Jump to ratings and reviews
Rate this book

Memoar Marla

Rate this book
Marla Wijaya bunuh diri di acara Prom Night!

Lima tahun setelah kejadian tersebut, sepucuk surat teror tanpa nama mampir di kotak pos Claudia. Bersamaan dengan itu, undangan di grup WhatsApp SMA untuk menghadiri peringatan lima tahun kematian Marla muncul. Claudia dipaksa kembali mengenang memorinya bersama Marla yang sudah lama dia tutup rapat. Marla bukan teman dekatnya di sekolah, tetapi sehari sebelum kematian gadis itu, Claudia mengabaikannya. Rasa bersalah kembali menghantamnya.

Dibantu kedua sahabatnya, Kenzo dan Alva, Claudia berusaha mengungkap siapa sosok yang telah menerornya selama ini sebelum hari peringatan itu tiba. Berbagai nama dari masa SMA mereka muncul sebagai tersangka, dan fakta-fakta yang muncul membuatnya mulai mempertanyakan apa surat-surat itu benar-benar dikirim oleh perempuan yang sudah mati, atau ... apa semua ini memang salahnya?

400 pages, Paperback

First published November 11, 2019

4 people are currently reading
49 people want to read

About the author

Memoar Marla (Elex Media Komputindo, November 2019)

IG: @safiradh
📧 safiradh@gmail.com

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
11 (14%)
4 stars
39 (52%)
3 stars
20 (27%)
2 stars
3 (4%)
1 star
1 (1%)
Displaying 1 - 30 of 31 reviews
Profile Image for Pradnya Paramitha.
Author 19 books459 followers
July 6, 2023
Reread, dan terpaksa kuturunkan jadi 3,5 ⭐️

Sebenarnya masih seru. Gaya tulisannya lincah, sedikit mendayu tapi tetap ringan dan enak banget dibaca. Plotnya juga rapih, dan karena jedanya lumayan lama, aku berasa kayak baca novel baru.

Yang sedikit mengganggu adalah interaksi Claudia dengan Alva dan Kenzo. Di review awal, aku sebutkan bahwa aku suka gimana Claudia punya keresahan sehingga dia nggak mau milih antara Kenzo dan Alva, padahal sinyal mereka berdua suka sama Clau udah sejelas lampu lalu lintas. Wkwk. Sehingga kesannya Clau jadi serakah. Sekarang, aku masih suka bagian itu, karena alasan Clau juga manusiawi, nggak pengin kehilangan salah satunya. Yang bikin nggak nyaman adalah gestur fisik di antara mereka bertiga. Kalau Clau tahu perasaan kedua sahabatnya--ditambah lagi kalo gak salah mengartikan, sebenernya Clau ini udah tahu siapa yang dia pilih sejak malam prom--kok bisa dia seenteng itu pelukan sama si ini, lalu gandengan sama si itu, dan bahkan sama keduanya sekaligus 🤣 pas scene Claudia datang ke acara peringatan marla gandengan sama Kenzo dan Alva sekaligus itu sungguh aneh. Mereka yang gandengan bertiga, aku yang malu 🙈 terlebih si Clau ini seolah menyalahkan Jessica yang menganggapnya sebagai two-timer. Come on Clau, emangnya orang lain yang ngelihat bakal mikir gimana lagi, sih? 🙄 Kayaknya Claudia ini tipe orang yang love-language nya physical touch, dan aku sampe merasa dia punya ketergantungan besar sama hal ini.

Kedua, aku nggak masalah sih Claudia bakal sama siapa, tapi menurutku pilihan Claudia ini sedikit terkesan ujug-ujug. Yang namanya hati udah punya pilihan, meski bilang sayang dua-duanya, pasti bakal ada tendensi lebih ke si itu. Apalagi ini pake pov orang pertama, semestinya perasaan Claudia semacam "dikuliti" habis-habisan. Tapi yang kurasakan sepanjang buku perasaan Claudia nggak ada kecenderungan ke mana pun. Nggak ada petunjuk misalkan momen istimewa yang hanya milik mereka berdua, atau sesuatu yang bikin pembaca nih merasa "oh, iya, emang mereka lebih cocok". Sepanjang buku, Claudia cuma takut kehilangan keduanya, takut meninggalkan salah satunya. Seolah-olah, skenario pilihan Claudia itu bisa aja buat si yang satunya, tinggal ganti nama aja beres.

Tapi terlepas itu semua, ini bacaan yang menyenangkan. Terlebih, layout-nya enak dan ramah mata. Hehehe


¤¤¤¤¤¤¤¤


Dear ALVA Bramantyo, you had me at "Salam, kawan-kawan."

Claudia trauma berat sejak teman SMA-nya, Marla, gantung diri di sekolah saat Prom. Saat Clau sudah mulai bisa menyembuhkan traumanya, tiba-tiba muncul surat dari Marla.

Aku bingung novel ini genrenya apa ya? Mungkin lebih ke novel misteri ya? Pokoknya, seru banget menyimak kisah Claudia membongkar teror demi teror yang dia terima, dengan bumbu kisah romantis dan konflik dengan sahabat baiknya. Jadi horornya dapet, deg-degannya dapet, keponya dapet, bapernya dapet juga.

Aku baca buku ini nggak sampe 5 jam. Awalnya cuma buat teman makan malam (yup, aku paling nggak bisa cuma makan doang, kudu disambi ngapain gitu) eh malah keterusan sampe dini hari.

Penulisannya rapi banget dan interaksi Marla dengan Claudia itu pure banget sih. Tapi aku merasa ada yang kurang dijelaskan soal lipstik ungu Claudia. Kupikir ini sebuah clue, dan sempat membuatku berpikir tentang sebuah skenario yang menyeramkan sih. Tapi ternyata ... Eh apa ini emang sebuah clue untuk sesuatu yang lain tapi gagal kutangkap? Entahlah.

Di bagian akhir juga sangat bikin ketar-ketir. Aku suka banget konflik sampingan tentang masalah Claudia yang "serakah" dan nggak mau milih itu. Tapi aneh banget, baru kali ini aku baca novel dan nggak masalah si tokoh utama akan berakhir dengan siapa. Mau Alva mau Kenzo mau nggak sama siapa-siapa, it's OK Clau.

Di luar soal lipstick ungu, aku bisa menebak siapa pelakunya. Clue-nya cukup jelas sih. Tapi ya nggak apa-apa. Tetep seruuu. Semoga buku kedua dan buku-buku selanjutnya segera terbit.
Profile Image for rizu..
55 reviews34 followers
February 10, 2023
Ceritanya dibuka dengan persahabatan yang menggemaskan dari Claudia, Alva dan Kenzo. Mereka udah bersahabat sejak di SMA dan saat ini mereka berusia 23 tahun. Mereka punya perbedaan dalam hal kesukaan, seperti Claudia yang suka melukis, Alva yang senang dengan hal-hal mistis dan juga seorang fotografer, dan Kenzo seorang atlet terkenal. Baik Kenzo dan Alva selalu ada di saat Claudia membutuhkan. Bahkan saat Claudia menerima surat teror atas kematian Marla, teman sekolah mereka dulu yang meninggal karna bunuh diri. Kompaklah Kenzo dan Alva untuk melindungi Claudia. Jujur aja sempat skeptis mereka beneran murni sahabatan atau bisa aja salah satu dari mereka menyimpan rasa? Dan terjawablah sudah~

Jujur aja, ceritanya menarik. Penggambaran karakternya sudah baik. Aku suka banget sama karakter Alva. Tapi agak sedih kenapa mereka harus terlibat love-line. Padahal kan gemoy yak kalau sahabatan bertiga gitu. Tapi yah, balik lagi ke realita. Agak susah mah cewek cowok tuh sahabatan tanpa melibatkan perasaan. Dan jujur, aku nggak masalah sih, soal ini. Tapi, kenapa di saat lagi chaos nya soal Claudia yang diteror, ni cowok-cowok malah jadi mode bucin? Ada banyak kalimat-kalimat cheesy yang..., ah sudahlah. Awal-awal aku bisa mengerti keadaan Claudia, tapi lama-lama malesin juga sih. Udah tau mereka udah ngasih lampu hijau, Claudia nya masih stay in the line dengan dalih "cuma sahabat" tapi tetap aja clingy ke mereka. Gimana merekanya nggak baper. :( Untung deh di ending Claudia udah memutuskan untuk memilih di antara Kenzo dan Alva. Ikut senankkk.

Di sisi lain, aku juga agak kurang terima alasan kenapa Marla bunuh diri. Sumpah masih gaterima! :") apalagi di awal-awal baca tuh hawanya seram aja gitu. Apalagi pas adegan bibirnya Claudia berwarna burgundy tapi dia ngga sadar sejak kapan dia pakai lipstik itu. Trus dibiarin aja gantung gitu, kek???? Hampir banyak adegan yang sengaja dibuat "merinding" tapi nggak sampe klimaksnya. Nanggung. SUPER NANGGUNG.

Atau aku aja yang lebay kali ya, huft.

Baca ini tuh nggak punya ekspetasi apa-apa. Murni karna kebetulan aku suka genre misteri. Dari segi alur emang nggak ketebak siapa yang meneror Claudia. Hanya saja, aku nggak terpuaskan aja gitu. Karna yah, serba nanggung itu tadi.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Rossa Imaniar.
220 reviews5 followers
August 4, 2022
“Ada kalanya kita tidak perlu tahu apa yang terjadi dan cukup menjalaninya saja.”

“Apa yang sudah terjadi nggak dapat diubah, dan buat apa kamu terus-terusan menyalahkan diri pada keadaan yang kamu nggak punya kuasa untuk mengubahnya? Itu seperti mengingkari takdir Tuhan.”

Ceritanya keren. Mengangkat isu tentang mental health yang dimasukkan dalam genre misteri. Itu sangat menarik menurutku.

4/5 🌟 untuk novel ini.
Profile Image for suci.
30 reviews1 follower
January 2, 2023
Jujur, ceritanya enggak bisa aku tebak. Awalnya aku mencurigai salah satu sahabat Claudia karena insiden itu, tapi yaaah gitu wkwkw

Buku yang bagus untuk mengawali tahun 2023-ku ini hehe.

Endingnya aku suka, tapi jujur aku cukup ngerasa merinding setelah baca ini, enggak tau kenapa 🙃

4/5 ✨️
Profile Image for Desita Itsmystyle.
64 reviews5 followers
December 22, 2019
Ini salah satu novel favorit yang kubaca tahun ini. Pertama karena sejak awal aku suka sama premisnya dan eksekusinya nggak mengecewakan.
.
Nuansa yang kudapat hampir sama ketika awal mula ketemu karyanya Kak Lexie Xu yang Johan series. Berasa ceritanya terbuka untuk segala kemungkinan. Jadi selain nuansa misteri yang kental, kita juga disuguhi "nuansa berbau (menjurus) horor" yang tak kalah serunya.
.
Perpaduan ini berhasil dieksekusi dengan baik karena mendapatkan sokongan yang tepat dari penokohannya. Melaui tokoh Alva, kita akan diyakinkan dengan kemungkinan-kemungkinan supranatural yang bisa terjadi. Sementara melalui Kenzo, kita diingatkan untuk bersikap realistis. Dua jalur yang bertolak belakang tapi secara mengejutkan bisa menyatu menjadi kesatuan cerita yang apik.
.
Memoar Marla diceritakan dari sudut pandang Claudia sebagai pelaku utama.
.
Tidak hanya berupa narasi dan dialog pada umumnya, penulis juga memanfaatkan format pesan chat dan potongan surat untuk membuat penyampaiannya lebih variatif.
.
Yah, itu bukan hal yang terlalu wow sih mengingat sudah banyak novel yang memanfaatkan cara-cara demikian. Tetapi gaya bahasa Kak Fira yang mengalir serta kekhasan dialog para tokohnya sudah lebih dari cukup untuk membuat novel ini begitu menyenangkan untuk dibaca.
.
Dan meskipun alurnya maju mundur dengan banyak flash back yang bercampur mimpi atau lamunan tanpa pembatas yang jelas, sebagai pembaca aku tidak merasa kesulitan untuk membedakannya. Situasi dan setting antara masa kini dan masa lalu punya perbedaan yang jelas sehingga sangat mudah dikenali.
.
Speed ceritanya pun menurutku pas. Bukan jenis yang menggebu-gebu bagai roll coaster bak formula cerita thriller, tetapi ini bagai kupasan bawang yang tiap lapisnya mengandung misteri yang melambai untuk ditelusuri.
.
Semacam itulah kesan bagaimana tiap tokoh dan tersangka dalam novel ini mengungkapkan jati diri dan peran mereka masing-masing. Worth it-lah untuk ketebalan naskah yang demikian 😁.
.
Apalagi tokoh-tokoh yang terlibat tidak bisa dikatakan sedikit. Tapi tenang saja, kalian tidak akan kesulitan membedakan atau mengingatnya karena tiap tokoh punya karakter yang kuat dan interaksi yang memikat dengan caranya masing-masing.
.
Bahkan penulis membuat para antagonis di sini menjadi sosok manusiawi yang patut dikasihani dan dimengerti. Demen aku yang begini ini 😍😂. Lewat tokoh Claudia bahkan aku bisa berpikiran positif dan suportif untuk tokoh Marla yang agak 'sakit' 😅. Dan kurasa beginilah harusnya kita bersikap jika ingin merangkul orang-orang yang kehilangan motivasi hidup 😢.
.
Tambahan lainnya, konflik asmara yang menjadi bumbu cerita di sini juga meninggalkan kesan yang tak kalah mendalam (atau dalam versi pribadiku, menimbulkan keirian yang mendalam, wkwkwk). Prosesnya pelan, pelik, dan konsisten menampilkan sisi terbaik dari kedua kubu. Iya soalnya kan semacam cinta segitiga gitu 😁😂. Aku jadi bingung mau dukung siapa. Benar-benar baru di bagian akhir kita tahu ke mana hati Claudia sebenarnya berlabuh.
.
Itu yang kita semua harapkan, bukan? Kita harap kita memperlakukannya lebih baik ketika dia masih hidup. Hlm 67.
.
Rate usia untuk novel ini tertulis 17+, tapi aku sendiri tidak menemukan konten yang 'berbahaya' untuk dibaca usia di bawahnya selain kompleksitas ceritanya (jadi menurutku anak SMA pun rasanya bisa menikmati buku ini).
.
Karena rasanya, pesan di buku ini terlalu penting dan sayang jika telat disadari para remaja. Saat-saat paling kritis di mana kebimbangan dan rasa percaya diri mengalami degradasi.
.
Seperti yang sempat kusinggung sebelumnya. Lewat cerita di dalamnya, pelan-pelan kita akan diajak memahami bagaimana seseorang berputus asa dengan hidup sehingga memilih mengakhirinya. Membuat kita (pembaca) bersimpati serta ingin membantu mereka, dan bukannya malah menghakimi.
.
Di sisi lain, beberapa bagian di cerita ini juga menyiratkan dukungan (langsung) untuk orang-orang yang merasa hidupnya tak lagi berarti agar tetap memegang harapan yang tersisa.
.
Karena bunuh diri hanya akan menghapus kemungkinan-kemungkinan kebahagiaan yang bisa jadi tengah menanti di masa depan.
.
Dan karena dukungan dan pertolongan tak mungkin bisa dirasakan bagi mereka yang telah meregang nyawa.
.
.
Jadi buat kalian yang mulai merasa bahwa hidup ini berat, atau kalian yang punya ketertarikan khusus terhadap masalah-masalah terkait perundungan dan bunuh diri. Atau justru kalian yang hanya sekadar mencari buku misteri dengan bumbu romance yang berkualitas, aku sangat-sangat merekomendasikan buku ini untuk kalian baca dan koleksi.
.
.
Review lengkap cek IG:
1. instagram.com/p/B6Qk4WNg0H8/
2. https://www.instagram.com/p/B6ScXFZA3ie/
3. https://www.instagram.com/p/B6VWiExg0dn/
Profile Image for Aulia Esa.
64 reviews4 followers
August 2, 2024
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ #FuntoRead Memoar Marla | Safira Hapsari | Penerbit Elex Media | 17+ LITERATURE

Surat Kaleng diterima Claudia dengan nama pengirim Marla (Teman SMA yang lima tahun lalu meninggal bunuh diri di gudang gymnasium.) Menurut kalian yang ngirim hantu atau orang yang sengaja meneror?
Karena aku tim rasional, aku menebak itu kiriman orang, tapi siapa orangnya????😱
𝐁𝐚𝐜𝐚 𝐤𝐮𝐭𝐢𝐩𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐛𝐥𝐮𝐫𝐛 𝐝𝐢 𝐬𝐥𝐢𝐝𝐞 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐤𝐮𝐭𝐧𝐲𝐚 🔜📖
𝒦ℯ𝓈𝒶𝓃 ℳℯ𝓂𝒷𝒶𝒸𝒶

Novel misteri yang ditulis rapi dan slowburner (sesuatu yang lambat laun menjadi menarik, menyenangkan, sukses). Menggunakan alur maju mundur dan sudut pandang orang pertama 'claudia'.

Meet Claudia, seorang pelukis yang sedang menetap di Bogor, ramah, dan memiliki trauma masa SMA, sehingga selama kuliah ia menjalani konsultasi dengan psikiater.

Meet Alva, fotografer, suka traveling sampe ke Afrika, anak horoskop, percaya hal-hal mistis.

Meet Kenzo, pemain bola yang sudah berkarir lama diluar negeri, penggemarnya banyak dan karakter favoritku = logis.

Mereka bertiga berteman sejak SMA sampai 8 tahun tetap bersahabat. Claudia dijuluki two-timer karena kedua cowok megelilinginya selalu. (Padahal kan yang deketin Claudia fine-fine aja, jadi aku tetep suka Claudia🥲)

Surat-surat Marla terus menerus dikirim, Alva dan Kenzo membantu memecahkan siapa pengirimnya......Alva menganggap surat itu kiriman hantu sedangkan Kenzo menganggap kiriman orang jahat.

Pros : misterinya kuat banget, yang suka novel Agatha Christie, aku rekomendasiin kalian wajib baca buku ini. Page turner karena kejutannya ada terus.😮 Dari kejutan misteri buku diary Marla sampe kejutan kisah hubungan Claudia.

Cons : Covernya jujur kurang kesan misterinya, dan diawal ada sedikit typo. Tapi isinya bagus banget😭

Pesan Membaca
My notes : Jangan suka mengabaikan orang lain, bersikaplah baik tanpa pandang bulu, kita tidak tahu seberapa kuat mental seseorang.
Dan untuk menguatkan mental diri sendiri "Allah does not burden a soul beyond that it can bear." 2 : 286
Profile Image for pidaalandrian.
364 reviews5 followers
January 5, 2020
Review lengkap nyusul di blog ;)

Jadi yg paling aku suka dari buku ini adalah cara penulis membawa kita ke "siapa" peneror sebenarnya itu yg paling membuatku terkesan. Caranya haluuuuusss sekali. Sehingga membuatku sama seperti mereka (tokoh²nya) yg tidak menaruh perhatian lebih, padahal penulis sudah menyelipkan clue pelakunya secara tersirat 🙈

Review IG > https://www.instagram.com/p/B68LO61A5cB/
Profile Image for Sandra Bianca.
128 reviews4 followers
January 20, 2020
Full review: https://biancatwinbee.blogspot.com/20...

Memoar Marla ini adalah cerita perpaduan dari detektif-detektifan dengan cinta segitiga. Cara penulis meramunya bisa dibilang sudah rapi, gaya penulisannya pun enak untuk dinikmati. Setting tempatnya membuat kita sejenak keluar dari kepadatan Jakarta dan membayangkan hidup di sebuah pedesaan yang masih hijau dan berudara segar. Damai aja gitu rasanya. Penulis juga bisa membangun karakter para tokoh utamanya. Mulai dari Marla, Claudia, Alva, Kenzo, bahkan Jessica. Mereka memiliki karakter yang nyata dan konsekuen dari awal hingga akhir cerita.
Profile Image for Ifa Inziati.
Author 3 books60 followers
April 3, 2020
Fiuh... ternyata bisa selesai dalam dua hari saja. Niatnya mau ngemil buku setebal 200-300 halaman-an, tapi ternyata buku ini nyaris 400 halaman. Untungnya, saya jarang dibuat 'berat', cuma sesekali istirahat saja biar matanya nggak lelah.

Saya suka pace-nya, enak diikuti sampai akhir. Kayaknya itu poin terkuat dari novel ini bagi saya, karena saya kurang bersahabat dengan novel tebal kecuali yang pace-nya enakeun hehe. Nggak ada yang sia-sia di sini, bukan panjang karena maksa dipanjang-panjangin, tapi memang ada beberapa hal yang harus dijelaskan lebih terutama isi buku harian Marla. Menulis dengan napas panjang untuk novel debut adalah sesuatu yang patut diapresiasi.

Dari buku ini, saya menyadari bahwa gaya bertutur bisa jadi ibarat tekstur pada masakan--jika kover adalah plating yang memancing selera, gaya bercerita adalah kerenyahan dan kelembutan bahannya dan menjadi kesan kedua setelah kover. Bukan masalah sudut pandang pertama atau ketiga, tapi bagaimana sudut pandang itu membawakan informasinya. Di sini, saya merasa cocok dengan gaya a la terjemahan meski kadang dialognya jadi tercampur dengan bahasa terlalu baku. Claudia sebagai narator membawakan kisahnya dengan efektif dan dibumbui sedikit hal personal seperti hubungannya dengan Alva dan Kenzo.

Untuk buku yang memuat misteri dan isu bunuh diri, Memoar Marla terasa tenang. Mungkin karena ada beberapa bagian yang disampaikan dengan telling dan porsi cinta segitiganya cukup besar. Dalam hal ini, saya ikut Kenzo yang langsung mengira pelakunya manusia, jadi rasanya ketakutan Claudia akan hantunya Marla terasa janggal saja (untungnya ini cuma sebentar). Pelaku dan motifnya sudah saya tebak sejak si pelaku muncul pertama kali, tapi saya tetap penasaran dengan isi diary Marla dan kelanjutan kisah cintanya, jadi saya baca terus. Meski begitu, Safira menyusun tiap adegan dan petunjuknya dengan rapi.

Ada beberapa yang saya catat mengenai struktur kalimat di novel ini:

Alva melangkah mendekat ke arah kami, dan aku bisa melihat ada kerutan di keningnya ketika melihat keberadaanku dan Kenzo yang hanya berdua saja. Dia pasti melihat Kenzo yang tadi memegang bahuku dan bicara begitu dekat dengan wajahku. Aku tidak tahu apa yang kira-kira Alva pikirkan saat melihat itu.


Ya, banyak kata 'melihat', hehe.

Kalimat di atas bisa jadi lebih singkat, misalnya jadi, "Alva mendekati kami, dan aku bisa lihat kerutan di keningnya ketika dia mendapatiku dan Kenzo sedang berdua saja. Dia pasti menyadari Kenzo baru saja memegang bahuku dan bicara begitu dekat dengan wajahku. Aku tidak tahu apa yang kira-kira Alva pikirkan saat melihatnya."

Seenggaknya kata 'melihat'-nya jadi cuma sekali dan satu kali kata 'lihat'. Ada lagi contoh lain, tapi saya cuma catat yang ini.

Alva dan Kenzo tampaknya sudah selesai mengisi buku tamu dan menulis pesan untuk Marla di post-it-note, Kenzo mengoper pulpen padaku.


Kayaknya penempatan tanda koma seharusnya titik ya, jadi, "Alva dan Kenzo tampaknya sudah selesai mengisi buku tamu dan menulis pesan untuk Marla di post-it-note. Kenzo lalu mengoper pulpen padaku." Ada beberapa juga yang strukturnya seperti ini, tapi sepanjang membaca saya memilih untuk mengubahnya di kepala saja, wkwk.

Info yang diulang-ulang seperti fakta Kenzo tidak memercayai hal mistis juga ada dan kayaknya bisa dikurangi. Kadang saya bilang, 'Cut it, Claudia' tiap muncul info yang sudah diberitahu sebelumnya.

Nah, sekarang bagian cukup intinya: penanganan cinta segitiga (maaf agak spoiler jadi bisa diskip). Saya puas dengan penyelesaiannya, cukup mulus juga dan terasa beratnya untuk masing-masing love interest. Namun saya kurang sreg dengan kalimat, 'Kita nggak akan berubah, tetap jadi sahabat' dari kedua tokoh itu. Oh wow wow tunggu dulu. Let me tell you something, Kenzo and Alva.

Yes, you can still be friends. Kalian masih bisa saling memberi selamat saat naik pangkat, punya pacar baru, atau melahirkan. Kalian tetap berkomunikasi dan bekerja sama saat patungan untuk kado nikah teman mutual. Kalian masih dapat menimpali lelucon di grup sekolah.

Tapi, kalian nggak akan lagi bisa duduk berdekatan, berbagi rahasia, berangkulan, melontarkan candaan pribadi yang hanya kalian berdua ketahui, berkata 'Gue nggak mau lo disakitin, pokoknya kalau ada apa-apa sama lo gue janji bakal lindungin lo', saling menraktir, berjanji dan mengakui bahwa kalian berdua sahabat yang paling mengerti hati dan pribadi masing-masing.

Ya sekian curcol saya hahahaha.
Profile Image for Arutala.
505 reviews1 follower
October 16, 2023
Ceritanya asyik diikuti dan sembari menebak-nebak siapakah tersangka yang selalu meneror Claudia, kedekatan antara Kenzo, Claudia dan Alva cukup hangat dan di sini persahabatan mereka digambarkannya sungguh dekat dan tulus.

Alurnya sendiri cukup seru dan tidak bertele-tele untuk disimak karena di sela-sela investigasi kita sebenarnya sudah diberitahu petunjuknya bahwa si peneror ini adalah orang yang sangat berharga bagi Marla tapi anehnya tidak pernah dituliskan di buku diarynya.
Profile Image for Dion Sagirang.
Author 5 books56 followers
November 25, 2019
Awalnya Safira ngasih draf lain, yang mana salah satu tokohnya juga ada di Memoar Marla. Tapi saya pending karena satu alasan. Satu alasan yang membuat novel ini jadi terbit lebih dulu sebagai debutnya.

Berkisah tentang Claudia yang sudah melewati masa-masa terapi dan memilih mengasingkan diri di Bogor untuk membuat hidupnya "normal". Namun masa lalu tidak bisa enyah begitu saja dalam kehidupannya, terlebih ketika dia mulai mendapati surat teror dari seseorang yang sudah meninggal. Sebuah memoar yang mau tidak mau membuat dia kembali berhubungan dengan masa lalunya.

Saya suka gaya bercerita penulis di sini. Mengalir dan enak. Lalu kisah mereka yang membuat saya betah untuk membuka setiap halaman. Rasa ingin tahu yang ditinggalkan di setiap akhir bab memang jadi ikon novel dengan genre misteri (meski penulis kukuh melabeli ini novel romance). Tahun lalu, saya menemukan Nindya Chitra (yang sayangnya sekarang lagi berusaha beresin buku keduanya), dan tahun ini, saya menemukan Safira.
Profile Image for Tatabughy.
27 reviews4 followers
January 19, 2020
karena tiba2 pengen baca novel2 misteri akhirnya tertarik buat beli ini. dari segi sinopsis bagus, buat kita tertarik untuk baca. Tp untuk secara keseluruhan buku ini termasuk dramatis untuk novel misteri (menurutku) tapi untuk ceritanya lumayan, aku diawal jg gabsa nebak siapa yang menjadi peneror.
1 review
November 30, 2019
Marla adalah kita, itulah kata yang tepat untuk novel ini.

Begitu banyak Marla-Marla lain yang membutuhkan uluran tangan, sekadar didengar keluh kesahnya, tapi kita seolah tak peduli dengan beban batinnya. Andai saja lebih banyak teman seperti Claudia, teman yamg diharap bisa menjadi lentera bagi kegelapan Marla, memberikan warna lain dalam kepekatan hidup Marla, tapi seperti menepuk awan, Marla seperti berjalan sendiri di sudut sepi yang tak bertepi...


Novel ini mengisahkan pentingnya persahabatan, kepercayaan dan kasih sayang, dikisahkan denga jujur dan penuh kesan...

Profile Image for Keya.
9 reviews
December 20, 2022
Baca blurb-nya ngerasa tertarik, dan ternyata emang seru banget! Claudia, Alva, dan Kenzo punya karakternya masing-masing dan aku suka sama penggambarannya. Terutama Claudia, aku kagum karena dia kuat banget.

Sebetulnya rada nggak nyangka kalo bakal ada romance di cerita ini, love triangle pula. Sempet pesimis karena aku anti sama love triangle, ga nyangka aku malah seneng sama endgame-nya (ssst, aku dari awal suka dia) karena nggak bertele-tele.

Buku harian Marla bikin aku makin penasaran sama karakternya, aku juga kadang lupa Mama itu sama dengan Bu Melani. Plot twistnya juga bukan maen, ga disangka-sangka pelakunya dia.

Anyways, konflik batin Claudia di sini ngena banget, padahal di real life kehidupanku gak relate dengan dia. Nilai persahabatannya dapet, dan gak bikin aku bosen bacanya.

A good story!
Profile Image for tomato.
12 reviews
April 30, 2023
ini bukan horor ya gays, agak thriller tapi bukan hantu-hantu. dan ternyata setelah baca keseluruhan ini mengangkat tema mental illness, (dengan sedikit bumbu bumbu romance ea). cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu claudia yg menurutku pas banget buat cerita ini. penggambaran tokoh yang bervariasi dan punya karakter masing2 yang kuat jadi pembaca seharusnya ga bingung, mengingat disini ada cukup banyak tokoh yang dimunculkan. jujur karna ga bakat detektif aku spicles pas tau siapa pelaku terornya, dan bahkan fakta tentang si peneror yg menurutku plot twist banget.

tw; suicide, bullying, blood, mental illness, stalker
181 reviews
January 7, 2020
Aku suka sama Kisah Clau dengan sahabatnya dalam menebak teka teki.

Gak cuma misteri, ada juga persahabatan, romance, dan keluarga.
Profile Image for Ari Putri.
16 reviews2 followers
March 27, 2024
3.5/5⭐️

Book TW: suicide, mental health, loss of loved one

Saya kagum dengan cara penulis menyajikan ceritanya. Dirinya bisa memainkan emosi pembaca dengan menceritakan narasi lewat dua sudut pandang di timeline berbeda: Claudia untuk POV saat ini, Marla lewat diary-nya untuk timeline masa lalu. Menarik karena kita dapat kesempatan untuk melihat apa yang terjadi sebelumnya, lalu melihatnya dari bagaimana orang lain mengingat kejadian tersebut.

Akan tetapi, entah mengapa buku ini seperti berada di persimpangan antara sebuah buku teenlit atau buku misteri. Ada banyak sekali kisah romance yang berusaha dimasukkan dalam cerita, yang menurut saya pribadi justru mengganggu jalannya plot.

Konsistensi karakternya terasa kurang. Motivasi karakternya melakukan sesuatu pun sering terlalu dipaksakan, menurut saya.

Sejujurnya saya hampir tidak melanjutkan membaca buku ini karena MC-nya yang menyebalkan. Dirinya egois, cenderung memainkan perasaan dua pria ini, dan sok suci. Saya paham dengan trauma yang dihadapinya, namun rasanya penulis berusaha sangat keras untuk membuat Claudia jadi karakter yang tetap disukai terlepas dari flaws-nya. Buat saya, Claudia justru jadi karakter paling menyebalkan dalam buku ini.

Karakter-karakter lain pun rasanya seperti keluar dari buku-buku yang saya baca saat remaja. Atau bahkan, seperti karakter yang saya baca di Fanfiction AU dulu (don’t get me wrong, BANYAK sekali Fanfiction yang sangat amat bagus, namun yang saya bicarakan adalah secara general). Selain motivasi karakter yang rasanya lemah, background karakter-karakternya seperti sifat, pekerjaan, dan lain-lain kadang terasa terlalu… comical atau dibuat-buat. Tapi yah, ini bagian dari ekspresi imajinasi penulis.

Overall, secara twist dan misteri yang disajikan, buku ini bagus sekali! Namun untuk saya pribadi, sisi romance dan karakterisasi merusak keseluruhan isi dari buku ini.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for ❦ ivy.
196 reviews6 followers
March 16, 2024
Sederhana.

Buku ini nyeritain tentang usaha 3 orang sahabat–Claudia, Alva, dan Kenzo–yang berusaha mengungkap dalang di balik munculnya teror surat-surat yang diterima Claudia. Surat-surat itu berisi lembaran dari buku harian Marla, teman sekelasnya di SMA yang bunuh diri pada malam prom.

Novel ini diisi dengan bumbu persahabatan dan cinta segitiga. Hal yang bikin unik dari novel ini adalah kehadiran tokoh Alva yang memiliki rasa antusias yang tinggi terhadap dunia mistis. Hal tersebut bikin cerita dari novel ini jadi lebih berwarna karna kita dikasi perspektif dari "dunia nyata" dan "dunia mistis" terhadap teror yang diterima Claudia :>

Aku agak bosen baca novel ini di chapter awal dan pertengahan karna Claudia terus-terusan denial kalau dia cuma sahabatan sama Alva dan Kenzo, alias ga punya perasaan lebih. Yaaa, aku agak memaklumi sih, namanya bimbang trus lagi stress juga karna kena teror huhuuhu :( tapi aku tetep agak sebel dan muak karna narasinya diulang-ulang terus. Aku tetep lanjut baca karna aku yakin kalo pelakunya bukan di antara daftar nama-nama itu xixixi dan aku pengen tau sampe akhir "siapakah pelaku teror sebenarnya?" Aku juga lanjut baca karna aku tertarik bgt sama karakternya Alva. Dia keliatan cukup tenang, kalem, terstruktur, gentle dan out of the box cara berpikirnya! belum lagi dia antusias bgt tiap bahas hal-hal berbau mistis :D

Aku merasa berduka dan menyesal atas apa yang telah terjadi dengan Marla.... Semoga untuk kalian yang sedang berada di posisi Marla segera mendapatkan pertolongan dan dukungan dari orang terdekat karna hidup kalian itu penting dan kalian berhak mendapatkan kebahagiaan!!! ♡
Profile Image for Rin.
Author 1 book17 followers
September 4, 2022
Review ini mengandung banyak spoiler, kalau belum baca novelnya bisa di-skip karena nanti enggak seru.

Dari blurb-nya, kukira adegan 5 tahun peringatan kematian Marla bakalan cepat muncul (atau terornya ada setelah acara), ternyata enggak. Justru jauh sebelum acara peringatan, teror demi teror hadir dan penyelidikan kasus dilakukan Claudia serta dua sahabat cowoknya. 😂 Jadi aku sempat merasa alurnya lambat di awal, tetapi toh akhirnya aku menikmati bacaan ini.

Jadi novel ini tuh sedap, guys! Fokus utamanya misteri, diselipkan romance. Nah untuk misterinya, menurutku ini seru. Meskipun tokoh Marla ini agak "sakit" (dia gak jahat, tapi dia stalker abis) dan pemicu suicide-nya bikin mind blowing (karena cowoknya gak datang di prom, omg???) tapi berhasil membuatku respek karena sudut pandang Claudia. Terus, teror yang dilakukan pelakunya rapi dan horor cuy. Side romance-nya juga lumayan, manis gitu sehingga gak tegang-tegang banget dengan kasusnya (meski klise juga hahahahaha). Awalnya aku merasa dua sahabat Claudia ini berimbang, tapi lama-lama aku merasa clue-nya mulai mengarah ke salah satu cowok, dan ternyata benar. :D

Tokoh favorit: Alva. 👏 Alasannya ya karena dia unik dan hebat gitu ajsjahslakl. Sisanya, semua tokoh manusiawi dan yea.... realistis. Kebanyakan pernah ditemukan di kehidupan nyata dan sudah gak asing lagi.

Rating... hmm, 4/5. :D It was a great book, I liked to read it.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Andina Firdaus.
31 reviews
July 21, 2025
AKU SUKA ENDINGNYA!!!

Awal-awal cukup bosan karena yah ... Cinta segitiga, sahabat jadi cinta, blablabla yang menurutku terlalu banyak ambil alih cerita yang di-plot misteri. Aku bertahan karena karakter Alva—salah satu sahabat Claudia—yang menarik banget (suka hal-hal mistis dan sangat eco-friendly, vegan).

Tapi di pertengahan cerita aku mulai paham dengan penggambaran awal soal persahabatan itu yang berpengaruh besar ke misteri surat-surat yang di dalamnya banyak menyebutkan nama Claudia dan kehidupan persahabatannya, hingga dia yang disebut-sebut two timer.

Di proses pemecahan misteri, aku cukup menikmati kilas balik cerita kehidupan SMA mereka termasuk Marla lewat surat-suratnya. Gimanapun kisah romansanya cukup ambil banyak bagian, tapi misterinya tetap dapat. Isu mental health-nya juga oke.

Dan yah ... kalaupun jadi Claudia, aku juga akan berpikiran sama. Boro-boro mikirin romansa, buat bertahan hidup setelah ibu dan seorang teman (Marla) yang meninggal pasti sulit banget :'' belum lagi soal surat surat Marla yang datang sedikit demi sedikit.

Bagian paling mengerikan pas Claudia dikirimin ponsel buat berkomunikasi dengan 'Marla'. Surat-surat yang merupakan diari Marla cukup bikin kasihan, ngebayangin gimana Marla yang sebegitunya sama Claudia.

Enggak nyangka, dengan blurb dan cover yang sesederhana ini aku bisa baca novel yang WOAH! Enggak ada kata-kata indah atau quotes yang bisa dipamerkan. Tapi ini menyenangkan buat dibaca!!!
Profile Image for nasya.
779 reviews
January 21, 2025
Seru banget ceritanya, di awal sebetulnya nggak terlalu menakutkan atau menyeramkan sih, kayak misterius aja, tapi nggak yang bikin merinding. Tapi pas menjelang akhir agak merinding sih, ketika bagian Marla nulis tentang apa yang dia lakukan ke Claudia tuh serem juga ya. Di halaman berapa aku lupa (tapi kayaknya masih di awal-awal), ada narasi Claudia make lipstik warna gelap dan dibilang aneh sama Alva, dan Claudia bilang, dia nggak inget kapan punya lipstik warna itu. Tadinyaa, aku kira itu adalah hint penting, bahwa siapatau pelaku sebenarnya adalah Claudia sendiri, taunya bukan:) Dan ternyata narasi itu juga bukan apa-apa sih, mungkin cuma narasi biasa aja.
Profile Image for el.
12 reviews
August 2, 2024
Seru parahh. Awalnya agak aneh bacanya berasa kayak cerita-cerita wattpad aja ga terlalu suka gaya penulisannya cuma makin lama makin bagus ajaa. I love this book and sorry kalo ngira bakal ga seru awalnya
18 reviews
October 12, 2022
seru ya detektif-detektifan gitu tapi sedih bgt sama marla :(
Profile Image for Muchi.
70 reviews1 follower
April 9, 2023
Agak panjang yaaaaa novelnya, 400an halaman.. Untuk alurnya sendiri maju mundur, banyak tokoh di dalamnya tapi ngga bikin bingung bacanya krn semua tokoh punya peran penting di jalan ceritanyaa
Profile Image for Dedik Ariyanto.
44 reviews1 follower
January 7, 2020
Tema buku ini menarik, meskipun akan mengingatkan pada buku² dg tema serupa. Tapi, bagaimanapun #MemoarMarla menyajikan sesuatu yg segar. Balutan misteri dan ketegangan diwarnai oleh bumbu persahabatan dan romansa tokoh utamanya. Hubungan antar tokoh yg terjalin baik menjadikan buku ini renyah untuk dilahap.

Alurnya sendiri berjalan alami, tensi ketegangan melalui konflik yg sejak awal sudah dibangun membuat pembaca jungkir balik. Premisnya yg cukup simpel, seorang gadis bunuh diri, kemudian teror surat kaleng hadir pada orang-² yg punya hubungan masa lalu dg si gadis. Namun, eksekusi ceritanya hampir memusingkan pembaca, menebak-nebak apa yg akan terjadi selanjutnya. Hingga buku dg ketebalan hampir 400 hlm ini susah untuk diletakkan begitu saja. Pembaca tak akan lega sebelum menemukan apa yg sebenarnya dicari.

Pembangunan karakternya menarik. Claudia tampil luwes dan menjadi sosok remaja 'innocense' yg harus menerima kenyataan bahwa dia bersalah atas kematian temannya. Kenzo dan Alva, memberikan tekanan dan pemanis cerita. Mereka punya andil besar dalam menghidupkan cerita.

Marla punya kapasitas untuk membuat perasaan pembaca berubah-ubah. Kadang ikut trenyuh akan nasibnya, di lain waktu dibuat kesal akan perilakunya.

Kejutan akhir cerita makin lengkap mempermainkan pikiran pembaca.

Aku berharap ada sedikit konseksuensi cerita. *Hanya sedikit. Selebihnya tidak. Dibagian persahabatan Claudia. Claudia harusnya tetap berada dijalur dan pendapatnya tak memilih satu dari dua. Seperti mengisyaratkan bahwa apa yg dikatakan orang tentang persahabatan laki-² dan perempuan itu benar, persahabatan tanpa hadirnya cinta itu omong kosong. Sedikit melukai pandangan Claudia tentunya. Tak banyak berpengaruh memang, tetap kokoh.

Buku ini menyasar sisi psikologis pembaca, melalui penekanan-² tidak kentara. Hal itu mampu mengejolakkan hati pembaca hingga mempertanyakan pilihan bunuh diri. Apakah tepat? Melalui karakter Marla yg penuh tanda tanya tentunya.

Penulis jelas menyampaikan bahwa perundungan itu bukanlah tindakan terpuji. Selain berakibat buruk untuk orang lain, tak memberi manfaat juga untuk diri sendiri.

Melalui karakter² dalam buku ini, penulis menyuarakan fenomena yg sampai saat ini, tak ada yg bisa menghentikan. Setiap hari semakin bertambah dan makin menjadi.

Marla yg mendapatkan perundungan harusnya mendapat simpati yg lebih, tapi semakin ke ujung, makin menyebalkan. Alih-alih membuat pembaca peduli, nyatanya dibuat geram. Karakternya terpatahkan oleh sikap anehnya. Memang sejak awal, Marla telah dinyatakan memiliki sebuah keanehan, hingga kasus bunuh dirinya pun penuh misteri.

Ketegangan demi ketegangan dibalik pengungkapan kasusnya menarik untuk diikuti. Penekanan alurnya yg dibuat naik turun, seakan tak memberi jeda pembaca untuk bernapas. Hebatnya lagi, pembaca dibuat untuk menebak apa yg akan terjadi selanjutnya.

Siapa yg salah? Siapa yg harus bertanggungjawab. Dan karakter² pendukung dalam buku ini, berseliweran dengan alibinya masing-². Sehingga kasus pengungkapan kasusnya serumit cerita detektif. Jika harus disamakan dg cerita yg telah ada sebelumnya, aku rasa #MemoarMarla punya cara tersendiri untuk memanjakan pembaca agar tak beranjak dari duduknya. Tangguh dibeberapa aspek juga, yg jelas ini bukan hanya sekedar cerita berbalut misteri remaja, tapi lebih dari itu.

Awal membaca paragraf pertama prolognya. Keseruan akan sebuah misteri sudah terpampang jelas. Irama itu pelan-² kemudian menanjak hingga pembaca terlonjak. Tak sedikitpun pembaca merasakan kesulitan dalam memahami cerita, sangat nyaman lewat paduan bahasanya. Ini tak bisa aku sebut sebagai bacaan yg ringan. Sebab, peliknya sudah mencapai tingkat paling tinggi.

Pembandingan buku ini dengan buku-² sejenis pun tak bisa dihindari hingga menurunkan ekspektasi. Paling-² akan terasa sama. Tapi, percayalah jika kamu belum merasakan sendiri, kamu hanya akan sekedar berasumsi tanpa mendapatkan kepastian. .
Pembaca cerdas, tak akan menyepelehkan buku ini begitu saja. Misteri, persahabatan, cinta, keluarga, hingga tebak-tebakan ala detektif menyusun cerita remaja ini. Setidaknya kamu yg sudah berumur 17 tahun keatas akan menemukan kecocokan.

Buku ini tampil prima, walau ada beberapa ketidak relevanan dalam cerita. Contoh kecil, jika permainan Ouija itu diganti dg Jailangkung, akan semakin membumi. Lebih banyak mengenal Jailangkung daripada Ouija. Tapi kembali lagi, tak ada masalah berarti. Buku ini tak terpatahkan.

Pesan moral yg disampaikan juga jelas tanpa tendeng aling-aling mengubah pemikiranmu.
Tidak pernah ada pembenaran dalam perundungan. Terkadang apa yg tak pernah kita perhatikan diam-diam memperhatikan. Jadi selama kamu bisa memahami jangan pernah mengabaikan hal kecil apapun dalam hidupmu. Gunakan sebaik mungkin sebelum semua berakhir.
Profile Image for Jurnal Si Bugot.
225 reviews7 followers
January 10, 2020
"Jika masa SMA bisa berjalan damai dan tentram tanpa persaingan status sosial dan segala omong kosong yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran, mungkin Marla tidak akan---", ~ (hal. 14)
___
Di tahun terakhir Claudia di SMA--tepatnya di malam prom night, seorang siswi ditemukan tewas karena bunuh diri di toilet gymnasium. Membayangkan ada orang bunuh diri saja sudah membuatmu merinding, apalagi kalau kamu mengenalnya--temanmu 😿🙀🙀
.
"Semua Ini Salahmu"
.
Lima tahun berlalu, orang-orang mulai melanjutkan hidupnya, mengejar cita-cita. Claudia yang masih berusaha melupakan peristiwa itu tiba-tiba menerima surat kaleng yang mengingatkannya kembali pada Marla. Siapa yang mengirimkan surat itu? Apa Claudia memang ada hubungannya dengan kejadian itu?
---
First impression saya saat membaca buku ini adalah : pengen kecepatan baca secepat The Flash 🙈, supaya segera dapat jawabannya bagaimana persisnya kejadian lima tahun lalu itu. Saya juga penasaran sekali tentang alasan Marla bunuh diri.
.
Selain itu saya takjub dengan lay out isinya yang seperti kertas-kertas surat vintage gitu ☺😍. Selama tiga hari ke depan saya akan mengulas novel keren ini.
---
"Banyak orang bilang padaku tidak ada lelaki dan perempuan yang dapat berteman tanpa ada benih-benih cinta, dan aku biasanya membalas kalau semua itu omong kosong", ~ (hal.36)
___
Jujur saja saya sedikit terdistraksi dengan cinta segitiga antara Kenzo-Marla-Alva ini 🙈, tapi dalam artian positif. Walau udah bisa menebak siapa yang bakal dipilih Claudia, eksekusinya tetap manis.
.
Yang tak bisa saya perkirakan adalah kebenaran dibalik "teror" yang diterima Claudia. Saya merasa ditipu habis-habisan. Karena jujur saja, "dia" tak masuk dalam daftar tersangka versi saya. Yang paling suka adalah, plot twistnya itu terasa masuk akal. Maksudnya gini, sepanjang buku saya sama sekali tidak menyadari clue yang ngarah ke sana. Tapi ketika kartunya dibuka, semuanya make sense. Penjelasannya bisa saya terima. ☺
.
Oh iya, dulu saya sempat bilang bahwa novel ini agak ngingetin saya novel "13 Reason Why", dan emang ada beberapa karakter yang terasa agak mirip (seperti Samuel, Jessica dan Anggita). Tapi ya sebatas itu saja. Plot, alur, konfliknya benar-benar berbeda. Dan saya lebih menikmati membaca Memoar Marla ini. Bagi saya, 13 Reason Why terlalu Gloomy dan depresif dan Memoar Marla ini lebih berwarna (dan saya suka plot twistnya)
.
"Orang-orang mengatakan padaku untuk berhenti memikirkan itu, berhenti menyalahkan diri sendiri, aku harus melupakan semua itu dan berjalan maju dengan hidupku. Tetapi itu dia masalahnya. Aku dapat berjalan maju, aku masih hidup, sementara Marla tidak", ~ (hal. 14)
___
Curiousity kill the cat. Kalau Claudia melaporkan surat-surat kaleng itu ke polisi sejak awal, dirinya tak akan terseret bahaya. Tapi Claudia penasaran dengan pengirimnya. Ia bahkan berkomunikasi dengan si peneror seolah itu benar-benar Marla. Atau mungkin saja Claudia merasa ia "pantas" mendapatkannya. Ups, hampir spoiler. Tapi memang di beberapa bagian saya sempat curiga pada Claudia 😁. Saya juga sempat meragukan reliabilitasnya sebagai narator, apalagi dia pernah konsultasi ke psikiater juga kan 🙈
.
Intinya, saya mau bilang kalau penulis jago banget bikin alur yang penuh teka-teki.
.
Saya juga suka dengan bagaimana penulis menggambarkan karakter-karakternya. Alva, misalnya, saya bisa langsung menebak kalau itu adalah dia dari dialognya saja. Kredit juga buat sang editor yang udah bikin novel ini jadi smooth banget. (Mungkin saya kurang teliti, tapi kayaknya saya gak nemu typo deh).
.
Namun kalau harus mencari kekurangan dari novel ini, saya merasa peran Ayah Claudia seolah nggak ada. Beliau cuma disebut sesekali 🙈. Terus saya juga agak terganggu dengan kata "personality" yang sempat beberapa kali direpetisi dalam paragraf yang berdekatan.
.
Tapi secara keseluruhan, novel ini keren dan recommended banget.
.
My Rating : 4.5/5 ⭐
Puzzle Level : 4/5 🗝
Profile Image for Truly.
2,761 reviews12 followers
October 29, 2023
Prom yang seharusnya menjadi saat menyenangkan, malah menjadi saat yang menakutkan bagi seluruh sekolah. Marla Wijaya bunuh diri malam itu! Setelah 5 tahun berselang, peristiwa tersebut muncul lagi, menghantau mereka yang seolah-olah terlibat ataur berhubungan dengan Marla.

Persahabatan Claudia, Kenzo, dan Alva membuat iri seluruh sekolah. Menurut mereka, tak mungkin pria dan wanita bisa bersahabat. Claudia memainkan hati kedua pria dengan alasan persahabatan, begitu tuduh banyak orang. Padahal, Claudia hanya mencintai persahabatan ketiganya. Benarkah demikian? Bukanlah sudah waktunya ia mengakui bahwa ada salah satu yang mengisi hatinya?

Meski judulnya berkesan horor, "...Surat-surat dari Perempuan yang Sudah Mati" namun kisahnya tidak sepenuhnya horor. Membaca jelas sudah bisa menduga, tak mungkin ada orang mati yang mengirimkan surat, kecuali ia pura-pura mati. Pasti ada seseorang yang berada dibalik peristiwa tersebut. Orang yang seolah-olah adalah Marla.

Perudungan memang selalu ada di mana saja, bahkan walau sudah ramai kampanye anti perundungan, tetap saja muncul. Marla sering dianggap sosok yang aneh,maka tak heran jika ia sering mengalami perundungan. Claudia dianggap sebagai penyebab Marla bunuh diri oleh pelaku, hanya karena Marla seolah-olah begitu memuja Claudia, namun Claudia seakan tidak menganggap ada. Padahal, bukan begitu kisahnya.

Cara menulis yang tidak bisa, walau sudah sering dipakai penulis lain, membuat pembaca diajak untuk larut dengan kengerian yang dirasakan Claudia melalui potongan pesan. Kekurangan buku ini adalah banyaknya istilah asing yang sesungguhnya bisa dicarikan padanan bahasa Indonesia-nya.

Persahabatan memang unik
Profile Image for Hani.
25 reviews2 followers
April 11, 2020
Genre thriler atau misteri sepertinya cocok disematkan untuk novel ini dibandingkan young adult.
Sebuah prom night yang seharusnya meninggalkan kesan yang menyenangkan berubah menjadi sebuah tragedi ketika seorang gadis bernama Marla mengakhiri hidupnya pada malam tersebut.
Beberapa tahun kemudian, Claudia menerima surat-surat dari Marla. Entah siapa yang melakukannya dengan tujuan yang tidak baik.

Novel ini cukup menarik bagi orang yang menyukai tema-tema misteri atau thriler
Displaying 1 - 30 of 31 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.