Jump to ratings and reviews
Rate this book

Cara Berbahagia Tanpa Kepala

Rate this book
CARA MELEPAS KEPALA:
1. Buka lilitan ritsleting yang meliliti jakun.
2. Ceraikan baut dari mur hingga talak delapan.
3. Telan dan tahan ludah dalam-dalam.
4. Tekan kedua tombol penghambat laju aliran darah secara bersamaan.
5. Pegangi kedua kuping, lalu tarik kepala ke atas dengan keras hingga terlepas.

Sempati merasa kepalanya tak memberi solusi atas ragam persoalan. Kepalanya justru merepotkan, hingga membuatnya turut program Bebaskan Kepalamu —yang memungkinkan untuk menceraikan sementara kepalanya. Tanpa diduga kepala itu menghilang. Bahagiakah Sempati hidup tanpa kepala?

***

Setelah Buku Panduan Matematika Terapan Triskaidekaman kembali menghadirkan cerita tak biasa. Cara Berbahagia Tanpa Kepala menggabungkan unsur fiksi ilmiah, surealisme, dan thriller yang menggaungkan kegelisahan manusia modern. Kejutankejutan dalam cerita ini memberi pengalaman baru membaca novel sastra.

300 pages, Paperback

First published May 6, 2019

27 people are currently reading
182 people want to read

About the author

Henny Triskaidekaman

13 books44 followers
A nonclinical physician. Winner of 2017 Unnes International Novel Writing Contest (Buku Panduan Matematika Terapan, GPU/2018). Content writer in StorialCo. Can be reached via Twitter (@triskaidekaman), Instagram (triskaidekaman), or e-mail triskaidekaman@yahoo.com.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
26 (21%)
4 stars
39 (31%)
3 stars
36 (29%)
2 stars
13 (10%)
1 star
9 (7%)
Displaying 1 - 30 of 45 reviews
Profile Image for Ramdani Tonga.
43 reviews4 followers
July 7, 2019
Buku ini menarik dan asik jika dibaca dalam kesempatan kedua, dan seterusnya. Dalam sekali baca, buku ini hanya tumpukan rasa jengah saat bertemu larik-larik nan puitis penuh rona irama mendayu aduhay syalala.

Buku ini menarik karena mampu membenamkan kritik sosial dengan syair berirama ulala nan bergelimang ukiran kata merekah memesona.

Ada gairah yang liar dalam jiwa ceritanya. Ini istimewa. Humor yang memang mendukung cerita. Dialog-dialog nan kebarat-baratan yang mumpuni dikjaya menggelora dengan jiwa kekinian. Ini juga istimewa. Tentu saja untuk hamba adalah di saat pembacaan kedua, (dan seterusnya, mungkin untuk paduka? Mungkin).

Dan hey, cerita yang membebat kritik sosial menjadi narasi nan semerbak melambai bagai kembang goyang nan menerawang meliuk-liuk dipeluk kabut itu bukankah perkara sepele. Novel ini punya konten. Saya ulangi: ada gairah yang liar dalam bercerita.

Jika benar buku ini adalah salah satu naskah yang diikutsertakan dalam Sayembara Novel DKJ 2018 silam ( dengan pemenang ; “Orang-orang Oetimu”) maka jikalau boleh lancang hamba menduga-duga penuh syawasangka : bahwa kejar cetak terbit buku ini menyebabkan proses editing yang sepertinya belum selesai (detail plot yang bantet di tengah buku, dan salah ketik / typo yang seperti menyatu dengan alunan puisi berundak-undak rima bagai ayunan di pantai pasir kalbu—yang merebak di Instastory pesohor jagat semesta).

Dengan begitu, jikalau hamba boleh lancang menduga-duga bahwa buku ini seperti menjadi ketergesaan industri yang hanya mengejar pasar. (Mumpung novel sebelumnya masih mungkin ikutan terdongkrak lagi penjualannya; hukum penerbit “penulis yang mengeluarkan buku kesekian, akan menyeret penjualan buku sebelumnya).

Sekali lagi, buku ini sangat menarik, jika saja bukan pembaca yang harus bersabar membaca lirk lirik nan cantik nan menjentik kalbu di lintang kemerlap, tapi penerbitnya yang juga harus sabar kalau penulis unggulannya tak akan lari kemana... industri buku harusnya juga berhati-hati dengan penulis yang sudah menerbitkan bukunya yang kesekian, jangan hanya mengandalkan efisiensi biaya promosi dan ketakutan kalau-kalau penulis unggulannya akan lari ke gunung-gemunung berkabut awan-gemawan.

Syahkata hamba berharap dugaan naskah ini sebagai salah satu naskah peserta sayembara tsb di atas itu adalah salah duga dari sangka hamba semata-mata — dengan syair : angin semilir nan melambungkan butiran suara nan sumir, perundungan yang tak jelas arah nan semampai.

Menjaga mutu terbitan buku bukan hanya dibebankan untuk penulis baru dan juga calon penulis yang bukan siapa-siapa. Tapi, juga penerbit dan penulis buku yang sudah menerbitkan sekian buku juga bisa mengikis keresahan pembaca yang sering menemukan novel kesekian dari penulis jebolan sayembara yang pada akhirnya terus melorot mutunya di buku / novelnya yang kesekian.

Tak eloklah jika hamba menyebut beberapa nama penulis jebolan sayembara yang saat novel pertamanya begitu memesona gemintang terang benderang dan di buku seterusnya semakin memudar bahkan nyaris penuh repetisi nan membosankan sehingga merobek jiwa, membuat langit turut meronta-ronta-ronta.... ta-ta... ta ta.... taaaaaa #bergaungrima

Sebenarnya, penulis dan penerbit bisa sama-sama menjadikan abad gawai yang terus berdawai-dawai ini sebagai masa gemilang dengan buku, bukan pintu gerbang senjakala yang merintihkan jiwa raga dan bulu roma. Buku tak akan tergantikan seperti laiknya media. Hanya dengan saling menjaga kualitaslah tujuan ini bisa tercapai.

Semoga dugaan bahwa buku ini adalah ketergesaan ‘kejar cetak’ hanyalah prasangka dari lubuk hati nan gelisah membahana menembus lembayung pilu mencabik-cabik kabut jingga kelam hingga rindu dendam. Tabik hamba. Syalala.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Happy Dwi Wardhana.
244 reviews38 followers
May 19, 2019
Jadi, ini apa? Humor gelap? Fantasi? Surealisme? Gore? Puisi?

Sangat tidak paham dengan keseluruhan cerita. Awalnya, semacam humor sarkastik setelah ke belakang menjadi lebih fantasi, gore yang nanggung, dengan gaya penceritaan yang sok puitis dengan rima yang dipaksakan.

1 bintang untuk judul yang menarik. Ya, judul saja.
Profile Image for Pangi Marpaung.
29 reviews9 followers
September 25, 2019
Yang sangat khas adalah pilihan kata—yang sekaligus membunuh cerita dalam naskah ini. Kadang terkesan sangat Feni Rose dalam Silet, kadang terbaca seperti narasi dalam Mata Najwa.
Profile Image for Teguh.
Author 10 books335 followers
May 24, 2019
kalau menyukai BPMT--Buku Panduan Matematika Terapan, kudu menjajal keliaran narasi Triskaidekaman dalam buku ini. Masih tidak biasa untuk ukuran novel indonesia. Ada unsur thriller, surealisme, dan tentu kritik satire atas banyak yang bertindak tanpa kepala dewasa ini.

Juga menarik dicermati bagaimana Triskaidekaman memilih lema untuk menyusun cerita.
Profile Image for Nellaneva Nellaneva.
Author 7 books157 followers
October 23, 2019
Sebenarnya masih banyak yang kupikirkan setelah baca buku ini (andai saja kepala bisa benar-benar dilepas dan aku bisa berhenti berpikir). Premisnya sederhana--tentang keluarga tercerai-berai yang menyatu kembali--tetapi dikemas dengan unik dan puitis. Bagian favoritku adalah tempat parkir kepala di jalan antarkota. Aku paling suka dengan konsep lapisan kematian (juga kehidupan) di sini yang bikin aku berasumsi macam-macam, bahkan sepertinya memang sengaja dimaksudkan untuk jadi multitafsir. Wajar bila banyak yang bingung ketika membaca buku ini, barangkali butuh pembacaan kedua dan seterusnya, tetapi bagiku secara keseluruhan cukup memuaskan. Tetap semangat berkarya untuk penulisnya~
Profile Image for Akaigita.
Author 6 books237 followers
June 29, 2019
Ini buku published ketiga karya Triskaidekaman yang kubaca. Dua buku sebelumnya adalah Corpora Aliena (kumcer) dan Buku Panduan Matematika Terapan (novel). Core dari ketiga buku ini masih sama sebetulnya, tentang keluarga-keluarga yang jauh dari kata ideal. Dibandingkan karya-karya eksperimentalnya di Storial dulu yang menonjolkan sains fiksi medis, CBTK ini lebih kental surealisme dan gajenya. Kuakui bukan bacaan yang nyaman dan mengalir, tapi "easter eggs" yang bertebaran di dalamnya relevan sekali dengan kondisi kita sekarang.

Saat membacanya,

Mungkin aku akan mencoba membaca buku ini dengan urutan Terbalik demi sensasi dan pengalaman baca yang berbeza.
29 reviews3 followers
Read
July 29, 2019
Mengecewakan. Terlalu banyak permainan kata yang mengalihkan fokus saya terhadap isi cerita. Di banyak bagian saya seperti membaca kata-kata penutup acara 'Mata Najwa'. Penulis tidak menggali dalam 'kegelisahan manusia modern'--seperti yang dipromosikan di sampul belakangnya. Saya tidak menemukan rasa ingin-melepas-kepala-sendiri. Hanya sejauh inikah yang bisa ditawarkan novel Indonesia dekade ini? Sayang sekali.
Profile Image for Fathiyah Azizah.
104 reviews34 followers
March 11, 2020
Buku pertama dari penulis yang aku baca, terdorong karena penasaran, yang katanya buku ini diluncurkan dan dibahas di Makassar International Writers Festival (MIWF) 2019 dan katanya juga buku pertamanya “Buku Paduan Matematika Terapan" digadang-gadang sebagai novel antimainstream.

Secara garis besar, novel ini mengangkat drama keluarga, yakni "broken home" dan "bullying", namun dibalut dalam kisah surealis, fantasi sekaligus thriller. Selain diksi, kata yang tak umum (bisa dianggap puitis) tata letak di beberapa halaman juga unik. Ya beberapa kata puitisnya kadang mengganggu dan tak nyaman untuk kubaca, serasa dipaksakan, bedalah sensasi yang kudapat saat baca diksi di Cala Ibi. Untuk fantasinya, ada semacam kehidupan berlapis, ini mungkin yang menjadikan beberapa pembaca sulit memahami dan merasa ada kejar cetak, ada yang berlubang di ceritanya.


"Sepuluh menit pertama, hidup tanpa kepala itu menyenangkan. Begitu ringan dan melegakan. Tak ada lagi beban perang saudara antara organ-organ yang susah berdamai. Tak ada leher yang perlu dipatahkan kalau pegal, barisan geligi yang harus disikat dua kali sehari, lidah yang selalu ketika harus berbicara, dan hidung paradoks yang mengernyit pada wangi tetapi gemar mengendus amis kesalahan orang lain." (4) wah ekspektasiku bakal seru nih, kalau kepala dilepas, bagaimana si tokoh utama menjalani kehidupannya tanpa berpikir, tanpa merasa, tanpa emosi, tanpa kehendak. Dan ternyata, ekspektasiku terlalu tinggi 😅 

Tokoh utamanya kalau aku nilai, sangat skeptis menghadapi hidup, penuh amarah, karena sedari kecil tersingkir dan kesepian. Dewasanya juga begitu, kelam dan rasanya bahagia itu tak pernah mampir sedikitpun di hidupnya. Putus asanya mendorong dia untuk bunuh diri, tapi.... (baca di buku 😁) "Benda-benda mengajarinya pengetahuan. Pengetahuan bahwa dunia kejam. Putarannya Jahanam. Bantuan dari alam cuma tipuan. Bisik-bisik semangat dari ibunya cuma hidup yang menunda kekalahan-besok dan besoknya lagi." 248
Profile Image for Willy Akhdes.
Author 1 book17 followers
October 23, 2019
Premisnya sederhana: seorang yang mengikuti program lepaskan kepala demi lari dari beratnya beban hidup. Namun, narasi, deskripsi dan alur yang mencoba eksperimental menjadikan ceritanya sulit untuk dinikmati. Kalimatnya yang berima terkadang bagus, terkadang terdengar seperti dipaksakan. But, overall it's okay, patut dicoba buat bacaan fiksi ilmiah dengan sentuhan eksperimental.
Profile Image for M Adi.
174 reviews18 followers
July 29, 2020
Berkenalan dengan surealisme. Jika ingin memahami suatu cerita dengan alur yang terstruktur atau sebab-akibat sesuai logika, bisa jadi kecewa yang hadir ketika mengharapkan ekspektasi tersebut.

Setelah berusaha memahami keliaran novel ini, adalah usaha yang tak sampai ujungnya. Meskipun begitu, selesai dibaca sampai halaman terakhir karena tetap menggugah hati terhadap hal-hal apa yang akan ditemui. Baik kelihaian penulis dalam merangkaikawinkan kata dan kalimat, serta ide-ide diluar nalar yang dituangkan menjadi narasi.

Desain sampul, judul buku, dan sinopsis di belakang benar-benar menarik.
84 reviews1 follower
June 9, 2019
Setelah membaca Buku Panduan Matematika Terapan yang sebenernya bikin saya pusing tapi saya suka, saya langsung penasaran sama buku keduanya Triskaidekaman yang ini.
Judulnya menarik dan saya kebetulan suka yang seram-seram. Awalnya bingung karena ceritanya absurd, yaitu tentang seorang pemuda yang lelah berpikir jadi ingin hidup tanpa kepala jadi ia melepas kepalanya. Sempat beberapa hari berhenti baca karena sedang ujian dan banyak kerjaan tapi setelah saya lanjutkan, saya tidak bisa berhenti baca sampai selesai karena ceritanya njlimet tapi bikin penasaran.
Bahasanya memang ribet tapi menyenangkan untuk dibaca, saya lebih suka buku yang ini daripada Buku Panduan Matematika Terapan dan jadi tidak sabar ingin baca tulisan Triskaidekaman yang berikutnya.
Profile Image for Avif Aulia.
60 reviews5 followers
July 1, 2020
Judulnya saja semenarik itu. Isinya pun tidak mengecewakan. Ide dan gaya bercerita yang absurd dan menghipnosis. Tapi saya tidak cupu, kan, kalau harus siap sedia KBBI selama membaca buku ini? Sumpah, banyak kosakata baru yang bikin saya syok
Profile Image for Yuliana Martha Tresia.
66 reviews19 followers
August 6, 2023
Saya ingat pertama kali saya melihat buku ini, judulnya saja sudah sanggup menarik perhatian: Cara Berbahagia Tanpa Kepala. Awalnya, sebelum membaca dan setelah membaca halaman-halaman awal buku, saya merasa vibes 'absurd' buku ini mirip dengan buku Mati, Bertahun Yang Lalu, karya Soe Tjen Marching (salah satu buku kesukaan saya). Namun, setelah menyusuri halaman buku sampai ke belakang dan akhirnya, ternyata hanya mirip tapi tetap berbeda.

Salah satu yang mengesankan dari novel ini adalah cara penulis meyakinkan pembaca bahwa kepala adalah sumber masalah, sebagaimana yang dipromosikan dalam program Bebaskan Kepalamu dalam novel ini (halaman 5). Sesuatu yang unik dan menarik (dan pastinya cenderung diamini orang-orang yang punya kebiasaan overthinking seperti saya, hahaha).

Namun, novel ini berbagi pemikiran bahwa kepala adalah juga sumber identitas - karena ada muka di kepala. Tanpa kepala, bagaimana kita bisa menebak badan siapa?

Di sisi lain, sebagai pembaca, saya merasakan melalui novel ini, penulis juga ikut mengkritik monoton ritme hidup yang membuat semua manusia sama saja - seperti tanpa kepala.


Betapa sulitnya menanggung kepala.
Andaikan manusia bisa hidup tanpa kepala.
Kepala itu berat. Isinya dari identitas sampai kebiasaan, selera, pilihan, dan rutinitas yang membungkus generator tak kenal lelah, membuat keputusan setiap waktu.
Hidup sekarang sudah serba diatur, serbateratur, serbalama, serbamonoton; sehingga memilih dan memutuskan tak penting lagi.


(Cara Berbahagia Tanpa Kepala, halaman 127-128)


Hei, tunggu.
Adakah yang lebih mengerikan daripada kehilangan sebongkah kepala? Kalau tak ada, apa lagi yang harus ditakutkan?


(Cara Berbahagia Tanpa Kepala, halaman 60)


Sulit dimengerti, ya saya harus mengakui saya juga kesulitan mengikuti ceritanya. Mungkin sangkin surealisnya. Juga dengan kosakata-kosakata bahasa Indonesia yang jarang kita dengar. Tapi, membaca review dari sesama pembaca buku membantu sekali untuk memahami.

Lolik Apung sebagaimana dikutip dalam BacaPetra.co, mencerahkan saya: inti novel ini adalah konsep tentang waktu, yang sudah nampak dalam judul-judul tiap bagian dari novel ini: Hilang-Buang-Kenang-Datang-Pulang. Konsep waktu yang diceritakan Triskaidekaman dalam novel ini bukan yang bermakna temporalitas, tapi durasi/keberlangsungan/intensitas, yang di atasnya manusia menjadi subjek yang memiliki kebebasan/kehendak untuk memilih. Sebuah proses yang tidak pernah selesai/menjadi. Jadi, berpikir kronologis, sistematik, A sampai Z, dengan alur dan peristiwa menjadi sulit diterapkan ketika membaca novel ini. Lolik Apung juga menyampaikan bahwa yang ingin disampaikan Triskaidekaman adalah menyatukan tubuh dan kepala, perasaan dan pikiran, membutuhkan proses seumur hidup. Tidak mudah. Dengan mengaitkan konsep waktu dengan program Bebaskan Kepalamu, menurut Lolik, Triskaidekaman hendak membebaskan pembaca dari rutinitas, dari jam sekian harus begini, jam sekian harus begitu, dari jadwal-jadwal atau kesibukan padat yang menyita kesadaran manusia modern. Penulis hendak menggiring pembaca untuk lebih memaknai waktu. (https://www.bacapetra.co/cara-berbaha...)

Berefleksi personal sebagai pembaca yang hidup di padatnya Jabodetabek dengan hustle culture-nya yang kental, yang waktu & energinya juga seringkali habis di perjalanan (commuter) sampai merasa tidak cukup waktu dalam sehari untuk mengerjakan banyak hal (pekerjaan, dan juga yang di luar pekerjaan), saya merasa tergelitik. Apalagi kemacetan, kepadatan, yang menghabiskan waktu ini digambarkan Triskaidekaman juga dalam novel ini.

Bagi saya sebagai pembaca, ada beberapa teka-teki yang belum terpecahkan (meski pertanyaan sekaligus jawabannya mungkin: jangan-jangan teka-teki itu ada untuk tidak dipecahkan? Atau juga bersifat sureal sehingga sulit dijelaskan dalam jawaban logika sebagaimana yang sering kita harapkan?). Misalkan, mengenai program Bebaskan Kepalamu, di luar cerita Sempati, M4, dan Ayah Jam Tangan. Jadi sebenarnya program ini masif atau tidak (betulkah Sempati melihat dua orang tanpa kepala di stasiun atau di kantor atau hanya imajinasinya saja?), siapa pencanang program ini sesungguhnya? Sejujurnya saya membayangkan dan berharap, bahwa bagian cerita ini yang akan digali kemudian di bab-bab selanjutnya - tapi ternyata kisahnya menjadi sangat personal, fokus kepada keluarga Sempati yang tercerai-berai saja.

Terakhir, menurut saya, novel ini perlu diberi peringatan trigger warning, mengingat banyak kali alur ceritanya mengisahkan cara bunuh diri (dan tergolong dark untuk cerita fiksi). Jadi kalau kamu adalah pembaca yang masih bergumul dengan suicidal thoughts dan kelelahan hidup yang intens, kalau boleh saya menyarankan untuk tidak membaca buku ini dulu ya.

Selepasnya, ini adalah buku pertama Triskaidekaman yang saya baca dan sanggup membuat saya penasaran untuk membaca buku-bukunya yang lain. Sangat direkomendasikan untuk para pembaca yang ingin membaca novel dengan cerita surealis.
Profile Image for Sylvia.
17 reviews
May 30, 2024
Apa yang kalian pikirkan ketika membaca itu?
'pasti kiasan doang nih, yakin gue!'
'ah mana mungkin bisa hidup tanpa kepala'

And yes, semua jawaban kalian salah.
Nyatanya Sempati bisa hidup tanpa kepala setelah mengikuti program Bebaskanlah Kepalamu, bahkan sampai seperempat cerita hidupnya lebih 'plong'.

Singkatnya novel ini bercerita tentang Sempati, yang ingin melepaskan kepalanya dari tubuh sendiri karena tidak kuat menghadapi semua keruwetan dalam hidup. Ibunya mati, Ayahnya hilang, jadi budak Darnal dan masih banyak lagi. Setelah ia memutuskan untuk mengikuti program tersebut, ia bertemu dengan M4 yang akan mengubrak-abrik seluruh hidupnya setelah ini.

Kalo kalian masih ragu buat baca ini, gue saranin buat hilangin semua keraguan kalian, because why? Karena semua bakal jadi lebih menarik ketika Sempati kehilangan kepalanya yang sudah ia copot dari tubuhnya. Sekali lagi, KEPALA SEMPATI DICURI.

Yess, petualangan Sempati mencari kepala nya akan dimulai, terlebih lagi dengan M4 yang tiba-tiba menghilang juga membuat keadaan semakin runyam.

Gue apresiasi buat semua kerunyaman dan keriwehan plot yang ditulis pada bagian awal. Karena sangat-sangat menarik untuk diikuti, ciamik dan apik. Suka banget.

Terlebih jujur ini bagian favorit gue dari segala bagian, yaitu ketika Sempati menjalani proses pemisahan kepalanya dari tubuhnya sendiri. Kemudian diikuti dengan pemasangan ritsleting yang mengelilingi jakunnya, kandar kilas, penyimpangan memori dibagian bawah tubuhnya dan ritual-ritual yang Sempati harus lakukan hingga batang lehernya yang terbungkus kasa.

Gue sangat menikmati also merinding liatnya, kayak anjir beneran ini ternyata kepalanya dipotong. Tapi bener gitu, Sempati sama sekali enggak berdarah.

Lalu kita menuju bagian selanjutnya, kalo ga salah ingat bab ya, dua bab terakhir itu isinya tentang masa lalu Sempati yang membuat dia memutuskan untuk mengikuti program itu.

Gue jujur agak kabur baca bagian-bagian yang menceritakan tentang masa lalu Sempati. Karena gini, kalau di dunia nyata pemotongan kepala terus orangnya masih hidup kan mana bisa, pasti langsung mati kan. Kedepannya sama, ada beberapa hal dibuku yang sama kasus nya, bener-bener mind-blowing. Gue enggak berani bertanya-tanya kayak 'kok dia bisa berubah jadi ini sih? Karena menurut gue percuma, enggak akan ada penjelasannya 😭🙏🏻

Gue kasih spoiler dikit deh tentang apa-apa aja. Seperti berubah jadi jam tangan, tubuh yang udah dimutilasi bisa utuh lagi gara-gara dijahit, terus dia mati tapi tuh hidup lagi. Pokoknya begitu lah, baca aja dijamin pasti tahu semua 🤗

Karena ini udah panjang banget, gue tutup pakai kesimpulan yah. Jadi gue rasa kesimpulannya yang gue tarik sehabis selesai baca, terutama bener² paying attention ke masa lalu Sempati kemudian back to the reality itu ... Tentang Ayah dan Ibu Sempati yang ingin ibaratnya tuh kayak merasa bersalah ke Sempati dimasa lalu, yang menyebabkan ia jadi seperti sekarang. Gituh deh, baca aja dijamin woww.

4,5/5🌟
See ya!
Profile Image for Jihan  Mawaddah .
34 reviews3 followers
February 25, 2020
Satu lagi ide gila dari kak Triskaidekaman menjadi sebuah cerita.
Dibuka dengan pesan : Jangan biarkan kepalamu hanya masak di pohon tanpa daya guna bagi orang-orang di sekitarmu!⁣

Pesan yang tajam. Saya jadi ingat akan sebuah filosofi pohon pisang yang pernah disampaikan oleh Ayah. Jadilah seperti pohon pisang. Karena pisang tak akan mati sebelum seluruh bagian dari organnya bisa dimanfaatkan oleh manusia. Mulai dari batangnya, buahnya, bunganya, hingga daunnya.⁣ ⁣
Saya jadi punya banyak pengetahuan baru tentang padanan kata yang masih asing. Ini yang saya sukai dari Kak @triskaidekaman . Awalnya saya mengira judul novel ini hanya sebuah slogan atau perumpamaan, ternyata tidak. Saya tidak pernah pula membayangkan bagaimana jika manusia hidup tanpa kepala.⁣

Cara Berbahagia Tanpa Kepala bercerita tentang seorang manusia bernama Sempati yang merasa kepalanya tak memberi solusi atas ragam permasalahan yang dialaminya selama ini.⁣
Program Bebaskan Kepalamu bukan hanya slogan belaka, namun nyata memang program pemenggalan kepala dari badannya.⁣ Namun, Sempati kehilangan kepalanya. Sebelum tujuannya tercapai. ⁣
Bahagiakah Sempati hidup tanpa kepala sesuai dengan ekspektasinya selama ini? Dapatkah Sempati bertahan hidup hingga ia menemukan badannya kembali?⁣

 Cara Berbahagia Tanpa Kepala menggabungkan unsur fiksi ilmiah, surealisme, dan thriller yang sebetulnya sangat saya hindari. Namun kisah yang menggaungkan kegelisahan manusia modern ini memberikan kejutan demi kejutan dalam setiap babnya.⁣

Saya tidak bisa membayangkan, apa saja yang ada dalam kepala beliau. Idenya benar-benar Out Of The Box, berani, cerdas, dan tetap memberikan pesan moral pada pembacanya. Saya bertekad, tidak akan melewatkan buku ketiganya nanti yang konon katanya novel tanpa huruf E. Penasaran kan? Saya juga.⁣
Review lengkap di blog ya. Link di bio.⁣

Cara Berbahagia Tanpa Kepala⁣
Oleh Triskaidekaman⁣
Penerbit Gramedia, 300 halaman.⁣
Cetakan Pertama, Mei 2019⁣
4/5⁣

#gerakanoneweekonebook #caraberbahagiatanpakepala #bookstagrammalang
Profile Image for Aya Canina.
Author 2 books44 followers
February 29, 2020
"Cara Berbahagia Tanpa Kepala memang sudah semestinya ada di jajaran short list penghargaan bergengsi Kusala Sastra Khatulistiwa 2019."

.........

Baik. Jadi begitulah permainannya. Masuk tanpa prasangka, coba jalan sedikit, sedikit lagi, lebih jauh. Linglung, coba buka peta, ikuti petunjuk, jalan lagi, belok kanan, baca tanda—tidak, salah, baiknya belok kiri dulu, baca kemungkinan lain, pakai sejumput firasat supaya tidak jalan di tempat, telusuri lagi, terjebak, salah langkah, istirahat.

Istirahat.

Itu kuncinya.

Saya membaca seperempat bagian dari Bagian I: Hilang, bingung, lalu mencoba mencari pencerahan di situs ini (ya, Goodreads), dan menemukan dua kutub yang berlawanan. Sialnya, yang pertama kali ditangkap mata adalah kutub negatif: jengah bacanya; jadi ini apa?; bahasanya rumit; pilihan kata membunuh cerita. Keadaannya sulit. Kepala saya belum bisa menerima sajian awal tersebut—yang kalau tidak terang sejak semula, maka saya akan tersesat sampai tamat—sementara ulasan-ulasan tersebut (yang akhirnya saya tahu semua itu salah—meski saya sadar betul itu sepenuhnya hak mereka) membuat ekspektasi dan imajinasi saya ambyar.

Dan saya memilih istirahat.
Saya tutup kesulitan hidup Sempati, saya abaikan siapa sebenarnya M4, mengapa kepala-kepala itu ingin lepas? Mengapa ada Jatayu?

Tapi saya tahu, untuk yang satu ini, saya harus jadi pembaca pemberani, yang menyelesaikan apa yang sudah saya mulai, yang tidak menilai sebelum usai.

Dan inilah akhirnya. 4/5.
Cara Berbahagia Tanpa Kepala memang sudah semestinya ada di jajaran short list penghargaan bergengsi Kusala Sastra Khatulistiwa 2019.

Cuma satu caranya: tidak terburu-buru. Membaca bukan kompetisi. Tidak—ada cara kedua: gunakan kepalamu. Jangan berbahagia terlampau dini, sebelum kamu betul-betul merasa semuanya selesai.
Profile Image for Alley.
51 reviews5 followers
March 15, 2021
Rasanya ini buku genre surealisme pertama yang kubaca. Nampak tak masuk akal sekaligus unik. Sekilas melihat dari judul, kupikir itu hanya ungkapan. Namun setelah membaca blurb buku baru kudapati bahwa ini memang mengisahkan manusia yang melepaskan kepalanya.

Dibanding buku pertama karangan penulis yang sama, buku ini lebih bisa kucerna kalimatnya dan masih dapat kunikmati hingga akhir halaman. Sementara setting cerita sendiri bergerak maju-mundur yang untungnya masih dapat kutangkap perubahannya yang tiba-tiba. Sama seperti karya sebelumnya juga, permainan kata dan diksi adalah hal utama di sini. Larik-larik halaman berisi rima nan puitis, yang terkadang ada beberapa kalimat tak dapat kutangkap maknanya.

Ide cerita ini begitu liar dan kejam. Terkadang aku merasa asing sendiri karena jarang membaca buku dengan ide liar seperti ini. Kendati dapat menikmati keseluruhan cerita, aku sendiri masih belum bisa mencerna akhir cerita. Ada juga beberapa bagian yang aku belum mengerti.

Nampaknya memang banyak hal terselubung yang tak bisa kutangkap dan kupahami sehingga sebenarnya aku tidak tahu apa makna dan intisari buku ini. Mungkinkah nilainya seperti menertawakan keinginan seseorang untuk berbahagia? Yang dalam buku ini kita anggap saja keinginan tokohnya, Sempati, untuk berbahagia. Sejujurnya aku tidak tahu intinya, terlepas dari kenyataan bahwa aku menikmatinya hingga akhir. Yah, hanya sekadar memuaskan pengalaman membaca.
Profile Image for Alfaridzi.
109 reviews3 followers
October 7, 2021
Awal mula ku ingin membaca buku ini karena banyak resensi yang bilang bahwa buku ini berbeda dari prosa pada umumnya. Dan ternyata 100% benar wkwkwk.

Aku sendiri butuh waktu lama untuk membaca novel ini. Entah itu hanya untuk memahami setiap kata, kalimat, paragraf bahkan bab. Novel ini kaya akan diksi yang tak lazim pada umumnya. Rangkaian kalimat yang sukar untuk dicerna serta gaya bahasa yang membuat ku menganga 😂😂. Tetapi entah mengapa selalu dibuat penasaran dengan makna dari ceritanya.

Membaca buku ini jadi teringat dengan novel "Hujan" karya Tere Liye karena sama-sama menceritakan seseorang yang ingin menghapus ingatan kelamnya. Tetapi tentunya buku ini menceritakannya dengan berbeda. Terdapat tokoh utama yaitu Sempati yang merasa bahwa hidupnya penuh dengan derita serta merasa frustasi dengan keadaan yang ada. Sehingga dia terpaksa mengikuti suatu program pemenggalan kepala agar dia merasa bebas dari nestapa kehidupan. Akan tetapi, setelah semua itu terjadi, permasalahan ternyata belum usai. Dia malah dihadapkan dengan berbagai perkara pelik lainnya.

Secara keseluruhan saya cukup menikmati karya sastra ini meskipun masih bingung sebenarnya genre dari buku ini apa? Horor? Misteri? Thriller? Fantasi?. Entahlah aku juga ga tau hehe. Tapi tak apa, suatu kebanggan bisa baca novel yang tak biasa ini. Dengan membaca buku ini semakin memperkaya pengetahuanku tentang dunia perbukuan
Profile Image for Asti Wisnu.
Author 2 books2 followers
January 5, 2020
Dibanding buku pertamanya, yang mellow dan benar-benar bikin saya ikutan depresi, buku ini terlijat lebih light - mungkin karena unsur fantasinya yang kental, jadi seperti 'ah, ini seandainya saja terjadi yang entah kapan'.

Saya suka dengan premis awal tentang melepaskan kepala, karena banyak sekali beban yang ada di dalam kepala jadi rasanya enteng sekali kalau bisa sesaat lepas dari semua, namun kecewa karena walau sudah dilepaskan, ternyata masih tetap bisa berpikir, yahh jadi kenapa juga kepala harus dilepas kalau begitu heheh.

Beberapa bagian yang saya suka dalam cerita ini terkait pemikiran-pemikiran seperti, tanpa kepala (yang berisikan muka kita), apakah kita akan dapat dikenali kalau tinggal tubuh saja? Tentang tujuan hidup ketika kemalangan datang silih berganti, tentang sahabat dan keluarga.

Semakin ke belakang, cerita menjurus ke gore yang untung saja ini dalam bentuk buku ya, jadi imajinasi bisa saya setting sendiri, karena kalau film, sudah pasti saya enggak sanggup menontonnya haha.

Pemilihan kata-kata sempat terasa aneh di awal-awal, namun lama kelamaan terasa biasa, walau kadang harus berpikir keras ini maksudnya apa.

Poin bagus untuk tema yang tidak biasa dan cerita yang penuh plot twist, poin minus untuk gore dan fantasi yang berlebihan sehingga tema 'kepala' jadi berkurang maknanya.
Profile Image for ireaddbooks.
83 reviews5 followers
January 16, 2020
📚📚📚
.
Selamat untuk @triskaidekaman karyanya ini: "Cara Berbahagia Tanpa Kepala", menjadi nominasi prosa terbaik Tempo 2019.
.
Novel ini sebenarnya menceritakan perjuangan Sempati untuk bertahan hidup ditengah kesemrawutan lika-liku kehidupannya sebagai seorang anak. Ayahnya telah lama pergi tanpa kabar, ibunya bermain nakal dengan atasannya, lingkungan sekolah dan pertemanan pun tidak banyak mensuportnya untuk layak hidup.
.
Uniknya penulis mengisahkan jalan hidup Sempati dengan cerita tak biasa, kaya dengan unsur surealisme, thriller, dan fiksi ilmiah. Namun semua itu sebanding dengan perasaan yang didapatkan setelah kamu (aku, maksudnya) membacanya. Perasaan ingin marah pada orangtua Sempati terutama ibunya aka M4. Kesel juga sama Sempati yang nrimo aja sama keadaan, tapi merasa iba juga dengan keadaannya (peluk jauh Sempati). .
.
Aku juga kesel ke penulis bikin perasaan campur aduk (ngeri-ngeri sedap, sedih, marah, kecewa), harus mikir nyari arti dari beberapa kata dan kenapa juga akhirnya Sempati harus memilih 'jalan' itu. .
Penulis: @triskaidekaman
diterbitkan pertama kali oleh @bukugpu, Jakarta Mei 2019
300hlm
📚2020: 3/80
.
#caraberbahagiatanpakepala #bookreview #bookworm #bookaddict #bookstagramindonesia #bookish #bookphotography #tantanganbacagri2020 #bacaituseru #goodreadsindonesia #readingchallenge #readisfun
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Ardina Alth Mora.
485 reviews16 followers
January 14, 2021
"Benda-benda mengajarinya pengetahuan. Pengetahuan bahwa dunia kejam. Putarannya Jahanam. Bantuan dari alam cuma tipuan. Bisik-bisik semangat dari ibunya cuma hidup yang menunda kekalahan—besok dan besoknya lagi." Hal. 248
.
Buku ini buku pertama dari penulisnya yg aku baca. Dan buku ini cerita tentang seseorang yang bernama Sempati mengikuti yang namanya program lepaskan kepalanya demi lepas dari penat dan beratnya beban hidup didepannya. Membaca buku ini menurutku tidak bisa dikatakan mudah karena aku sendiri sering menemukan kata-kata yang jarang aku temukan. Sudah pasti aku mencari arti dari setiap kata yang sulit di KBBI😅 dan meski hal itu sedikit ribet saat membaca, tapi masih tetap menikmati cerita fiksi ilmiah ini. Ya, buku ini disajikan dengan cerita fantasi dan sedikit thriller menurutku yang didalam menceritakan yg namanya bullying dan keluarga yabg broken home.
96 reviews1 follower
September 18, 2023
Jujur, ini mungkin buku pertama yang bikin aku ngomong "Anjing apaan ini?!" tapi tetep lanjut baca.

Aku suka cara Henny menuliskan ceritanya. Meskipun agak pusing dengan ide dan premisnya, aku bisa memahami kisahnya dengan baik. Cara Berbahagia Tanpa Kepala diawali dengan kebingungan, dipenuhi anggukan kepala 'Iya, ya' dan 'Hah sumpah?' serta diakhiri dengan 'Ah, jadi gitu ...'. Bacaan yang cukup memumetkan, tapi lumayan menarik kalau kamu punya attention span lebih dari standar, sih. Karena meleng sedikit, tiba-tiba kamu lupa kenapa Jatayu tiba-tiba hidup lagi dan kepala Sempati ternyata dicuri ibunya sendiri.

Bacaan ringan, nggak direkomendasikan dibaca sambil skripsian karena betulan bikin kamu pengen melepas kepala karena pikiran tambahan.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Hadissa Primanda.
241 reviews2 followers
July 30, 2022
ternyata belum ada yang review padahal pengen tau pendapat teman-teman yang lain.

dengan judul dan blurb yang menarik, aku penasaran banget sama buku ini.

tapi pas baca jujur aku gak dapat inti ceritanya apa.

aku suka dengan cara penulis bertutur, rangkaian katanya sangat tidak biasa, tapi karena ini ceritanya lebih ke sci-fi fantasi gitu, jadi agak rumit memahaminya dengan bahasa yang tidak sederhana.

kayaknya kalau lebih digali lebih dalam banyak pesan-pesan sarkas dan sindiran-sindiran lewat analogi kepala ini, tapi pikiranku kurang bisa menelaahnya lebih jauh lagi. ✌😅
Profile Image for Andreas Kris.
2 reviews
September 27, 2022
Memang bagus. Tapi butuh kesabaran penuh untuk terus-menerus mengulang tiap halaman, hanya untuk paham arti dari tiap kalimat. Karena memang, buku ini penuh bahasa tersirat dimana-mana, lumayan menyusahkan pembaca untuk paham plot dari cerita.

Pembentukan karakternya bagus, deskripsi tiap bagian ceritanya rumit, plotnya pun rumit, dan untuk endingnya, ya sesuai lah, dengan judul.

Karena saya yang sudah membacanya sampai habis saja masih bingung, saya kasih 3.5

Mungkin di lain waktu saya akan baca ulang. Tapi kemungkinannya kecil hehe
Profile Image for Bukan Petrik.
31 reviews
June 28, 2025
Buku pertama Triskaidekaman yang kubaca, awalnya sih mau ngicip yang Matematika Terapan sayangnya lagi kosong. Sepanjang baca aku tuh bener-bener nikmatin buka KBBI sambil nebak alur. Pas baca bagian awal, "Sci-fi ini, wah kayaknya seru." terus lama-kelamaan baca kok kayak ada magis-magisnya gitu. Bingung tapi seru juga terjebak dalam kebingungan (*wkwk). Sebagian misteri tokoh udah ketebak dari pas baca Bagian II sih jadinya nggak gitu kaget sama plot yang disuguhin dari pertengahan sampai akhir novel. Jadi penasaran dengan buku Triska lainnya.
Profile Image for Riski Oktavian.
462 reviews
July 5, 2019
jujur buku ini lebih gampang dimengerti daripada buku debutnya, buku paduan matematika terapan. ya masih ada sih kalimat kalimat yang rumit tapi mostly bahasanya gampang dimengerti.

nama nama karakter dalam cerita ini juga lucu dan kreatif, dan juga banyak 2 nama karakter yang sebenarnya adalah 1 orang.

plot twist dari buku ini bnr bnr gak terduga ketimbang buku paduan matematika terapan. overall ini buku triskaidekaman yang saya suka <3
Profile Image for Andha Mohammad.
13 reviews
January 18, 2020
Aku suka gaya surreal yang digunakan Henny dalam novel Cara Berbahagia Tanpa Kepala ini, namun perlu kuakui penggunaan rima dan diksi terkesan memaksakan terhadap ceritanya sendiri, sehingga mengesampingkan makna yang tepat untuk mengungkapkan arti cerita yang sebenarnya.

Bagi yang tidak suka genre antimainstream dan surreal novel ini gak cocok, tapi bagi yang suka tantangan dan gemar mikir ini novel cukup menarik.
Profile Image for Limya.
97 reviews6 followers
March 15, 2020
Mantap. Seperti novel Triskaidekaman sebelumnya, novel ini SANGAT berat di awal, namun cukup mudah "diangkat" dari tengah ke akhir. Jadi hanya mengerti alfa Cepat (III - V) dan alfa Lambat (I - IV).

Akan mencoba alfa lainnya. Insyaa Allah. Semoga lebih paham pada pembacaan kedua dan seterusnya. Wkwk.

Catatan: Saya sangat tak sabar CADL dan puisi-puisi dari Bagus Prihardana sampai di kosan saya. (Susah juga untuk mikir tulisan tanpa huruf itu, musabab imbuhan-imbuhan harus dihilangkan. Wkwk)
Profile Image for Eka Kusmadana.
16 reviews5 followers
June 1, 2020
Saya merupakan orang yang kerap membeli buku dengan menilai gambar sampulnya saja, dan buku ini cukup menarik untuk saya. Judulnya dan blurb pada novel ini cukup menggugah minat baca saya, namun setelah membaca seperempat bagian saya berhenti, entah karena kesibukan saya dan buku ini sendiri, yang sulit bagi saya untuk mengertikan tiap kalimatnya yang berisi diksi diksi yang wahh - sangat puitis aduhai, sampai saya perlu mencari di kbbi online beberapa arti dari tiap katanya-seakan membuat saya menjauh dari inti bacaan yang sebenarnya penulis ingin sampaikan.

Suasana dan keadaan yang membuat saya tinggal di rumah seperti saat ini membuat saya mengambil buku ini dan coba untuk meyelesaikannya. Alur yang ditawarkan ternyata cukup menarik dengan tata letak kalimat dan paragraf yang anti-mainstream membuatnya cukup unik -dalam hal yang positif- namun sampai saya menyelesaikan buku ini, saya belum menemui genre yang tepat untuk buku ini, tapi yasudahlah, bintang 3 sudah cukup untuk buku ini yang telah membuat saya lumayan menghabiskan tenaga untuk mengerti tiap kalimatnya.
Displaying 1 - 30 of 45 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.