Kabar di media internasional tentang manusia-manusia yang bisa menyelam di laut tanpa alat membawa Matara dan ibunya ke kepulauan Sulawesi bagian tenggara. Di kepulauan yang menjadi rumah bagi manusia-manusia laut itu, Matara berjumpa dengan Bambulo, bocah Bajo yang sejak balita sudah berenang dan menyelam di laut, layaknya seekor ikan. Berawal dari rasa penasaran, dua bocah itu mengarungi lautan, hal yang sesungguhnya biasa dilakukan oleh orang Bajo. Namun lautan punya irama dan aturan yang harus selalu diikuti. Kelalaian Bambulo menghadirkan bencana sekaligus petualangan menakjubkan bagi mereka.
Mata dan Manusia Laut merupakan buku ketiga dari kisah Mata menjelajahi Nusantara, setelah Mata di Tanah Melus dan Mata dan Rahasia Pulau Gapi. Buku selanjutnya: Mata di Dunia Purba.
Okky Madasari is an Indonesian novelist. She is well-known for her social criticism with her fiction highlighting social issues, such as injustice and discrimination, and above all, about humanity. In academic field, her main interest is on literature, censorship and freedom of expression, and sociology of knowledge.
Since 2010 Okky has published 10 books, comprising of five novels, one short-story collection, three children’s novels and one non-fiction book. Her newest book (2019) is Genealogi Sastra Indonesia: Kapitalisme, Islam dan Sastra Perlawanan or “Genealogy of Indonesian Literature: Capitalism, Islam and Critical Literature”, which is published online and can be freely downloaded from her website www.okkymadasari.net. Okky’s novels have been translated into English, Germany and Arabic.
Keren banget ceritanya, ga kerasa pas baca ternyata udah tiba di akhir bab hahaha
Deskripsi petualangannya detail banget jadi saya sebagai pembaca dapat membayangkan kejadiannya dengan jelas dan ikut merasakan emosi di masing-masing kejadian tersebu: kagum dengan keindahan laut, deg-degan, panik, takut, senang, dll.
Di sebuah kampung bernama Sama, di kepulauan Sulawesi Tenggara, hiduplah seorang anak bernama Si Bambulo. Sebagaimana layaknya anak-anak di kampung itu, keseharian Bambulo sangat dekat dengan laut. Wajarlah, rumah penduduk kampung itu adalah rumah panggung di atas laut. Sejak lahir, Bambulo sudah akrab dengan air laut. Bambulo bisa menyelam sejauh seratus meter tanpa peralatan apapun. Kabar tentang penduduk kampung yang seperti manusia ikan ini terdengar hingga mancanegara, dibawa oleh sekelompok peneliti yang melakukan riset tentang struktur dan fungsi organ tubuh manusia di kampung Sama.
Kabar ini pula yang membawa Matara dan mamanya sampai ke Kaledupa. Mamanya ingin membuat tulisan tentang para manusia ikan ini. Bertepatan dengan kedatangan mereka, di Kaledupa sedang dilaksanakan pesta rakyat. Di lapangan Kaledupa, Matara bertemu dengan Bambulo. Matara tidak percaya dengan cerita Bambulo yang menyebut dirinya manusia laut. Bambulo mengajak Matara ke kampungnya, bahkan sampai ke atol tempat penduduk kampung Sama mencari ikan. Sayangnya Bambulo lupa kalau mereka tdak boleh mngunjungi atol saat bulan purnama. Laut marah, dan malapetaka mengancam keselamatan semua orang yang ada di daratan.
Dibandingkan kedua buku sebelumnya, menurut saya Mata dan Manusia Laut adalah buku yang paling seru dalam serial ini. Saya suka dengan legenda tentang lumba-lumba yang bersahabat dengan penduduk kampung. Ada banyak sekali kearifan lokal penduduk kampung yang mereka lakukan demi menjaga keberlangsungan kehidupan di laut. Mereka sadar bahwa laut bukan hanya menjadi sumber pencaharian, tetapi laut menjadi bagian dari hidup mereka.
Ada juga mitos tentang Masalembo, segitiga bermuda ala Indonesia. Konon yang melewati tempat itu menghilang. Di dalam buku ini diceritakan bahwa di Masalembo, ada sebuah perkampungan tempat orang-orang yang dinyatakan hilang itu bermukim. Mereka hidup abadi di sana setelah dijemput oleh Dewa Laut. Saya paling suka bagian tentang Masalembo di dalam buku ini.
Kali ini, sepertinya porsi Matara sebagai tokoh utama pada serial ini tergeser oleh kehadiran Bambulo. Sejak awal cerita, Bambulo sudah mencuri pusat perhatian. Matara dan mamanya hanya terasa sebagai pelengkap saja dalam cerita ini. Tapi, kalau tidka ada Matara, kisah dalam buku ini juga tidak akan seru.
Kisah Matara sepertinya akan terus berlanjut. Ada bocoran judul buku #4 yang ditulis dalam buku ini: Mata di Dunia Purba. Wuih...saya jadi penasaran, tempat mana lagi di Indonesia yang akan menjadi latar belakang kisahnya.
kali ini baca petualangan mata sm bambulo, si anak manusia ikan dari kampung sama. seru, aku jd mengenal kehidupan org2 laut dari buku ini. dan ini kayaknya masuk genre sedikit fantasy yaa..
Novel anak tapi kayanya cukup banyak mengangkat isu penting seperti pendidikan, pernikahan dini, mafia-mafia laut, kelestarian lingkungan, tradisi lokal masyarakat adat, hingga akses listrik dan pembangunan di daerah terpencil. Tapi alurnya agak terburu-buru dibandingkan series mata yang sebelumnya.
Seperti siri 2 #Mata, Mata dan Manusia Laut membawa pembaca ke daerah imaginasi yang menarik. Okky menyediakan sebuah dunia fakta-imaginasi yang memperkenalkan watak-watak manusia yang luar biasa. Bambulo, seorang anak Bajo yang mengakrabi laut, bertemu dengan Matara, seorang anak Jakarta yang berbeza cakerawala pemikiran antara kedua-duanya.
Mereka terkepung bersama dek kerana 'kesalahan' Bambulo yang dilakukan tanpa sengaja, lalu tercampak ke sebuah dunia separa fiksyen bernama Masalembo. Di Masalembo, Bambulo dan Matara mengalami pengalaman laut yang luar biasa, yang terkait dengan alam semesta dan penghuninya. Saya terfikir, benarlah, yang 'jahat' selama ini ialah manusia. Alam hanya bertindak apabila diperlakukan dengan kejam. Semasa membaca fikiran tak lepas dengan bentuk visualnya. Bayangkan siri Mata difilemkan... alangkah menariknya.
Saya mengakui bertambah teruja apabila Okky memasukkan nama Malaysia, Upin Ipin dan KL walaupun akhirnya dinyatakan barangan terlarang itu datang dari Malaysia dan dijual kepada kapitalis laut yang jahat.
Diakui juga serasa tidak puas membaca pengakhiran kisah Bambulo dan Matara serta kampung Sama yang dilanda tsunami. Nak lagi, lebih panjang, lebih menggugah terutama pemikiran Bambulo yang berbeza tentang darat dan laut, serta kebolehaan dan keberanian Matara meneroka sesuatu yang baharu dalam laut.
Mata dan Manusia Laut menjanjikan pengalaman pembacaan yang segar dan mengujakan. Bacalah.
Novel Anak yang menyenangkan. Disini seperti diajak berpetualang dengan laut dan bagaimana laut itu bekerja. Mengikutsertakan mitos ke dalam cerita membuat novel ini cukup kental budaya. Keren banget!!!
Pertama-tama, sampulnya bagus banget. Warna birunya sangat cakep, apalagi berkombinasi dengan semacam toska dan ungu. Keindahan kayak gini nih yang bikin saya nggak puas hanya baca buku di iPusnas. Pasti ujung-ujungnya nyari preloved-an ahaha. Etapi buku ketiga serial Mata ini nggak ada di iPusnas. Belom ada lebih tepatnya. (Dan ini saya nggak beli preloved. Kebetulan nemu pas lagi main ke Gramed, jadi keadaannya masih sangat baru dan sangat mulus dan sangat maksimal keindahan sampulnya)
Kedua, Matara masih jadi tokoh sentral di sini, tapi sudut pandangnya bukan sudut pandang utama yang menggerakkan cerita. Sudut pandang utama yang menggerakkan cerita justru milik Bambulo, anak laki-laki dari Kampung Sama yang kemudian bertemu dengan Matara dan melakukan petualangan bersama. Agak sedih sih Matara jadi kayak kurang kebagian screentime (?). Bahkan nggak dijelaskan keadaan dia dan ibunya kayak apa sejak di Pulau Gapi. Dan kayaknya Mata dan Rahasia Pulau Gapi bakal tetep jadi judul favorit saya di antara tiga buku serial ini, karena di sana pun sudut pandang cerita terbagi-bagi, tapi bagiannya Matara tetep banyak dan sama-sama menggerakkan cerita.
Ketiga, petualangannya epic banget! Dimulai dengan perlahan dan semakin intens, sampai akhirnya nyampe di halaman terakhir yang rasanya agak antiklimaks. Mbak Okky masih menyelipkan "kritik sosial" khasnya di sana-sini, terutama ketika Matara dan Bambulo dalam perjalanan pulang ke Kaledupa. Di bagian sini orang-orang dewasanya agak nyebelin, agak mengingatkan saya pada akhir Life of Pi (versi film).
Keempat, gaya penulisan Mbak Okky luwes banget dan buat saya ini yang paling luwes dibanding dua buku serial Mata sebelumnya.
Apa lagi, ya?
Suka pokoknya sama serial Mata. Nggak sabar menantikan Mata di Dunia Purba!
Mata dan Manusia Laut: Fiksi yang sekaligus memberikan pengetahuan.
Manusia laut, manusia yang dapat menyelam di kedalaman laut tanpa alat bantu dengan waktu yang cukup lama dari pada manusia normal lainnya membuat Matara dan Mamanya merasa penasaran. Kali ini Matara mengajak pembaca untuk berkenalan dengan Manusia laut suku Bajo yang tinggal di kampung Sama. Kampung yang ada di tengah laut, memperkenalkan pembaca dengan adat dan tradisi mereka.
Mata dan Manusia Laut adalah buku seri ketiga karya kak Okky, pada buku kali ini tokoh utama Matara sepertinya sedikit tergantikan oleh tokoh baru bernama Bambulo, anak laki-laki suku Bajo yang tinggal di kampung Sama, kampung yang berada di tengah laut, hal ini karena awal cerita dibuka oleh kisah Bambulo yang memperkenalkan kampung Sama dan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakatnya. Orang-orang yang hidup di tengah laut, melakukan segalanya di atas kampung tengah laut. Dari kecil Bambulo sudah pandai berenang dan ikut ayahnya ke atol untuk menangkap ikan. Bambulo memulai cerita dengan memperkenalkan keluarganya dimana disini banyak menyisipkan tradisi dan kearifan lokal yang sering dilakukan oleh masyarakat kampung Sama, pembaca akan disuguhi dengan berbagai pengetahuan mengenai orang di kampung Sama.
Mama matara membaca tentang berita manusia ikan, manusia yang bisa menyelam tanpa bantuan alat apapun dengan waktu yang lama, kabar itulah yang membawa Matara dan mamanya sampai ke Kaledupa. Kaledupa sedang melaksanakan pesta rakyat dan disitulah Matara bertemu dengan Bambulo yang memperkenalkan dirinya si manusia laut, Matara tidak percaya sehingga Bambulo mengajak Matara ke kampungnya, bahkan sampai ke atol tempat penduduk kampung Sama mencari ikan, hanya untui membuat Matara percaya pada dirinya khas anak kecil sekali. Tapi ketika dua anak ini mendayung sampan menuju atol saat itu sedang bulan purnama dan orang Sama mempunyai kepercayaan dan pantangan bahwa saat bulan purnama mereka tidak boleh mengunjungi atol ataupun menangkap ikan, dan Bambulo melanggar pantangan itu dan kejadian tak terduga pun terjadi.
Buku ketiga ini menurut saya memberikan petualangan yang lebih seru dan menegangkan dari pada seri kedua buku sebelumnya. Petualangan penuh bayahaya di dasar laut, bertemu dengan binatang dan monster laut.
Hal menarik dalam buku ini adalah part yang menceritakan pertemanan penduduk kampung Sama dengan lumba-lumba. Dan juga pengetahuan, tradisi dan kearifian lokal yang tersaji dari masyarakat kampung Sama dalam menjaga kelestarian laut dan makhluk hidup yang ada di dalamnya, seperti cara masyarakat Sama dalam menangkap Ikan, dan juga tradisi untuk tidak menangkap ikan di saat bulan purnama karena pada waktu itu ikan-ikan sedang bertelur. Masyarakat kampung Sama sadar bahwa laut yang mereka tinggali bukan hanya sebagai tempat sumber mencari makan dan memenuhi kebutuhan mereka, tetapi laut juga menjadi bagian dari hidup mereka. Untuk itulah, mereka mempunyai kewajiban untuk menjaganya.
Kak Okky dalam bukunya kali ini, juga menyisipkan perubahan kehidupan orang Sama dengan ada perubahan zaman dan pendatang yang mengunjungi kampung itu, pihak pemerintah yang memperkenalkan dengan dokumen seperti akte dan KTP yang tidak pernah mereka miliki sebelumnya karena menurut mereka hal itu tidaklah penting, para pengunjung itu juga memperkenalkan dengan teknologi seperti listrik dan televisi. Membuat masyarakat yang berada di pelosok mulai mengilai sinetron.
Penulis juga memberikan gambaran tentang bagaimana masyarakat lebih mempercayai Sanro wanita tua yang menjadi rujukan orang kampung Sama jika ada yang sakit (bisa di bilang Sanro seperti dukun gitu kali ya) dari pada dokter untuk masalah kesehatan pembaca juga akan diberikan gambaran tentang pendidikan yang ada di kampung Sama.
Entah isu pendidikan yang diceritakan dalam buku ini menarik minat saya. Hal yang menarik buat saya adalah tentang Bambulo yang tidak begitu mementingkan sekolahnya bahkan Bambulo tidak pernah pergi ke sekolah. Bambulo menjelaskan bahwa di kampung Sama hanya ada satu sekolah dasar negeri dan satu guru yang mengajar, guru dari daratan yang tiap hari bolak balik ke kampung Sama. Yang menarik disini adalah ketika Bambulo menyampaikan bahwa untuk apa sekolah mempelajari tumbuhan yang ada di darat kalau setiap hari yang dilihatnya adalah ikan di laut, dan untuk apa belajar segala peristiwa-peristiwa yang terjadi di Jawa, padahal dia tidak pernah dan tidak akan pergi ke sana, atau belajar membuat kerajinan tangan.
Anak sekecil Bambulo sudah sadar bahwa ilmu yang diajarkan di sekolah negeri itu tidak akan bermanfaat untuknya dalam menjalani hidup, yang di perlukan Bambulo adalah keterampilan menangkap ikan untuk itu, Bambulo lebih memilih ikut Ayahnya pergi ke atol untuk menangkap ikan.
Banyak hal menarik dalam buku ini, salah satunya tentang mitos Masalembo yang diyakini sebagau segitiga bermuda ala Indonesia. Suatu daerah pusaran air yang konon menelan kapal-kapal yang melewati daerah itu. Dan juga poin tentang pernikahan anak usia dini yang masih banyak terjadi di daerah-daerah terluar jawa sedikit disebutkan dalam buku ini.
Mata dan Manusia Laut sedikit berbeda dengan dua seri buku sebelumnya, kali ini penulis sedikit menyisipkan ilmu pengetahuan alam dalam ceritanya. Tapi kesamaan buku ketiga dengan seri dua buku lainnya adalah penulis tetap mengangkat tradisi, adat dan budaya daerah yang di kunjungi oleh Matara.
Sepertinya pesan moral yang ingin disampaikan dalam buku ini adalah, ketika kalian tidak menurut dan melanggar pantangan akan ada hal buruk yang terjadi, apalagi jika pergi tanpa pamit pada orang tua, seperti yang dilakukan oleh Bambulo dan Matara (pesan yang di tunjukkan untuk anak-anak).
Buku ini memang cerita anak, tapi seperti ciri khas dari penulis kak Okky selalu menyisipkan isu-isu lainnya, seperti isu lingkungan, pendidikan, kehidupan orang-orang di luar jawa terutama yang berada di pelosok, serta isu suap kepada pejabat pun juga ada. Cerita fiksi tapi melalui riset yang dilakukan penulis buku ini menyuguhkan berbagai informasi dan pengetahuan yang benar adanya yang di kemas dalam buku cerita anak yang berbobit berjudul Mata dan Manusia Laut.
Sejak kecil saya selalu suka laut dan kisah-kisah petualangan. Di buku ketiga dari serial Mata, Okky Madasari menempatkan laut sebagai pusat cerita dan hasilnya sungguh menyenangkan.
Bambulo, seorang anak dari suku Bajo, bertemu dengan Matara yang berenang saja masih tidak percaya diri. Lewat Bambulo dan Mata, pembaca diajak untuk memikirkan kembali hal-hal mengenai kehidupan dan peradaban yang selama ini mungkin sudah jadi paham umum yang tidak pernah dipertanyakan lagi.
Meskipun ini buku anak, tapi tetap ada sentilan-sentilan soal isu sosial politik serta lingkungan yang merupakan khas seorang Okky Madasari. Buku ini jadi sebuah kisah yang mengena di sana-sini dengan petualangan seru, karakter yang kuat, dan latar belakang kenyataan yang tidak pernah jauh dari permukaan.
Bagi pembaca dewasa, buku ini menyegarkan! Bagi pembaca anak- anak, ini buku petualangan yang mendebarkan. Nggak bisa dipungkiri bahwa buku ini ditulis oleh penulis dewasa yang berpengetahuan luas, sehingga tuturnya memang lihai dan seperti novel dewasa. Tapi bagi saya dan anak saya (9), tidak menjadi halangan untuk menikmatinya dengan cara yang sederhana.
Petualangan Mata di tanah Sulawesi membuka pengetahuan soal wilayah lain di Indonesia selain Jawa. Kebiasaan - kebiasaan masyarakan disana membuka kunci terhadap peradaban masyarakat adat yang bangga dengan nilai - nilai leluhur. Petualangan yang seru di tanah Indonesia yang kaya.
This book is simple and exciting. It reminds me of the beauty of childhood adventures full of curiosity and naivety. When I had no fear of risk and danger.
This book is the third in the "Mata menjelajahi Nusantara" series by Okky Madasari. It tells the story of Matara, who follows her mother to visit the southeastern islands of Sulawesi. On this trip, she meets Bambulo, a boy with the most extraordinary diving skills among the people in his village. Their first meeting takes Matara to the Atoll, where Bambulo usually works to find fish. The reason is simple: Matara doesn't believe that Bambulo is a man of the sea; according to what she has learned, everyone is a man of the land. Bambulo's thickheadedness finally decided to take Matara to the Atoll; on the way, he realized the full moon was shining so brightly; the dolphins that Bambulo called Lummi seemed to remind him that they shouldn't be there. However, because it was too far from land, Bambulo persuaded Lummu to take him to the Atoll and would not fish in the sea, just show Matara what it would look like. Unfortunately, Bambulo forgot his promise, so he continued to hunt for fish, which suddenly brought a storm to them. This is where their incredibly thrilling journey begins.
As I said at the beginning, I enjoyed this book, which made me feel like a child again; it is a simple book in all aspects but still emphasizes a good narrative, appropriate knowledge, and simple children's imagination. I want to comment on the chemistry between the two children, which is less intense, well, of course, because they barely met. However, the life and death-experience should make them realize that they deserve to be called close friends.
Lagi pula buat apa ijazah itu? Setiap orang di kampung ini akan kembali ke laut, bekerja di laut, mencari uang di laut, hidup di laut. Semuanya tak butuh ijazah. Semuanya tak ada urusan dengan pelajaran yang diajarkan di sekolah. Kenapa harus belajar tentang tumbuhan yang di darat jika sehari-hari yang mereka lihat hanya ikan? Kenapa harus belajar peristiwa - peristiwa yang terjadi di kota - kota di Jawa seumur hidup mereka tak pernah dan tak butuh meninggalkan wilayah laut? Kenapa harus belajar membuat berbagai kerajinan tangan jika yang mereka butuhkan adalah keterampilan menangkap ikan? - Bambulo
I learned something that has been tickling me about the education status in Indonesia, which, according to my point of view, needs to be more nurturing with how diverse Indonesia is. Still, the lessons learned at school do not show local wisdom, which they will always need.
But back to the beginning, this is a children's book, so this is already beautiful enough to describe. Another plus point is that I like the story's setting, which takes the point of view of the Indonesian region that only some have been there, with so much detail that without having to go there, I already know what it looks like. The last point is that the illustrations are beautiful, supporting this story even better. 3.5/5 is the final score!
Dari buku Mata dan Rahasia Pulau Gapi, lanjut baca buku ketiga serial anak karya Okky Madasari.
Fyi, waktu aku mau lanjut buku keempat yang berjudul Mata dan Nyala Api Purba ternyata belum ada di Ipusnas. Padahal petualangan Matara ini seru banget. Aku ketagihan. Terlebih lagi latar ceritanya masih khas membawa kebudayaan dan kekayaan alam Indonesia.
Buku pertama tentang orang suku pedalaman, buku kedua tentang sejarah kesultanan. Nah, kali ini buku ketiganya bertema laut.
Diceritakan lah bahwa Matara pergi ke kepulauan Sulawesi Bagian Tenggara untuk menemani mamanya yang ingin menuliskan tentang orang-orang bajo dikenal sebagai manusia ikan. Disebut sebagai manusia ikan, dikarenakan mereka memiliki kemampuan sebagai penyelam yang hidupnya memang selalu berteman dengan laut. Mayoritas mata pencaharian mereka pun adalah nelayan.
Hanya saja yang menjadi konflik sekaligus malapetaka dari buku ini adalah ketika Matara bertemu dengan anak laki-laki bernama Bambulo dari Kampung Sama. Lucunya tuh 2 bocah ini gak mau ngalah dengan pendapat mereka masing-masing tentang Bambulo yang seolah kekeh kalau dirinya adalah manusia laut yang tinggal di laut. Tapi menurut Matara, gak ada manusia tinggal di laut. Mana bisa bernapas kan ya lama-lama di laut. Manusia mah tinggalnya di darat.
Perdebatan yang tidak berujung ini akhirnya membuat Bambulo mengajak Matara untuk melihat sendiri tempat tinggalnya. Dari situ lah nanti muncul kisah petualangan menaklukkan dan menjinakkan para penjaga laut yang murka akibat ulah 2 bocah ini yang tanpa disadari telah melanggar sebuah aturan laut. Apakah aturan itu? Baca saja bukunya.
Buku ini memberikan pelajaran bagi pembacanya untuk tidak membuang sampah di laut dan melakukan hal-hal terlarang yang merusak ekosistem laut.
Berkisah tentang petualangan Matara dan Bambulo, seorang anak Suku Bajo dari Kampung Sama, Si Manusia Laut. Sejak balita, Bambulo pandai berenang dan ikut Ayahnya untuk menangkap ikan ke Atol.
Suatu hari, Bambulo dan Matara bertemu. Bambulo kemudian mengaku dirinya adalah manusia laut, namun Matara tidak percaya sehingga ia mengajak Matara ke Kampung Sama dan Atol. Petualangan pun dimulai. Akibat Bambulo yang melanggar aturan leluhur, bencana pun terjadi. Ia dan Matara hilang dan memulai petualangan mereka di dasar laut yang sangat dalam. Sebuah tempat yang disebut sebagai segitiga bermuda Indonesia, yaitu Masalembo.
Buku ini menggabungkan antara mitos, kearifan lokal, dan ilmu pengetahuan. Cerita tentang Masalembo sangat mengharukan sekaligus menegangkan. Banyak kearifan lokal yang dijabarkan seperti Tradisi Duata', larangan melaut saat bulan purnama dan persahabatan antara penduduk dan lummu (lumba-lumba). Pelestarian ekosistem laut menjadi pesan yang disampaikan melalui budaya penduduk Kampung Sama. Isu sosial juga di selipkan dalam buku ini seperti kondisi pendidikan dan kesehatan di pesisir, pengaruh modernisasi, pernikahan anak usia dini, serta aktivitas suap antara kapal pembawa bahan pembuatan bom ikan dengan polisi laut yang berpatroli.
Buku ini menggunakan sudut pandang orang ketiga dan tokoh Bambulo lebih sentral dibanding tokoh utama Matara. Sangat cocok dibaca untuk anak-anak maupun orang dewasa. Penuh pesan moral dan menambah wawasan. Bahasa nya juga mudah dimengerti dan juga ditambah dengan ilustrasi. Buku ini menarik untuk dibaca karena kita bisa belajar dari budaya penduduk Kampung Sama yang sarat akan nilai pelestarian lingkungan khususnya laut 👍🏻
Awalnya baca buku ini iseng aja karena gak kedapetan buat pinjam buku Entrok karya Okky Madasari juga. Selain itu, karena penyuka warna biru, sampul buku yang berwarna biru dengan ilustrasi dua anak kecil itu berhasil menarik perhatian untuk meminjam dan membacanya.
Okky Madasari memang layak untuk memenangkan penghargaan atas tulisan dan karyanya karena inilah yang dirasakan ketika membaca Mata dan Manusia Laut. Mengambil lokasi utama di Wanci dan Kampung Sama, salah satu wilayah laut di daerah Sulawesi, Mata dan Manusia Laut menceritakan dua anak kecil bernama Matara dan Bambulo dalam menyusuri lautan dan atol.
Genre yang disampaikan penuh fiksi dan imajikasi, tetapi novel ini tetap membawa realita di dalamnya, seperti lokasi wilayah perairan, karakter penduduk, dan kondisi geografisnya. Ketika mencari di Google, nyatanya novel ini termasuk ke dalam seri novel anak karya Okky dan ini memang tampak pada bab awal cerita ketika Matara dan Bambulo mengelilingi rahasia lautan. Namun, semakin ke bawah justru cerita yang ditampilkan semakin gelap gulita, bahkan lebih gelap dari dalamnya lautan yang mereka susuri.
Bukan Okky namanya, jika tidak mengangkat cerita lengkap dengan kritik sosial. Ini pula yang terjadi di dalam Mata dan Manusia Laut. Tak aneh jika seri novel anak ini akan memberikan pandangan yang berbeda bagi kita yang sudah menginjak usia dewasa. Tak hanya itu, cerita dengan bobot semi ringan ini juga penuh dengan unsur jenaka yang akan membuat kita tertawa. Ilustrasi yang disisipkan di beberapa bab novel turut menambahkan hint untuk pembaca berimajinasi
Mmm, where should I start? First of all,… /takes a deep breath. When I read it, I had expectations that Mata’s adventure this time would be more exciting. I really liked the second book. I think I said ‘wow’ many times. But when I read this book, I felt like there was a decline in character, especially in Mata’s character, right? She is more childish in this book than in the second book, even though in this book she is the same age as Mata in the second book. If I’m not mistaken, in the second book she had just failed to enter her favourite junior high school, and in this book, it was mentioned that she was 12 years old. That means the same age. But, Mata’s character here is very similar to her in the first book. Sob. It seems too childish for a 12-year-old girl. She’s also not more mature here than Bambulo who is 2 years younger. I also thought there must be something wrong with her because this is the third time she’s gone missing LOL. Her mama was already traumatized by losing her, but she didn't realize it and kept staying away from her mama without permission. Poor mama. Sorry but I was really annoyed and irritated with Mata when she just went to Bambulo's house without thinking that her mother would worry about her.
Moreover, the storyline is also too fast, I think. The descriptions are not as detailed as the first and second books. I enjoyed the storyline and wanted more explanation while they’re in Masalembo huhu :((
Lesson learned: Teach your children to communicate everything :))
This entire review has been hidden because of spoilers.
Tentang Matara yang berniat mencari tahu tentang manusia ikan bersama ibunya. Namun, sebuah peristiwa menyebabkan dia bertualang di dasar laut—Dasar Samudera.
Manusia ikan adalah manusia yang dapat menyelami lautan tanpa alat bantu menyelam. Mata bertemu dengan salah satu manusia ikan, Bambulo namanya. Mereka memperdebatkan tentang semua manusia adalah orang darat, namun Bambulo mengatakan bahwa dirinya bukan makhluk darat, ia tinggal di tengah lautan!
Untuk membuktikan hal tersebut Bambulo mengajak Mata untuk pergi ke rumahnya, mengelilingi Pulau Sama—tempat tinggal Bambulo.
Mata bertanya kepada Bambulo bagaimana caranya menangkap ikan. Kemudian, Bambulo mengajak Marta untuk pergi ke Atol—tempat penghuni Pulau Sama mencari ikan. Bambulo melupakan larangan pergi berlayar ke Atol saat purnama datang.
Sesuatu yang buruk menimpa Mata dan Bambulo. Menyebabkan Dewa Laut dan para penghuni laut murka. Menyebabkan sebuah insiden yang membahayakan mereka berdua—juga warga sekitar pulau Sama.
Mereka hanyut dan memulai petualangan mereka yang seru banget menegangkan di sebuah pulau di dasar laut, bernama Pulau Salembo!
Ahh, lautan sungguh luas. Lautan luas menyimpan banyak rahasia—pun banyak penghuni yang sebenarnya tidak pernah kita tahu bahkan kita duga sebelumnya.
Membaca cerita anak di usian 20an emang beda rasanya, cukup menarik meskipun saya merasa sedikit bosan, mungkin karena beberapa waktu lalu membaca novel dengan tema orang laut jadi seperti jadi merasa kurang menarik karena penggambarannya sama. Namun detail penceritaan sangatlah bagus pada awal pembukaan cerita, bagaimana penggambaran orang-orang yang dilaut, sampai pada tradisi yang digambarkan cukup membuat saya kepo dan mencarinya dilaman internet.
Cerita ini tentang 2 anak yang bertualang ditengah laut(hanyut) cukup menarik hati saya, terlebih saat si Matara dan Bambulo diterbawa sampai Masalembo, saya jadi ingat film Percy Jackson saat di segitiga bermuda, kemudian juga ketika penulis menggambarkan anak-anak Masalembo yang berwajah manusia namun badannya meyerupai ikanpun mengingatkan saya pada anime studio Ghibli yaitu Ponyo, duh dunia imajinasi saya memang terpuaskan saat memasuki pertengahan cerita.
Oh ya pesan dalam buku ini sangatlah jelas, bagaimana kita seharusnya memang manaati larang-larangan dari leluhur terlebih juga dari orang terdekat kita yaitu orang tua pastinya :') . Sebab segala sesuatu ada sebab-akhibatnya bukan? Saya beri bintang 4 karena kurang puas sama endingnya.
Salam hangat(^ν^)
This entire review has been hidden because of spoilers.
Merupakan novel anak ke 3 dari 4 rangkaian series Novel Mata, karya Okky Madasari. Kembali mengisahkan pengalaman tokoh Matara dengan hal hal ajaib penuh petualangan di tempat-tempat yang ia kunjungi. Untuk buku ke 3 kali ini mengisahkan pengalaman Matara bersama tokoh anak berusia 10 tahun bernama Bambulo dari Kampung Sama, sebuah desa yang terletak di tengah laut kawasan Bajo.
Kisah berawal dari ketidakpercayaan Matara terhadap Bambulo yang mengaku sebagai Manusia Laut. Berlanjut pada serangkaian peristiwa yang membawa mereka pada suatu desa bawah laut yang selama ini diyakini oleh Bambulo sebagai desa fiktif dalam cerita turun temurun di Kampung Sama.
Entah, pada kisahnya kali ini sy justru merasa Bambolu lah yang mendominasi alur cerita sedari mula. Bahkan tokoh Matara baru muncul dipertengahan cerita. Tokoh Mama Matara juga tidak terlalu menonjol, sesekali muncul hanya seperti pelengkap (teman seperjalanan Matara, karena ia masih anak-anak usia 12 tahun).
Namun, kisah petualangan Matara selalu saja menarik dan mendebarkan. Hal-hal ajaib yang terjadi memberikan pengalaman tersendiri yang menarik untuk diikuti kisahnya hingga akhir.
Ini pertama kalinya saya baca novel anak garapan mbak Okky, dan memang seperti halnya novelnya yang lain yang pernah saya baca, tulisannya selalu mengalir dan menyenangkan untuk dibaca saking bikin serunya.
Saya suka bagaimana digambarkan orang-orang Bajo hidup berdampingan dengan laut dan bahkan memiliki aturannya terkait masa menangkap ikan maupun yang terlarang untuk melakukannya.
Penulisan narasi untuk anak-anaknya sih secara menyeluruh saya baca tergolong ringan meski tentu saja, kesan agak dewasa memang terlihat di sana sini sehingga besar kemungkinan harus ada pendampingan dalam proses membacanya.
Sebagai pengenalan budaya, saya merasa bagiannya terbilang lemah, apalagi mengenai bahasa setempatnya dan sang sanronya yang seharusnya bisa diperlihatkan lebih kedalaman magisnya beliau.
Dan rasanya bukan mbak Okky kalau tidak menyelipkan sentilan di dalamnya meski rasanya agak gimana gitu melihat di dua bab menjelang penutup kita disuguhi hal yang bikin mengelus dada terkait bom ikan dan praktik kecurangan sebuah institusi (meski dunia anak pun sejatinya bersinggungan dengan hal semacam ini mau tak mau).
Sayang sekali. Aku merasa series Mata ini targetnya bukan anak-anak, malah orang dewasa. Pertama, banyak pemikiran orang dewasa yang dimasukkan. Ini bisa karena penulis pakai pov3 omni. Yang kedua, isu-isu lingkungan banyak yang dituang hanya untuk telling. Di seri ini, Si Mata malah bukan heronya. Kupikir karena series Mata, ya Matalah yang jadi karakter utama. Banyak hal-hal yang harus diwaspadai, misalnya: memisahkan diri di keramaian, ikut orang asing, pemikiran-pemikiran yang menggampangkan. Ini sebaiknya orang tua membahasnya dengan anak-anak. Mahluk-makhluk fantasi yang muncul belakangan membuat cerita awal-awal jadi tidak berarti. Motivasi karakter bertualang jadi enggak kuat. Harusnya dunia Masalembo sudah diperkenalkan di awal. Segala larangan dan mitos dijelaskan di awal. Jadi motivasi karakter adalah mencari dunia itu, that would be perfect. Lalu, lebih bagus kalau Mata saja yang berhasil ke dunia Masalembo, jadi, dia beneran berperan sebagai heroinnya. Si Bambulo yang diselamatkan.
Settingnya bagus padahal. Sayang sekali. Kalau cara menulisnya tentu sudah tidak diragukan.
selama baca buku ini, aku gelisah bgt ngerasain Mata yang sering ilang-ilangan...
tapi itu selalu jadi awal buat cerita yang betul-betul keren, yang dirangkai pakai bahasa sederhana tapi pesannya benar-benar tersampaikan. cara penyampaiannya Kak Okky betulan ringan dan menurutku pasti bisa dengan mudah dimengerti sama anak-anak usia 10th ke atas (sesuai sama target pasar dari buku ini :D)
meskipun kalau dikupas lebih dalam lagi, buku ini sebenernya mengandung kritik sosal yang nyata adanya. mulai dari kakaknya Si Bambulo yang menikah di usia dini, akses listrik dan lainnya yang belum merata ke seluruh wilayah Indonesia, kapal yang mengangkut bom buat ikan, dan masih banyak lagi. tapi, itu semua nggak akan memberatkan anak-anak, kok. aku jamin mereka pasti lebih fokus sama petualangannya Mata dan Si Bambulo! :D
ini tergolong buku yang bisa dibaca dalam sekali duduk, karena aku bisa baca tiga seri dalam sehariii hihihihi. untuk orang yang suka cerita fantasi tapi masih terselip sedikit kisah nyata di dalamnya, buku ini bisa jadi pilihan yang tepat! ★_____★
Karena ini buku anak-anak aku kira ini hanya khayalan yg memakai nama2 Indonesia... ternyata ini diangkat dari berita yg ada dan juga sebagai riset. Aku juga baru tau kalau ada manusia yg lebih tahan lama untuk menyelam tanpa menggunakan apapun di Pulau Bajo.
Cerita yang menyuguhkan fiksi tapi juga memberika pengetahuan yg benar2 ada. Bener2 takjub banget kalau baca2 karyanya mbak Okky.
Buku ini juga ceritain sedikit tentang Masalembo, Kapal Tampomas... bener2 hanyut banget waktu baca ini.
Selain itu, tentunya ada hal praktik korupsi yg dilakukan oleh para polisi laut dan juga melihat adanya hal kapitalis disini.. menggunakan orang2 lemah untuk membawa bahan peledak yg akan nantinya dikirimkan ke pengusaha di jakarta... Ironi
Suka pokoknya sama ini buku, mau dibaca anak2 ataupun dewasa aku rasa ini sangat ringan dan menambah wawasan juga tentunya.
Akhirnya..... Mata dan Manusia Laut menjadi buku terakhir serial Mata yang saya baca. Mata dan Manusia Laut adalah yang paling menarik diantara ketiga buku Mata karangan Okky Madasari. Gambaran dunia bawah laut, kehidupan masyarakat pesisir dan kepualauan Sulawesi berhasil diceritakan dengan sederhana.
Pembaca diajak menelusuri kehidupan Bambulo dengan berbagai permasalahan sosial yang ada di sekitarnya. Kemudian datang Matara dan Ibunya, yang akan menemui "manusia ikan" seperti yang telah diberitakan oleh media masa luar negeri. Kedua ibu dan anak tersebut kemudian terpisah dalam hiruk pikuk upacara Karia. Lalu dimulailah petualangan Mata dan Bambulo menuju kampung sama, mengayuh sampan hingga Atol, kemudian keduanya terseret gelombah tsunami hingga Masalembo.
Tidak hanya unsur magis dan imajinatif, buku ini akan menunjukkan berbagai permsalahan sosial yang terjadi, kepada anak-anak. Menarik!!
2,5/5 Ceritanya ringan banget dan cukup sederhana tapi konsep dari ceritanya unik sih, cerita tentang sebuah desa perairan dimana segala aktivitasnya dikelilingi air dan kisah manusia-manusia laut
Cuma menurutku judulnya agak rancu "mata dan manusia laut" aku pikir karakter mata disini pemeran utamanya, kalaupun iya dia justru kurang menonjol disini. Gara-gara judulnya juga aku jadi berekspretasi tinggi tentang konfliknya tapi sejujurnya konfliknya agak "meh".
Ada unsur fantasy disini cuma menurutku agak nanggung sebab cuma jadi bahan sampingan dan kesannya jadi kayak hiasan tempelan kecuali karakter si "Roro". Konflik penyelesaiannya juga gak greget kayak terlalu gampang aja buat selesai, jadi kayak kurang disebut konflik utama.
Dua karakter utama disini juga malah gak ada action yang wow padahal agak nunggu satu dari dua orang itu ngelakuin kisah yang agak heroik dikit buat mempertonjol dan memperkuat karakternya.
Sayang aja padahal udah di build dengan latar belakang yang menarik eh dari sisi alur dan karakter agak kurang kuat. Menurutku buku ini cocok buat anak SMP ke bawah sebab jalan ceritanya yang sederhana dan konfliknya simpel banget
Mata dan Manusia Laut adalah seri ketiga dari petualangan Mata yang ditulis oleh Okky Madasari. Buku ini diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama tahun 2019. Buku ini ditujukan untuk anak-anak, akan tetapi karena covernya yang cantik serta sinopsisnya yang menarik, buku ini membuatku terpikat dan akupun memutuskan untuk membacanya. Dan ternyata SERU !!
Cerita dalam novel ini terinspirasi dari kehidupan nyata masyarakat suku Bajo yang tinggal di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Mereka dijuluki manusia ikan karena sangat pandai berenang hingga kedalaman 70 meter dengan satu tarikan napas.
Aku suka dengan gaya narasinya yang ringan serta ceritanya yang “berdaging”. Walaupun ini merupakan novel anak, tapi penulis menyelipkan berbagai isu dan kritik sosial di dalamnya, terutama tentang bagaimana kondisi kehidupan anak-anak di daerah pelosok.
Mulai dari masalah kesenjangan sosial, pemerataan pendidikan, pencemaran lingkungan, moral masyarakat sampai penyuapan. Semua itu dikemas secara menarik dengan gaya bahasa ringan dan akan sangat mudah dipahami oleh anak-anak. Selain itu, disertakan juga berbagai gambar menarik yang mendeskripsikan isi cerita.
Secara keseluruhan aku suka sekali dengan novel ini. Isinya sangatlah informatif dan sangat mendidik.
Setelah selesai membaca ini, saya baru sadar kalau ternyata ini buku anak. Meanwhile, menurut saya novel ini untuk semua umur sii. Meski Okky menggkategorikan ini sebagai bacaan anak, tetap terselip kritik sosialnya ternyata meski nggak berat.
Ini tipe bacaan sekali duduk, saya menikmati sekali bacaannya. Saya ikutan hanyut dalam petualangan Si Bambilo dan Matara, bagaimana mereka mengapung di samudra dalam pancaran purnama yang tersenyum. Bagaimana Bambilo yang berinteraksi dengan Lumbu. Such a heart warming book.
Okky ahli memadukan sudut pandang orang yang percaya sains macam Matara dan orang yang percaya akan dewa laut macam Bambilo. Mereka mencapai kesimpulan yang sama dengan cara berfikir yang berbeda.
Kalau kamu punya ponakan yang suka baca, novel ini bisa dijadikan bahan diskusi dengan mereka. Such a heart warming book-lah pokoknya.
This book is fascinatingly satisfying! Infinity stars to this book!!! 🌟
Menurutku ada satirenya juga, baca bagian awal sudah memunculkan banyak pertanyaan, seperti ada yang mendorong minat untuk terus baca dan mendapatkan jawabannya di halaman selanjutnya. Plot dan penggambaran karakternya bener-bener menarik dan jelas, seperti terdorong masuk ke dunia Bambulo, penjelasan latar belakang karakter kaya si Bambulo dan Matara ini benar-benar manusia nyata, ada beberapa ilustrasinya juga yang bikin buku ini jadi tambah menarik.
Ini adalah buku pertama dari kak Oki yang aku baca, aku jadi semakin penasaran sama Mata series yang lain, penasaran sama petualangan yang bakal dilalui Mata!! I highly recommend this book to anyoanyone!! Cocok buat dibaca anak-anak bahkan masih seru buat dibaca orang dewasa.