Akankah ada beruang di dalam tenda kami? Akankah kami merindukan Ben dan Jer setiap hari? Akankah kami jatuh sakit di negeri yang tidak kami kenal? Akankah ada momen yang memaksa saya untuk menggunakan pepper spray? Akankah kami melihat unta di Turkmenistan? Akankah kami menemukan air di pegunungan Pamir? Akankah turun salju? Akankah ada hari yang saya sesali?
Akankah pundak saya cukup kuat untuk memikul seluruh pengalaman dan pelajaran yang saya temui?
Ya Tuhan, biarkan kami bertualang, merasa kagum, biarkan hati kami terpecah belah sehingga kami dapat belajar arti menghargai yang sesungguhnya. Ya Tuhan, kuatkanlah keyakinan akan harapan dan mimpi kami, jadikanlah nyata. Biarkan kami menemukan kepercayaan di tengah keasingan dan ketidaktahuan yang jauh dari rasa nyaman. Ya Tuhan, tuntunlah kami pulang dengan aman.
Dear diary, dalam setiap putaran pedal yang kami kayuh dari Belanda menuju Indonesia, saya akan berbagi kepadamu segala sesuatu yang ada di antaranya.
Everything in Between adalah kisah perjalanan naik sepeda Marlies & Diego dari Belanda (Rumah Marlies) ke Indonesia (Rumah Diego), saya mengikuti perjalanan mereka di Instagram beberapa tahun lalu dan baru kali ini membaca versi buku.
Rasanya menyenangkan sekali membaca buku ini. Saya suka membaca cerita perjalanan, tapi yang membuat buku ini lebih berkesan adalah cerita-cerita diluar perjalanan itu sendiri.
Kegalauan Marlies tentang dimana mereka berdua akan menetap (adalah kegalauan yang pernah saya alami juga), lalu tulisan bucin (haha) Marlies ke Diego tapi tetap manis dan tidak cringe sama sekali, kemudian hari-hari melelahkan dimana Marlies mempertanyakan apa yang mereka lakukan, perasaan ingin menyerah saja, huwah, itu pergulatan batin yang sering sekali terjadi ketika kita mengambil keputusan menjalani petualangan besar.
Selain cerita-cerita diatas, akan ada juga hal-hal teknis yang bisa dijadikan catatan kalau kamu mau bersepeda, atau pergi ke negara-negara tertentu. Saya agak merinding baca cerita mereka di Asia Tengah sih :'( mengingatkan saya pada buku Agustinus Wibowo, dan beneran ceritanya mirip (sampai ke bagian polisi korupnya).
Oh iyaa, membaca buku ini juga membuat saya merindukan menulis lagi cerita perjalanan huhu, semoga suatu saat bisa kembali jalan-jalan dan menuliskan kembali makna dari perjalanan2 tersebut ya.
Menyenangkan bisa membaca kisah perjalanan Marlies dan Diego yang bersepeda dari Belanda ke Indonesia, banyak kejadian-kejadian yang membuat kita tersadar bahwa sejatinya kita tidak memiliki apa-apa, yang kita punya hanya kebaikan dan itulah bahasa universal yang bisa kita gunakan di belahan bumi manapun. Terima kasih sudah berbagi dan menginspirasi, Marlies dan Diego!
What would be the best word to describe 'going places we can’t even pronounce'? To me, ADVENTURE!
Saya baru mengetahui kisah perjalanan bersepeda Diego dan Marlies ketika mereka baru tiba di Indonesia. Respon pertama saya adalah: "This is so wow!". Saya pun jadi tertarik (dan tertantang, walaupun entah kapan, wkwk) untuk melakukan perjalanan petualangan apapun. Kalau kata anak sekarang mah: "Hayu kita ke mana?" :D
Saat itu, yang langsung terlintas dalam benak ini adalah: "Pokoknya kalau mereka nulis buku, aku pasti bakal beli!"
Bisa dibilang, buku ini adalah buku travelling pertama yang saya baca. Secara visual, bukunya menarik, foto-fotonya bagus, dan typography-nya pas. Jangan harap kamu akan membaca kisah perjalanan mereka bersepeda di 23 negara. Marlies sudah merangkum perjalanan mereka menjadi tiga bagian, dan saya rasa lebih menyenangkan membacanya demikian. Penggalan ceritanya adalah: Bagian 1 - Eropa, "Jalan Mulus, Kami Rasa"; Bagian 2 - Asia Tengah, "Menjelajahi Middle Earth"; dan Bagian 3 - Asia Tenggara, "Kita Sudah Sampai Belum?"
Buku ini sangat ringan untuk dibaca, namun tetap sarat dengan ragam informasi dan fakta unik. Adanya daftar, tips, puisi, informasi sejarah, isu politis, juga nilai-nilai spiritual yang didapatkan selama 332 hari bersepeda membuat buku ini menjadi lebih menarik. Selain itu, keberanian, rasa kangen rumah, ketakutan, dan cinta pun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari buku ini.
Bagian favorit saya (biar kaya Dora the Explorer) adalah kisah mereka bersepeda melintasi Pamir Highway (saya membayangkan kesederhanaan penduduknya yang masih jauh dari teknologi) dan Jalur Sutera (sebagai jalur perdagangan antara timur dan barat, saya langsung berimajinasi tentang dua kebudayaan yang sangat berbeda namun dibatasi oleh dinding yang tak terlihat). Dan entah kenapa, cerita tentang keramahtamahan orang Iran, bikin jadi pengen ke sana. Hehe.
Well, I'm pretty impressed, so I'm happy to rate 5 stars. Jadi, hayu kita ke mana?
Saya telah menyimak perjalanan menakjubkan ini dari akun Instagram yang dikelola oleh Diego. Hasil foto dan kisah di antaranya amat sangat menarik perhatian saya. Kebetulan saat Marlies memutuskan untuk menulis kisah ini melalui sebuah buku, saya sangat tertarik karena buku tersebut diterbitkan oleh penerbit yang saya kenal selalu menerbitkan kisah yang menarik!
Betul bahwa saya melewatkan tahun-tahun terbaik kala itu saya sebetulnya punya kesempatan untuk menghadiri pameran peluncuran dan bertemu langsung dengan Marlies dan Diego (read: karena saya pernah bekerja sebagai penulis konten promo buku), tetapi saya baru membacanya kemudian di tahun 2023 atau tepatnya 5 tahun kemudian! Sudqh banyak yang terjadi pada saya dan tentu pada para penulisnya di titik ini, tetapi saya menikmati betul kisah yang sudah dibekukan seolah baru saja terjadi kemarin.
Kalau boleh mengenang kenang, ini mungkin buku catatan perjalanan pertama yang saya baca. Ternyata seru sekali! Saya sendiri pernah bercita-cita memiliki blog catatan perjalanan setiap kalo bepergian ke suatu tempat. Sepertinya saya harus mencontoh Marlies untuk menyisikan satu waktu mencatatkan semuanya agar tidak terlupa. Menulis di saat perjalanan tentu berbeda dengan menulis catatan setelahnya sebagai sebuah kenangan.
Perjalanan dari Belanda ke Indonesia dengan menggunakan sepeda, siapa yang pernah mengira? Ini mungkin sesuatu yang tidak akan pernah terlintas dalam benak saya, sekalipun saya menyukai kegiatan bersepeda, sekalipun saya suka jalan-jalan, tetapi menggabungkannya masih tidak terbayangkan sampai saya membaca buku ini.
Saya rasa, seperti juga yang Marlies tulis, Marlies dan Diego adalah orang-orang yang beruntung bisa melakukan perjalanan itu. Perjalanan yang memakan waktu hampir 1 tahun (tepatnya 322 hari) tentu akan menjadi catatan yang tidak terlupakan! Meskipun pada akhirnya Marlies berkata tidak ingin mengulanginya (karena bayangkan betapa pegalnya!), kisah perjalanan ini akan selalu terkenang-kenang sampai kapan hari nanti.
Saya sangat tertarik karena perjalanan ini dilakukan oleh pasangan yang sedang menentukan arah hubungan mereka. Kata orang, memang jika ingin tahu lebih banyak tentang pasanganmu, kalian harus melakukan perjalanan bersama-sama. Ide untuk bersepeda berdua dalam waktu 322 hari sangat orisinil!
Inti dari catatan perjalanan ini: semuanya seru! Saya betul-betul merasa diajak bertamasya ke sana sini, meskipun saya tidak benar-benar tahu bagaimana rasanya, ya, tetapi tetap seru bagi saya. Foto-foto dari Diego juga turut memberikan ilustrasi tentang keadaan sebenarnya saat itu.
Terima kasih sudah melakukan perjalanan seru dan mendokumentasikannya ya, Marlies dan Diego.
Mengikuti perjalanan Marlies & Diego melalui media sosial membuat saya langsung ikut Pre-Order buku ini tanpa pikir panjang, walaupun sebetulnya saya bukan pesepeda dan tidak terlalu suka baca buku seputar traveling.
Namun buku ini betul-betul melebihi ekspektasi saya karena tidak membosankan dan diceritakan dalam berbagai bentuk: foto, puisi, daftar, tips, yang semuanya tidak terlalu panjang namun tetap bisa membawa kita merasakan apa yang ingin Marlies sampaikan: ketakutan & keberanian, homesickness dan.... cinta!
Wow, cinta! Yup, Marlies menyisipkan potongan potongan kisahnya dengan Diego dan juga kebimbangannya. Marlies juga menyampaikan rasa sayang dan kekagumannya pada Diego dengan sangat samar, tidak menye-menye dan kadang dibalut candaan tapi terasa bangettt untuk saya. Marlies, kamu lucu deh :3
Pokoknya untuk penggemar Everything in Between wajib punyaaa!
(Btw, 4 bintang dan bukannya 5 karena saya berharap ada edisi Bahasa Inggrisnya. Kadang saya 'meng-inggriskan' beberapa bagian dalam kepala saya karena saya tau itu sebetulnya candaan, hehehe. But, good job, Bentang)
Disampaikan dengan ringan tapi lumayan kaya dgn berbagai isu di negara yang mereka lewati. Selain itu dilengkapi dengan berbagai tips dan fun facts di sela-sela bab. Basically, I wouldn't give a crap to someone's travel story if it just all about cuisines, landmarks and sceneries. Saya adalah orang yang percaya kalau petualangan bukan sekedar perjalanan untuk mencari keseruan, tapi juga pelajaran dan pemaknaan. Dan Marlies menurut saya adalah petualang yang cukup lihai untuk terus 'berpikir' dalam perjalanan dan itu terlihat dari berbagai isu yang dia tangkap dan jabarkan di sini, dan menjadi lebih baik karena dia membuat tulisannya ringan agar tetap menyenangkan dibaca.
Saya kurangi bintang 1 karena kurang nyaman dengan beberapa redaksi tulisannya yang sepertinya, diadopsi dari idiom dan candaan English. Tidak salah, tapi feelnya jadi kurang kena. Hehehehe
Bukan pesepeda dan kayanya ngga akan pernah berencana liburan kemana pun ngayuh. Apalagi sampe 12 ribu kilometer lebih seperti pasangan ini, byuuuh kek apa rasanya!
Bukunya ditulis dari POV Marlies. Favoritku di part negara Iran. Ngga melulu berisi tips traveling berbujet rendah. Justru banyak tulisannya tentang ketemu banyak orang asing yang sukarela menolong mereka, tips bersepeda (termasuk ngatasin ban bocyorrrr!!) plus pikirannya tentang zona nyaman.
Selalu suka baca buku-buku memoar perjalanan gini. Karena aku masih percaya tiap orang punya POV walau pergi ke negara yang sama. Oh ya, agak mikir penjelasan Marlies di part pakai headphone ANC buat ngehindarin bising suara, ini ngga apa ya di jalan kedap suara?
SAYA MERASA SANGAT TERINSPIRASI! oleh perjalanan ini. Buku ini menyenangkan dibaca karena membuat kita merasa ikut hadir dalam perjalanan yang mereka lakukan dengan cara yang lebih nyaman. Buku ini juga menyadarkan saya bahwa saya adalah orang yang biasa-biasa saja dan tidak melakukan hal yang luar biasa, mereka lah! Menyenangkan sekali, benar-benar menyenangkan membaca apa yang Marlies tulis. Sebuah tulisan jujur, sebuah catatan perjalanan yang baik karena benar-benar menyimpan kenangan. Saya POKOKNYA senang membaca buku ini. Sebuah buku yang ingin saya simpan, karena saya pikir yang mereka lakukan adalah hal yang langka, jadi tulisan dalam buku ini pun bukan tulisan yang biasa saja.
How inspiring! It feels like this book tells me to go beyond my limit. Well, I would never go bicycling from Netherland to Indonesia, but I think I'm gonna give it a try to do something out of my comfort zone (hopefully I can really do it). Thank you for sharing your piece of mind and experiences Marlies and Diego. I wish both of you can stay together till the end of time. I wish I can find my Mr. Right too and have a journey together like what you guys did (what a wishful thinking za 😅). Anyway, stay healthy and happy guys.
"Apa yang paling kamu takutkan saat ini? Sesuatu yang kamu tahu bagus untukmu, tetapi kamu terjebak di zona nyamanmu? Pergilah keluar. Lakukan. Sekarang buat rencana dan wujudkan, lihat bagaimana hasilnya. Coba lagi. Banggalah pada apa yang kamu lakukan, apapun hasilnya. Kebaruan membuatmu merasa lebih hidup, jadi jangan lupa untuk menikmatinya." #page176
Perjalanan bersepeda Mariles dan Diego dari Belanda ke Indonesia serta kisah everything in betweennya semakin membakar keinginan untuk mencoba hal serupa. Semoga suatu hari nanti!
Saya suka membaca memoar perjalanan, rasanya seperti turut serta traveling bersama penulisnya. Tapi yang satu ini istimewa, tidak hanya tentang perjalanan, tapi juga cerita hangat di antaranya, ketakutan, kejutan, petualangan, tentang hal-hal & orang-orang yang mereka temui. Tidak semua yang diutarakan penulis saya setuju, tapi tulisannya membuka ruang untuk berdiskusi, mulai dari hal-hal sederhana sampai prinsip hidup. Ini bukan perjalanan cantik ke tempat-tempat wisata mewah dengan OOTD terkini. Ini adalah perjalanan bersepeda dari Belanda ke Indonesia, dan cerita-cerita di antaranya.
Buku yang menyenangkan buat saya yang anak rumahan, jadi buat yang suka jalan-jalan harusnya suka juga. Bukan tentang tempat paling favorit atau orang mana yang paling ramah, perjalanan Marlies & Diego memang bukan tentang itu. Lebih pada gimana orang menjalani hidupnya di masing-masing negara dan gimana perjalanan ini memengaruhi hubungan keduanya juga.
Seperti reviewnya Puty, berharap juga ada versi bahasa inggrisnya, rasanya akan lebih ngalir dan 'masuk' aja untuk beberapa istilah/ungkapan tertentu.
Yang paling menarik dari buku ini adalah kisahnya yang luar biasa. Ditulis dengan jujur dan ditambah dengan pemikiran-pemikiran Marlies yang nampaknya sangat idealis. Perjalanan seru dan panjaaaaang pasti punya banyak, bahkan terlalu banyak, kisah untuk dibagi, makanya ku rasa wajar kalau Marlies akhirnya memutuskan untuk menulisnya beberapa hal dalam bentuk poin, bukan narasi untuk semua cerita. Overall, cukup bisa dinikmati, walau translasinya kurang nyaman untuk dibaca (semangat duhai translator! Jangan patah semangat! :) )
Bukunya berisi pola pikir, sudut pandang dan pendapat penulis (dan partnernya) tentang banyak hal. Tentang hidup, perjalanan, alam, sedikit ttg politik dan kepercayaan. Banyak dr pemikiran tsb yang sependapat dengan saya, tap ada juga yang tidak. Selama membaca buku ini saya merasakan ‘positive vibes’ dari penulis. Bagaimana dia dan partnernya menghadapi berbagai masalah nyata dan tidak nyata (yg cuma ada di kepala mereka) selama perjalanan bersepeda dr nijmengen k jakarta. Banyak hal yg bisa dipelajari dari pengalaman mereka.
Ternyata touring pake sepeda perlu persiapan fisik dan mental yang maksimal. Perjalanan Marlies sama Diego ngelewatin budaya yang beda-beda menarik banget. Kalo fisik ga siap, jelas bakalan bikin susah. Mereka juga ngalamin masalah fisik, tapi kalo ngga dibarengin mental yang siap, pasti udah berantem di jalan dan perjalanannya selesai lebih awal.
Inspiratif buat saya yang sepedahannya cuma dari rumah ke alun-alun kota, terus nyari tukang lontong kari. Hehehehehe
Suka sekali dengan buku ini. Saya pribadi sangat menyukai gaya kepenulisan dan humor yang disajikan oleh Marlies, membaca ini banyak membuat saya mengetahui filosofi dan tujuan dari apa yang mereka lakukan dan temui selama perjalanan. Tentunya kisah ini memberikan saya insight terhadap banyak hal. Love this book!!
I really like how Marlies wrote their experience biking from Nijmegen to Jakarta, felt genuine and she acknowledges her privileges biking for 1 year that many people can't relate because there are bills to pay
Menyenangkan! Saya seperti turut bersepeda dan mencicipi suka duka di perjalanan cukup menantang itu. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman menarik ini salah satunya bagaimana mempertahankan keyakinan diri dari hal-hal negatif yang acap kali terjadi.
Setelah membaca buku ini, saya merasa harus menghargai setiap peristiwa-peristiwa kecil dalam hidup saya, lebih menikmati momen dalam hidup, dan tidak takut pada kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Feel blessed.
Surely broadening my view. Learning about things that are beyond my experiences and expectation. For sure, reading helps us to taste more than we are able to get through it by our own.
terimakasih sudah mengajak saya bersepeda dari Belanda menuju Jakarta beserta drama dan lika-liku perjalanannya. Apakah beruang masih mengikuti kita? oh semoga saja tidak.