Terdengar suara melenguh pelan dari arah dalam kios rokok.
“Bu...”
“Apa sih, Pak?”
“Ada orang nabrak anjing...”
Suara lenguhan itu kembali terdengar. Disusul dengan ucapan bernada lirih,
“Biarin aja lah, Pak...”
Lalu hening. (Seekor Anjing Ditabrak Honda Astrea Dini Hari Tadi)
Berbeda dengan para cerpenis umumnya di Indonesia, Dony Iswara memilih menyajikan cerita pendek layaknya potongan fragmen film pendek yang muram, senyap, dan menggantung. Keenambelas cerita pendek di dalam buku ini berkisah mengenai misteri kejiwaan manusia yang muncul dipermukaan sebagai sekumpulan adegan filmis, tanpa berusaha memberikan pesan tunggal kepada pembaca. Dengan pendekatan seorang penulis skenario, cerpen-cerpen Dony Iswara membuka ruang tafsir yang luas terhadap tokoh-tokoh karyawan kantoran, penjual rokok, para pekerja serabutan, ibu rumah tangga, anak-anak, dan lain-lain. Mereka adalah jenis manusia di sekitar kita,mudah diabaikan dan tak tampak istimewa, namun menyimpan berbagai keresahan, kegilaan sekaligus kesunyiannya masing-masing.
Sebenarnya pemilihan warna kover buku masuk ke penilaian saya secara pribadi karena biasanya saya menghindari kover berwarna terang begini, cepat kotor.
Tapi yauda gapapa, dimaafkan.
Seperti yang sudah-sudah, prosedur (((prosedur))) ulasan versi saya (ditambah ketika memberi ulasan pada sebuah kumpulan cerita) itu biasanya terdiri dari:
- judul buku atau judul tiap cerita - nama tokoh - cerita pembuka dan penutup - perasaan yang dirasakan dan kesan setelah membaca.
Buku Dony ini mungkin sebenarnya paket lengkap. Nama tokoh semua unik judul buku dan tiap cerita juga pas, nggak neko2, perasaan yang saya rasakan ketika membaca beragam, tapi penempatan cerita pembukanya kurang nendang. Cerita akhirnya bagus sih, tapi cerita pertama kurang joss.
Mungkin karena sudah pernah membacanya saat di Mojok kali ya? Saya sendiri kurang suka sih, jadi pas awal2 baca buku ini, belum terlalu nganu lah.
Seiring berganti halaman, baru deh saya merasa seperti diajak berjalan-jalan.
Rasanya seperti menonton film Yapan yang dibuat oleh Naoko Ogigami. Berisi kegiatan sehari-hari tapi dibahas dengan cara yang, sebenarnya b aja, tapi pas dibaca mbikin nostalgia.
Saya kecewa tidak ada nama tokoh Badrun, Tatik, ci Mai, dan Paidi wqwq. Kalau mau bikin buku kedua pls bikin versi ci mai bersama Badrun, xixixi.
Cerita favorit saya di buku ini berjudul sihir, sebelum hari H, dan empat cerita terakhir. Empat cerita terakhir itu beneran tai sih. Entah kenapa terasa berat dan benar2 mencuci otak. Selama mbaca rasanya nganu hhhh
Daripada dibilang fragmen film pendek yang muram, senyap, dan menggantung, saya lebih merasa cerita-cerita Mas Don seperti potongan mimpi. Asik sekali. ❤
Saya merasa perlu untuk membahas satu per satu cerpen di kumcer, jadi, mari lakukan.
"Twist" yang saya suka: - Perspektif. Sedikit tertebak, sebetulnya. Tapi, bagus sebagai cerpen pembuka. - Tanah Kosong, di Belakang Rumah Kami. Saya SANGAT suka saat tahu ternyata ayahnya pembunuh. Tapi bagian akhir tidak saya mengerti. Saya paham dia mau minggat, tapi cerpennya ditutup dengan tidak menyenangkan ("tidak menyenangkan" dalam artian tidak membikin senang, bukan tidak nyaman atau semacamnya). - Sebelum Hari H. Twist yang klise sih ini HAHA tapi saya suka. Gaya penceritaannya, saya suka. - Kotak Perkakas. Saya suka pada bagian ini: "Dia bahkan mengangkat kaki suaminya yang sudah terkulai tak berdaya, berharap dongkrak yang dicarinya tertindih di bawah kaki suaminya." Nggak ada bangunan cerita apa-apa sebelumnya, lalu, JDER, ada informasi itu. Kaget!
Cerpen yang memiliki momen spesifik yang saya suka: - Panjang Umur. Waktu Aan mukul kepala Yadi dan komentar pertamanya adalah, "Ternyata umurnya nggak panjang-panjang amat ..." Oke. Keren. Lucu. - Seekor Anjing Ditabrak Honda Astrea Dini Hari Tadi. Ketika orang tua melihat kecelakaan motor dan gumamannya dalam sendiri adalah, "Gusti, aku takut mati." Bikin saya merenung sejenak sehabis membacanya. - Sihir. Sebenarnya cukup suka bagian dia melihat sihir dalam nominal uang di rekening. Keren juga. Saya kira akan membahas hal itu. Tapi ternyata nggak ... dan, malah aneh ...
Cerpen yang tidak saya sukai secara personal: - Aku Ingin Jadi Penulis. Idenya keren sih, tapi meh. Curang, gitu saja. :P - Pemuda yang Tidak Pernah Mengumpat. Ketebak :( - Gito Kecelakaan dan Rahasia Alam Semesta. Saya nggak menikmatinya sih, mungkin karena tidak mengesankan di antara cerpen-cerpennya yang lain (ini salah satu alasan saya nggak begitu menggemari kumcer dan lebih menyukai baca cerpen di surat kabar atau majalah). Mungkin ketika Gito memberi usulan nama pada istrinya, sebaiknya istrinya nolak saja. :P - Warung Pak Wardiman. Jadi, ini kenapa Pak Wardiman nggak pernah ada yang nanyain alamat? Apakah karena Pak Wardiman telmi kalau disuruh menjadi pemandu arah? Saya nggak merasa terjelaskan. - Edmond. Menarik soal pembangunan karakter Edmond. Tapi saya nggak paham betapa "klimaks"-nya perubahan huruf Tedmond jadi Edmond di tangki air. Jadi, si Edmond ini menghapus huruf "T"-nya ya. Ya ... oke ....? - Kusut. Bingung. - Pecahan Memori. Hmmm. Aneh sih kalau saya bilang ini, tapi, twist-nya maksa. :/
Saya tertarik membeli buku ini gara-gara judulnya yang unik. Isinya ada 16 cerpen yang semuanya terasa dark dan suram. Ada tentang perselingkuhan, ada tentang orang yang terlupakan. Buku ini bisa dibaca dalam sekali duduk, karena kurang dari 200 halaman.
Kumcer tentang orang-orang biasa. Yang bikin menarik adalah sudut pandangnya yang ga biasa. Suka banget cara mzdon menyampaikan cerita, caranya mengakhiri cerita, caranya ketika pengen cerita detil, caranya ketika pengen bikin cerita sama sekali ga detil.
Kata pertama yang hampir selalu gue ucapkan setiap melihat titik di akhir 16 cerita pendek Dony Iswara di buku kumpulan cerpen bertajuk “Seekor Anjing Ditabrak Honda Astrea Dini Hari Tadi”.
Di awal 2020 ini, gue emang membuat dua resolusi soal membaca. Yang pertama adalah eksplor buku-buku terbitan indie dan yang kedua adalah membuat review dari buku-buku yang gue baca.
Buku Pertama
Buku Dony Iswara ini adalah buku pertama yang gue selesaikan di 2020. Buku ini cukup tipis dengan 146 halaman. Gue beli buku ini karena judulnya yang sangat clickbait dan cover-nya yang menunjukkan foto satu pemandangan sederhana. Saat beli, kesan yang gue dapatkan dari cover buku ini adalah simple dan ringan.
Buku ini akan sangat cocok dibawa ke mana-mana untuk orang yang suka baca di transportasi umum atau sering menunggu. Setiap cerita bisa dilahap dalam waktu 3–10 menit. Bahkan, kalau lo adalah pembaca cepat, buku ini bisa dilahap dalam sekali duduk. Tapi buat gue, what’s the fun cepat-cepat membaca buku seperti ini?
Open Ending
Kenapa gue selalu berujar bangke! hampir tiap selesai baca satu cerita adalah karena kebanyakan ending-nya sangat terbuka dan tidak tertebak. Uniknya adalah dalam kesingkatan cerpen itu, gue merasakan kesan atau after effect yang kuat di benak.
Menurut gue Dony sanggup menyampaikan cerita yang kuat dengan cara yang menarik. Seperti foto yang ditampilkan di cover buku, kebanyakan cerpen ditampilkan seperti potongan film. Kita dibuat penasaran karena satu kejadian, bahkan dituntun bagaimana cara memutar imajinasi di otak kita.
Menguak makna
Sulit sekali menguak makna setiap cerpen yang diceritakan Dony kalau kalian membaca cepat buku ini. Seperti yang udah gue sebut di awal, buku cerpen misteri kejiwaan (disebut di blurb buku) ini perlu peresapan dan empati yang mendalam untuk menyibak pesannya.
Gue merasakan gimana nyeseknya jadi Lucy (Kotak Perkakas) dalam satu adegan kesialan bertubi. Satu lagi yang juga nggak kalah membekas di benak gue adalah kisah berjudul Sihir. Sang tokoh utama, sejak kecil suka dengan hal-hal berbau sihir seperti kebanyakan kita. Tetapi dia tumbuh dewasa, masih seperti kebanyakan kita, melupakan kecintaan kita terhadap hal-hal yang menjadi kecintaan dan cita kita saat kecil. Picture Pesan Dony bukan tunggal. Justru menurut gue akan berbeda untuk setiap orang yang merasa relate dengan ceritanya. Namun secara garis besar, gue kira buku fiksi ini ingin menangkap fenomena spiritual dan kejiwaan kita senyata mungkin dengan fragmen sekilat dan sekecil mungkin.
Rekomendasi
Gue adalah orang yang percaya bahwa semua buku akan selalu menemukan jodohnya sendiri, artinya nggak ada buku yang lebih baik atau lebih buruk. Semua tergantung pembaca dan kebutuhannya.
Oleh karena itu, buku ini gue rasa akan cocok untuk mereka yang ingin diam sejenak, merefleksi apa yang sudah terjadi di kehidupannya. Gue rasa buku akan ini bisa “menampar” banyak orang yang selama ini punya keinginan tanpa dasar, menjalani kehidupan tanpa kesadaran penuh, atau bahkan orang yang suka memperhatikan hal-hal sepele.
Aneh (dalam artian baik), suram, bikin terkesiap, dan mencelos. Sebagai kumcer, tiap potongan ceritanya punya daya tarik masing-masing. Mungkin kalau penulisnya nggak sering berkeliaran di Twitter, saya bakal bertanya-tanya sebenarnya belio ini kenapa?
Patut dibaca kalau lagi cupet sama kerjaan karena pikiran jadi benar-benar terdistraksi. Yang ada di pikiran cuma "Mau dibawa ke mana aku di cerita selanjutnya?"
Menyenangkan, oleh karena cerita-cerita Dony Iswara di sini adalah diambil dari tokoh-tokoh dan cerita yg terasa dekat (setidaknya oleh saya). Pegawai kantoran, penjaga warung, OB, mamang-mamang di kampung, dll. Seperti album "tokoh-tokoh" Ebiet G. Ade.
Ternyata saya baru tahu kalau cerpen "Sebelum Hari H" adalah asal cerita dari film pendek Mojok yang sempat cukup fenomenal. Haha
Yang menarik, bagaimana kemudian Dony mengawinkan cerpen-cerpen ini dengan lagu-lagu yang ia taruh di Spotify (bisa dicari judul playlistnya sama dengan judul bukunya). Membuat beberapa cerpen jadi punya nyawa lebih akibat lagu yang terasa sangat serasi. Sial. Haha
Selain "Aku ingin jadi penulis", saya jg suka "Kusut", yang lumayan bikin kusut pikiran pada awalnya, namun kemudian saya harus mengumpat untuk cerpen yg ini karena ending yg begitulah. haha
Reading this is like watching your favorite thriller movies. Every of the story seems like a day-to-day routines but it has an unexplainable emotions from the main characters. Most of the stories are bitter and tragic, and every of the characters feels lonely and in sorrow.
Satu kata yang medeskripsikan keseluruhan buku ini: gelap. Gelap total. Harus dibaca dengan keadaan tenang setidaknya karena jika tidak beberapa bagian cukup “triggering” untuk dibaca. Setiap cerita punya kisahnya sendiri, tidak kalah gelap dan tidak kalah “wow” bikin mikir. Ada yang ditulis secara eksplisit tapi kebanyakan memang implisit makna. Namun begitu tidak mengurangi esensi cerita.
Buku ini membahas mengenai tindakan menguntit atau stalking, perselingkuhan, kurangnya empati manusia, bahkan rasa kebencian serta balas dendam. Tidak ada yang berbahagia pada akhirnya.
Buku ini susah sekali dicari fisiknya, kalau mau baca hanya tersedia di google playbooks.
Bagus memang, sesuai isi blurb (cerita pendek layaknya potongan fragmen fim pendek yang muram, senyap dan menggantung), sebenarnya itulah satu-satunya alasan kenapa aku membaca buku ini, cerpen yang seperti fragmen film itu yang seperti apa sih? Ternyata tidak mengecewakan karena ketika membacanya aku memang bisa membayangkannya seperti adegan-adegan di film.
Cerpen favoritku adalah Panjang Umur dan Aku Ingin Jadi Penulis.
Merasa cocok dengan kicauan-kicauan nyeleneh penulis di twitter, maka saya coba juga membaca kumpulan ceritanya dengan judul yang juga nyeleneh ini. Hampir semuanya mengisahkan orang-orang biasa yang sedang mengalami hari yang buruk. Muram, deskripsi yang unik menggelitik, sering membuat kaget, dan kadang absurd. Suka.
Klaim soal fragmen-fragmen film yang senyap & luput diperhatikan sehari-hari dapat tercapai, walau tidak sesuai dengan ekspektasiku. Dony Iswara's storytelling style in this book is definitely not my cup of tea.
3.5/5 Buku yang bikin ngenes banget tiap kali ngebacanya. Baru kali ini baca cerpen yang bikin penasaran, kesel, dan speechless. Cerpen Dony Iswara engaging banget, dan bener bisa dibilang diambil dari scene film-film, hingga sempet bikin de javu beberapa kali. Keren mas Dony!
Finish in one sitting. I like the stories and how detail the writer describe everything. My favorite stories are "Panjang Umur", "Pemuda yang Tidak Pernah Mengumpat", and "Berdua Saja"
cerita-ceritanya nggak utuh, tapi selalu menyisakan perasaan melompong di tiap satu judul selesai. aneh, nggak senang, tapi juga nggak sedih, abu-abu banget.