Namaku Prana. Aku bisa melihat penghuni dunia seberang melalui mata saudara kembarku yang sudah mati. Tanpa pernah kuduga, kemampuan ini telah mengantarkanku ke depan gerbang petualangan menuju dunia kegelapan. Ini adalah catatan harianku. Kumpulan kisah-kisah berhantu yang kurangkum dalam sebuah jurnal. Jurnal penuh misteri. Jurnal penuh teror.
Melihat kemunculan novel ini di timeline media sosial membuat rasa penasaran muncul. Tema horor dan misteri yang ditawarkan merupakan faktor penarik rasa penasaran ini. Apalagi dengan premis cerita anak indigo semakin memperkuat unsur horor di dalamnya. Sampul bukunya pun berkata demikian. Lewat gambar seorang remaja laki-laki berseragam SMA yang disorot cahaya dengan latar sebuah bus berisi seorang gadis sudah mempertontonkan nuansa mistiknya. Warna hitam putih yang dipilih menambah kesan suram, gelap, dan misterius. Sampul bukunya seperti meyakinkan saya bahwa kisah Prana ini memang menawarkan cerita horor yang menarik atensi. Apalagi sampul bukunya sendiri merupakan karya sang penulis yang juga merupakan seorang ilustrator. Jadi tidak perlu ragu atau bimbang untuk segera menimang buku ini dalam dekapan.
Cerita horor yang coba diangkat dalam novel ini berhasil membangun nuansa yang suram dan misterius. Bagaimana sang tokoh utama, Prana, memiliki indra keenam dengan kemampuan bisa melihat makhluk halus. Novel ini dikemas layaknya sebuah diari dengan beberapa bab cerita yang berbeda-beda. Dalam setiap bab cerita kita akan melihat Prana dengan kemampuannya menghadapi berbagai situasi mistis. Entah itu hanya sekadar melihat, merasakan, atau sampai membantu para makhluk halus tersebut. "Sosok-sosok" yang dimunculkan oleh penulis dalam ceritanya tergolong sederhana dan tidak berlebihan, tapi menimbulkan efek merinding saat membayangkannya. Mulai dari hanya arwah penasaran sampai bayangan kejadian di masa lalu dan masa depan. Kemampuan Prana untuk melihat makhluk halus juga diceritakan dengan singkat, namun efektif memicu rangsangan yang membuat bulu kuduk merinding. Satu hal lagi yang saya suka adalah cara penulis dalam menggambarkan situasi horor yang dialami oleh Prana dengan seringnya memasukkan hujan di dalamnya. Menurut saya perpaduan hujan yang basah dan lembab sangat cocok dengan kondisi malam hari yang gelap dan mencekam.
Tidak banyak tokoh yang ikut andil dalam jalannya cerita, selain tokoh Prana. Prana merupakan seorang remaja yang memiliki kemampuan atau indera keenam yang bisa melihat sosok makhluk halus. Kemampuan ini muncul ketika usia lima tahun. Kemampuannya ini dia peroleh dari mata saudara kembarnya yang telah tiada. Prana sendiri merupakan sosok remaja yang penyendiri dan canggung. Namun, di balik sifatnya itu terdapat jiwa penolong dan petualang dalam diri Prana. Selain Prana, terdapat pula tokoh-tokoh pendukung yang menambah keseruan ceritanya. Cara penulis menyampaikan asal muasal kemampuan Prana bisa melihat makhluk halus terbilang singkat dan padat. Penulis dapat membangun nuansa horor yang sesuai dan tepat sasaran saat Prana mendapatkan kemampuannya itu. Saya pribadi merasa memiliki keterikatan dan kesamaan dengan tokoh Prana. Di mana saya dan Prana sama-sama merasa canggung dalam memulai obrolan basa-basi. Apalagi Prana juga selalu merasa cemas jika harus bertemu dengan keluarga besarnya yang asing bagi Prana. Simpati dan empati bisa saya berikan pada Prana jika melihat jalan hidupnya yang seperti ini.
Novel ini memiliki alur yang lambat dan mengalun. Cara penulis dalam menggambarkan peristiwa dan suasana dalam jalan ceritanya deskriptif. Namun, pemilihan kata yang dipadukan menjadi kalimat bisa dibuat menarik dan berbeda oleh penulis. Kata-kata yang biasanya jarang dipilih ini bisa dikombinasikan dengan baik dalam jalan cerita. Novel ini memakai sudut pandang orang pertama melalui tokoh Prana. Penggunaan sudut pandang ini memicu pembaca untuk lebih peduli dan mengerti akan isi hati dan pikiran tokoh Prana. Gaya berceritanya menyenangkan dan mengalir, sehingga menimbulkan perasaan tak ingin berhenti saat melahap ceritanya. Kota Bogor dan Jakarta digunakan sebagai latar tempatnya. Penggunaan rumah kosong, sekolah, hingga vila sangat efektif dalam membangun nuansa muram nan menyeramkan.
Karena konsep buku ini dibagi dalam beberapa bagian cerita, maka konflik di setiap ceritanya pun berbeda-beda. Namun, konflik yang paling panjang adalah saat Prana membantu Alina dalam menemukan masa lalunya. Di sini Prana harus membantu Alina menemukan teka-teki yang menjadi sumber masalah. Bisa dibilang konflik dalam cerita berjudul "Alina" ini memang masih kurang gereget jika dibandingkan dengan konflik cerita lainnya. Satu hal yang saya suka saat penulis mengeksekusi konflik dalam setiap cerita adalah bagaimana penulis bisa memicu bulu kuduk untuk berdiri hanya lewat suasana dan "sosok" yang sederhana. Membangun suasana horor dalam sebuah cerita novel bukanlah perkara yang mudah. Namun, sekali lagi Sweta Kartika sukses membangunnya dengan sangat baik.
Dari ke tujuh cerita yang ada, cerita berjudul "Paman Datang" merupakan cerita favorit saya. Dalam cerita ini penulis bisa memperlihatkan jika cerita horor tidak harus dibuat rumit dan mengada-ada. Hanya dengan cerita yang tergolong singkat, Paman Datang berhasil memberikan efek ngeri yang luar biasa. Bisa saya bayangkan bagaimana perasaan Prana saat mengalami kejadian aneh dan menyeramkan dalam cerita Paman Datang. Selain cerita tersebut masih banyak lagi cerita-cerita horor yang dilakoni oleh Prana. Semua cerita memiliki unsur-unsur misteri yang bisa membuat bulu kuduk berdiri. Hanya saja menurut pendapat saya untuk cerita "Alina" ini terlalu kepanjangan sampai ada tiga bagian. Selain itu unsur romance yang berusaha dimasukkan penulis dalam cerita Alina sebetulnya sudah cukup bagus, mengingat target pembaca novel ini adalah remaja. Namun, entah kenapa perasaan Prana terhadap Alina ini terlalu berlebihan bagi saya. Pujian Prana untuk Alina ini terlalu berlebihan bahkan setelah Prana tahu akan sosok Alina, pujian itu juga tak pernah berkurang. Secara keseluruhan Journal of Terror - Kembar adalah sebuah konsep cerita horor yang tidak hanya mengunggulkan ilustrasi saja, tapi juga nuansa horor yang dibangun dengan apik di dalamnya.
For those of you who like horror novel this book is for u
Bener-bener seserem itu sampai aku beberapakali mimpi buruk gara-gara saking merindingnya 😱
Buku ini bercerita tentang seorang remaja bernama Prana yg bisa melihat dan berkomunikasi dengan makhluk" di dunia seberang.
Di prolog nya aja udah serem. Aku gak bayangin sih gimana anak 5 tahun bisa menghadapi mahluk" tersebut.😖 Kalau aku pasti udah nangis kejerr
Total ada 5 journal yg Prana bagikan di sini. Aku paling suka sama cerita yg Alina, Paman Datang, dan Tamu Kelima. Ketiganya serem abisss. Yg Alina paling panjang ceritanya, tapi menurut ku gak serem malah heart-warming. Yg serem bgt tuh Paman Datang. Tamu kelima lumayan serem tapi lebih ke kayak plotwist nya sih yg aku suka.
Oh ya ada satu kutipan yg aku suka dlm buku ini :
“Sebab hanya dengan keberanian, mereka akan takut. Sebaliknya semakin kamu takut, mereka semakin berani”
Overall 5 🌟 Buku ini ada sambungannya (Titisan) habis ini mau langsung baca ituu
Premisnya biasa aja, tentang seorang anak bernama Prana yang bisa melihat makhluk-makhluk halus. Sesuai judulnya, cerita dalam buku ini ya kayak jurnal.. Mengisahkan pengalaman-pengalaman Prana berurusan dengan hantu. Ada tanggal-tanggalnya, yang harus diperhatikan, karena alurnya maju mundur. Plus ada prolog dan epilog. Di tiap bab ada sisipan ilustrasi yang kece banget. . Latar belakang budaya yang diangkat adalah budaya Jawa, dan itu tecermin tidak hanya dari bahasa yang digunakan, tapi juga dari sikap para tokohnya. . Kesan-kesanku saat membaca... Awalnya cukup menyeramkan (waktu Prana pertama kali dapat melihat hantu.. Ini masih menyisakan tanda tanya yang kuharap nanti akan terjawab). Kemudian ceritanya jadi lebih drama, drama banget sampai aku mengira ini lebih cocok dikategorikan roman, bukan horor. Bagian akhirnya seru dan bikin deg-degan pengen baca buku lanjutannya. Muncul tokoh baru (sepupunya Prana) yang sepertinya berkepribadian unik.
3.5 ⭐️ Cukup suka 😁 lumayan serem buat yg baru baca horor seperti aku ditambah dengan ilustrasinya 🤭. Cukup suka gaya ceritanya meskipun ada kalimat yang agak berat buatku untuk ukuran novel horor. Tapi selebihnya oke.
Untuk buku yang ada perkataan Terror dalam tajuknya, tiada satu pun kisah yang menggerunkan apatah lagi menyeramkan.
Kisah hantu pertama ditulis dengan ayat-ayat terlampau puitis dan romantis sehingga meleret dan tidak bersesuaian dengan kisah hantu yang ingin disampaikan. Mujurlah bagi kisah-kisah yang seterusnya gaya penulisan sudah berkurangan meleret.
Bagaimanapun, seperti kisah yang pertama, kisah-kisah seterusnya masih terasa seperti kisah-kisah hantu yang telah biasa diceritakan berulang kali dan malangnya tidak dapat diselamatkan oleh pengolahan cerita yang tidak segar lalu menyebabkan kesemua kisah menjadi tidak menarik atau mengujakan untuk dibaca.
Selain tidak mempunyai kaitan kuat yang boleh menjadi penghubung antara kesemua kisah, kisah-kisah hantu terpilih yang dialami watak utama juga tidak memaparkan kepentingan yang jelas terhadap perkembangan watak dan tidak menambah kematangan watak dalam berhadapan dan berurusan dengan hantu yang dapat dilihat.
Seterusnya, secara mendadak kisah diakhiri pula dengan epilog yang sekadar mahu memberi kaitan sambil lewa kepada kisah pertama lalu membuka lebih banyak pintu persoalan yang barangkali akan dijawab dalam buku seterusnya, tetapi malangnya turut mengakibatkan buku ini mempunyai penamat yang amat tidak memuaskan.
Ilustrasinya sih, yang bikin serem. Dan atmosfer dalam bukunya, meskipun gak di semua bab. Aku bukan orang yang gampang ketakutan sama hantu (yang asli), tapi hantu di buku-buku dan film memang selalu sepuluh kali lipat lebih seram buatku. Apalagi yang lokal. Kalau cuma teks, aku bisa menggunakan imajinasiku sehingga hantunya sama seramnya dengan yang sering beredar depan kamar, tapi berhubung ini dilengkapi ilustrasi... yah... wassalam...
Ceritanya seru. Aku suka dengan format jurnal ini; bab-babnya diberikan tanggal dan urutannya tidak sesuai kronologi waktu. Sayang enggak terlalu dijelaskan lebih lanjut mengenai saudara kembarnya Prana dan kenapa dia 'memberikan' kemampuan itu ke Prana.
Baca sekuelnya nanti dulu deh masih deg-degan. (DAN BARU NYADAR KALAU BACA INI DI MALAM JUM'AT)
JUJUR AKU SUKA BUKU INI!!!?? Buku ini menceritakan tentang prana yang pas umur 5 tahun 'tiba-tiba' punya indra ke-enam, yang ternyata hal tersebut bisa terjadi karena ia di pinjami mata oleh saudara kembarnya yang udah meninggal pas lahir.
Seperti judul bukunya yaitu "Journal of Terror" buku ini formatnya kaya journal prana, tentang cerita-cerita kejadian mistis yang di alami prana. Terus menurut aku cerita-cerita horror disini tuh 'classic' atau kisah-kisah horror atau mistis yang mungkin agak familiar bagi beberapa orang TAPI dikemas dengan penulisan yang apik jadi pas aku baca tuh kerasanya kaya lagi nonton film horror.
Overall aku suka sama ceritanya, plot nya, dan writting style nya author. 4/5⭐ for me.
Mungkin karena si pengarang sudah terbiasa di media komik, novelnya pun sangat visual menggambarkan nuansa, kejadian dan emosi pelakunya. Alhasil, efek horor yang bikin bulu kuduk meremang sangat didapat. Merinding disko sepanjang baca. Aseliiii nakutin!!!
Pengaturan alurnya juga bagus. Setelah prolog yang sedikit memperkenalkan si tokoh utama, disambung satu kisah panjang yang memperlihatkan karakter dari si tokoh. Disusul beberapa cerita -jurnal- seram, lalu diakhiri dengan pemunculan tulang punggung cerita utamanya, sang villain, plus satu karakter baru yang kemungkinan bakal jadi partner si tokoh utama. Asyik, seru untuk dinikmati... asal..... hah, pokoknya baca aja d...
Bagian awal buku ini bikin merinding. Awalnya sok sok an, baca ebooknya jam 11 malem. Baru aja Prolog langsung pindah kamar tidur sama adik XD. Besoknya mulai baca lagi dan nggak bisa berhenti. Seru Banget. Cerita bermula disaat Prana menginjak umur 5 tahun dan mulai bisa melihat makhluk alam lain. Melihat proses dia dari umur 5 tahun sampai SMA, dari mulai terlihat aneh di mata orang lain dan keluarga sendiri sampai sudah terbiasa dengan keadaannya. Perjalanan Prana ini menarik buatku. Perkembangan dia secara pribadi dan 'kemampuan magis' nya itu seru, walaupun ya.. banyak bagian-bagian seram dan beberapa bagian roman juga. Ceritanya dilengkapi ilustrasi disetiap akhir bab. Ilustrasinya creepy, mantap deh.. lagi enak-enak baca tau-tau udah selesai babnya dan disambut dengan ilustrasi.
Entah mengapa aku suka dengan cerita horror yang tokohnya punya kelebihan/kemampuan lain yang dia pakai untuk hal positif atau berteman dengan makhluk lain yang membantunya untuk berbuat kebaikan. Seperti superhero di mataku hahaha.
Di akhir cerita ini kisahnya makin menarik, apalagi sepertinya akan ada karakter baru. Aku sekarang udah download dan siap baca buku ke-2 nya di Gramedia Digital.
Kesimpulan : Aku suka ceritanya, petualangannya, keseraman penampakan-penampakannya dan perkembangan karakternya. Apalagi dilengkapi ilustrasi seram di setiap babnya. Direkomendasikan bagi yang suka horror. Silakan baca dan nikmati sensasinya.
Buku ini di luar ekspektasi! Awalnya, aku sempat membaca buku ini saat sedang booming-boomingnya, tapi tidak kuselesaikan dan kutinggalkan. Karena merasa tidak cocok dengan gaya tulisan penulisnya yang terkesan mendayu-dayu dan hiperbola plus dengan banyak ungkapan pengandaian. Aku lelah bacanya. Karena banyak yang bilang novel ini seram banget aku jadi tertarik, tapi karena penulisannya seperti itu jadi malas.
Tapi, saat momen lockdown ini entah kenapa jadi tertarik untuk membaca novel ini lagi dan malah langsung selesai sekali duduk :" dan ternyata beneran seram bangeeeeet! dan tentu saja jenis cerita horor misteri kesukaanku, karena melibatkan variabel mistis dan rahasia keluarga. Favorit sekali...
Oh, malah ternyata sepertinya ini novel sekuel, ya? Karena akhir ceritanya menggantung. Hmm, bikin penasaran! Syukurlah aku kembali baca novel ini. Jadi bisa menyetujui pendapat pembaca lain kalau novel ini benar-benar rekomen untuk pembaca kisah-kisah seram seperti aku :D
Menunggu lanjutan kisah Prana dan Keris Kembarnya.....
This was actually my 1st Sweta Kartika book and I really enjoyed it! Ide ceritanya menarik. Ada ilustrasi² yg bagus terselip di dalamnya. Ceritanya juga dideskripsiin secara detail sehingga aku bisa membayangkannya dengan mudah. Penulisan yg dipakai si author disini menurutku terlalu puitis. Yg doyan genre horror, this one recommended banget. Yah walaupun dibilang horror banget juga ngga, buktinya yg cerita tentang Alina malah sedih mengharukan banget. Udah lama bangett ga baca horror, mulai baca krn utk memperingati Halloween Day aja dan aku seneng sekalinya mulai baca Novel horror yg okee seperti ini.
Awalnya rada-rada gentar baca buku ini karena… katanya serem banget…
Tapi ternyata nggak segitunya kok. Buat saya sih yaa… beberapa gambarnya creepy sih, tapi jenis creepy yang bikin ketawa setelah kagetnya hilang. Mungkin saya emang pada dasarnya suka horor aja kali yah.
Blurbnya terdengar menarik ("Aku melihat melalui mata saudara kembarku yang sudah mati…" or something), tapi… selain kejadian di chapter pertama (atau di prolog?), hal ini nggak pernah disentuh lagi. Formatnya lebih ke diari, jadi event-eventnya disampaikan nggak kronologis.
Nggak apa-apa sih… cuman kayaknya formatnya dan non-kronologisnya digunakan tanpa alasan yang jelas. Baik format maupun premisnya seperti dibuat cuma karena Sweta pengen aja, nggak ada alasan lain. Nggak tahu ya kalau ini ada urusannya dengan buku sekuelnya (mungkin bakal ada sekuelnya? Soalnya ini endingnya bener-bener terasa seperti ending Gundam OO season 1), tapi intinya ada banyak elemen dalam buku ini yang kayaknya nggak ada juntrungannya.
They just are. That's all there is to it. It seems like they should mean more… but they don't. Narrative problem? I guess. I don't know. There are just a lot of things that are presented as if they should mean more, but they don't whatsoever (I anxiously wait for the answer to the "Why is it like this?" till the end of the book and there's just no answer!), so I feel left hanging.
Gaya berceritanya Sweta lumayan enjoyable. Diksinya oke, a good mix between prosaic (?) narration and casual, interactive dialogues. Kadang berasa agak terlalu maksain puitis sih, tapi nggak terlalu masalah.
Also, a really, really good naming sense. These characters aren't given names that sound like ridiculous millenial names yang antara ala-ala bule tanpa ada arti khusus, minimal tiga kata just because the previous generations mostly have two-word names, atau menggunakan huruf-huruf yang does not sound native Indonesian seperti X, Q, V, dll… Maksudnya, ini karakter utamanya namanya Gesang Pranajaya Natadiningrat (bukan some Alvaro Don Jose Ravenwintercoolguy—maap kalau kebetulan ada yang menamai karakternya persis begini). Dan Sweta menjelaskan kenapa namanya demikian. I dig those names.
Meski bisa dibilang kalo horror itu bukan Genre favorit saya, tapi kenyataannya, saya cukup banyak membaca buku dengan Genre horor. Entah buku itu terjemahan atau lokal dari dalam negeri. Beberapa memang sukses membuat saya ketakuta, beberapa sangat sukses membuat saya tidak membaca buku itu di malam hari, apalagi jelang tidur hahaha... Buku milik manga ka Sweta Kartika ini masuk di jenis kedua, yaitu sangat sukses membuat saya tidak membaca buku ini jelang tidur. Bahkan selepas maghrib pun saya memilih membaca lainnya, entah artikel, buku judul lain atau sekedar sekrol timeline dunia Twitter. 😁😁😁
Buat yg masih pemula sama novel genre horor, ini pas bgt novelnya soalnya semacam kumcer gitu, ceritanya beda-beda karna buku ini hanya menceritakan pengalaman-pengalaman si tokoh utama yaitu Prana. Kisah yang paling aku suka adalah yang Alina. Iya memang awalnya tuh kaya "eh kok romance sih" tapi bagus, aku suka banget sama endingnya. Dan ikut merasakan apa yang dirasakan Prana saat itu. Setelah membaca bab Alina, aku berharap di bab-bab selanjutnya sih bakal punya alur atau ending yang sejenis, tapi ternyata tidak. Aku agak kecewa sebenarnya. Buku ini endingnya gantung. Dan aku yakin banget sih ini pasti bakal ada kelanjutannya. Semoga buku selanjutnya bisa lebih baik dari buku yang pertama ini hehe.
Gak nyesel baca ini. Buat yang suka horor yang rada ringan dan smooth. Coba baca ini deh. Narasi detilnya bikin menggigil. Penggambarannya disertai ilustrasi yang bikin nahan napas. Tapi, pas epilog terasa kurang. Ini bukan akhir, ya? Atau ada buku lanjutan? Kupenasaran banget.
Namaku Prana. Aku mampu melihat penghuni dunia angker melalui mata kembarku.
Dia dah mati, sewaktu hari kelahiran kami.
Ini catatan harian aku: horor yang aku lalui dengan mata sial ini.
***
Prana, seorang remaja canggung & penyendiri; diberi kurnia (atau malapetaka?) deria keenam: matanya mampu melihat jembalang berleluasa.
Melalui Journal of Terror, kita dipukau catatan² Prana sepanjang pertemuannya dengan makhluk halus.
Sweta Kartika bijak mencipta rasa cemas & tegang melalui atmosferik menakutkan, kadang penuh misteri.
Catatan ini terbahagi kepada beberapa cerita, maka konflik di setiapnya pun berbeza-beza.
Yang paling menarik, mungkin cerita pertama: konflik terpanjang antara semua catatan; saat Prana membantu hantu Alina mencari masa lalunya.
Setiap hantu memiliki alasan tersendiri mengapa mereka tersekat: mereka terperangkap dalam penyesalan
Tanpa niat, Prana tak sengaja membantu hantu² ini untuk melanjutkan perjalanan mereka
Ide tentang protagonis yang mampu melihat alam setelah mati tidaklah baru, ia sudah digunakan berkali². Dan untuk mencipta suasana horor dalam sebuah cerita bukanlah perkara yang mudah.
Namun, sekali lagi Sweta adalah pencerita yang baik, bahasanya mengalir. Jika kita bukan kerana seramnya cerita, pun pembaca tetap akan terpersona dengan alir bahasa penulisnya.
3.8 / 5 bintang ⭐!
Kalau @gempak_starz terbitkan novel, saya tak risau; sebab percaya kepada taste penerbitan mereka. Gerenti sedap!
Wah gila buku ini keren banget😭 Buku horor bercampur adventure! Awalnya aku bingung buku ini sebenarnya mau bahas tentang apa? Tentang perjalanan Prana membantu para hantu kah? TAPI kenapa arc Alina sampai 3 bab? Terus ada beberapa bab cuma memuat memori atau interaksi antara Prana dan para hantu. Bingung jujur. Meskipun begitu, ada beberapa pula yang menyeramkan😭 Bab kecelakaan Paman itu yang serem banget AAAAAAA. Lalu, waktu baca bab terakhir, kaget banget ya ternyata si Prana ini punya semacam partner which is itu sepupu nya sendiri. Gila sih penulis nya keren bisa menghubungkan kemampuan Prana ini kearah yang lebih mistis. Jadi gak sabar baca buku selanjutnya😂
Selain itu, yang menarik dari buku ini adalah gaya penulisannya. Tidak kaku dan mengalir begitu saja. Sedikit seperti poetry, tapi tetap oke. Banyak kosakata yang jarang digunakan, malah digunakan disini. Membuat aku jadi banyak tau kosakata lain ihihihi.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Karena judulnya kembar, ngiranya bakalan banyak membahas soal Prana dan saudara kembarnya. Tapi ternyata gak, hanya dibahas di awal saja. Isi novelnya menceritakan tentang perjalanan Prana, mulai dari bisa ngeliat arwah sampai dia remaja. Kalau anak Indigo awalnya bisa ngeliat arwah dan dijadikan teman bermain, Prana ini malah kebalikannya. Dia dihantui sampai benar-benar takut dengan kejadian itu. Hal ini menyebabkan perubahan kepribadian Prana menjadi pendiam dan pengecut. Tak hanya membahas soal horor, di dalam novelnya juga disisipkan kisah cinta antara Prana dan seorang gadis bernama Alina. Kisah perjalanan Prana bertemu hantu pun tak banyak, ada yang singkat ada pula yang panjang. Namun hal ini menjadi perkembangan karakter Prana yang awalnya sangat takut hingga perlahan mulai penasaran dengan kemampuannya sendiri.
Keren bukunya, ceritanya banyak yang tidak terduga dan saya suka cara penulisan penulis. Also my favorite chapter is alina, masih terharu dan kagum dengan kebagusan dan keunikan ceritanya, i love you alina 😭
Cons 1. Bukunya di bagi bagi ke beberapa cerita, mungkin lbh baik kalo nyambung ceritanya ga usah di bagi2? 2. Bahasanya terlalu formal jadi buat saya aga sulit bacanya. 3. Karakter yang menonjol hanya prana, emang sih ini jurnal, tp saya berharap ada karakter karakter lain yang menonjol juga.
Pros 1. Unik beda dari buku horror lainnya. 2. Cara penulisan penulis dapat membuat pembaca merasakan adegan buku dengan dalam dan nyata. 3. Ceritanya super seru pokoknya
Overall keren banget, currently lagi baca yang titisan, so far bagus tapi kayanya lbh suka sama yang kembar.
Sebelumya aku udah baca buku yang kedua yang berjudul 'jurnal teror-Titisan' Harusnya baca yang yang ini dulu, tapi nyambung² aja sih meskipun bacanya tidak berurutan.
Jadi kalo di buku yang pertama ini sudut pandangnya dari Prana. menceritakan dari awal tentang kehidupan Prana. Dan pertama kalinya bisa melihat mahluk tak kasat mata sejak ia berusia 5 tahun.
buku ini terdiri dari 6 kisah dengan judul yang berbeda. Lumayan bikin merinding dan di bab terakhir intinya hampir sama kek bab terakhir di buku yang kedua.
This entire review has been hidden because of spoilers.
⭐️4,3 menceritakan tentang Prana seorang anak indigo yang harus menjalani keseharian nya berdampingan dengan dunia gaib. Buku ini menyajikan narasi yang enak dibaca, penyusunan kata nya disusun secara rapi, alur cerita nya gak membosankan, deskripsi makhluk gaib yang dihadirkan sangat detail dan mampu membuat kita merinding.
Kalau dilihat dari judulnya sih, sebenernya ini nggak teror-teror banget ya. Cuma pengalaman dari orang yang dianugerahi kelebihan buat melihat makhluk gaib.
Buku ini punya alur yang lambat, mungkin saking banyaknya diksi yang dimiliki si penulis, jadi alurnya maju pelan sekali.
Buku ini nggak nyeremin sama sekali sih, tapi karena dikemas dengan diksi yang luas jadi asik buat dibaca.
satu-satunya penulis horor kesayangan 😘 bukunya cantik, CANTIK BGTT!! heran, ini buku dengan genre horor tapi bahasanya indah, diksinya cantikk, dan nama tokohnya tuh terkesan ningrat bgtt. tapi tetep walaupun gitu masih kerasa feel horornya. dengan gaya penceritaan yang baik, penulis mampu membuat suasana yang menegangkan, merinding, dan mistis. truss ternyata ini ada versi komiknya di webtoon 😇
Buku pertama yang aku baca dari Sweta Kartika. Di buku ini kita ikutin cerita Prana yang bisa liat setan. Basically buku ini kumpulan cerita horor pendek tentang pengalaman Prana. Cerita pertama yang paling panjang judulnya Alina biasa aja dan ga serem, tapi cerita cerita lainnya bagus dan serem. Ada ilustrasi bagus dan serem juga.
Overall Lumayan lah, cuma naik turun gitu menurut aku keseruannya. Beberapa bagian ada yang rasanya datar aja.. cuma aku ngerasa penggambaran ekspresinya terlalu digambarkan dengan cepat dan terburu-buru gitu jadi untuk build up suasana horornya nanggung dan kurang dapet.. story di bagian keluarga intinya pas menjelang akhir dan alina udah okee sih cukup seru..