis oleh Titi Sanaria, tetapi isu perundungan yang dimasukan menjadi daya tarik yang relate dengan kehidupan pembaca. Saya yakin hampir semua orang pernah mengalami perundungan. Isu yang dekat dengan pembaca ini menjadi elemen pembeda dengan novel-novel City Lite lainnya.
Terdapat tokoh Kara yang memiliki sifat kaku, datar, dan kurang percaya diri. Perundungan yang diterima oleh Kara pada saat remaja merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kepercayaan dirinya hilang. Sikap overprotektif mamanya pun membentuk pribadi Kara yang sekarang. Selanjutnya ada tokoh Pretty yang merupakan sepupu Kara. Pretty memiliki penampilan fisik yang cantik dan menarik. Namun sayangnya, sikap Pretty terhadap Kara tidak secantik fisiknya. Padahal dulu sewaktu kecil mereka berdua pernah sangat dekat. Selanjutnya ada tokoh Atharwa yang tenang, sopan, dan berkarisma. Atharwa juga sempat menjadi cinta monyet Kara pada saat SMA. Kemudian ada tokoh Genta sosok kakak yang paling perhatian dan sangat menyayangi Kara. Genta memiliki sifat yang usil, tapi juga dewasa dan bertanggung jawab. Terakhir mungkin tokoh yang menarik untuk dibahas adalah Jingga. Jingga ini merupakan sahabat satu kantor Kara yang bisa dibilang menyebalkan, kepo, dan sering ceplas-ceplos. Jingga ini adalah sosok pemanis yang cukup menghidupkan cerita. Bisa dibilang semua tokoh yang ada memiliki karakter yang kuat dan terbangun dengan baik. Apalagi tokoh Kara ini sangat mirip dengan karakter saya. Sikapnya yang kaku dan kikuk sangat tergambarkan dengan baik. Trauma yang Kara rasakan akibat perundungan juga bisa dimaklumi dan dimengerti karena jujur sampai sekarang saya pun masih mengingat ejekan yang diberikan teman satu sekolah saya dulu.
Latar perkotaan yang digambarkan penulis sudah cukup terasa. Kebanyakan setting cerita terjadi di kantor, apartemen, dan restoran. Deskripsi gedung kantor yang dijelaskan juga menambah kesan urban yang kuat dalam ceritanya. Menggunakan sudut pandang orang pertama melalui tokoh Kara berhasil mengirimkan emosi-emosi yang dia rasakan terhadap pembaca. Apalagi saat Kara merasa tidak percaya diri akan bentuk tubuhnya, saya ikut merasakan ketakutan akan pandangan orang lain terhadap dirinya. Gaya bahasa yang digunakan penulis pun ringan, mengalir, dan mudah dimengerti. Alur ceritanya berjalan maju-mundur lewat beberapa kenangan yang Kara ceritakan. Kenangan-kenangan di masa lalu ini semakin membangun kerangka cerita dengan kuat.
Di awal-awal cerita kita akan diberikan konflik tentang Kara dan Pretty yang berdampak traumatis bagi Kara. Perundungan yang dilakukan oleh Pretty di masa lalu menyebabkan kekhawatiran tersendiri bagi Kara saat dia harus satu kantor dengan Pretty. Menurut saya alasan di balik perundungan yang dilakukan oleh Pretty ini masih kurang begitu kuat. Saya merasa jika alasan Pretty ini cenderung dipaksakan. Mungkin sindrom menjadi bintang masih bisa sedikit saya terima, tapi sisanya terlalu memaksa. Selain konflik dengan Pretty, Kara pun memiliki konflik tersendiri dengan Atharwa yang di mana melibatkan masa lalu mereka saat SMA. Meskipun terpisah kedua konflik ini bisa mengisi bagian ceritanya masing-masing membentuk sebuah masalah yang tergolong menarik untuk diikuti. Jika boleh memilih saya lebih menyukai konflik Kara dan Pretty karena masalah dan isu yang mereka hadapi sangat dekat dengan masyarakat.
Isu perundungan yang dimasukan oleh penulis memberikan nuansa yang cukup berbeda pada lini City Lite. Di mana yang biasanya hanya kisah cinta yang diekspos, tapi kali ini dampak dari sebuah perundungan bisa digambarkan dengan baik lewat tokoh Kara. Trauma dan kurangnya rasa percaya diri yang dirasakan oleh Kara tidak lah berlebihan. Saya sendiri pun terkadang masih bisa ingat hinaan dan ejekan yang saya terima pada saat masih sekolah, terutama hinaan tentang fisik. Porsi romance-nya masih mendominasi sebagian besar cerita, tapi penulis dengan cerdas mengembangkannya dengan masa lalu Kara. Semua tokoh yang ada sangat hidup dan mudah dibedakan. Ini membuktikan bahwa penulis bisa membangun karakter semua tokohnya dengan sangat baik. Kekurangan dalam novel ini menurut saya hanya terletak pada alasan Pretty untuk memusuhi Kara dan mungkin chemistry Kara dan Atharwa yang terjalin terlalu cepat. Secara keseluruhan Love, Lost, & Found berhasil mengemas kisah romansa kaum urban dengan isu perundungan yang dekat dengan masyarakat.
ini mungkin udah sering kali aku singgung, but aku memang jarang dikecewakan sama karya kak titi. ini udah jadi buku kesekian belas atau lebih(?) karya kak titi yang aku baca. dan buku bukunya jadi auto read!
menceritakan tentang Kara yang minim ekspresi dan suka sedikit insecure terhadap tubuhnya. punya sepupu yang selalu menjadi sorotan membuatnya semakin malas bersinggungan dengan sosok pretty. lalu suatu hari tanpa kara duga, gadis itu kembali dipertemukan dengan sosok sosok masa lalunya yang tentu saja mengusik kara.
aku suka bgt dg topik yang diangkat serta eksekusinya. suka konflik antara pretty dan kara. apalagi bagian kara dengan keluarganya. pleasee, beri aku kaka seperti Genta huhu. dia so sweet bgt!
over all, buku ini recomended! mungkin bakal masuk ke list buku buku yang akan aku reread tahun ini!
“Hidup memang tidak dapat diprediksi. Orang-orang yang kita pikir sudah kita potong dari kehidupan masa lalu ternyata bisa kembali dan memenggal kebahagiaan kita di masa kini tanpa berperasaan.”
“Just open up. Don't be afraid. Nggak adil kalau lo kehilangan kesempatan menikmati warna dunia hanya karena pernah kecewa sama satu orang. Jangan biarin dia merebut kesenangan itu dari lo. Kalau orang-orang yang lo kenal bikin lo kecewa, so what? Itu artinya lo belum bertemu orang yang tepat buat jadi teman lo.”
Sekali lagi, aku tidak merasa kecewa baca karya Mbak Titi. Para tokohnya selalu menarik perhatian, karakternya kuat. Baik tokoh utama atau pun yang cameo mempunyai porsi yang pas menurutku. Aku suka chemistry antara Kara dengan keluarganya.
Hanya saja.. konflik dalam novel ini kurang tajam. Dan ada bagian cerita yang menurutku kurang panjang. Kayak harus dipaksa berhenti tanpa penjelasan yang lebih detail. Kayak terlalu cepet gitu. Sangat disayangkan sih menurutku.
But, it's okay.. Novel ini sangat bisa dinikmati... 3.5/5 🌟 untuk novel ini.
Ceritanya ngalir aja.. Enak sih Kara seorang yg merasa segala yg ada pada dirinya buruk. Bener bener g pcy diri sehingga membentengi diri nya dengan muka tanpa ekspresi. Posturnya yg tinggi lurus tanpa lekuk dan lemak di bagian tertentu menambah ketidakpercayaan dirinya, apalagi sejak Pretty sepupu yg menjadi komandan nya sejak kecil mulai menjauhi nya. Tapi Kara tidak mgkn begitu terus kan.. Ia harus berubah apalagi setelah bertemu kembali dgn Atharwa cinta SMA nya. Kara harus mulai membuka diri kalo tidak ingin cintanya berlalu begitu saja.
Pembentukan karakter-karakter tokohnya agak mengganggu. Tapi masih lumayan buat diikutin. Penulisan rapi. Yah, judul yang ini bagi gua masih lebih mendingan daripada Midnight Prince itu, ehehehe.
ini satu²nya buku Mak Titi yang bener² aku mabok subyek "aku". bbrp teman yg ksh review novel MP bilang itu terlalu banyak "aku"nya tp sy msh bs menikmati. tp untuk buku yg satu ini benar² mengganggu, bikin "capek" bacanya 😩 sy nemuin bbrp kalimat yg seharusnya bs diedit dgn mengurangi kata "aku" agar lbh nyaman utk dibaca pembaca. untuk segi cerita, buku² Mak Titi ini ga perlu diraguin lg dr plotnya, konfliknya bahkan endingnya. dan mungkin di buku ini sy ga bs nentuin heroinnya bakal jd sm siapa padahal udh di pertengahan buku. maaf ya cm 3 ★ 🙏 selalu setia menunggu karya² author kece ini. sukses Mak Ti 💓
Cerita ini akan memberikan pelajaran bahwa pemikiran manusia itu terkadang bisa jahat dan menyakiti banyak orang. Well, karena kesalahpahaman di antara tokoh-tokohnya bisa berujung saling membenci. Aku ga terlalu suka sih cara si cowok terhadap tokoh utama ceweknya. But, aku menikmati cerita ini. Aku suka Genta ❤️
'Kadang-kadang, apa yang kita lihat di permukaan itu nggak mencerminkan hal yang sebenarnya, Dek. Kayak lo sendiri. Orang kalau lihat tampang lo yang lempeng pasti nggak akan percaya kalau dibilang lo itu sebenernya sensitif, penyayang, dan sangat perhatian.' ~Genta
Kara Puspa Dewi, sejak kecil ia selalu bersama sepupu sekaligus sahabatnya, Pretty Puspa Citra. Bahkan Kara menjadikan sang sepupu sebagai panutannya dalam segala hal dalam hidup. Namun entah angin apa yang begitu kencang, membawa terbang keharmonisan antara Kara dan Pretty. Dan dari situ Kara menjadi sosok yang baru, datar dan tanpa ekspresi.
🌸
Butuh bertahun-tahun bagi Kara bangkit dari masa terpuruknya karena Pretty. Ia menata kembali dunianya dalam pekerjaan yang sangat ia sukai. Semakin lengkap karena ada Jingga, teman satu kos dan kubikel Kara yang sangat suka makan dibayarin😂 🤭.
🌼
Tapi, kedamaian yang dirasakan Kara tak berlangsung lama. Ia harus bertemu masa lalu, dua sekaligus dalam satu tempat. Yaitu tempat kerja. Bertemu Pretty kembali sama saja membuka kisah lama yang tak ingin Kara buka. Satu lagi sosok Atharwa yang begitu menyakiti hati Kara karena satu kalimat yang didengar oleh kedua telinganya, dan itu sungguh menggoreskan luka di hati Kara.
🌸
Menjaga jarak dari mereka berdua adalah hal yang Kara lakukan, namun sepertinya nasib baik tak selalu berpihak pada Kara. Karena jam makan siang dan lift menjadi saksi pertemuan-pertemuan Kara dan Atharwa yang sedikit demi sedikit meluruskan kesalahpahaman.
🌼
Dari kisah Kara ini tak ada satupun adegan demi adegan yang tidak ku sukai. Semuanya suka banget😍 apalagi sikap Genta yang sangat menyayangi Kara, perhatian dari seorang kakak laki-laki pada adik perempuannya. Melindungi dan memastikan bahwa Kara selalu nyaman dan bahagia dengan apa yang dijalaninya. 🌸 Dan menurutku judul buku ini pun mewakili setiap perjalanan kisah hidup Kara pada cinta, kehilangan lalu menemukan.😍 Lagi-lagi aku jatuh cinta pada kisah yang dituliskan kak Titi Sanaria dengan begitu apik😍.
"... Kualitas hubungan itu ditentukan ikatan yang menyatukan dua orang yang terlibat. Kalau ikatannya kuat, pasti nggak ada tempat untuk orang ketiga kayak gue." (hal.284)
Kisah ini cukup bagus, mengangkat tentang sosok Kara yang selalu merasa insecure. Terlebih saat Pretty menjadi mimpi buruknya. Seakan kepercayaan baginya itu sulit di beri pada siapapun.
Sampai, dirinya pun tidak sadar kalau Atharwa dan Remmy ternyata sudah menyukainya sejak SMA. Genta sendiri geleng-geleng kepala karena sikap adiknya yang nggak percaya akan ketulusan kedua laki-laki itu.
Lantas siapa yang bisa meluluhkan hati Kara sang muka tanpa ekspresi?
Dan apakah hubungannya dengan Pretty akan jadi mimpi buruk selamanya?
Baca kisah ini bikin aku sesak napas. Bukan karena berat bukunya, tapi karena karakter Kara sendiri yang menurut aku bener-bener hidup. Seakan diri aku sendiri ada di sosok Kara. Nggak semua, hanya tentang aku yang memang suka merasa insecure sih. Dan tokoh lainnya pun mendukung untuk menjadi kisah yang menarik
Konflik nya pun cukup banyak dengan pengeksekusiannya yang cukup bagus. Nggak bertele-tele dengan penyelesaian konfliknya timingnya pas.
Sebenarnya banyak yang mau aku bahas, tapi takut malah spoiler wkwk Kara gemesin. Babang Etawa nya lebih gemesin sih haha
Overall, kereeen dan sukaaak. Sukses selalu untuk Ka Titi dan ditunggu karya selanjutnya.
Love, Lost & Found merupakan novel ke-11 Mba Titi Sanaria yang kubaca. Tidak menyangka dalam 3 tahun, Mba Titi benar-benar mampu meramu kisah demi kisah yang semakin lama semakin menarik saja.
Ide-ide sederhana yang diramu sedemikian rupa, hingga membentuk jalinan kisah yang menarik untuk diikuti. Layaknya kisah Kara dan Atharwa.
Sejak awal sosok Kara sudah menarik perhatianku. Sosok yang insecure dan kurang percaya diri, membuatnya sulit untuk membuka diri, khususnya untuk perasaan dengan lawan jenis. Hal ini makin diperparah dengan kejadian di masa lalu yang melibatkan Pretty (sepupu) dan Atharwa (cowok yang pernah disukainya). Nah, bagaimana jika kedua hantu masa lalunya ini hadir secara bersamaan, ketika Kara mulai pelan-pelan menata hidupnya kembali? .
Memaafkan dan berdamai dengan masa lalu, itulah salah 1 pesan yang ingin disampaikan Mba Titi dalam novel ini. Kadangkala kita terlalu keras dengan diri kita sendiri, menutup diri atas dasar segala sesuatu yang buruk yang pernah terjadi, membuat kita sulit melangkah ke arah yang lebih baik dan membuat kita sulit percaya ada hal-hal baik untuk kita.
Walaupun aku memang merasakan penyelesaian konflik antara Kara dan Pretty terlalu mudah diselesaikan, begitupun dengan perkembangan hubungan Atharwa dan Kara, aku sekali lagi dibuat jatuh cinta dengan tulisan Mba Titi Sanaria
Tidak dekat dengan sepupu adalah satu soal, tetapi jika sepupu yang selalu menhantui masa lalu itu soal lain. Kara tidak cukup beruntung ketika satu kantor dengan sepupu yang seharusnya dia hindari karena cuma bikin insecure. Ditambah lagi cowok masa lalunya juga kerja di tempat yang sama. Dobel sial.
Buku ini nuansanya jauh berbeda dengan MRG. Lebih ringan dan mudah dipahami. Penututan karakter Kara juga lebih gampang dinikmati dan nggak terkesan kaku sama sekali. Pas. Meskipun ada beberapa kata yang diulang dan typo, tapi tetap nggak mengurangi keseruan perjuangan Atharwa mendapatkan perhatian Kara.
Sepertinya karakter Kayana dalam MRG dan Kara punya persamaan, sama-sama cewek yang lebih banyak diam. Tipikal wanita karir dan lebih suka nggak mengakui cintanya secara verbal begitu. Sedangkan karakter cowoknya lebih banyak ngomong, cerewet.
Not fully stars karena ada satu atau dua pernyataan Kara yang nggak aku setujui dan agaknya bikin nggak nyaman. Lalu sempat bertanya juga apa Athar akan selalu sabar dengan sikap diam Kara? Mengingat cewek itu nggak pernah secara verbal menyatakan ketodaksetujuannya. Selebihnya sangat oke. Jadi, penasaran kisah cintanya Genta gimana. Dan, oh! Kisah masa lalu Genta dan Kara itu bikin terharu. Kakak yang jahil, tapi sweet:)
Saya terganggu banget sama tokoh cowoknya yang terlalu bersikap mendominasi, waktu awal-awal pendekatan sama Kara, dia melakukan hal sesukanya; memegang tangan Kara padahal si empunya nggak nyaman, bisa dibilang maksa Kara pulang bersama-sama diawal-awal, terus menciumnya begitu aja tanpa consent, pokoknya dia ngelakuin hal tanpa izin dan persetujuan. Entah karena Kara-nya yang pasif atau gimana, tapi dia selalu nurut aja, walaupun si Atharwa ini bos di kantornya, tapi kan Kara tetap punya hak untuk nolak kalo dia emang nggak nyaman dan nggak suka. Olokkan si Atharwa sewatu SMA yang selalu diingat Kara juga mudah sekali dilupakan, padahal itu salah satu hal yang mengubah kepribadian Kara dan ngebuat dia sakit hati selama 9 tahun, apapun justifikasi Atharwa, tetap aja olokkannya salah, dan menurut saya seharusnya Kara nggak semudah itu menjalin hubungan dengan Atharwa.
kelar dalam sehari. bagus sebenernya tapj jalan ceritanya cepett banget menurutku padahal 300an halaman dan konfliknya juga kurang greget. jadi ceritanya ini kara jutek banget sering masang muka datar terus ketemu athar, temen sma dia dulu yang sekarang kerja di tempat kara juga. dulu dia temenan sama athar tapi karena suatu hal kara jadi menjauh dari arthar. ada pretty juga saudara kara yang beda 180° sama kara. sering ngolok2 kara padahal mah aslinya pengen banget baikkan kaya masa kecil mereka dulu. ternyata athar suka sm kara sejak sma terus dilanjut pdkt pas udah satu kantor. yang tadinya kara masih menjauh stelah dijelasin sm athar akhirnya juga ngerti dan makin deket karena pdkt nya juga satset bgt ya wak. konfliknya dikira balikan sm mantan si athar pdhl mah ngga cm nolongin si moi aja. udah deh itu aja.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Kara 'insecure' terhadap bentuk tubuhnya yang lurus tak berbentuk. Mimpi buruk kara kembali dan ia merasa sangat sial, dan perlu untuk membeli jimat keberuntungan. Bagaimana tidak, sepupunya yang menjadi sahabatnya DULU itu menjadi manager PR di kantor Kara dan ditambah Atharwa, seorang yang dulu dipercayainya selain keluargnya semasa sekolah dulu. Kara selalu bergantung terhadap pendapat Prety dan memercayakan segala sesuatu padanya,seperti 'kara tidak akan makan, makanan yang tidak disukai Prety' 'kara akan selalu ikut apapun yang menurut Prety bagus untuknya' Seperti itulah Kara, sebelum Prety mengkhianati Kara dan menjadi orang yang memusuhi Kara.
Bercerita mengenai Kara, seorang akuntan yang pintar tapi memiliki trauma masa lalu berkaitan dengan kepercayaan dirinya. Masa lalu itu melibatkan Pretty, sepupunya yang pernah membully dia dan Atharwa, cinta pertamanya yang juga membully dia. Tak disangka, Pretty dan Atharwa mulai pindah kerja ke kantornya. Kara pun sangat tak nyaman karena Pretty masih terus menyindir dia. Tapi, disisi lain, Atharwa terus mendekati dia. Disaat yang sama, Pretty juga mendekati Atharwa. Ceritanya bagus banget, konflik yang diangkat khas titi sanaria, ketika tokoh utama terluka karena kesalahphaman. Ditambah, resolusi masalah Kara dengan masa lalu nya diceritakan dengan baik.
Sebelum baca tercetaknya, sudah baca duluan di aplikasi baca gratisan. Ringan, jadi untuk yang ga sempet baca sekali sampai selesai novel ini rekomen. Membuat kita sadar bahwa terkadang ada orang tua yang pola asuhnya seperti itu dan akan ada timbal balik untuk si anak. Menceritakan tentang pola asuh, peundungan, krisis kepercayaan, tapi tetap ada setia kawan dan kedekatan keluarga. Suka tokoh "Atharwa" dan Bang "Genta". Berhasil membuat iri pembaca, bahwa ada orang seperti mereka di sekeliling Kara.