Maukah kamu mendengar kisah tentang boneka-boneka hidup? Aku tinggal bersama mereka sejak kecil. Ada yang senang berbuat iseng, dan ada yang menolongku. Ada pula yang pernah membunuh manusia. Aku menjalani hidupku dengan wajar, bersekolah dan bekerja. Sampai akhirnya aku harus mengurus boneka-boneka itu seorang diri. Lalu, jika mereka tak suka padaku dan menyerangku, sanggupkah aku melawan?
Trust Eve Shi to make unpredictable story. I enjoy reading it, though it doesn't scare me. Too bad the ending feels odd and rushed... Like there are things to tell, still.
Ceritanya dalam beberapa part berhasil bikin merinding, dan enggak nyaman. Di luar itu hummm bagiku agak gajelas, ada banyak tokoh di buku ini enggak punya latar belakang yang yang kokoh untuk ngelakuin apapun yang mereka lakuin. Seolah-olah kayak duh butuh orang jahat nih, ah bikin deh si dewi dengan kelakuannya yang menyerupai antagonis tapi jatuhnya annoying. Ngerti sih maksudnya mau dibuat open ending, tapi ini terlalu tidak jelas, dan tidak bisa diasumsikan. Mana tiba-tiba oke udahan, tokoh mama tidak muncul lagi.
Mungkin enggak cocok aja buat aku kali ya, kalau yang baca diriku pas masih sd/smp gitu nyeremin kali. Soalnya memang tidak kompleks, jalan ceritanya simple dengan konflik yang cuma di permukaan. Yaudah sih itu aja, punya plot yang menjajikan kok, sayang aja menurutku eksekusinya terlalu gitu-gitu aja.
4 ⭐ Nggak sengaja Nemu buku ini di Gramedia Digital. Pas banget Oktober vibes horornya kerasa. Fix baca buku ini pikiran aku tentang boneka jadi aneh-aneh 😭
A good book but for me there's so many question that I did not get from the ending. The book just end like that? I need to know what is the identity of Sandya's adoptive mother. How Sandya's life after he became a doll?
Also there's some plot holes. How did Sandya know that his adoptive mother is actually a doll that hide behind human's figure? What if its vice versa? Because his adoptive mother did not tell him anything. It's just a secret and readers can't assume anything.
My last point is, if this book's genre is horror, then I think the horror is not enough. It's more like a mystery genre actually.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Boneka Sandya Eve Shi 217 hlm. Penerbit Elex, 2019
.
Sandya adalah bocah miskin berusia 8 th yg hidup sebatang kara. Bapaknya baru saja tewas dibunuh preman penagih hutang sedangkan ibunya sudah lama tdk ada kabar beritanya sejak merantau ke luar negeri. Ketika preman penagih hutang mendatangi rumah reyot Sandya utk melenyapkan saksi mata, saat itulah si kecil Sandya merobek leher si preman menggunakan pisau berkarat. Saat itulah sosok "Mama" datang menghampiri Sandya, membersihkan jejak pembunuhan yg dilakukannya dan mengangkat Sandya menjadi anaknya.
Mama Sandya memiliki toko boneka. Bukan sembarang boneka karena boneka yg terbuat dari kertas washi ini hidup. Ada boneka yg bisa menyembuhkan, ada boneka dg kekuatan sangat kuat hingga dijadikan pelindung Mama, ada juga boneka misterius yg dikurung di laci.
Bertahun-tahun Sandya hidup bersama Mama dan boneka²nya. Mama menghidupi dan menyekolahkan Sandya hingga Sandya bisa hidup mandiri. Setelah dewasa dan dirasa cukup kuat, Mama memberi Sandya satu tugas: menjaga peti kayu yg berisi boneka misterius yg sebelumnya terus dikurung di dalam laci. Mama kemudian berpamitan dan meminta Sandya berhati² dalam tugasnya karena tidak akan membersamai Sandya lagi.
Tentu tdk ada yg gratis di dunia ini, termasuk jasa Mama membesarkan Sandya. Ada harga yg harus dibayar mahal oleh Sandya ketika setuju memilih tinggal bersama wanita cantik dg kulit seputih porselen yg tdk pernah menua itu.
Kehidupan Sandya pun berubah drastis ketika boneka misterius keluar dari peti kayu.
.
Ini karya kedua Evi Shi yg aku baca dan aku lebih suka buku ini dibanding Restoran Terkutuk, mungkin karena nuansa horor di buku ini lebih pekat terasa.
Salah satu boneka yg bernama Koru mengingatkanku pada boneka Chucky yg suka membunuh orang. Koru lebih suka memuntir lalu mencopot lepas kedua lengan korbannya dari bahu mereka.
Ada beberapa hal yg menurutku janggal, misal si bodyguard yg terang-terangan memata-matai Sandya. Terlalu terang-terangan utk disebut memata-matai. Hal lainnya adalah unsur romansa yg dipaksakan masuk ke dalam cerita.
Tokoh Dewi di sini kurang kuat penokohannya, alasannya mengejar Mama sampai sebegitunya meneror Sandya nih kurang kuat, cara dia memfitnah Sandya, mendapatkan alamat Sandya ini juga janggal. Pokoknya setelah tokoh Dewi masuk, ketika itulah cerita mulai terasa nggak natural.
Overall ringan sih ceritanya, bisa banget dibaca sekali duduk, horornya nggak menyeramkan dan misterinya kental terasa. Cocok buat yg mau baca novel horor tapi nggak mau baca yg terlalu menyeramkan.
Boneka Sandya. Dari sampul maupun blurb-nya, sudah jelas kalau buku ini bergenre horror mystery. Aku tertarik membaca buku ini karena mencari buku yang sesuai dengan prompt dari Taylor Swift 1989 Reading Challenge, yakni Blank Space: A book with an unreliable narrator. Karena aku sedang tidak berminat membaca buku luar, aku tanya ke Kakpin, apakah ada buku lokal yang masuk kategori ini. Kakpin merekomendasikan beberapa buku dan pilihanku jatuh ke Boneka Sandya.
The Story
Setelah ayahnya meninggal, Sandya hidup sebatang kara. Ibunya pergi ke luar negeri untuk mengadu nasib sebegai pekerja migran, tapi tak pernah ada kabar darinya. Tamila, perempuan yang baru saja pindah ke kampung Sandya, mengangkat Sandya sebagai anak. Berhubung Sandya tahu ia tak punya tempat berlabuh dan Tamila telah membantunya, Sandya tak menolak. Sejak saat itu, Tamila adalah ibu angkatnya dan Sandya memanggilnya mama.
Di mata Sandya, mama adalah sosok yang selalu menjadi misteri. Ia bekerja sebagai pembuat dan penjuak boneka. Sandya tahu, boneka-boneka mama bukanlah boneka biasa. Boneka itu dipesan oleh pelanggan mama untuk tujuan tertentu. Mama berpesan ke Sandya, kalau saatnya tiba, maka Sandya lah yang bertugas menjaga boneka-boneka mama.
My Thoughts
Awalnya, kupikir Sandya adalah anak perempuan. Haha. Sepertinya aku tidak boleh men-judge gender orang dari namanya, ya.
Karena aku sudah tahu dari awal kalau aku tidak bisa mempercayai Sandya, aku jadi bertanya-tanya, hal apa yang akan membuatku kehilangan kepercayaan padanya. Menurutku, Eve Shi berhasil mengolah cerita ini menjadi cerita yang unik dan enggak biasa.
Ide ceritanya keren sih. Lumayan page turner, dan ga gitu nyeremin. Mirip sama yang dulu sempet viral, boneka di Thailand.
Ada beberapa adegan "tusuk2an" alias adu bacok yang mungkin buat beberapa orang bikin mual, tapi nggak sih buat aku.
Cerita ini tuh nyeritain seorang anak bernama Sandya yang mau balas dendam ke orang yang membunuh ayahnya. Setelah Sandya berhasil membunuh pembunuh ayahnya, ada wanita datang buat bantu dia menutupi kejahatannya dengan syarat si Sandya ini jadi anak angkatnya. Timingnya pas banget ayahnya udah berpulang, ibunya nyari nafkah ke negeri orang entah ke mana udah bertahun2 gak balik, akhirnya Sandya setuju jadi anak angkatnya.
Pas jadi anak angkat, Sandya hidup berdampingan dengan "boneka2" sang mama. Nantinya Sandya akan diberi tugas untuk jagain 2 boneka mama yg bernama koru dan leksana.
Diceritain dari sudut pandang si Sandya. Yang bikin aku kurang puas itu endingnya kerasa buru buruuu. Dan menurut aku lumayan byk plot holenya.
****SPOILER****
Beberapa tokoh ada yang masih misteri siapa sih dia kaya si mama dan adiknya mama, mungkin dibiarin misterius yaa. Aku juga bingung apa sih alasan mama ngangkat Sandya? Cuma buat jagain boneka? Tapi bonekanya gagal dijaga juga... mamanya biasa aja??? Dann kenapa anak angkatnya ikutan jadi boneka? Sebagai bayaran telah diangkat mama? :"))
This entire review has been hidden because of spoilers.
Ini adalah novel horor pertama di 2021 yang berhasil dapat bintang 4/5 dariku. Aku suka sama konsep horornya dan ceritanya menarik. Kemarin pas aku berhenti di tengah jalan karena keburu ngantuk, aku malah penasaran sama akhir ceritanya.
Plus: - Jalan ceritanya mudah dimengerti - Horornya ada, tapi ada sedikit bumbu romance (tapi nggak sampai menye-menye, cuman sejumput kecil aja. Malah kisah cintanya tokoh utama ini menurutku menunjang jalannya cerita)
Minus: - Bagian awal sampai Sandya mulai tinggal sendiri untuk kuliah-kerja itu udah oke banget. Pas Sandya kedatangan Dewi sampai akhir cerita itu banyak banget plot holenya, kayak asal usulnya Mama, kenapa Dewi nyariin Tamila (namanya Mama), dan apa yang bisa ngebikin Mama mengubah anak-anak angkatnya jadi boneka. - Kalau buku ini hanya dimaksudkan untuk jadi buku stand-alone, tanggung banget menurutku. Alasannya sederhana: endingnya itu malah awalan baru "pertarungan" antara Koru dan Sandya
Saya kira buku ini akan lebih banyak bercerita bagaimana Sandya berhadapan dengan keusilan atau kejahatan para boneka dari Mama. Tapi ternyata, konflik utamanya Sandya harus berhadapan dengan Bu Dewi dan orang-orang suruhannya yang pengen memata-matai Sandya dan balas dendam.
Kalau dibilang serem, buku ini menurut saya sih nggak serem. Tapi lebih ke bikin deg-degan dan cukup menegangkan. Waktu peti mati boneka di rumah Sandya tiba-tiba udah terbuka, waktu rumah Sandya seperti ada yang mengawasi, dan beberapa kejadian lainnya. Buku ini juga berhasil membuat saya tetap fokus membaca sampai selesai, maksudnya nggak bikin saya kelamaan nunda-nunda bacanya sampai berhari-hari. Saya menikmati membaca buku ini, sama sekali nggak jadi beban buat menyelesaikan membacanya.
buku ini menceritakan tentang kehidupan Sandya setelah ayahnya meninggal dan diadopsi oleh mama, sampai Sandya berubah menjadi boneka porselen.
Oke. Kejadian paling menegangkan adalah saat Sandya mengetahui bahwa peti titipan mamanya hilang dan mencurigai bahwa Bu Dewi adalah pelakunya. Lalu ia menelpon Bu Dewi, dan Bu Dewi mengirim sebuah alamat rumah yang harus didatangi Sandya pada pukul 11 malam. Daaaaannn... DUAR! disitulah awal dari adu jotos antara manusia dan boneka 👊🏻👁️🪓🧸💢
Alur ceritanya bikin aku penasaran dan nggak berhenti baca sampai akhir. Tapi setelah selesai baca, aku masih penasaran dengan nasib Sandya setelah jadi boneka porselen, apa Sandya berhasil mengalahkan Koru yang berusaha merebut Renata??? 🚶🏻♀️
This entire review has been hidden because of spoilers.
wow. horror and thrilling. rasanya kayak gabisa lepasin novel ini sebelum tamat. pokoknya harus tau endingnya gimana. ternyata ya sandya jadi boneka porselen!
kejadian menegangkan dimulai sejak munculnya dewi. dia muncul dan buatku kek ngerasa something fishy. niat banget dia nyari Mama ama sandya. aku sebenernya juga curiga ama dia kalo dia yang uda jail naro abu rokok sama ngebuka peti kayu. gatau deh feeling aja. eh ternyata bener.
ini novel kira-kira bakal ada lanjutannya ga ya? aku penasaran sama nasib mama, kiyan, dan boneka-boneka lainnya. oiyaaaa ibu kandungnya sandya juga gimana? renata? aku penasaraannnn
This entire review has been hidden because of spoilers.
Entah mengapa, ada semacam magnet buat saya ketika membaca ulasan singkat seorang teman di newsletter Goodreads. Padahal teman saya itu hanya nulis “thrilling-nya dapet benerrr.”. Saya buru-buru buka aplikasi Gramedia Digital dan mengunduhnya. And here I am, scared to death! 😞😞😁
Keseluruhan bagus. Cuma pas ditengah-tengah cerita agak mainstream dan konflik yang ditonjolin juga itu-itu aja. Alur ceritanya sederhana dan endingnya juga biasa. Ada beberapa bagian yang kadang ga expect dan bikin emosi jadi aneh(?). Tapi untuk adegan-adegan yang ngeluarin darah dan semacamnya menurutku lumayan dan gak terlalu brutal lah. Solid 3 sih ini
Ini buku kedua daei Mbak Eve yang kubaca. Awal dari ceritanya menarik. Sandya yang jadi fokus utama juga diulik, aku jadi peduli sama dia. Sampe nggak rela sama endingnya, huhu.
Tapi tuh makin ke belakang kayak makin biasa aja. Nggak ada yang bikin tense naik atau bukin tegang.
Gore-nya lumayan tapi enggak yang bikin ngilu juga, sih.
Merindingggg. Ini lebih ke misteri dan thriller? Yah mungkin bisa dibilang begitu. Tata penulisannya sangat menggambarkan kalo yang nulis tuh Eve Shi. Tapi jujur pas baca endingnya aku kecewaaaaa banget banget. Menurutku masih banyak hal yang harusnya bisa dijawab disini tapi entah kenapa ga ada jawabannya??? Dibiarin ngegantung gitu aja??? I was kinda hoping bakal ada sequelnya :")
Berhasil bikin merinding tapi dari segi alur cerita masih ada beberapa plot hole yang seharusnya bisa dikembangkan. Alur menuju ending terkesan kurang mulus dan tiba tiba, jadi penutup yang gantung. Akan lebih bagus kalau ada prequel atau sequel. Karakter Sandya juga sedikit membingungkan…
kenapa novel ini terasa anti-klimaks??? Aku enjoy sama cerita dan dialognya secara keseluruhan, tapi dari awal sampai akhir novel rasanya seperti membaca cerpen yang sangat-sangat-sangat panjang.
Cerita tentang Sandya yg nama awalnya adalah Aris, yang diangkat oleh seseorang yg dia sebut 'Mama'. Tapi mama angkatnya ini beda, bukan seperti orangtua pada umumnya, walaupun orangtua angkat. Mama punya toko boneka yang boneka tersebut bisa diisi kekuatan untuk menghilangkan nyawa seseorang.
Ceritanya emang bikin merinding, endingnya terlalu terburu-buru. Narasinya bagus. Kurang penjelasan tokoh Mama/Tamila juga, padahal penasaran bagaimana Mama ini hidup sebelum bertemu Sandya.
Ekspektasi: horror. Aslinya: slice of life surealis tentang orang yg tawakkal jadi boneka.
Pacing di awal lambat, tapi pas ending seperti masih ada plot point yg ingin diceritakan lalu ditamatkan begitu aja, jadinya anti-klimatiks. MC terlalu pasif (sebenarnya kata "PASRAH" lebih tepat), tidak ada rasa amarah kepada si Mama sedikitpun. Dibuang begitu aja setelah diperalat dari kecil? Jadi siluman manekin? Kehidupan normal direnggut? Tidak masalah! MC tawakkal menerima nasib.
Saya agak kesal, kalau memang si Mama ingin menjadikan Sadya pewarisnya kenapa tidak AJARI SADYA NGILMU BUAT BEKAL NGURUS TUH BONEKA-BONEKA SETAN?! Terakhir dia cuma diberi tahu sama si Mama, “kemampuanku sudah sedikit tertular padamu” dan “kepekaanmu sudah bertambah kuat seiring bertambah umur” heleh, selama ini kemampuan supranatural Sadya berarti cuma berkembang dengan pasif, dong. Ngapain ngadopsi dan hambur2 duit buat ngurus anak yg katanya jadi penjaga boneka2mu kelak, kagak diajar apa2, ujung2nya dibuang aja. Salah sendiri.
Belum lagi dia ngasih boneka yg katanya "kuat" ke MC yg kagak ada ilmu apapun tentang hal ghaib selain nempel tangan ke peti dan konseterasi.
Bu Dewi dkk itu bikin saya kolot. Perannya mereka sebagai penyedia konflik untuk cerita ini, tapi menurutku, sebagai konflik mereka justru sangat kagak ada hubungan sama konsep cerita. Bagai kemiri di tumpukan lada. Padahal konflik tentang Sadya yg kesulitan menjadi penjaga bonek hidup sudah cukup bagus jika dikembangkan. Motivasi Bu Dewi unt balas dendam juga terlalu lemah. Kenapa ingin membalaskan dendam org yg telah merebut harta warisanmu?
Dan beberapa hal lain yg sya malas bahas.
3 bintang itu unt dialog2 tokoh yg natural, gaya bahasanya, dan karena 1 alasan subyektif: ini buku cukup santai unt dibaca bagi sya yg lagi burn-out. Kalo kagak dah sya kasih bintang 2.
Edit: SEBENTAR! Sya baru tahu kalo ini dari penulis yg sama yg menulis buku "Lost" (buku kesukaan saya pas SMP) Pantas aja gaya bahasanya familier. Sayang sekali, sya kurang suka karyanya yg ini.
This entire review has been hidden because of spoilers.