Jump to ratings and reviews
Rate this book
Rate this book
Marja Manjali adalah gadis kota yang ringan hati dan tak tahu banyak tentang sejarah kuno. Di tengah liburan mereka, kekasihnya tiba-tiba punya urusan mendadak dan harus pergi. Sang pacar menitipkan Marja pada Parang Jati, sahabat mereka. Parang Jati pun mengajak Marja Manjali menelusuri candi dan tempat-tempat di pedalaman Jawa Timur yang menyimpan rahasia. Cinta diantara mereka tampaknya tak terelakkan. Tapi, Sandi Yuda, sang pacar, muncul lagi. Pemuda itu tak hanya membuat hati Marja Manjali terbelah; ia juga membawa masalah.

Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, seorang beriman akan mencari rencana ilahi, seorang ilmuwan akan mencari pola-pola.

254 pages, Paperback

First published July 6, 2010

45 people are currently reading
668 people want to read

About the author

Ayu Utami

37 books777 followers
Justina Ayu Utami atau hanya Ayu Utami (lahir di Bogor, Jawa Barat, 21 November 1968) adalah aktivis jurnalis dan novelis Indonesia, ia besar di Jakarta dan menamatkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Ia pernah menjadi wartawan di majalah Humor, Matra, Forum Keadilan, dan D&R. Tak lama setelah penutupan Tempo, Editor dan Detik pada masa Orde Baru, ia ikut mendirikan Aliansi Jurnalis Independen yang memprotes pembredelan. Kini ia bekerja di jurnal kebudayaan Kalam dan di Teater Utan Kayu. Novelnya yang pertama, Saman, mendapatkan sambutan dari berbagai kritikus dan dianggap memberikan warna baru dalam sastra Indonesia.

Ayu dikenal sebagai novelis sejak novelnya Saman memenangi sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Dalam waktu tiga tahun Saman terjual 55 ribu eksemplar. Berkat Saman pula, Ayu mendapat Prince Claus Award 2000 dari Prince Claus Fund, sebuah yayasan yang bermarkas di Den Haag, yang mempunyai misi mendukung dan memajukan kegiatan di bidang budaya dan pembangunan. Akhir 2001, ia meluncurkan novel Larung.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
332 (22%)
4 stars
563 (38%)
3 stars
458 (31%)
2 stars
93 (6%)
1 star
30 (2%)
Displaying 1 - 30 of 201 reviews
Profile Image for Wisnu Sumarwan.
5 reviews4 followers
September 14, 2010
Saya bukan penulis profesional. Saya juga bukan pembaca yang terlalu rajin. Jadi, pengetahuan saya masih sangat dangkal dibanding penulis-penulis yang mungkin telah menerbitkan buku-buku bestseller.

Namun, sebagai orang yang takterlalu paham, saya merasa ada yang janggal saat selesai membaca Manjali dan Cakrabirawa karya Ayu Utami. Saya merasa ada yang kurang matang dan terdapat kesan terburu-buru. Saya tidak tahu bagaimana proses penulisannya. Akan tetapi, selesai membaca buku tersebut saya merasa seperti baru saja makan masakan yang terlalu cepat diangkat. Bumbunya kurang meresap dan masih ada potongan yang mentah. Data-data sejarah seperti aksesoris tempelan untuk menyampaikan pendapat subjektif sang penulis. Sehingga peran "orang ketiga segala tahu" sangat besar dalam buku ini. Terutama untuk mengaitkan bentuk-bentuk kebetulan yang coba dirangkai. Seperti kutipan dalam buku ini "Jika kebetulan-kebetulan terjadi terlalu banyak dan cocok satu sama lain, apakah kita tetap percaya bahwa itu adalah serangkaian kebetulan belaka?" Dan sang penulis memang sukses untuk membuat saya mengakui bahwa tidak ada kebetulan dalam buku tersebut. Orang ketiga segala tahu itu ternyata terlalu tahu dan mengambil alih jalan cerita dari tangan karakter-karakter dalam buku ini.

Orang ketiga segala tahu itu seperti sedang mencoba mendikte pemikiran saya, terlebih mengenai apa yang seharusnya saya pandang tentang peristiwa G30S/PKI. Dalam buku ini, saya merasa segala sesuatu dikutubkan. Kalau tidak benar ya berarti salah. Kalau tidak sedih ya berarti gembira. Kalau tidak nafsu ya berarti sedang mengendalikan nafsu. Kalau bukan orang baik berarti orang jahat. Areal abu-abu dan netral seperti hilang. Padahal, bukankah di dunia nyata sebenarnya areal kelabu-lah yang paling luas?

Saya jadi ingat kutipan dari buku Terbunuhnya Profesor Posmo karya Arthur Asa Berger : "Tiap orang adalah predator. Kalau bukan predator, merekalah korbannya. Dan semuanya berjalan mulus, sampai pada akhirnya kita dapati yang terburuk dari kedua dunia: korban yang predatoris dan predator yang dikorbankan".

Sehingga, saya merasa banyak sekali hal yang terlalu hitam-putih dalam buku ini, termasuk karakter-karakter di dalamnya. Jika Marja tidak bercinta dengan liar maka ia manut-manut saja. Jika Parang Jati tidak sedang terkendali maka ada sorot hewan di matanya. Jika Yudha tidak merasa benar maka ia merasa bersalah. Jika Jacques sedang tidak lembut, maka ia sedang marah-marah. Akhirnya, saya jadi merasa kalau karakter-karakter dalam buku tersebut tidak normal dengan emosi yang selalu jatuh di titik ekstrem.

Plus banyak sekali penghakiman. Marja menghakimi Yudha. Jacques menghakimi Marja. Parang Jati menghakimi Jacques. Jacques menghakimi 'arkeolog jawa'. Dan entah mengapa, saya kok merasa bahwa orang ketiga segala tahu tidak berhubungan secara netral dengan cerita. Orang ketiga segala tahu sibuk membenarkan penghakiman-penghakiman tersebut.

Satu lagi yang saya perhatikan: adegan-adegan seks di dalamnya. Saya jadi merasa kalau buku ini sangat 'posmo'. Saya merasa hubungan antara cinta dan seks agak kabur, bahkan seperti ada penyamarataan. Karena Marja tiba-tiba jatuh cinta pada Parang Jati maka tiba-tiba setiap saat Marja ingin 'nyelip' di pangkuannya. Karena Yudha tidak cinta pada 'Pelacur trio Macan' maka ia hanya mengajaknya ngobrol-ngobrol saja dalam kamar. Bukannya saya ingin Yudha dibuat bercinta dengan pelacur trio macan itu, tapi saya merasa bahwa cinta diidentifikasi dengan seks. Karena Marja sedang jatuh cinta, maka setiap saat ia ingin berhubungan seks dengan Parang Jati. Jujur, keterbatasan pengetahuan membuat saya agak bingung dan rancu untuk melihat bagaimana seks dan cinta dihubungkan dalam buku ini.

Ini sedikit apa yang saya rasakan setelah membaca buku ini. Perasaan anda bisa saja berbeda. Jika ada yang mau menjelaskan, saya dengan senang hati akan mendengarkan. :)
Profile Image for Arinamidalem.
106 reviews7 followers
November 3, 2010
Haduh, kenapa ya dengan novel ini?
Bacanya jadi capek karena kisah gak mengalir (menurut saya loh, kalau menurut anda baik-baik saja .. ya sudah). Saat membaca serasa terantuk-antuk batu kali, trus pindah situasi ke gurun gersang, trus pindah lagi ke perkampungan padat penduduk – banyak isinya, banyak macamnya, terlihat padat, saling terkait, tapi teteeep… penggambaran situasinya koq ya gak mengena (beda dengan Bilangan Fu yang ngajak kita jalan-jalan dengan asik bersama tokoh cerita dan sempet bikin bulu kuduk merinding serem).

Penemuan candi yang awalnya sempet menarik perhatian, malah menguap begitu saja. Padahal Candi dan latar belakangnya bisa jadi cerita menarik, berharap ada cerita tentang siapa-siapa saja yang terkait dengan Candi dan hubungannya kepada si tokoh utama cerita (ngarep.com). Ternyata justru lebih kepada pengalaman antar tokoh dan lokasi kejadiannya dekat dengan candi.
Yaaah, mungkin saya aja yang berharap candi tersebut hadir dan kisahnya jadi historical romance.. padahal jelas-jelas tertulis ini ro-man-mis-te-ri..

Anyway, novel ini memberikan informasi fisik candi yang lumayan ngebantu untuk membayangkan rupa candi-candi tersebut. Jadi pengen lihat candi aslinyaaaa…

Oh ya, itu tuh – si tokoh Marja…. Mau complaint ah!
Sebagai penikmat novel karaya Ayu Utami (ciee) saya udah nebak didalam cerita akan muncul kisah seputar birahi dan pikiran liar tokohnya. Tapi dinovel terakhir ini hal tersebut rasanya terlalu banyak dibahas dan diulang-ulang. Marja dan pikiran-pikirannya, serta cinta terhadap sahabat (sahabat atau laba’an yah, si parang jati ini?) mengaburkan pribadi Marja yang menarik (di Bilangan Fu). Ya gak salah seeh, kalau si tokohnya memang sengaja dicitrakan sebagai kucing liar, tapi kalau tiap bab diulang-ulang lagi ya ganggu aja.. pembaca tau koq Marja naksir Parang Jati dan pengen bercinta dengannya tapi gak kesampean.. begitu kan?

Kesimpulannya, saya gak begitu suka novel ini. Saya lebih suka dengan Bilangan Fu dan novel terdahulu. Cukup sekian dari saya… gak kapok dan akan teteup nunggu buku Ayu Utami berikutnya..
Cheers
ari
-teman, yang minjam Bilangan Fu saya.. please balikin donk -
Profile Image for Farah.
Author 9 books52 followers
July 20, 2010
Membaca buku Manjali dan Cakrabirawa karya Ayu Utami dengan tokoh utama Marja gadis 19 tahun, membuat saya teringat dengan diri pada usia yang sama.
Gadis daerah, berkiblat pada sesuatu yang moderen: kota besar, Jakarta, luar negeri. (Itulah rasanya yang juga menjadi alasan saya memilih jurusan arsitektur, terpesona dengan bangunan tinggi yang tak ada di kota tempat tinggal saya.)

Seperti remaja kebanyakan saat itu. Saya buta dan tidak peduli dengan sejarah (Apalagi candi-candi karena saya lahir dan besar di Kalimantan yang candi-candinya tidak sebanyak di Jawa) Walaupun pada waktu SMA nilai sejarah saya 9, ini bukan karena saya peduli sejarah, tapi karena saya suka ‘cerita’. Toh sejarah bagi kita yang tak mengalaminya, pada hakikatnya adalah ‘cerita’ yang konon pernah nyata.

Saya pikir di sinilah misi penting buku ini: untuk membuat ‘orang muda yang tak peduli sejarah’ menjadi melek sejarah. Paling tidak setumpuk batu-batu memiliki kisah yang lebih menarik. Ayu Utami menafsirkan ulang situs-situs yang diliputi cerita setengah dongeng. Dirangkai dengan plot bergaya detektif, bermodalkan misteri, pemecahan teka-teki, dan bahasa yang indah khas ayu utami.

Saya pernah membaca/mendengar komentar pembaca Bilangan Fu yang menganggap buku itu penuh khotbah. Pada buku kali inilah Ayu Utami saya pikir menegaskan, bahwa ia (mungkin) memang berniat demikian. Bagaikan seorang ‘professor yang telah menelaah banyak hal’ ia menjelmakan dirinya ke dalam tokoh Jacques si peneliti tua asal prancis, dan Parang Jati, yang keduanya banyak berdialog dengan ‘gadis bodoh yang selalu ceria; Marja’.

Kalau memang demikian, kenapa tidak?
Dan walaupun sudah angkatan jadul, saya senang kok membaca buku ini…
I wish I read this book when I was 19… Better late than never right?


Profile Image for Rei.
366 reviews40 followers
January 17, 2019
8/50 for 2019⁣
#finishedreading Manjali dan Cakrabirawa oleh Ayu Utami.⁣

Kukira buku ini sekuel dari Bilangan Fu, tapi ternyata bukan. Mungkin lebih tepat kalau disebut spinoff? Mengisahkan petualangan Marja Manjali dan Parang Jati saat Yuda sedang berlatih panjat tebing bersama tentara. Mereka, bersama seorang arkeolog tua dari Prancis bernama Jacques, menemukan reruntuhan candi tua beserta segala propertinya yang berharga. Candi tersebut merupakan makam dari janda ratu teluh Cawlanarang alias Calon Arang, yang memiliki seorang putri bernama Ratna Manjali. Sedangkan Cakrabirawa adalah pasukan pengawal Presiden Sukarno yang diketuai oleh Letkol Untung, yang dituduh bekerja sama dengan PKI pada kudeta 30 September 1965.⁣

Buku ini membuat saya takjub karena Ayu Utami berhasil menggabungkan unsur budaya purba dengan sejarah kelam komunisme. Belum lagi kisah cinta antara Marja dan Jati yang sebetulnya jauh dari romantis tetapi keduanya (bertiga dengan Sandi Yuda, sebetulnya) seakan memiliki pertalian batin yang melebihi cinta antara lelaki dan perempuan. Buku ini tidak meledak-ledak dengan kritik seperti Bilangan Fu, tapi cukup mempesona dan lumayan mengobati rindu pada kepribadian Jati yang luar biasa.⁣

Setelah Jati Wesi, sekarang aku jatuh cinta pada Parang Jati. Mungkin kalau punya anak lelaki lagi akan kunamai Parang Jati Wesi, aduhai...⁣

16-17 Januari untuk @gerakan_1week1book #oneweekonebook #owob ⁣⁣
⁣⁣
#reipamerbuku #ReviewByRei #bibliophile #bookstagram #bookstagramindonesia #bookstagramfeature #bookish_indonesia #mybookishlife #mybookishaddictions #buibubacabuku #rabook #booktographyid #gramediadotcom #bookaholic #bookobsessed #buibubacabuku #indramayumembaca⁣⁣ #MembacaIndonesia ⁣#ayuutami #manjalidancakrabirawa
Profile Image for Marina.
2,035 reviews359 followers
March 22, 2016
** Books 75 - 2016 **

4 dari 5 bintang!

Astagaa!! saya jatuh cinta pada novel sekuel ini ketimbang buku pertamanya Bilangan Fu . Saya suka segala aspek dalam buku ini mulai dari cerita candi-candi jawa tengah dan jawa timur, Kisah Candi Calwanarang dan Calon arang yang mengingatkan saya akan novel Cerita Calon Arang oleh Pramoedya Ananta Toer. Kisah dilema konflik batin antara Parang jati, Marja dan Yuda. Jangan lupakan kisah Mahabharata dan Ramayana yang sangat kental dibuku ini. :)

Didalam buku ini juga dikisahkan mengenai Raja Airlangga, pendiri kerajaan Kahuripan yang memerintah 1009-1042. Di akhir masa pemerintahannya, kerajaannya dibelah dua menjadi Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Janggala bagi kedua putranya. Yang menarik buat saya adalah karena dahulu saya berkuliah di Universitas Airlangga, Surabaya dan makin menariknya simbol/logo kampus saya adalah Garuda Mukti dengan tunggawan Bhatara Wisnu. Yang disimbolkan sebagai Bhatara Wisnu adalah Prabu Airlangga sendiri, karena sakti, bijak dan kehalusan budinya. Mengapa lambang Universitas Airlangga bukannya gambar sang prabu Airlangga sendiri, melainkan Garuda Mukti yang justru adalah tunggangan sang prabu? Hal ini dikarenakan, pada awal kelahiran Universitas Airlangga, rektor pertama menemukan meterai atau segel prabu Airlangga, di Gedung Arca, Jakarta. Meterai Kerajaan tersebut menggambarkan burung garuda tunggangan Bathara Wisnu (Prabu Airlangga) yang membawa guci berisikan air amrta. Konon, air tersebut bersifat abadi. Maka dari itu, yang dipakai sebagai lambang Universitas Airlangga adalah garuda mukti, sebagai sumber ilmu abadi. Kurang lebihnya, kelak para mahasiswa/i yang menuntut ilmu disana akan mendapatkan sumber ilmu yang abadi. Saya juga sempat lupa ada di beberapa halaman yang menyebutkan "..Di Timur Jawa Dwipa.." yang mengingatkan saya pada part Hymne Airlangga kampus saya yang terletak di bait pertama
"Di Timur Jawa Dwipa..Megah Engkau Bertahta..
Satria Airlangga.. Kusuma Negara"

Disisi lain, saya juga merasa tersentuh dengan kisah Ibu Murni yang mengingatkan saya akan buku Gerwani : Kisah Tapol Wanita di Kamp Plantungan dan itu adalah salah satu buku favorit saya karena penuturan para wanita di kamp Plantungan tersebut membuat hati saya miris dan sedih dengan apa yang mereka telah terima

Intinya buku ini penuh dengan penuturan sejarah yang membuat saya belajar lebih banyak tentang kebudayaan hindu-buddha di indonesia. Ahh mungkin ini ada pengaruhnya karena saya termasuk pengagum sejarah. yang dikatakan cukup aneh untuk wanita seusia saya .buku ini berhasil membuat perasaan saya menjadi sentimentil karena mengingatkan akan kampus saya

P.s Lalu apa kabar buku Anna Karenina 1 of 2 yang saya baca? Dengan selesainya buku ini genap sudah 11 buku melangkahi novel klasik tersebut. Habis lambat banget sih ceritanya =__=a

Sumber :
http://artilambang.blogspot.co.id/201...

Terimakasih iJak untuk peminjaman bukunya
Profile Image for Indri Juwono.
Author 2 books307 followers
July 26, 2010
#2010-65#

Seandainya aku Marja Manjali, pasti aku jatuh cinta pada Parang Jati.

Ingin ia menyaksikan mata bidadari yang terbuka untuk dijelajahi. Inilah perbedaan Parang Jati dengan lelaki lain : matanya tidak menjelajahi tubuhmu. Matanya tidak menjelmakan kau seonggok obyek. Matanya berkata kepadamu bahwa di dalam sana ada rasi-rasi bintang. Jelajahilah. Alamilah. (h.118)

Marja :
Aku akan merasa aman dan beruntung berada dekat Parang Jati, yang dipercaya kekasihku untuk menjagaku. Perjalanan yang dilakukan bersamanya membuka diriku, gadis 19 tahun yang dibesarkan di kota, yang tidak peduli pada nilai-nilai budaya.
Tiba-tiba aku terlempar ke masa silam, ketika kami menelusuri jejak candi-candi, dan menemukan sesuatu yang diperkirakan sebagai candi Calwanarang, dukun teluh pada masa Airlangga, yang dibuat moksa oleh Empu Baradah.

Kebetulan pulakah, namaku Marja Manjali, sama dengan putri Calwanarang, Ratna Manjali, yang jatuh cinta dengan Bahula, anak didik Baradah, yang mengakibatkan kematian ibunya?

Kebetulan pulakah, di situs tersebut ditemukan prasasti Bhairawa Cakra, yang sama dengan nama pasukan elite yang dituduh memberontak pada pemerintah di tahun 1965. Kata-kata yang serupa mantra untuk menaklukan negara.

Kebetulan pulakah, kalau aku bertemu dengan ibu-ibu tua yang aku kira nenek sihir, dan ternyata membuka tabir rahasia lainnya di balik Cakra Birawa?

Kebetulan pulakah, bahwa kekasihku mengkhianati sahabatnya karena terperangkap oleh kebohongannya sendiri dan mengikuti ambisinya. Dan aku hampir tidak percaya ia melakukan dan aku menjadi saksinya.

Kebetulan pulakah, bahwa aku harus ditemani Parang Jati setiap malam, untuk mendengarkan dongeng sebelum tidur untuk menahan hasrat yang menggebu. Sehingga aku bisa mengerti dongeng itu untuk memecahkan rahasia-rahasia dan misteri yang bertautan ini.


Ia ingin menguasai ilmu, tetapi tetap bisa menggunakan kepekaan lain jika diperlukan. Ia ingin menjadi dewasa, tanpa kehilangan ketulusan sebagai kanak-kanak. Betapa tidak mudah untuk menjadi seimbang. Betapa tak gampang untuk merawat kemampuan yang berbeda bersama-sama. Tapi relief ini memberi harapan bahwa kita bisa menjadi seimbang. (h. 230)

Tak selamanya diselesaikan dengan satu sudut pandang. Seperti ketika aku jadi sandera Parang Jati sesudah pengkhianatan Yudha. Diriku merasa bebas, karena menjadi subyek, bukan obyek. Melihat tidak hanya dari fakta yang nampak, namun juga dari intuisi dan keyakinan. Tanpa ada penjelasan ilmiah. Praduga yang dicobakan. Dan bisa menjadi kebetulan baru.

Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, apakah kita tetap percaya bahwa itu tidak bermakna?
''seorang ilmuwan akan mencari pola-pola. dan seorang beriman akan mencari rencana tuhan.'' (h.18)

Profile Image for Feby.
Author 3 books19 followers
September 6, 2010
Sebenarnya sehabis selesai baca "Bilangan Fu", ingin baca buku non-sastra, tapi... iseng-iseng mencoba ngintip halaman pertama "Manjali dan Cakrabirawa" ini dan...*jrengjreng* ini tulisannya... ~.~

Tuhan.

Itu adalah hari ketika Marja melihat mata malaikat pada paras sahabatnya.



Setelah itu tak bisa menaruh buku ini lagi sampai sepuluh jam kemudian. =="

Mungkin juga ini soal selera. Saya memang selalu suka roman yang diselingi kisah misteri/teka-teki (atau cerita misteri/teka-teki yang diselingi kisah roman. Karena keduanya sama-sama terasa kuat.)

Berbeda dengan kisah sebelumnya (a.k.a Bilangan Fu), buku ini tidak melulu dipenuhi kalimat-kalimat filosofis dan istilah-istilah ribet. Alur ceritanya pun lebih runut dan tertata seperti roman biasa. Yang lebih kusuka, Marja di novel ini lebih terasa perannya. Berbeda dengan buku sebelumnya, yang keberadaannya seperti dalam bayang-bayang. Rasanya menyenangkan menyelami kompleksitas perasaan Marja terhadap Parangjati dan Yuda.

Dengan memfokuskan diri pada perbedaan misteri dan teka-teki -seperti yang diungkapkan buku sebelumnya, buku ini mewakili skeptisnya anak-anak kota mengenai dongeng-dongeng kuno negeri sendiri. Saya sendiri merasa seperti sedang membaca Da Vinci Code versi lokal. Selama ini selalu merasa kebudayaan dan peninggalan nenek moyang di Ibu Pertiwi ini tidak menarik. Tetapi setelah membaca buku ini, sampai merasa ingin lagi mengunjungi Borobudur atau Prambanan dan melihat bangunan-bangunan sejarah itu dengan kacamata yang berbeda. Seperti halnya Marja, saya pun ikut-ikutan terbuai oleh dongengnya Parangjati :D
Profile Image for Amal Bastian.
115 reviews4 followers
August 28, 2020
Menikmati perjalan spriritual ke keimanan masa lampau yang dibenturkan dengan rentetan tragedi politik, kemistisan, & pertanyaan-pertanyaan lain seputar eksistensi rasa manusia terhadap alam, peninggalan-peninggalam masa silam, & dongeng-dongeng klasik yang ternyata membawa misi. Merasa maka kamu akan menyadar.
Profile Image for gieb.
222 reviews77 followers
July 19, 2010
Sekitar tahun 2000, saya dengan berbekal kamera Pentax MX pernah mendaki Gunung Penanggungan. Ditemani oleh beberapa rekan, rencananya kami akan mendokumentasikan artefak candi yang memang berceceran di gunung itu. Kami menginap di lokasi candi pertama yang kami temui. Sayangnya, saya sudah lupa nama candi itu. Cuma saya ingat, di lokasi candi itu terdapat makamnya. Pengalaman saya ini muncul kembali begitu saya membuka lembar-lembar pertama Novel Manjali dan Cakrabirawa ini. Apakah candi yang saya jadikan tempat menginap dulu itu adalah Candi Calwanarang seperti yang ditulis dalam buku ini?

Selanjutnya, buku ini memang benar-benar membawa saya ke ingatan tentang pengalaman menjelajah Penanggungan dan Trowulan. Setting tempatnya begitu akrab dan dengan lamat-lamat saya bisa menjadi Parang Jati. Tapi saya kesulitan memposisikan Marja. Siapakah Marja dalam kehidupan personal saya sebagai Parang Jati? Ah tapi itu perkara lain. Yang jelas, buku ini memang membuka ingatan saya tentang begitu terobsesinya saya dengan candi-candi dan makam-makam kuno. Jadi kangen kembali menelusuri tempat-tempat seperti itu. Bertemu dengan banyak orang dan banyak makhluk. Termasuk makhluk halus.
Profile Image for Astrid.
93 reviews6 followers
August 24, 2010
it's funny how the story went a bit flat at the end. too flat somehow. everything become too obvious in the middle and it's not a riddle thing anymore.

i enjoy saman, the first few chapters of larung and bilangan fu. but somehow i'm a bit lost with this book. somehow ayu lost the intensity of her writing. it's way lighter reading compare to her past works, but yeah, i do feel a bit lost. it's too regular stories to my taste. or is it just me because all the issues she's trying to carry in this novel are all too familiar for me.

i even can point out that, she's trying to bring in gerwani issue to the reader, but saying it as "satu payung dengan PKI" is a big mistake. because gerwani never been in "satu payung" but "satu haluan" with PKI. they remain to be separated organization till the end of the 1965 incident. the effort to remains blur with this tiny little mistake (but huge to our history).

though, i'm still looking forward for the series.
Profile Image for Frida.
201 reviews16 followers
March 6, 2017
Tentang rahasia, misteri, dan teka-teki yang melingkupi perjalanan Marja, Parang Jati, dan Jacques dalam penggalian candi baru yang dijuluki "Candi Calwanarang". Tentang cinta segitiga yang tumbuh dengan cepat dan pasti, antara Marja dan Parang Jati, sementara Yuda, kekasih resmi Marja sedang berada di tempat berbeda. Pada akhirnya, ini juga bercerita tentang pengkhianatan dan pertemuan kembali. Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, apakah artinya? Tentu saja, itu berarti ada tangan penulis yang merangkai semua ini.

Selengkapnya, sila cek http://kimfricung.blogspot.co.id/2016...
Profile Image for Rose Gold Unicorn.
Author 1 book143 followers
January 30, 2018
Akhirnya selesai dibaca! Huaaa!
Setelah terseok seok dan berdarah darah merampungkannya. Duh, kapok baca buku seri Bilangan Fu ini. Saya tadinya niat baca Maya dan Lalita, tapi kok kayaknya berubah pikiran ya setelah baca Manjali ini. Menguras otak banget!

Saya ngasih bintang dua bukan karena jelek. Enggak. Ayu Utami buagus banget menceritakannya. Bahkan banyak pikiran-pikiran yang saya iyakan. Tapi, topik yang dibahas nggak masuk ke otak saya. Jadi saya nyerah. Hehehe. Atau saya semestinya tidak memberikan rating? Sehingga nggak merusak keseimbangan rating buku ini. Heheheu...

Saya jauh lebih seri Saman dan Larung. Lebih “manusiawi”.
Untuk endingnya, untunglah Marja memilih sesuai harapan saya. Johohoho! I used to hate you, Marj!
Profile Image for Lila Cyclist.
851 reviews71 followers
April 19, 2019
3,5 stars

Jika kebetulan terjadi begitu banyak, apakah semua itu hanya sekedar kebetulan? Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, seorang beriman akan mencari rencana ilahi, seorang ilmuwan akan mencari pola-pola (hal 199). 

Yup, seberapa banyak kau menemukan banyak kebetulan di sekelilingmu? Apakah Segal a kebetulan itu membuatmu berpikir? Dalam kisah kedua dari Bilangan Fu ini, Ayu Utami menyuguhkan banyak sekali Kebetulan yang terasa nikmat, saling menjawab satu sama lain, dan tentu saja berhubungan sangat erat meski hal-hal yang berhubungan itu memiliki jarak ruang dan waktu.

Review lengkap ada di  Manjali dan Cakrabiraw
Profile Image for Dina Layinah Putri.
108 reviews5 followers
September 11, 2017
Kamu akan menemukan perbedaan tentang candi-candi yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur disini. Dengan arca dan reliefnya. Seperti candi di Jawa Tengah yang megah (Borobudur, Prambanan, maupun Sewu) yang cenderung digunakan untuk berdoa kepada dewa dan candi-candi kecil di Jawa Timur yang lebih menyerupai sebuah makam keluarga.
Profile Image for Ditta.
63 reviews35 followers
July 26, 2010
Pertama kali liat covernya "hm,,bagus juga..." lukisan sepertinya sedang 'in' dijadikan cover yah??eh ternyata Ayu Utami sendiri yang melukis,,,
mulai dicermati dengan seksama "kok ada tulisan seri bilangan Fu di pojok kanan atas?" pertanyaan itu terjawab di back cover:

Seri Bilangan Fu adalah seri novel dengan tokoh utama Marja, si gadis kota yang ringan hati, dan dua pemuda, Yuda dan Parang Jati. Ketiganya adalah karakter utama novel besar Bilangan Fu. Jika Bilangan Fu lebih filosofis, seri roman ini lebih merupakan petualangan memecahkan teka teki. Teka teki itu berhubungan dengan sejarah dan biudaya Nusantara, sehingga novel ringan ini membawa pembacanya mengenal kembali khazanah tersebut. Seri Bilangan Fu selanjutnya akan terdiri dari roman misteri dan roman spiritualisme kritis

hm,,,jadi maksudnya Ayu Utami akan membuat kisah Marja, Yuda, dan Parang Jati lagi??asyiiikk hehehe

lanjut...masuk ke isi
Jujur aja nih ya,,gw lebih suka buku ini dibanding Bilangan Fu, mungkin Bilangan Fu terlal berat buat otak gw yg ngga prima (;p) atau mungkin karena ceritanya lebih masuk akal (walopun tetep ada sisi mistisnya yah hehe) buktinya gw cukup menyelesaikan buku ini dalam waktu sehari aja (walopun kepotong2 tidur dll)

ceritanya memang lebih fokus ke Marja, kali ini dia diceritakan sedang menghabiskan waktu bersama Parang Jati di Sewugunung sedangkan Yuda 'sang kekasih resmi-begitu yg dikatakan oleh Jacques Cherer' sedang ada kegiatan memanjat bersama sekelompok prajurit militer yang tidak disukai oleh Parang Jati.

hm,,,mulai kebaca...mulai tumbuh benih2 cinta di hati Marja yang ditinggal berdua sama Parang Jati (haiyah bahasanya) dan begitu pula sebaliknya. namun atas nama persahabatan *lebih tepatnya ga enak sama Yuda kali ya* mereka mencoba untuk menahan perasaan masing2,,(walopun ujung2nya yah gitu lah,,,)

loh kok tentang cinta2an??katanya ada teka teki dan misteri segala??iya..bener tapi yah gitu lah baca sendiri aja yah..hahaha
pokoknya dengan baca ini kita diajak mengenal lebih dekat budaya kita terutama tentang situs2 peninggalan kerajaan di Indonesia terdahulu (baca:candi) dan gw kepikiran,,,ternyata pekerjaan arkeolog itu menyenangkan juga yah??jadi pengen,,hehehe

Profile Image for Nilam Suri.
Author 2 books141 followers
July 28, 2010
Buat saya, buku ini adalah sesuatu yang spektakuler, karena apa yang tertulis di dalamnya jauh di luar batas kemampuan dan pengetahuan saya. Rasanya membaca kisah Marja, Parang Jati, dan Sandy Yuda ini benar2 membuka cakrawala saya tentang sebuah cerita dari masa lampau, yang bahkan selintingannya pun saya tak pernah dengar, well, kecuali tentang Raja Airlangga tentunya, tapi selain itu, seperti kisah Cakrabirawa, Manjali, dan Ratu Calwanarang, saya sama sekali buta.

Bagusnya lagi, tak terlalu banyak kata-kata indonesia, tapi terasa asing dibuku ini. tak seperti buku pendahulunya, Bilangan Fu, yang dipenuhi kata2 yang saya sama sekali tak mengerti, padahal saya orang Indonesia asli. Mungkin karena buku kedua ini diceritakan dari sudut pandang Marja, si gadis kota yang tak sengaja terbawa dalam sebuah dongeng masa lalu.

Sayangnya kisah cinta segitiga antara Marja, Parang Jati, dan kekasih resminya, Sandy Yuda tak terlalu menarik minat saya. Mungkin karena saya mengharapkan Parang jati sebagai seorang makhluk aseksual yang tak memiliki ketertarikan pada lawan jenis, sesuai dengan matanya yang mememiliki binar malaikat. Dan seperti itulah saya selalu mengharapkan Parang Jati, bersih, tulus, dan tanpa birahi.

Tak bisa berkomentar panjang, yang pasti sepanjang halaman demi halaman yang saya balik, rasa kekaguman saya pada Ayu Utami semakin memuncak. Walau saya tak yakin bisa membaca buku selanjutnya dari seri ini, karena misteri, walaupun itu roman sekalipun, adalah sesuatu yang saya takuti :)
Profile Image for Ursula.
302 reviews19 followers
February 19, 2012
Merupakan salah satu kisah yang terjadi pada rentang waktu pertengahan Bilangan Fu.

Di sini, yang menjadi tokoh utama adalah Marja. Beberapa hal yang tidak dikatakan di Bilangan Fu, akan diungkap di sini.

Marja ditinggal kekasihnya, Sandi Yuda, selama seminggu bersama dengan Parang Jati, sahabat mereka. Walaupun di mulut mengatakan sahabt, tapi sebenarnya Marja diam-diam menyimpan rasa terhadap Jati. Untuk mengisi waktu selama Yuda tidak ada, Jati mengajak Marja untuk ikut dalam proyek penggalian sebuah situs candi. Dalam proyek ini, Jati didukung oleh sahabatnya dari Perancis, seorang arkeolog bernama Jacques.

Situs candi yang mereka gali kemudian diketahui sebagai candi Calwanarang. Calwanarang, atua beberapa orang kenal sebagai Calon Arang, adalah seorang dukun wanita yang sangat ditakuti zaman dahulu. Dia dikenal suka melakukan praktek kegelapan memuja Dewi Durga, seperti dikatakan dalam novel ini "... ia dan para pengikutnya menari dengan untaian usus sebagai kalung, dan anting dari bola mata..." . Ia sangat ditakuti oleh semua orang, sehingga anak perempuannya yang cantik jelita, Ratna Manjali, sama sekali tidak ada yang meminang.
Profile Image for Greq.
3 reviews
September 24, 2010
Pertama membaca baris-baris awal dalam paragraf pertama buku ini, sempat terpikir bahwa buku ini akan bercerita tentang kisah cinta. Tak akan berbeda dengan cerita-cerita fiksi remaja lainnya-apalagi tokoh utamanya perempuan muda; 19 tahun. Tapi setelah membaca semakin jauh, semua pikiran lamaku hilang. Dugaanku salah. Buku ini memang berisi kisah cinta anak muda, tapi mereka bukan anak muda "biasa"-yang hanya tahu 'hang out' di mall dan ngabisin duit dengan dengan senang-senang. Mereka menaruh minat kepada budaya;candi-candi, kisah sejarah, dan bahkan politik negeri ini. Jalinan kisah cinta yang ada dalam buku ini juga menarik, bukan cinta yang hanya sekedar picisan, tapi cinta tumbuh karena alasan-alasan logis. Hal yang menarik dalam buku ini, meskipun berupa kisah cinta anak muda, tapi Ayu Utami dengan cerdik mampu meramu kisah cinta anak muda yang berbalut sejarah dan tradisi yang jarang ada dalam cerita-cerita cinta remaja kebanyakan. Isu-isu seperti PKI, Cakrabirawa, serta kisah Calon Arang menjadi bumbu yang menjadikan buku makin lezat buat dibaca.
Profile Image for Ardita .
337 reviews6 followers
January 26, 2011
Beli dan lalu baca buku ini karena penasaran. Konon satu seri dengan "Bilangan Fu", yang maaf, kurang bisa saya pahami. Baru setelah setengah bagian, buku ini mulai menarik. Pada saat yang bersamaan, sempat baca tentang laporan kekerasan terhadap perempuan saat tragedi 1965 terbitan Komnas Perempuan. Lalu malamnya nonton film "Mass Grave", dokumenter lokal tentang pembongkaran kuburan massal tertuduh PKI di Wonosobo, Jawa Tengah. Malamnya, baca bab 20-an novel ini. Langsung dong, mimpi buruk..

Ayu Utami memang pandai merangkai cerita. Kalau dulu 'menggugat' kelemahan perempuan dan hubungannya dengan laki-laki, sekarang lebih ke 'menggugat' kepercayaan dan sejarah. Masih populer, meski merapat pada batas tertentu. Mungkin supaya pembacanya, walau pasti banyak orang muda penuh ide lain dari yang lain, tidak kaget. Mungkin supaya orangtua yang memergoki anak-anaknya baca novel ini juga tidak kaget.

Sudah jelas, kekuatan tulisan Utami ada pada kemampuannya mengolah kata-kata menjadi narasi. Lugas, tapi cadas.
Profile Image for Elfi.
49 reviews
July 22, 2010
Berhasil menyelesaikannya dlm hitungan hari, setidaknya lebih baik mengingat Bilangan Fu sampai sekarang belum juga kelar :(
Padahal gw sempet bacanya dlm perjalanan doang, apa karena di buku ini ada sedikit bumbu2 percintaannya sehingga lebih mudah diterima oleh otak gw yak :P

Masih dengan tokoh yang sama dengan Bilangan Fu, tapi kali ini Marja mendapatkan porsi yang lebih besar untuk diceritakan. Membaca cover belakang dan ceritanya yang menggantung sepertinya akan ada lagi seri2 selanjutnya dengan tokoh yang sama.

Ceritnya masih berhubungan dengan sejarah Indonesia, senang karena jadi dapat pengetahuan baru ttg sejarah dan budaya, yang sama seperti Marja (walopun gw ga tinggal di metropolitan) kok gw ga ngerti apa2 ttg sejarah bangsa, pengetahuan gw hanya sebatas pelajaran sejarah di sekolah yang kok ya selalu dapat guru membosankan sejak SMP. Wondering, apa rata2 guru sejarah begitu semua yaaa...
Profile Image for Devi R. Ayu.
77 reviews11 followers
November 15, 2010
Sejarah..tak banyak orang bisa membawa materi ini dalam sebuah novel, apalagi sejarah Indonesia. Sebagai warganya saja, saya tidak tahu mana yang benar dan salah... Karena saya percaya salah dan benar hanyalah masalah perspektif belaka.

Di buku ini saya pahami kenapa harus ada perbedaan di dunia ini. karena dengan adanya Sang Liyan, dengan adanya sistem alternatif, sistem yang lain, ketidaksamaan, maka kita bisa tahu bahwa sistem yang pertama bukanlah sat-satunya kebenaran. Sehingga menghindarkan manusia berprilaku sombong karena menganggap keping yang mereka ketahui adalah seluruh gambaran dunia.
Profile Image for Imas.
515 reviews1 follower
March 13, 2011
Menurut saya buku ini masih kalah bagus dgn buku sebelum2nya. Kisah lanjutan tiga sahabat Yuda, Manjali,Parang Jati. Dibuku kali ini pembawa cerita Manjali,perempuan bebas dan binal berusia 19 tahun kekasih Yuda yg kali ini jatuh cinta dgn Parangjati. Ekspresi kebebasan yg mereka anut menurut saya agak berlebih2an.Kisah cinta dibuku ini jauh dari romantis,liar dan cukup mengherankan. Sejarah yg disisipkan jg tdk luarbiasa,hal2 yg sdh diketahui sehari2,dengan kata lain buku ini mendpt nilai cukup..
Profile Image for AS Durobasti.
2 reviews4 followers
Read
August 23, 2010
Salah satu buku terburuk dengan propaganda terbaik yang saya tahu.

Setelah Saman, yang menyimpan kebohongan, dan heteronormatifitas dan falosentrismenya itu, Ayu Utami tampaknya mau bikin dagelan di buku ini. Banyak hal yang cuma jadi tempelan, eksotisme, intelektualitas yang nanggung.

Profile Image for muhammad.
53 reviews4 followers
April 23, 2012
Terkesan, Ayu Utami mau menjelaskan tentang cerita percandian di Indonesia, dengan gaya bahasa sastranya. Tapi saya malah merasa malas baca kalau sudah terlalu membahas percandian itu.
Lagi-lagi saya kurang suka dengan sisipan2 doktrin bahwa hubungan di luar nikah itu sangat wajar.
Profile Image for David Pratama.
29 reviews
August 24, 2012
Ayu tidak secerdas di Saman dan Larung. Inilah masa di mana Ayu mulai memaksakan diri dengan ketelanjangannya. Bukan ketelanjangan secara alami dan indah, tapi ketelanjangan yang dibuat-buat dan semu.... sedikit munafik...
Profile Image for Happy Dwi Wardhana.
244 reviews38 followers
March 1, 2013
Compare to Bilangan Fu and Lalita, this novel is more teenager. It's too mild for Ayu Utami's works.
Profile Image for Nadira Aliya.
80 reviews5 followers
March 1, 2018
Akhirnya! Karya Ayu Utami pertama yang berhasil membuat saya mengikuti ceritanya dari awal sampai akhir. Sebelumnya saya pernah baca novel Ayu Utami yang lain, tapi selalu berhenti di tengah jalan. Dari novel ini, kemudian timbul untuk menggali lagi karya-karya lainnya yang belum saya selesaikan tersebut.

Nama Ayu Utami dikenal sebagai salah satu pengarang sastra wangi di Indonesia. Seperti juga Dewi Lestari, Fira Basuki, dan Djenar Maesa Ayu. Dalam novel Manjali dan Cakrabirawa ini, pengarang menebar wanginya sastra dengan menceritakan bagian politik dan percintaan. Menjadi wangi sebab pengarang begitu berani untuk menumpahkan cerita tanpa ada bagian yang ditutup-tutupi atau disamarkan.

Saya pernah membuka halaman-halaman awal Bilangan Fu. Beberapa tahun silam, dan hingga sekarang belum menyelesaikannya. Nah, Manjali dan Cakrabirawa ini sebetulnya adalah lanjutan dari Bilangan Fu. Menjelaskan beberapa hal yang belum terang di Bilangan Fu, yang katanya lebih filosofis.

Yang saya suka dari novel ini :

1. Kebudayaan Jawa yang Kental Banget

Nama Manjali sendiri sebetulnya diambil dari nama Ratna Manjali, yang merupakan putri dari wanita tukang sihir bernama Calonarang. Mereka hidup di zaman kerajaan Airlangga. Calonarang sendiri dikenal sebagai penganut ilmu kiri, yang berseberangan dengan ilmu yang dikuasai sang raja Airlangga, ilmu kanan.

Tokoh utama novel ini, yang kebetulan memiliki nama lengkap Marja Manjali, merasakan bahwa walaupun terpisah dengan rentang waktu bertahun-tahun, kisah yang ia alami seakan-akan menyerupai kisah seperti Ratna Manjali di masa lampau tersebut.

Di novel ini, pengarang juga menjelaskan detail-detail tentang berbagai Candi yang ada di pulau Jawa. Saya sendiri juga baru tahu bahwa candi-candi di Jawa Tengah ternyata memiliki keunikannya tersendiri, berbeda dengan candi-candi di Jawa Timur, misalnya. "Menarik bukan soal keindahan. Menarik adalah bergantung dari seberapa banyak hal bisa diterangkan dari sesuatu"(halaman 204).

Lalu ada beberapa kebudayaan lainnya yang juga saya ingat pernah diajarkan oleh ibu saya semasa ia hidup dahulu. Seperti misalnya ketika selesai memakai pembalut, maka kita harus mencucinya terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat sampah. Atau darah yang masih menempel akan dijilat dan menjadi makanan mahluk jin (di novel ini dinamakan dengan Banaspati). Nggak terlalu yakin apakah ini kebudayaan Jawa saja, tapi saya memang melakukannya sampai sekarang.

2. Penceritaan Sejarah Negeri Ini dari Sudut Pandang Lain
Pengarang menceritakan bahwa PKI masih menjadi hantu hingga saat ini. Kalau dipikir-pikir, masih relatable banget dengan zaman sekarang, dimana masih ada orang-orang yang menganggap pemikiran komunis itu akan "menodai kesucian Pancasila". Seperti kata sang pengarang, "G 30 S PKI merupakan nama yang diberian oleh rezim Soeharto untuk mendiskreditkan keseluruhan PKI".

Selama puluhan tahun era presiden Soeharto, negeri ini pernah mengalami masa dimana setiap orang yang ada hubungan dengan PKI, baik keluarga maupun sekedar simpatisan, bisa dianggap sebagai orang yang tidak bersih lingkungan. Apalagi jika terhubung dengan anggota Pasukan Cakrabirawa. Saya yang nilai sejarahnya tidak terlalu baik ini baru paham bahwa Cakrabirawa merupakan nama pasukan yang bertugas melindungi Presiden Soekarno pada masa ia berkuasa. Ada hubungannya juga dengan peristiwa lubang buaya, pasukan Cakrabirawa merupakan pasukan yang membawa ketujuh jenderal ke daerah lubang buaya.

Menarik bahwa Ayu Utami mengambil sudut pandang bahwa peristiwa lubang buaya tersebut merupakan peristiwa pemberontakan internal dalam militer, yang kemudian berdampak pada semua simpatisan PKI.

Saya sendiri seperti bisa melihat gradasi pengikut PKI dari kisah Manjali dan Cakrabirawa. Ada yang memang betul-betul paham, kapitalisme dan imperialisme adalah sesuatu yang tidak boleh berdiri di negeri ini, sekaligus menyadari bahwa sistem komunis seperti yang diterapkan di Soviet pada masa itu juga tidak bisa diterapkan untuk Indonesia. Namun ada juga yang 'terpaksa PKI' karena tekanan-tekanan tertentu. Tekanan ini maksudnya, PKI pernah menjadi salah satu partai besar di Indonesia. Orang-orang yang tidak pro-PKI, kemudian ada pula yang diancam akan diambil seluruh tanahnya ketika partai ini memenangkan pemilu nantinya.

3. Parang Jati
Iya, sesuka itu sama sosok Parang Jati. Udah.

Saya mau kasih rate 4.5/5 untuk novel ini. Menurut saya sendiri, proporsi ceritanya pas, nggak terlalu lambat ataupun terlalu cepat untuk pembaca yang awam sejarah dan dunia perpolitikan seperti saya. Bagus buat bikin melek keadaan bangsa ini. Bagus juga karena ceritanya rapi, seperti teka-teki yang punya jawaban di akhir, namun masih menyisakan misteri yang entah apakah akan dilanjutkan lagi di novel yang belum terbit ataukah tidak. Salute untuk Ayu Utami.
Profile Image for Nurul Salamah Mahza.
29 reviews
July 19, 2020
[REVIEW DARI ORANG YANG TIDAK MEMBACA BILANGAN FU TERLEBIH DAHULU]

Saya baru saja menyelesaikan buku ini kemarin malam.

Sebelumnya saya tidak pernah membaca buku-buku karya Ayu Utami, meskipun sudah sedari dulu saya menginginkannya. Bahkan saya belum pernah membaca Bilangan Fu (dikarenakan buku kakak saya, yang Bilangan Fu, hampir digerogoti rayap, sehingga saya memilih untuk membaca Manjali dan Cakrabirawa terlebih dahulu). Semua penundaan memabaca karya Ayu Utami saat SMP dikarenakan (kata Ibu saya), saya belum cukup umur untuk membaca buku-bukunya dan setelah itu saya malah membaca buku-buku lain. Begitulah pendahuluannya

Dari awal saya membuka halaman pertama saya sudah yakin kalau gaya penulisan dari Ayu Utami akan membuat saya betah. Mungkin karena saya jarang membaca karya sastra, ya.. jadi gampang jatuh cinta

Selain itu, saya yang sebenarnya suka kisah romansa langsung jatuh hati karena dari awal sudah ada benih-benih cerita cinta yang bersebaran.
Buku ini mengisahkan tentang Marja Manjali, Parang Jati, dan Sandi Yuda, namun kisah yang berbekas pada diriku bukan mereka, saya malah lebih memilih untuk fokus pada kisah petualangan Marja dan Parang yang tidak henti-hentinya membuat saya takjub. Semua itu dikarenakaan bagaimana Ayu Utami tidak meninggalkan detil-detil sejarah dalam kata-kata yang (menurut saya) sederhana.
Hal ini membuat saya yang bodoh akan khazanah dan sejarah Indonesia ikutan penasaran dan ngulik lewat bantuan Google (terima kasih, Google!)
Tentunya alur ceritanya tetap ada saja yang membuat saya bertanya-tanya, tetapi pertanyaan saya sepanjang cerita juga ternyata dijadikan dan ditinggalkan sebagai "pertanyaan" atau sebut saja sebagai teka-teki yang belum terkuak oleh ketiga protagonis ini. Karena dalam buku ini "pertanyaan-pertanyaan" ku juga diakui, aku jadi merasa tidak terganggu, hehehe

Saya suka bagaimana Ayu Utami menggambarkan kegelisahan setiap karakter-karakternya. Kegelisahan yang sepele seperti ini digambarkan begitu luwes sehingga orang biasa-biasa saja seperti saya ini ikut bisa merasakannya.. hmm.. sepertinya bukan merasakan, sih.. lebih seperti bisa mengerti keadaan mereka masing-masing. Penggambaran karakternya juga saya rasa cocok bagi orang yang belum pernah membaca Bilangan Fu seperti saya, saya merasa novel ini tidak membuat saya merasa "ketinggalan" hanya karena belum membaca novel pertamanya. Tapi tentu saja sehabis ini saya akan membaca Bilangan Fu, hehehe.

Sudah pasti buku ini saya berikan bintang 4.8/5 hahaha, yang saya sebal dari buku ini mungkin karena tulisannya terlalu berhimpitan sehingga saya yang bermata silinder kerap kali membaca satu baris secara berulang-ulang hahaha. Tapi itu semua kembali ke masalah percetakan.

Terima kasih Ayu Utami!!!

Kutipan yang saya suka ;
"Mengapa menstruasinya dianggap kotor. Bukankah itu adalah suatu proses rahim menyiapkan diri untuk bisa menumbuhkan kehidupan?"

"Jika kebetula terjadi terlalu banyak, seorang ilmuwan akan mencari pola, dan seorang beriman akan mencari rencana Tuhan. Tapi, ah, ia kan bukan ilmuwan ataupun orang beriman. Ia hanya orang biasa yang, kalau bisa, ingin berbuat baik pada orang lain.
Lalu Marja menjawab, "Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, artinya masing-masing dari kita memiliki peran" "
Displaying 1 - 30 of 201 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.