Jump to ratings and reviews
Rate this book

Di Jok Belakang Mobil

Rate this book
Seorang lelaki tua mengaku sebagai pembunuhku dan nyaris setiap hari mengumbar penyesalan. Pak Tua melakukan apa saja untuk membuatku tampak masih hidup. Ia mengawetkan mayatku dan meletakkanku di jok belakang mobil, membelikanku baju-baju, buku-buku, dan mainan terbaru. Kami berkeliling dengan jok belakang yang semakin penuh. Tapi sebuah pertanyaan menggenangi kepalaku semenjak menjadi hantu. Pertanyaan itu berpusar pada ingatan-ingatan tentang kematianku yang lesap tanpa jejak.

Di jok belakang mobil ini, dalam perjalanan tanpa arah dan tujuan, aku dan Pak Tua berusaha hidup mati dengan cara masing-masing.

200 pages, Paperback

Published November 1, 2019

21 people are currently reading
211 people want to read

About the author

Lamia Putri Damayanti

3 books1 follower

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
43 (18%)
4 stars
111 (47%)
3 stars
75 (31%)
2 stars
6 (2%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 30 of 68 reviews
Profile Image for Lamia.
14 reviews
June 28, 2021
Halo semua!

Saya berharap teman-teman mau membaca catatan kecil ini.

Terima kasih sudah membaca "Di Jok Belakang Mobil". Lamia di sini ingin mengapresiasi teman-teman yang memberikan kesempatan kepada Hantu Bocah Lelaki dan Pak Tua untuk bercerita. Sebelum menjadi novela, kisah tentang Pak Tua dan bocahnya ditulis dalam sebuah cerita pendek berjudul sama dan diterbitkan oleh Koran Tempo tiga tahun lalu (2017). Namun, di novela tersebut tidak ada keterangan sama sekali mengenai hal itu. Jadi, sebagai bagian dari trivia, saya mencoba memberikan keterangan itu di goodreads.

Oh, ya, cerpen tersebut bisa dibaca di https://lakonhidup.com/2017/09/02/di-... atau https://koran.tempo.co/read/sastra/42...


Sekali lagi, terima kasih karena telah memberikan kesempatan kepada "Di Jok Belakang Mobil". Sampai jumpa di petualangan berikutnya!

xoxo
Lamia
109 reviews
January 15, 2020
Mungkin kita perlu jarak untuk bisa lebih jernih dalam memaknai sesuatu. Dan mungkin, pemaknaan atas kehidupan juga baru bisa dilakukan ketika kita berjarak dengan hidup itu sendiri, yakni dengan cara melakoni kematian. Apakah kita masih bisa berkontemplasi ketika sudah mati? Saya tak tahu, tapi hantu dalam novela ini tahu dan melakukannya dengan sangat baik. Bahkan saya ingin menjadi roh yang terus berpikir sepertinya jika saya mati nanti--kalau ada kehidupan sebagai makhluk mati dan kalau memang kita tetap bisa berpikir setelah mati, saya pun masih belum tahu).

Di jok belakang mobil Pak Tua, hantu anak kecil yang sebenarnya terus bertambah usianya ini mencoba merefleksikan hidup. Mengolok yang masih urip. Bertanya hal-hal bodoh. Ia terlihat naif, tapi laiknya Le Petit Prince, saya suka anak-anak dengan segala kesederhanaannya yang justru menjadikan mereka radikal. Apakah hantu bisa cemas? Apakah hantu bisa menjadi jahat? Apakah hantu punya tujuan dan masa depan? Apakah hantu hidup? Apakah itu kematian? Apa yang membedakannya dengan kehidupan? Apa batas yang mendemarkasi keduanya? Apakah batas itu betul ada?

"Sudah banyak orang yang mati. Berapa jumlahnya, triliyunan? Pasti lebih banyak. Tetapi, tidak ada satu pun dari mereka yang menceritakan bagaimana rasanya. Itulah yang membuat kematian bisa menjadi begitu mengerikan bagi manusia. Kalau temanku mati, ibuku mati, anakku mati, aku tak akan bisa dengar mereka ngomong lagi--bahkan aku tak pernah akan bisa tahu cerita pengalaman kematian mereka. Itulah, Nak. Bagi orang yang mati, hidup dan mati barangkali tidak ada bedanya. Tetapi, kematian menjadi hal yang paling mengerikan bagi mereka yang ditinggalkan" (hal. 186).

Obrolan hantu di jok belakang mobil dan Pak Tua, bagi saya, memperlihatkan satu hal universal yang dimiliki seluruh umat manusia yang juga paling mampu menyatukan mereka: rasa takut. Takut ditinggalkan. Takut tidak tahu. Takut dihantui. Takut akan masa depan. Takut-takut lainnya. Dan betul, "Yang menyatukan umat manusia di dunia adalah perasaan yang relevan, nasib yang simetris" (hal. 145-146).

Persamaan nasib dan persamaan rasa membuat manusia berkumpul satu sama lain kemudian sebisa mungkin bertahan hidup. Pak Tua dengan mobilnya, perjalanannya, gesturnya yang aneh dan kikuk, bagi saya adalah suatu miniatur kehidupan manusia. Berkendara tanpa tujuan karena tujuan adalah sesuatu yang ia ciptakan sendiri; mengulang pola-pola yang sama dan menjadikannya familiar, membentuk rasa nyaman yang mampu sedikit mengurangi ragu dan takut. Mungkin itu pula yang menjadikan manusia hidup dan bertahan. Setidaknya, saya dan hantu di jok belakang mobil sama-sama bersepakat dalam hal ini.

"Awalnya, selalu terbit pertanyaan, 'Kami akan kemana?'--tetapi lama-lama hal itu sudah tidak penting lagi" (hal. 20). Ya, pada akhirnya, manusia akan terus berjalan untuk terus membentuk tujuan mereka. Sebab itu menjadikan mereka tidak mati. Sebab kematian adalah sumber ketakutan mereka yang hidup.
Profile Image for fara.
280 reviews42 followers
August 19, 2022
Cukup membosankan. Saya agak lelah bacanya, karena terlalu berbelit-belit dan saya bukan tipikal pembaca yang suka menebak-nebak. Alur dan gaya penceritaan yang nggak langsung ke intinya malah justru bikin saya penat. Saya bertahan cuma karena ingin menuntaskan rasa penasaran saya soal "Motif utama Pak Tua membunuh si anak kecil," dan rasa heran saya apakah jasad yang ditaruh di mobil bertahun-tahun itu nggak berbau busuk?

Kejanggalan-kejanggalan itu diselesaikan dengan penyelesaian yang agak maksa, sebenarnya. Beberapa cerita soal pembantaian '65 yang diselipkan saat si tokoh 'aku' dibuang di tengah hutan dan pertemuannya dengan hantu lain juga menurut saya awkward dan garing. Saya sudah baca catatan dari penulisnya, kalau kesalahan tulis itu memang datang dari proses editing yang nggak sempurna, dan saya memaklumi hal itu. Namun, secara keseluruhan, novel ini nggak begitu menarik antusiasme saya pribadi.
Profile Image for Ainay.
418 reviews78 followers
March 11, 2021
Premisnya menarik, isinya lebih menarik lagi. Sebenarnya aku tertipu dengan sampulnya yang kelihatan ceria, padahal sebenarnya perjalanan Bocah Hantu dan Pak Tua nggak melulu bahagia.

Seberapa tipis batas kehidupan dan kematian? Yang membedakan manusia hidup dan manusia yang mati ada pada tujuan. Orang hidup cenderung memiliki tujuan, sedangkan yang mati ... ya sudah, apa tujuan yang mau dicapai, wong sudah mati? Tapi bagaimana dengan manusia-manusia hidup yang sudah kehilangan tujuannya? Yep, kematian dan kehidupan bakal meleburkan batasnya yang sangat tipis itu.

Satu hal yang sangat penting menurut Pak Tua; semasa hidup, manusia harus merasa bahagia setidaknya sekali sebelum mati. Sudahkah kalian bahagia?

Sayang, narasinya repetitif dan penggunaan tanda bacanya banyak yang membingungkan. Makanya urung kukasih 5 bintang penuh.
Profile Image for Dhifa ☾.
71 reviews16 followers
May 1, 2021
Sebenarnya, banyak pembahasan antara si hantu dan Pak Tua yg menarik. Di awal banyak pengulangan kata. Mulai menarik saat penumpang mulai minta nebeng. Tapi, kenapa rasanya saya bosan banget bacanya. Hampir dnf dan berusaha sekuat tenaga buat nyelesain.
Profile Image for Evan Kanigara.
66 reviews20 followers
January 1, 2020
Pak Tua adalah kehidupan dan si hantu adalah kematian. Kehidupan bermakna karena dapat memiliki "tujuan", sedangkan kematian tidak. Namun, “beberapa orang tidak memiliki tujuan hidup.” Pada akhirnya garis di antara keduanya semakin kabur. Maka, "kadang-kadang, hidup dan mati memang tak ada bedanya."

Novela "Di Jok Belakang Mobil" bagi saya adalah perenungan makna kehidupan melalui refleksi kematian. Penulis merefleksikan kehidupan melalui percakapan antara Pak Tua dan Hantu di sebuah mobil yang melaju tanpa tujuan. Mereka berdua tiada habisnya membicarakan tingkah laku manusia yang masih hidup. Di sini, hantu yang mewakili kematian digambarkan begitu naif memandang kehidupan. Sebaliknya, pak Tua yang mewakili orang hidup justru digambarkan lesu, pesimis, dan penuh luka.

Kehidupan justru terasa hidup ketika merenungkan kematian. Kematian menjadi “tidak menyeramkan” jika kehidupan sudah dijalani dengan “penuh kebahagiaan”. Mengutip Pak Tua, “aku lebih takut dengan kematian orang lain dan cara mereka mati. Kematian adalah keniscayaan. Tetapi buatku, sebelum mati, orang-orang harus bahagia dulu. Aku hanya ingin memastikan bahwa semua orang yang kusayangi bahagia sebelum mati.”

****

Novela ini adalah salah satu buku yang cukup cepat saya selesaikan. Gaya berceritanya mengalir dan lugas. Saya menikmatinya. Entah kenapa saya selalu membayangkan si hantu sebagai anak perempuan ketimbang laki-laki. Sedikit catatan, saya merasa penggambaran Pak Tua yang sedih dan si Hantu yang kebingungan lebih tepat digunakan dalam ilustrasi sampul ketimbang dengan raut wajah yang bergembira. (3.75)
Profile Image for M Adi W.
17 reviews
January 11, 2021
Novel ini menceritakan kisah seorang hantu cowok berusia muda (kurleb 11 th) dan Pak Tua yang sedang mengendarai mobil tanpa arah dan tujuan. Selama perjalanan itu, mereka berdua berbincang selayaknya 2 orang hidup mengenai banyak hal terkait makna kehidupan dan kematian. Banyak sekali pembelajaran dan renungan yang dapat pembaca ambil dari novel ini mengenai makna hidup dan mati. Selain itu, novel ini juga sedikit memberikan kritikan dan sindiran kepada pemerintah yang masih relevan hingga kini.

Namun, sayang sekali diksi yang dipakai kurang "to the point" dan cenderung berbelit-belit. Apalagi pada bab 1 dan 2 banyak sekali pengulangan kata dan kalimat dalam setiap paragraf yang mana membuat alur cerita sedikit membosankan. Selain itu, saya juga menjumpai banyak sekali typo dan diharapkan pada cetakan yang berikutnya (kalau ada) dapat segera dibenahi.

But overall novel ini sudah cukup bagus dan "berisi" secara keseluruhan.
Profile Image for Shofiya Hakim.
27 reviews
March 7, 2021
Buku ini di awal-awal bab emang agak kurang greget, meski pengambilan POV dari hantu anak kecil yang lupa akan semua hal dimana hidupnya adalah satu ide cerita yang benar-benar unik.

Tapi menurutku buku ini menyajikan banyak cerita yang masih sering terjadi di masyarakat kita. Isu-isu social, politik, sampai hubungan si pak tua dengan keluarganya, trauma masa kecil, semua disajikan dengan baik. Aku sempat nangis di akhir saat ternyata orang-orang yang ditolong pak tua, yang ia beri tumpangan adalah keluarganya. Kakek, ayah, ibu, bibi, sahabat, orang-orang yang ia sayangi.

Endingnya emang sedikit ambigu, khas sastra sih menurutku. Jadinya sakitnya juga dapet.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Alvina.
732 reviews122 followers
August 8, 2022
Tahun lalu sempat semangat banget bacanya karena ngira kalau semacam thriller gitu deh. Eh Sampai di sepertiga buku, saya nyerah. Tahun ini, setelah rame rame penerbit dan buku ini muncul lagi di timeline, saya bertekad untuk menemukan kejelasan atas Pak Tua dan si bocah.
Berhasilkah saya?
Berhasil baca sampai kelar sih, tapi tetep aja kaga jelas ceritanya buat saya T_T
Profile Image for Shafira Indika.
303 reviews231 followers
November 19, 2021
Actually it's 3.5/5✨

Berbulan2 lalu ada yang rekomendasiin di twitter literarybase dan jadinya penasaran dongg lalu coba cek ipusnas eh ngantri banget. Setelah berbulan2 (dari awal tahun dan baru kedapetan sekarang🥲) akhirnya dapet juga berkat bantuan mutualku di instagram <3

Tentunya penasaran banget karena ni buku antri mulu di ipusnas, but i guess i was setting my expectations too high on this book😅

I was thought buku ini akan bikin aku gabisa berhenti baca sejak halaman awal. Nyatanya aku agak struggle di bagian awal, terutama dengan typo dan inkonsistensi nge-italic kata2nya. Hal itu sempet bikin aku males lanjutin tapi takut jatah pinjem di ipusnas abis & ini rebutan bgt kan. Selain itu, ada satu pertanyaan besar yang bikin aku keep going but unfortunately, it remains unanswered:( JUJUR MASIH KEPO tapi ya yaudah sih.

Buku ini mulai menarik di pertengahan, lalu sempet bosen dikit, kemudian menarik lagi menjelang akhir. Lalu udah deh habis dan menyisakan beberapa tanda tanya.

Namun, buku ini thought-provoking sih menurutku. Pesan2nya juga bagus. Buku ini banyak membicarakan kehidupan dan kematian serta betapa tipisnya dinding perbedaan antara keduanya. Orang hidup ya bisa aja kyk orang 'mati' ketika dia ga punya tujuan dan hanya hidup dgn menyalahkan dirinya, seperti Pak Tua di cerita ini misalnya. Si bocah hantu ini justru lebih keliatan 'hidup'.

Yang aku dapat dari cerita ini adalah ya kita harus banyak2 memaafkan diri kita sendiri atas segala hal buruk yang terjadi di hidup kita karena ada hal2 yang gabisa kita kontrol jadi ketika itu ga berjalan dgn baik ya bukan salah kita. Selain itu, kita harus hidup sebaik2nya & bahagia juga. Terakhir, kita ga bisa memastikan kebahagiaan orang lain sekalipun itu orang terdekat kita jadiii jangan merasa bersalah ketika orang yang dekat dgn kita tidak bahagia—bisajadi ketidakbahagiaannya itu bukan sepenuhnya salah kita☺️👍🏻
Profile Image for Rin.
Author 1 book17 followers
March 16, 2021
Buku ini keren. Wow. Ide ceritanya cenderung tidak biasa ... berkisah tentang seorang Pak Tua yang membunuh seorang anak kecil dan kemudian berpetualang/berkelana dengan hantu anak kecil tersebut selama bertahun-tahun lamanya. Banyak obrolan mereka yang menarik serta menohok mengenai kehidupan manusia. Membaca buku ini, semakin mendekati akhir justru semakin seru.

Ada kalimat-kalimat yang kusukai dan kukutip sebagai berikut: Semakin tua, aku semakin menerima kalau suatu saat aku akan mati tanpa cita-cita yang pernah terwujud. Kendati demikian, aku sungguh tidak apa-apa. Aku baik-baik saja soal itu. Setidaknya aku pernah berusaha mewujudkannya dan berjuang sebaik-baiknya. Kau, juga perlu menyadari itu.

Apa yang kukutip itu membuatku merasa tertampar, dan tidak ingin mau lagi terlalu cemas akan cita-cita yang sedang kuperjuangkan. Terima kasih nasehatnya, Pak Tua.

Kendati memiliki alur cerita yang 'out of the box' dan dikemas dengan menarik, aku menemukan beberapa 'plot hole' sehingga menjadi misteri sampai akhir cerita yang tidak kutemukan jawabannya (atau mungkin, aku yang gagal menangkap maksudnya). Misal, apa alasan Pak Tua membunuh tokoh 'Aku' alias anak kecil? Siapa itu sosok Berta bagi Pak Tua, apa persis seperti yang diperkirakan oleh tokoh 'Aku'? Oh ya, pertanyaan-pertanyaan yang timbul setelah membaca buku ini, kurasa kurang lebih karena cerita ditulis dari sudut pandang pertama saja (alias tokoh 'aku' si anak kecil sehingga sulit terjawab.

Karena alasan tersebut, aku hanya memberikan 4 bintang saja untuk buku ini. Di Jok Belakang Mobil adalah sebuah buku yang menarik, dan kurasa perlu dibaca oleh orang-orang; minimal satu kali dalam hidupnya. Great story.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Andreiya Eliata.
71 reviews1 follower
January 19, 2021
Kematian adalah persoalan tragedi manusia. Bagaimana pun ia merupa dan mewujud (hal. 190).

Buku ini sangat unik dan menyentuh hati. Sudut pandang dari seorang hantu anak kecil dan seorang bapak tua yang banyak membicarakan tentang kematian dan kehidupan. Pada bab-bab awal, menurutku ceritanya agak membosankan (mungkin karena terlalu banyak narasi dan berbelit-belit), namun dipertengahan ceritanya menjadi semakin seru. Ku juga suka sekali dengan petualangan pak tua dan hantu kecil ini saat menjelajahi daerah-daerah di pulau Jawa dan Bali. Rasanya seperti kita juga ikut serta duduk di jok belakang mobil mereka. Selain itu, buku ini juga banyak memuat pesan-pesan yang sangat berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan penulis juga menyuguhkan satire yang mengkritik pemerintah dan para pengguna media sosial sekarang ini.

Buku yang benar-benar menarik. Salah satu buku karya penulis Indonesia yang sangat patut untuk dibaca.
Profile Image for Leo.
1 review
January 12, 2021
Novela ini mengesankan. Pertama, karena perspektif yang digunakan adalah sudut pandang hantu. It was make me take back whenver i feel this is not sit with me. Tapi naratornya hantu kan? Aku jadi memahami kenapa di awal-awal, ada hal yang diulang-ulang karena this ghost sometime feel lost and confused, maybe? Kayak mempertanyakan, is this really A or is this really B because I can not relate them, I am already a ghost anyway.

Tapi yang jelas POV-nya unik dan enggak menempatkan hantu sebagai pihak yang selalu antagois, tetapi justru manusia. Rekomendasi buat pembaca: tempatkan dirimu bukan sebagai manusia tapi jiwa (hantu), semua kebingungan itu jadi terasa lebih "ngena".
Profile Image for Yasmin.
45 reviews2 followers
February 3, 2021
Premisnya yang menarik membuat saya tertarik untuk baca novela ini. Sayangnya, di awal-awal cerita, sekitar 25% buku, poin yang ingin disampaikan cenderung sering diulang sehingga terasa membosankan. Barulah ketika datang penumpang-penumpang mobil, saya dibuat penasaran oleh kisah si hantu anak (yang kemudian beranjak dewasa) dan Pak Tua. Saya paling suka endingnya, sih. Ngena dan bikin mikir. Tapi sedih juga, huhu :"
Profile Image for Hanna.
6 reviews
February 23, 2021
aku mau mengintepretasikan akhir buku ini dengan menganggap Pak Tua dan Anak Lelaki di jok belakang mobil adalah satu orang yang sama. Si Pak Tua berasal dari masa depan dan Si Anak Lelaki berasal dari masa lalu. Pak Tua selalu mengatakan ia membunuh anak itu, tapi sebenarnya bukan secara harafiah. Namun hanya suatu bentuk ungkapan bahwa ia merasa bersalah telah membunuh harapan ataupun masa depan si anak lelaki yang adalah dirinya sendiri.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for gray read's.
61 reviews7 followers
June 11, 2022
Awalnya tertarik sama buku ini pas baca blurb/sinopsisnya. Wah menarik nih kayaknya jadi aku putusin ngantri buku ini di iPusnas.

Dan bener aja di bagian awal-awal tuh emang menarik, dibikin penasaran mau dibawa kemana nih alurnya. Belum lagi dialog-dialog dari si Hantu Aku ini dan juga Pak Tua tuh beberapa relate sama kehidupan nyata sehari-hari. Apalagi pas mulai ada penumpang di mobil mereka.

Tapi entah kenapa makin lama tuh kayaknya fokus ceritanya makin lebar kemana-kemana dan bikin aku bingung ini inti ceritanya tuh apa?

Beberapa hal yang dibahas juga dibahas ulang. Agak sedikit ngebosenin pas udah mau akhir cerita. Dan endingnya juga ngga memuaskan bagi aku. Banyak banget misteri dibuku ini tuh yang aku belum ketemu jawabannya. Kayak, si Hantu Aku ini selama dianggap "hidup" itu arwahnya doang kah? Terus kenapa Pak Tua ngebunuh si Aku dan gimana? Apa yang sebenarnya Pak Tua cari dengan keliling tanpa tujuan? Dan masih lumayan banyak lagi.

Tapi ga tau deh mungkin aku yg susah berteori atau gimana ya hehehe.

Overall tetap worth to read apalagi "ide" ceritanya yang unik dan menarik.
Profile Image for Abovetheclouds.
205 reviews
August 15, 2024
3.5/5
Pliss yg baca buku ini dan ngerasa bosan, tolong bertahan dulu sampai halaman 60 ke atas, karena aku juga ngerasa gitu...
Bosen banget di bab2 awal karena kurang percakapan dan ya adegannya berulang2, tapi setelah sampai dihalaman 60 ke atas, aku ga expect bakal seru dan ternyata ada plot twistnyaa. Aku kira buku ini akan full thriller ternyata tebakanku salah, malah buku ini sangat jauh dari kata thriller malahan buku ini membahas mengenai kehidupan dan kematian serta ada juga kritikan buat pemerintah dan sebenarnya masih banyak hal yg membuatku bertanya2 karena di dalam buku ini tidak dijelaskan secara to the point, jadinya bikin mikirr dan sampai akhir aku masih bingung siapa sebenarnya sosok anak kecil ini, karena aku punya dua kemungkinan tapi, ya overall this book worth to read
Profile Image for Ralovegood.
27 reviews
July 23, 2021
Saya tertipu oleh narasi dan covernya! Novel ini tidak semengerikan narasi dan ini tentang petualang bocah yang meninggal (aku tidak tahu siapa nama dia) dan kakek tua. Rasanya seperti membaca buku harian hantu. Plotnya sangat datar. Ada beberapa kata yang menurut saya harus lihat KBBI. Namun untuk keseluruhan cerita saya suka!

Yang membuat saya suka pada buku ini ialah ditengah cerita kita akan dapat nasehat secara tidak langsung oleh pak tua, atas cowo yang menjadi hantu. Bahwa kematian itu tidak ada rasanya, tidak ada tujuan. Dan dengan kalimat itu membuat saya lebih bersyukur akan hidup ini, dan mencoba untuk hidup lebih baik.

NB: Novel ini sangat aman untuk dibaca ketika malam san sendiri, ayok tidak perlu takut!

NBB : bagi yang suka open ending buku ini cocok untuk kalian, namun agak kesal kenapa kakek tua tidak menjelaskan alasan dia membunuh.

Bagi yang mau berdiskusi mari
Profile Image for Agnes Dominique Pasalbessy.
5 reviews
August 23, 2021
Awal tertarik karena lihat covernya yang simple happy. Bab awal-awal sebenarnya sedikit membosankan karena penuh sama narasi. Sampai di tengah-tengah cerita mulai menarik sampai gak sadar kalau sudah mendekati ending. Banyak pesan dan sindiran di dalamnya yang cukup untuk menampar diri (sampai aku tulis di note halaman-halaman yang banyak pesannya).
Profile Image for itsdianread.
52 reviews1 follower
January 8, 2021
Novela singkat yang membuat kita berpikir tentang hidup dan mati--serta menyadari ternyata perbedaan hidup dan mati setipis ini. Tentang menyelamatkan orang-orang yang kita sayang, menyelamatkan diri sendiri, pengampunan, sekaligus ketidakberdayaan--keterbatasan.

Aku suka gaya menulisnya yang santai dan mengalir, padahal sedang menceritakan hal sedih--pak tua yang terus menerus menangis di awal-awal, misalnya. Walaupun sedikit membingungkan, akhir novela ini membuat kita berpikir lebih dalam tentang alur kejadian sebelumnya.
Profile Image for Ripeh.
50 reviews3 followers
November 24, 2021
Cerita ini ternyata nggak sesederhana yang kukira, akhir ceritanya kenapa gini?? pertanyaan2 yang belum terjawab itu gimana?? Nggak nyangka rasanya bakal sedih gini pas udah selesai baca..
Profile Image for Amel.
205 reviews4 followers
April 20, 2021
Buku ini sebenarnya menarik, menyajikan banyak tema pembahasan dari dua sudut pandang dalam setiap percakapannya. Tapi entah kenapa aku merasa bosan setengah mati saat membacanya. Tidak adanya alur cerita yang jelas dan gaya penulisan yang menurutku agak dipaksakan, ya! Sepertinya itu yang menjadi penyebab utama.
Aku merasa cerita ini enggak punya tujuan yang jelas, entah itu memang konsepnya begitu tapi aku yang kurang paham, atau bagaimana. Aku kurang tahu.
Lalu gaya penulisannya yang lebih banyak deskripsi daripada percakapan langsung, menjadikan cerita terasa berjalan sangat lambat dan monoton.
Ahhh entahlah maybe this is not my cup of tea. :(
Profile Image for Aro~.
232 reviews9 followers
March 5, 2021
Buku ini dimulai dengan narasi yang dibawakan oleh hantu bocah laki-laki yang diawetkan dan didudukkan di jok belakang mobil seorang lelaki tua, sebut saja Pak Tua. Ia tak punya ingatan apa-apa tentang hidupnya apalagi kematian. Yang ia tahu, Pak Tua itu membunuhnya.

Awalnya, aku tertarik dengan narasi yang dibawakan oleh si hantu. Tapi, sedikit bosan mengingat pada bagian permulaan lebih banyak diisi dengan narasi tanpa dialog. Rasa bosan yang sempat mampir itu terbayarkan ketika Pak Tua rupanya bisa berkomunikasi dengan si hantu. Ini menjadi awal yang menarik buatku.

Dialog keduanya berkembang seiring dengan semakin jauhnya perjalanan yang ditempuh. Seperti sebuah hubungan pada umumnya, akan selalu ada titik jenuh yang muncul. Titik yang menjadi balik apakah semuanya akan baik-baik saja atau malah berakhir. Hubungan Pak Tua dan si hantu bocah laki-laki juga demikian.

Bagian paling menarik, tentu saja endingnya. Ending yang dipilih penulis membuatku perlu membalik lagi untuk kembali mencermati apa-apa yang saja kulewatkan sebelumnya. Petunjuk-petunjuk kecil yang tak kuperhatikan. Bagaimana hidup dan mati itu berdampingan. Manusia bisa mati berkali-kali, tapi hanya bisa hidup sekali. Dialog yang kerap diulang si bocah hantu tentang orang mati yang tak lagi punya tujuan tapi dianggap sebagai sumber masalah karena keberadaannya.

Pak Tua hidup lebih lama daripada si bocah hantu, tapi kenaifan bocah hantu dan pemikirannya yang sederhana rupanya membawa banyak pelajaran buatku.
Profile Image for Lit.
11 reviews1 follower
April 8, 2021
Cerita dengan sudut pandang yang unik dan menarik. Sepanjang buku kita akan diajak mikir, sambil diaduk-aduk emosinya
Profile Image for Jellise.
5 reviews
January 5, 2024
Kenapa Pak Tua membunuh ‘aku’? Ada hubungan apa antara Pak Tua dengan ‘aku’?

Daripada menemukan jawaban seusai menuntaskan buku ini, justru cerita yang ada malah meninggalkan banyak pertanyaan. Rasa-rasanya, ini akan menjadi buku ter-"HAH" yang saya baca di tahun ini. Kemungkinan besar begitu.

Alih-alih menjadi buku misteri menyeramkan, “Di Jok Belakang Mobil” memberikan banyak petuah mengenai kehidupan. Banyak kutipan-kutipan yang berhubungan dengan hidup dan mati, dua hal yang menjadi topik favorit Gen Z untuk dibicarakan.

Buku dengan total 200 halaman ini bisa dikatakan cukup ringkas, tetapi saya tidak mengelak bahwa penceritaannya cukup bertele-tele. Barangkali, penulis terlalu asyik menuliskan pemaknaannya mengenai kehidupan dan kematian, sehingga lupa untuk kembali pada alur cerita.

Jika sudah sampai pada bagian akhir cerita, mungkin kebanyakan pembaca akan membalikkan ke halaman-halaman sebelumnya untuk mencari benang merah mengenai apa yang terjadi. Jadi, apabila kamu sudah membaca dengan memasang raut wajah bingung, sila kembali ke halaman 95 - 185 - 194.

Akan tetapi, tak usahlah dipikirkan terlalu berat. Ada baiknya, buku ini hanya perlu dinikmati saja, tanpa perlu menggelar tikar hanya untuk berdiskusi mengenai Pak Tua. Lebih baik, kita makan mie ayam di pagi hari. Bukan begitu?
Profile Image for Nourman Yafet Goro.
99 reviews7 followers
February 9, 2021
Satu lagi cerita tentang perbincangan anak kecil dan orang dewasa yang saya suka. Di Jok Belakang Mobil bercerita tentang perjalanan tanpa arah arwah anak laki-laki berumur 11 tahun dengan seorang pria tua yang merupakan pembunuh anak itu. Selama berada didalam mobil, isi percakapan Pak Tua dan anak kecil yang naif itu merupakan kontemplasi dari kehidupan dan kematian.

Saya suka bagaimana penggambaran tokoh anak kecil yang begitu naif memandang kehidupan. Tentang bagaimana dia berusaha mencari sisi positif dari manusia, dan menyimpulkan apa yang dia lihat dari sudut pandang posiitif. Juga tentang bagaimana dia menganggap Pak Tua sebagai orang yang baik walaupun sudah membunuhnya. Apakah memang semua anak kecil berpikiran seperti itu?

Sejak awal membaca sinopsis buku ini, hal yang terus membuat saya penasaran adalah apa hubungan antara si anak dan Pak Tua, dan mengapa si anak itu dibunuh. Rasa penasaran saya cukup terbayar dengan ending yang menurut saya cukup brilian.

"Kadang-kadang hidup dan mati, memang tidak ada bedanya. Mungkin karena orang yang masih hidup punya tujuan, mereka masih bisa merasakan perbedaannya. Tetapi ada juga orang-orang yang tidak punya tujuan, bukan?"

Btw ada yang tau nggak, Berta itu siapa? Dan apa hubungannya sama Pak Tua?
Profile Image for Nana.
101 reviews
January 26, 2021

menceritakan tentang hantu anak kecil dan pak tua yang melakukan perjalanan tanpa arah dan tujuan, melakukan perbincangan mengenai banyak hal. keduanya, si hantu anak kecil dan pak tua, berusaha hidup dan mati dengan caranya masing-masing.

kadang-kadang, hidup dan mati, memang tidak ada bedanya. mungkin karena orang yang masih hidup punya tujuan, mereka masih bisa merasakan perbedaannya. tetapi ada juga orang-orang yang tidak punya, bukan?


novela ringan yang cukup menarik dengan pov hantu anak kecil. tulisan yang membuat kita ikut merenungkan kejadian yang kerap kali hadir dalam hidup kita. tentang memaknai tujuan hidup, kematian, penyesalan, kehilangan, serta sindiran-sindiran yang sangat relevan hingga saat ini. poin plus dari buku ini ialah pesan-pesan yang disampaikan dapat mudah ditangkap oleh pembaca dan relate dengan kehidupan di sekitar kita.

meskipun masih terdapat kekurangan seperti adanya kesalahan istilah maupun kesalahan dalam pengetikan, overall buku ini cukup bagus.
Profile Image for Arvia Maharhani.
231 reviews29 followers
May 30, 2021
Akhirnya bisa membaca buku ini (lagi) setelah sekian lama karena antrian di iPusnas yang banyak haha

Harus aku akui, ketika membaca buku ini di bab-bab pertama rasanya membosankan dan belum menemukan alur ceritanya dan bagaimana cara menikmatinya. Namun setelah memasuki Bab Empat dan bertemu dengan beberapa 'penumpang', rasa penasaran dan tertarik mulai muncul.

Makin ke belakang aku merasa percakapan antara si anak kecil dan Pak Tua semakin dalam. Aku suka buku ini karena menurutku penuh dengan nilai kehidupan dan kematian. Membaca buku ini harus pelan-pelan dan diresapi karena percakapannya cukup berat dan penuh makna. Bikin galau juga setelah bukunya habis HAHAHAH :'''

Btw, dari Bab Lima aku udah lumayan bisa menebak sedikit-sedikit dan menyusun potongan ceritanya. Endingnya juga bikin bertanya-tanya sih karena tidak ada jawaban dari tebakanku.
Profile Image for ale aleavsi.
10 reviews
June 13, 2021
Sebenarnya bisa aja aku habisin buku ini dalam dua hari, tapi karena ada sedikit drama dengan akun Ipusnas jadinya aku baru bisa ngakses dan nyelesaiin ceritanya hari ini. 4.5 Bintang buat buku ini. Percakapan tentang Pak Tua dan Hantu anak kecil tentang kehidupan dan kematian yang sangat relate dan disampaikan dengan bahasa yang cukup ringan. Jujur aja, aku masih kurang puas dengan endingnya yang sedikit gantung, tapi selebihnya, aku sangat sangat merekomendasikan buku ini :D
Profile Image for Nanaaa.
2 reviews7 followers
December 31, 2020
"Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang bisa memastikan kebahagiaan buat orang lain. Meski itu orang terdekatnya"

Salah satu kutipan yang aku suka dari buku ini.
Meski awalnya kayak muter² dan bikin bosen menurutku, tapi makin ke belakang makin bikin penasaran, dan selalu ada pesan di balik percakapan antara kedua tokoh utama ✨
This entire review has been hidden because of spoilers.
Displaying 1 - 30 of 68 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.