Mereka yang sudah khatam membaca Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (NKCTHI) pasti akan melanjutkan menuju buku ini. Kamu Terlalu Banyak Bercanda (KTBB). Premis yang ditawarkan masih seputar kacamata Awan melihat kehidupan dan bagaimana ia merefleksikannya ke dalam diri sendiri.
Kalau pembaca sudah terbiasa membaca buku-buku non fiksi yang berkaitan dengan refleksi diri, rasanya membaca KTBB hanya sebagai bacaan sepintas. Bentuknya yang singkat (hanya beberapa baris), berpusat pada permainan rima, didukung dengan ilustrasi yang imut rasanya menjadi daya tarik tersendiri. Berbeda dengan buku-buku berparagraf panjang, setiap guratan kata agaknya bisa dijadikan takarir dalam unggahan foto di Instagram (atau media sosial lainnya).
Untukku pribadi, tidak ada perbedaan yang signifikan dengan NKCTHI. Malah aku lebih menyukai buku sebelumnya. Refleksi yang di KTBB rasanya seperti agak dipaksakan untuk ada. Untuk menjadi kelanjutan dari kisah Awan menghadapi hidupnya.
Tapi, berkat KTBB yang habis dalam sekali duduk kurang dari 60 menit, aku berhasil mencapai bacaan ke-100 ku di tahun 2020 ini.
Bukunya baru tiba, dan langsung dibaca. Paling suka sama "Egois", "Cuma Bantu", "Sama", dan beberapa halaman tak berjudul yang rasanya pengen dibaca berkali-kali dengan suara lantang.
Menutup buku ini dgn mata berkaca-kaca, seakan-akan dipeluk oleh kalimat-kalinat dalam buku ini.
Buku ini terasa lebih jujur dibanding buku sebelumnya. Terkadang kemarahan-kemarahan yang terpendam di masa lalu memang harus dilepaskan atau, meminjam istilah Marchella pada bagian akhir buku ini, dihadapi.
Agak sulit untuk mengulas buku ini tanpa melepaskan ingatan tentang buku prekuelnya, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Marchella memang memberikan disclaimer kalau buku Kamu Terlalu Banyak Bercanda adalah sisi gelap dari terangnya NKCTHI. Jadi, sudah jelas kalau kedua buku ini masih memiliki isu yang saling berkelindan.
Setidaknya, buku ini sama-sama merupakan buku sekumpulan quote dengan ilustrasi apik. Yang membuat KTBB berbeda karena tulisan-tulisannya lebih jujur, pilu, dan menohok. Seperti ditujukan untuk orang-orang yang terlalu banyak bercanda dari penampakan luar, tetapi hancur berkeping-keping di dalam. Begitulah seringnya.
Bagian terbaik dari buku ini adalah konsep surat untuk masa kini yang ditujukan dari masa depan. Untuk Awan yang bisa saja adalah kita, atau orang sekitar, bisa saja adalah siapa saja. Pesan-pesan tentang peduli dengan kesehatan mental, tentang menjaga diri sendiri sebelum menjaga orang lain.
"Kamu terlalu banyak bercanda, makanya dibercandain sama hidup"
"Bila diri terus jadi obat, kapan hati sendiri sehat?"
Saya kembali hari ini ... Sekadar memastikan, hati ini sudah berani hadapi gelap Demi terang esok hari. . . . Kamu Terlalu Banyak Bercanda merupakan buku yang 'mengisahkan' tentang sisi gelap dari kisah seorang Awan. Apakah ada diantara teman-teman yang familiar dengan karakter Awan? Kalau iya kemungkinan mengenal karakter ini lewat buku NKCTHI dan atau filmnya. Apakah kalian termasuk salah satu yang menyenangi karakter Awan ini?
☁️ Buku ini tidak hanya menyajikan sisi gelap dari kisah seorang Awan,tetapi secara keseluruhan menyajikan sudut pandang yang baru tentang Awan yang cukup berbeda dari versi buku sebelumnya ataupun filmnya.
☁️ Ilustrasinya ciamik dan angkaian kalimat yang tertulis didalam buku ini membuat perasaan saya campur aduk. Beberapa bagian terasa begitu terkait dengan pengalaman yg saya alami di kehidupan pribadi,beberapa yang lainnya memiliki makna yg berbeda tergantung penafsiran pembaca. Salah satu bagian yang saya senangi dalam buku ini judulnya Si Baik. Meskipun demikian, ada pula yg mengatakan bahwa didalam beberapa kalimat dalam KTBB terkesan memaksakan namun bagi saya pribadi itu merupakan keragaman dari cara pandang pembaca terhadap karya kak Marchella ini.
Saya mencari tempat tenang untuk membaca Kamu Terlalu Banyak Bercanda, sendirian. Sengaja, supaya bisa lebih berkonsentrasi menyelami si tokoh Awan yang sedang kembali ke masa lampau.
Saya membaca tulisan demi tulisan dalam buku ini pelan-pelan. Bila dibandingkan dengan NKCTHI, tulisan di buku Kamu Terlalu Banyak Bercanda ini memang lebih panjang.
Entah kenapa, beberapa tulisan panjang di buku ini punya rasa yang begitu dalam, tetapi saya gagal mengartikan maknanya dalam tempo cepat. Saya perlu membaca lebih dari sekali demi memahami apa yang tengah dirasakan Awan.
Ketika saya berhasil menangkap pesannya, ada rasa yang kembali mengaduk-aduk hati dan pikiran. Membuat saya merasa, (ternyata) bukan saya orang yang paling sedih atau perlu dikasihani di dunia ini.
Bila buku ini hanya berisi ilustrasi-ilustrasi, mungkin akan bisa dinikmati. Sayangnya tulisan-tulisan tanpa konteks serta tema yang sama serupa mayat yang masih saja dihajar cukup sia-sia untuk dibaca lagi dan lagi.
Saya paham mengapa buku ini sisi gelap dari NKCTHI
Buku ini mengalir, awalnya akan disuguhkan dgn masa2 kelam: marah dlm diam, menyalahkan, lemah, dipendam, berusaha untuk bertahan... Namun, akhirnya tetap diingatkan kembali pentingnya menerima/berdamai dgn keadaan/rasa apapun itu dan tetap mencintai diri sendiri. Tak apa merasa tak baik2 saja, tahu porsinya dan temukan obatnya.
Untuk visualnya, buku berilustrasi dgn penggunaan tiga warna saja tetap membuat halaman2nya cantik. Oh ya, tulisan2 di buku ini lebih byk drpd tulisan2 di buku NKCTHI.
Mau mengeluh juga malu. Letih rasanya saat malam datang. Alam bawah sadar bercerita dalam mimpi. Mereka terasa lebih lelah dari tubuh yang berusaha tidak merasakan.
3.5 ⭐ Buku ini adalah bercerita tentang gelap untuk terangnya Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Buku yang ringan untuk selingan bacaan, hanya saja bukan tipe buku yang membuatku suka.
I personally prefer KTBB over NKCTHI. While NKCTHI felt empty and "goal-less", KTBB actually felt like I was reading the little bits of someone's life. KTBB was able to highlight how it was considered basic human nature for someone to be able to feel inferior, despicable and negative about themselves. There will always be times wherein we feel incompetent and that we lack things too much, that we wish we were like this or like that or like those. Awan, the person the story belonged to, seemed to have reached a resolve at the end of the story, however the transition was abrupt, and I wasn't really able to sympathize fully with the main character. Although this book was probably written to be able to be "inclusive" (without the reader having to experience the MC's exact situation), that was exactly how I got somewhat disconnected. Awan continued to struggle, or so Awan says, but there never really was a major climax, nor a clear resolution. Awan lacked character depth. It would've been better if Awan was given some specific characteristics, other than the fact that the MC liked making jokes to avoid inner conflict or something akin to that. It would've enabled a little bit more authenticity. But yeah, at least this was better than NKCTHI.
I finished this book in a blink of eyes. And you know what? I love it.
Marchella selalu punya cara untuk menyampaikan suatu persoalan simpel terdengar indah, dan persoalan yang complicated, turns out to be not as complicated as we think it is.
Well, buku ini lebih bercerita tentang sisi gelap manusia. Tentang sakit, sedih, kecewa, hingga terbiasa. Buku ini mengajarkan kita kalau kita boleh kok merasa hal di atas. Nggak harus melulu bahagia dan bercanda. Tapi, alangkah jauh lebih baiknya kalau bisa mengahadapi masalah dengan tegar dan masih bisa bercanda 😊
Buku ini untuk menerima dirimu yang akhirnya bisa marah, akhirnya nggak mau mengalah, akhirnya tidak cuma diam saja, dan akhirnya serius setelah lama bercanda hanya untuk menutupi realita.
Sesekali, katakan tidak jika memang kamu tidak. Bahkan ketika kita terlalu sibuk membantu (yang itu baik), tetapi jadi seolah karena wajib untuk terus membantu (karena itu baik) sehingga akhirnya malah terpaksa membantu. Yang dulu karena menyenangkan karena dilakukan, kini dilakukan karena sungkan.
Bila diri terus jadi obat, kapan hati sendiri sehat. Karena Jahat terasa biasa-biasa saja bagi mereka yang terbiasa.
Kita juga takut gagal. Kadang. Mengapa takut gagal? Karena beberapa hal malas memulai dari nol lagi.. Inilah ketika diri terlalu fokus pada pikiran dan analisa pikiran sendiri hingga kadang lupa Yang Kuasa selalu punya cara.
Sibuk memperbaiki dan menyempurnakan, tapi lupa mengundang. Suka didiengarkan tapi lupa mendengarkan. Dan hobi kesukaan: Jatuh hati pada pembenaran. Patah hati pada kenyataan . Juga kata yang pernah favorit: galau. Mau berhenti, kok sudah telanjur. Ingin melanjutkan, kok belum siap. Juga berlindung pada hampir sebagai alasan untuk tidak melanjutkan. Berapa banyak hampir yang mampu mengubah lanjutan cerita? Juga. hobi melepaskan yang baik, menyimpan yang bikin sakit.
Dulu, mengira bercanda adalah solusinya, ternyata itu hanya sementara. Mulai hari ini, hadapi yang harus dihadapi. Bercanda sekadarnya saja, hanya untuk sejenak menjadi manusia yang tak selalu sempurna. Semoga kita masih punya waktu bercanda di tengah repotnya hidup.
Jika terpikir: Saat berhenti tampak lebih mudah dijalani . Jawab segera dengan: Tapi, tidak hari ini! Jangan pernah merasa kecil di besarnya berkah sang Kuasa.
Judul: Kamu Terlalu Banyak Bercanda Penulis sekaligus Ilustrator: Marchella FP Penerbit: @kebahagiaanitusederhana Dimensi: 194 hlm, Mei 2019 ISBN: 9786239067106
Saya belum baca #buku #nkcthi tapi sudah nonton filmnya. Menurut beberapa komentar tentang buku ini adalah bagian "gelap" dari terangnya buku NKCTHI. Bisa dibilang sekuelnya.
Memang pembahasan dalam buku ini lebih dark dan sedih sebab isinya tentang Awan di masa lalu (10 tahun lalu) yang mengalami banyak hal tidak menyenangkan, namun ia memilih tawa dan malah ditanggapi "Kamu terlalu banyak bercanda." Semua ini dikisahkan dalam surat yang ia pendam dan kembali ia tengok dalam rangka berdamai.
Buku yang cantik, diksi yang puitis dan relate, font yang unik, ilustrasi dengan makna dalam cocok untuk kamu yang sedang tak baik-baik saja. Atau terluka dan berupaya berdamai tanpa harus berpura-pura. Ya, buku ini bagi saya tentang penerimaan. Bahwa hidup tak selalu baik-baik saja. Ada emosi tak menyenangkan yang kerap kita rasakan. Ada banyak tipikal orang yang berkomentar menyakiti hati dan tak mengenal diri. Tapi, kita pun sebenarnya sama.
Membaca buku ini harus diresapi dalam² dan digabungkan dengan ilustrasinya agar dapat makna mendalamnya. Kalau dibaca tanpa rasa, ya kayak buku kosong dan kumpulan #quote sebenarnya. Gak banyak tulisan sebagaimana #novel umumnya. Buku ini membebaskan pembacanya untuk berinterpretasi sendiri.
“Salahkah menjadi orang yang biasa-biasa saja?” Kadang kita bermimpi menjadi tokoh utama, mendapatkan sorotan dari banyak orang kemudian menemukan cinta sejati, banyak teman dan berakhir bahagia. Namun dalam dunia nyata ternyata semua tak semudah itu bahkan sangat sulit untuk menjadi terlihat meskipun kita sudah berusaha melakukannya. Tapi kembali lagi, untuk apa terlihat? Apakah menjadi tujuan semua orang bisa membuat kita bahagia? Bagaimana kalau sebaliknya? Buku yang berisi kutipan-kutipan menarik mengenai motivasi dan nasihat hidup tentang sebab akibat yang kita dapatkan ketika memutuskan sebuah pilihan. Tak semua orang sadar sudah membuang waktunya percuma, tak semua orang paham apa yang dilakukannya selama ini sia-sia termasuk menunggu orang yang acuh atau sekedar bertahan untuk orang yang tak memperdulikan kita. Waktu kita sangatlah mahal apalagi jika hanya dihabiskan untuk mengejar hal yang tak pasti. Buat apa mengejar peran tokoh utama kalau menjadi bayang-bayang tokoh tambahan cerita saja kita justru tenang dan bahagia? Buat apa mengejar posisi teratas kalau apa yang kita dapatkan hanyalah kepalsuan dan kebohongan? Lebih baik kita buka cerita sendiri dan menjadi tokoh utama atas cerita yang dibuat sendiri.
Ini buku tentang gelap untuk terangnya NKCTHI. Tulisan-tulisan singkat yang mendeskripsikan perasaan si penulis ketika menerima kata-kata yang nggak mengenakan di hati.
Setelah nontonin video-video wawancara kak cechel di YouTube aku jadi sedikit banyak tau kalo kak cechel itu orangnya emang humble dan suka bercanda banget. Berdasarkan wawancara nya di suatu video kak cechel bilang kalo dulu waktu kuliah kak cechel pernah ditegur sama dosennya karena hobi bercanda nya itu. Kalo bercanda terus gimana mau sukses?
Karakter suka bercanda itu akhirnya membentuk circle pertemanan yang isinya orang-orang suka bercanda juga, dari situlah kak cechel semakin banyak menemukan perasaan-perasaan yang sama kaya yang ka cechel rasakan. Tentang sikap orang-orang yang suka membercandai masalah mereka, menerima curhatan orang-orang tentang segala masalahnya disaat kak cechel dan teman-teman nya pun sebenarnya juga sedang memiliki masalah.
Buku ini adalah teman baik bagi orang-orang yang suka bercanda. Iya suka bercanda, tapi bagaimanapun manusia tetap manusia. Yang pasti mempunyai masalah dalam hidupnya. Yang sama sekali bukan boneka yang bisa dijadikan hiburan dan diabaikan perasaannya.
Teruntuk orang-orang yang bisa melalui masa sulit dengan jenaka, rasanya kalian bukan orang biasa, bukan?
Semoga kita masih punya waktu bercanda di tengah repotnya hidup kita.
Sedikit-banyak aku merasa relate sama yang ditulis oleh Kak Marchella FP di buku ini. Selain dibilang buku ini adalah sisi gelap dari Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, menurut aku buku ini bisa dibilang sisi jujur dari buku NKCTHI. Buku ini seperti sedang mengingatkan aku tentang hal ini dan itu, tentang bagaimana kita gak selamanya hidup kita dihiasi hal-hal yang indah. Ada waktunya kita fokus dengan diri sendiri, gak melulu melihat orang lain dan komentar-komentar mereka yang seolah serba tau tentang semua hal.
Banyak dari buku ini yang aku suka, selain dari ilustasinya, tapi juga dari tulisan-tulisannya.
"Kita sama-sama takut gagal lagi. Mungkin, kita malas mengulang dari nol lagi. Atau bisa jadi, kita cuma takut kesepian."
Dibandingkan NKCTHI, menurut saya buku ini lebih menohok. Ringan, dan setidaknya melegakan. Terutama, untuk saya yang bisa dibilang tipikal perasa.
Ini 3 quotes favorit saya:
"Banyak kasih disimpan, ditunda atau sengaja tidak disampaikan? Banyak rasa dianggap hilang, ditunda atau sengaja tidak disampaikan?"
"Bila diri terus jadi obat, kapan hati sendiri jadi sehat?"
"Sejak pagi tadi saya hampiri satu persatu kemarahan dimasa lalu. Sekolah sewaktu SD, saat di mana bertemu teman yang mengajak satu angkatan membenci saya. Guru yang berkata, 'Tidak akan pernah kamu berhasil, kalau bercanda terus.' Laki-laki yang tak hargai keberadaan dengan ringan berkata, 'Tidak tahu ke mana akan menuju, cari pria lain di luar sana.' Rekan kerja yang tertawa berucap, 'Perempuan kayak kamu paling cuma cari pria kaya, menikah dan tidak mau diajak susah.'
Dan semua kata yang dikira telah lebur, ternyata masih tersimpan.
Hanya dipendam dalam, terkubur bersama kemarahan. Ternyata ia tak hilang."
‘Kamu terlalu banyak bercanda’ . Buku Ini adalah prekuel Dari nkcthi, atau gelap untuk terangnya nanti kita cerita tentang hari Ini. . Kamu Terlalu Banyak Bercanda berisi surat-surat yang ditulis Awan selama 10 tahun lamanya. Suratnya berisi kemarahan, kesedihan, kekecewaan, keraguan, ketakutan, juga rasa-rasa yang jarang ditunjukkan. . Saya mencari tempat tenang untuk membaca Kamu Terlalu Banyak Bercanda, sendirian. Sengaja, supaya bisa lebih berkonsentrasi menyelami si tokoh Awan yang sedang kembali ke masa lampau, Dan berkonsentrasi lebih memahami dan mengartikan makna kata-kata tersiratnya. . Saya membaca tulisan demi tulisan dalam buku ini pelan-pelan. Bila dibandingkan dengan NKCTHI, tulisan di buku Kamu Terlalu Banyak Bercanda ini memang lebih panjang. . Lewat buku Kamu Terlalu Banyak Bercanda, pembaca pun diajak untuk lebih berani menghadapi perasaan-perasaan enggak mengenakkan yang seringnya muncul gara-gara emosi tak terkendali, terlalu sering memberi makan ego, hingga terlalu tingginya ekspektasi. . Awan mengajak kita untuk tetap berani dan bersemangat kala mengahdapi hari-hari terberat. Soalnya, selepas hari-hari berat, sudah menanti hari-hari cerah (yang bisa kamu rasakan di NKCTHI).
Bought the book on discount (70% off so why not). The book began with a lot of the poems that read like wordplay written by "Awan" about her failed relationship (with Kale i'm guessing..) and ended with her trying to live with the feeling and make peace with herself. Honestly, reading this book reminded me of my previous failures, disappointment, heartbreak(s). Few words here and there sort of evoke those same emotions again, at times made me re-live through the pain again like a salt to the wound lol. Unfortunately though, some parts of the book felt repetitive, using the same theme/angle all over again.
Very relatable for those who've experienced a nasty heartbreak (well I'm sure everyone have at least once), but not my favorite book of Marchella though.
Belum pernah membaca maupun menonton NKCTHI, tetapi pernah membaca ulasan filmnya. Film yang ternyata mengusung konflik keluarga dan bisa membuat banyak orang merasa pernah di posisi tersebut. Buku ini dideskripsikan penulis sebagai hitam di putihnya NKCTHI. Dari awal sampai akhir, memang nuansa yang ditampakkan adalah kesenduan dan kemarahan yang direpresi. Sebuah gumpalan emosi dari seseorang—Awan—yang dituangkan dalam bentuk kalimat-kalimat pendek. Ada beberapa bagian yang membuat saya merasa bahwa itu adalah sebuah umpatan yang diperhalus. Diperhalus karena sudah lama terpendam, terlalu lelah untuk menjabarkan. Saya sendiri tidak mendapatkan gambaran secara utuh tentang konflik batin Awan. Mungkin, hal itu bisa disiasati kalau saya tahu alur cerita filmnya.
Buku yang dihabiskan dalam sekali duduk, sekitar 45 menit. Meski ku merasa hanya sedikit tulisan yang relate dengan pengalaman hidupku, dan apa yang pernah ku rasakan, namun buku-buku yang penuh ilustrasi seperti ini memang sangat menarik. Ditambah dengan diksi yang dibaca seirama. Beberapa kali membuatku tersenyum getir. Haha!
Yang paling ku highlight dari buku ini adalah sebuah kalimat yang cukup mengetuk hati : “Semoga kita masih punya waktu bercanda, di tengah repotnya hidup kita.”
Terus mikir : “apa jangan-jangan emang hidupku selama ini bercanda terus ya, gapernah serius.” Wkwkwk
Yuk ah, jangan terlalu banyak bercanda! Sewajarnya dan secukupnya aja👍🏼
Aku ingat, jam 8 malam kemarin, pembayaranku terkonfirmasi oleh Blibli.com. Dan jam 2 siang hari ini, buku ini sampai di tangan. Sungguh mengesankan. Tak sabar membaca isinya. Lalu, jam 5 sore, buku ini telah habis ku babat.
Lebih banyak kata, lebih banyak makna. Buku ini lebih gelap dibandingkan pendahulunya, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Lebih banyak hal yang relatable untukku.
Setiap orang pasti memaknai isinya dengan cara yang berbeda-beda, karena setiap manusia memiliki lembaran hidup yang berbeda. Namun, buku ini mampu membuatku jatuh hati.
Baru pertama kali baca buku kumpulan puisi gini. Rasanya emang bukan 'gue' banget ya. 😂 Duh, ga cocok banget baca kumpulan puisi. Baca buku puisi gini tuh kayaknya harus banget dibaca pelan dan berulang biar bisa dapet maknanya.
Keren sih ini. Mengungkap sisi gelapnya manusia gitu. Banyak yg relate juga 🙈
Judul yang jadi favorit sih sejauh ini "Hampir", "Suci", sama "Sama". Bener-bener bisa menggambarkan apa yg gue rasain. 😂
Well, sejauh ini jadi pengalaman yg bagus sih baca puisi. Tapi sepertinya, cukup sampai di sini aja. Ga lagi-lagi baca buku puisi. Kurang cocok :)
Tentang perasaan muram dari hari-hari yang terang. Tentang sisi manusia yang wajar adanya, namun terkadang dikubur dalam-dalam. Baca ini serasa teman yang bilang, "sedih, marah, kecewa, dan semua rasa negasi dari bahagia, itu wajar kok. Gapapa."
"Nanti kita cerita... Tidak hari ini."
"Banyak yang diusahakan lalu hilang Banyak yang mendekat lalu terpental Banyak yang terlihat mudah tapi tidak sampai. Banyak yang menginginkan tapi tidak sepenuhnya.
Cocok dibaca saat sedih.. Entah kenapa langsung keluar semua dah uneg-unegnya..
Saya kira buku ini adalah semacam narasi atau cerita lengkap dari nckthi, namun ternyata kumpulan puisi. Well, saya akui memang belum membaca buku yg nckthi, namun saya lumayan tersentuh ketika lihat filmnya sehingga memberanikan diri untuk beli seri yg ini..
But, not bad at all, ungkapan-ungkapan ini juga banyak sesuai dg masalah kehidupan terutama rasa kecewa. Senang dengan kata-kata "Kita hanya titik terkecil dari pergerakan besar"
Aku membeli buku ini saat masih berumur 17 tahun, remaja yang masih belum paham pahitnya dunia sosial seperti apa dan aku tidak mengerti apa arti dari kata-kata di buku ini. kini aku sudah beranjak dewasa dan mencoba untuk membaca ulang buku ini, sialan hatiku sangat sakit membaca setiap bait yang ada di tiap halaman karena membuatku mengulang setiap memori buruk tentang orang-orang di luar sana. Setiap kata-kata yang di tuliskan di buku ini sangat relate dengan kehidupan. Oh marchella are you spying on me?
Dapat buku ini awal tahun yang lalu dari orang spesial. dulu. Dan baru cari suasana untuk bisa baca buku ini diawal tahun ini. paling suka bagian "hampir" "puji". buku ini memang menceritakan sisi gelap Awan, tapi saya masih belum bisa banyak paham tentang marahnya Awan disini, mungkin masih perlu waktu. Yang terpenting banyak deklarasi dari buku ini untuk bisa bersikap biasa aja pada masalah bukan nya lari dari masalah.
Buku kamu terlalu banyak bercanda ini dihiasi dengan tulisan pendek-pendek. Worth banget buat buat yang ga terlalu suka baca buku tebel. Ilustrasi buku ini sangat bagus sekali. Dari buku ini juga pembaca diajak untuk lebih berani menghadapi perasaan-perasaan yang yang sering muncul dalam hidup kita.Be joyful, be sad, laugh, cry and live everyday it's fullest. Let your emotions remind you mind that you alive.
Kamu Terlalu Banyak Bercanda buku yang wajib banget dibaca buat lu yang lagi pengen ngobrol sama diri sendiri, apalagi kalo lagi stuck di fase hidup yang bikin bingung. Dengan bahasa gaul, puitis, dan ilustrasi yang artsy, buku ini kayak sahabat yang nemenin lu di saat down. Tapi, lu harus baca dengan hati biar feel-nya dapet. Cocok buat milenial atau Gen Z yang suka konten deep tapi tetap chill. Rating? 4/5 bintang lah