Siapa yang bisa kau percayai ketika nyawamu taruhannya? John berusaha keras melupakan masa lalunya dan pindah ke Crosby bersama keluarganya. Di tempat barunya itu, dia berteman—dan berharap bisa menjadi lebih dari teman—dengan Ceri, gadis muram misterius yang penuh rahasia. Mereka berdua mendapat tugas untuk memotret sebuah objek wisata. Namun, tugas tersebut menjadi awal mimpi buruk kedua remaja itu ketika mereka tanpa sengaja memotret sebuah pembunuhan. Sejak itu, John dan Ceri harus melarikan diri dari kejaran si pelaku. Anehnya, John bersikeras tidak mau melaporkan hal ini pada polisi…
Alan Gibbons is an author of children's books and a Blue Peter Book Award. He currently lives in Liverpool, England, where he used to teach in a primary school. His father was a farm laborer, but was hurt in an accident when Alan was eight years old. The family had to move to Crewe, Cheshire where Alan experienced bullying for the first time. He began to write for his pupils as a teacher, but never tried to get any of his work published.
Gibbons trained to be a teacher in his mid-thirties and starting writing short stories for his students. Later, he began to write professionally. In 2000, he won the Blue Peter Book Award in the category "The Book I Couldn't Put Down" category for Shadow of the Minotaur. He was a judge for the 2001 Blue Peter Book Awards. He was shortlisted for the Carnegie Medal in 2001 and 2003 and shortlisted twice for the Booktrust Teenage Prize. He has also won the Leicester Book of the Year, the Stockport Book Award, the Angus Book Award, the Catalyst Award, the Birmingham Chills Award, the Salford Young Adult Book Award and the Salford Librarians' Special Award.
sam pomysł genialny!początek-okropnie ciekawy i trzymający w napięciu,potem było już tylko gorzej,nie mówię,że to zła książka ale chyba spodziewałam się czegoś lepszego
Ini adalah kali kedua saya menikmati cerita tentang sebuah keluarga kulit hitam yang tidak bisa lepas dari masa lalu sebagai seorang gangster dengan latar negara Britania Raya. Sebelumnya Orangeboy pun memiliki cerita yang serupa. Hanya saja kali ini lewat They Saw Too Much premis ceritanya dikemas dengan lebih menarik. Orang kulit hitam mungkin dianggap identik dengan dunia kriminal dan gangster. Stereotip yang melekat pada mereka memang sulit untuk dirubah. Tidak dipungkiri jika They Saw Too Much memberikan pandangan akan kehidupan masyarakat kulit hitam yang seringkali dianggap dekat dengan dunia kriminal. Sampul buku versi Bahasa Indonesia terlihat lebih menarik dan artistik jika dibandingkan sampul versi luar negeri. Dominasi warna hitam dan kuning memperlihatkan daya pikat yang kuat terhadap netra kita. Ilustrasi dua pasang mata yang terkejut semakin menguatkan tema ceritanya. Ditambah judul dengan aksen kamera pada huruf O membuat sampul bukunya semakin menarik.
Tema tentang gangster dan dunia kriminal yang memengaruhi sebuah keluarga, khususnya orang kulit hitam, selalu menarik untuk dibahas. Bagaimana John yang memiliki masa lalu keluarga yang suram harus kembali terperosok pada hal yang sama setelah mereka berusaha untuk membangun kehidupan yang baru. Akibat sebuah kebetulan dan ketidaksengajaan, John turut serta menyeret seorang gadis bernama Ceri ke polemik yang sama. Mereka dikejar oleh dua orang kriminal yang menginginkan bukti autentik yang dimiliki oleh John dan Ceri. Sebenarnya tema dan ide ceritanya ini menarik, tapi sayangnya penulis seperti tidak bisa mengembangkannya dengan baik. Latar belakang ceritanya terlalu dangkal dan terkesan dipaksakan. Di awal cerita kita sudah diberikan kejadian yang langsung pada intinya. Mungkin ini akan seru karena penulis tidak mau bertele-tele, tapi sayang sekali setelah disajikan adegan yang menegangkan di awal, kelanjutan ceritanya terasa melempem dan berputar-putar. Padahal jika penulis mau lebih sabar dan detail dalam menjelaskan berbagi situasi serta latar belakang, mungkin ceritanya akan jauh lebih bagus dan kuat.
Tokoh John adalah seorang remaja berkulit hitam yang memiliki keluarga dengan masa lalu yang kelam. John merupakan pribadi yang riang, mandiri, dan kuat. Meskipun harus menerima akibat dari perbuatan ayahnya di masa lalu, tapi John tetap mencintai keluarganya. Maka saat ibu dan adiknya, Trinity, dalam bahaya, John rela melakukan pelarian demi menyelamatkan mereka. Sedangkan Ceri merupakan sosok gadis yang terbilang pendiam dan kaku. Ceri harus tinggal di panti asuhan semenjak neneknya sakit parah. Akibat lingkungan yang tidak suportif, Ceri menjadi pribadi yang muram dan tertutup. Akan tetapi setelah terlibat masalah dengan John seiring dengan berjalannya cerita, Ceri berubah menjadi gadis yang kuat, tangguh, dan pemberani. Ceri juga memiliki trauma dan masa lalu yang buruk tentang keluarganya. Tidak banyak tokoh yang terlibat selain tokoh John dan Ceri. Interaksi mereka tergolong luwes sehingga membangun chemistry yang kuat. Saya suka dan menikmati perkembangan karakter tokoh Ceri yang berubah drastis sepanjang jalan ceritanya. Hanya sayang sekali penulis tidak memberikan peran dan porsi lebih untuk beberapa tokoh pendampingnya sehingga terkesan hanya sebagai tempelan, contohnya seperti tokoh Otis dan Jimmy.
Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama melalui tokoh John. Di sini kita akan melihat narasi dan perasaan yang John rasakan. Bagaimana ia menutupi rahasia keluarganya, isi hatinya tentang Ceri, hingga kekhawatirannya akan nasib ibu dan adiknya. Alur ceritanya berjalan cepat dan langsung to the point. Di awal cerita kita akan langsung dibawa pada kejadian tidak sengaja yang dilakukan oleh John dan Ceri di pantai yang membawa mereka ke dalam masalah besar. Setelah disuguhkan adegan yang cukup menegangkan di awal kita akan langsung ikut diajak dalam pelarian John dan Ceri. Gaya bahasa yang digunakan ringan dan mudah dimengerti dengan hasil terjemahan yang cukup baik. Latar tempat yang diperlihatkan adalah sekitar kota Liverpool di Inggris yang disampaikan dengan atmosfer yang cukup terasa.
Konflik yang terjadi adalah ketika John dan Ceri secara tidak sengaja mengambil foto kejadian yang melibatkan dua gangster mematikan. Kejadian itu mengharuskan John dan Ceri untuk kabur dalam pelarian demi menyelamatkan ibu dan adik John. Di tengah pelarian ini lah John dan Ceri saling membuka luka lama mereka. Sangat disayangkan konfliknya berlangsung secara mentah dan terlalu biasa dengan pola yang mengulang-ulang. Di mana saat John dan Ceri berhasil kabur ke suatu tempat mereka akan ditemukan oleh kedua gangster yang mengejar mereka. Ini berlangsung secara terus menerus dan sedikit membosankan. Saya berharap jika konfliknya bisa lebih menegangkan dan penulis bisa dengan sabar serta lebih kreatif lagi memasukkan adegan atau latar belakang yang kuat dan tidak terburu-buru. Eksekusi penulis akan konfliknya memang terlalu terburu-buru, tapi untungnya masih bisa kita nikmati.
Petualangan John dan Ceri sebetulnya memiliki peluang untuk menjadi seru, menarik, dan menegangkan. Lewat premis cerita yang menarik seharusnya penulis bisa memberikan eksekusi yang lebih. Namun sayangnya, They Saw Too Much terkesan terlalu terburu-buru dan ringkas. Maka tidak heran jika pembaca akan mudah menebak alur ceritanya. Rahasia di awal cerita yang disembunyikan oleh John pun tidak terlalu mengejutkan saat terbongkar dan terasa sangat biasa. Padahal penggambaran kedua sosok gangster yang mengejar mereka sudah lumayan bikin merinding, tapi sekali lagi pondasi ceritanya masih terlalu lemah. Untungnya karakter kedua tokohnya cenderung mengasyikkan. Interaksi dan tingkah laku keduanya sangat menggambarkan karakter remaja pada umumnya yang menyebalkan. Aksi teror yang dimasukkan pun cukup bikin deg-degan dan geregetan. Novel ini akan jauh lebih kuat dan seru jika penulis mau mendeskripsikan lebih jauh latar belakang ceritanya sehingga membangun kerangka cerita yang kukuh. Secara keseluruhan They Saw Too Much adalah novel remaja yang dikemas dengan dunia kriminal dan adventure dan cocok bagi kalian yang ingin membaca novel remaja dengan rasa yang berbeda.
Premisnya sebenarnya sangat menarik, tentang dua remaja yang tanpa sengaja menjadi saksi sebuah pembunuhan, dan akhirnya mereka dikejar-kejar oleh si pembunuh. Tapi entah kenapa aku nggak terlalu menikmati ini, karena dua karakternya, John dan Ceri, terasa "sibuk sendiri". Lalu aku menemukan head hopping yang lumayan bikin dahi berkerut. Tapi cover terjemahannya bagus banget btw.
John is on the beach with a girl called Ceri James from school. They have been teamed up to do a photography project together. John is enjoying using the school's expensive camera and is aiming at everything around him, getting the feel of it.
A car pulls up near them and John is instantly on alert. Things in his past have made him aware of anything looking a little shifty, and the two guys inside the car ring alarm bells.
He watches them in the camera viewfinder and uses the zoom on them when they follow a man out onto the beach. What he sees next sends him and Ceri on a pell-mell, dash from place to place - trying to find somewhere to hide. The men saw them with a camera and will do anything to stop them from showing any pictures taken, to the police.
Not sure who to trust, realising his own father is connected somehow, and trying to protect Ceri who has her own secrets and past swirling just under her skin; John is angry, confused, and scared. They are running for their lives.
The way that I was immediately immersed in the narrative within the first 10 pages of the book😫🙏 There was never a single boring page; the entirety of it was action-packed and twisty!!! This is probably one of my favorite young-adult book ever!! :0 My 30p purchase came a longgg way😹😹
An easy enough read, but I didn't love it; it was ok. I can see the appeal for teen readers; it's fast paced, on-the-run action, with mystery and intrigue thrown in. I just needed more.
For being so incredibly fast paced, this book is absolutely boring. Gibbons fails to create characters that are engaging, giving them zero personality and using their Life Problems as props to pretend to create one.
John and Ceri witness a murder and are... on the run after witnessing a murder because... Oh, John's an idiot.
I boight this book cuz I really like the cover (I bought the translated version) at the few first chapter, this book get my attention cuz of how it got me curious about the murder they saw (the two teenagers) and I kinda get tired in the middle of the plot cause it's full with chasing session, and it's toooo LONG (imo)
mid but still okay to read, I'm gonna give this book 3 stars I guess
This entire review has been hidden because of spoilers.
To be honest, I didn't read the English Version of this book, but I've read the Indonesian Translation. And in my opinion the plot is easy to follow—no difficulties at all. But I'm not quite satisfied with the ending, was hoping to see more yk.
Gdyby bohaterzy działali bardziej racjonalnie i myśleli jak normalni ludzie, to cała ta książka mogłaby zakończyć się w 50 stronach. Jednakże przyjemna, wciągająca rozrywka na jeden wieczór. Bardzo szybko się ją czyta.
i found this book in the library and though it had a interesting enough story so i gave it a read. Finished it in one day. Very quick paced book, no break just continuous writing. I have to say the book did surprise me, because there aren’t much ratings on it on goodreads.
O wow, ale szybko mi się tę książkę przeczytało, może to przez to jak trzymała w napięciu. Bardzo przyjemna i lekka pozycja. Ogromnie polecam, taki luźny kryminał. Oceniam 3,75/5
I don't think they literally saw much? I don't really like how the conflict written, feels like too fast but not too detail so can't give the adrenaline's feel when it comes to action part~