Jump to ratings and reviews
Rate this book

Makan Siang Okta: Sebuah Cerita Tiga Bagian

Rate this book
Masih teringat benar bagaimana kesannya menyadari betapa ibu memandangi kedua tanganku dan buku itu, dan rasanya meskipun aku ingin menaruh buku itu kembali namun sorot matanya melarangku, seolah membatin bahwa entah aku tetap memegangnya ataukah menaruh buku itu ia tetap tahu dan yakin bahwa aku menyayangi Okta, dan kata batin ibuku ini meninggalkan satu siksaan halus yang tidak kunjung dicabut dari atas ringkihnya jaringan sarafku.

170 pages, Paperback

First published September 1, 2019

8 people are currently reading
25 people want to read

About the author

Nurul Hanafi

54 books6 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
1 (2%)
4 stars
8 (19%)
3 stars
17 (41%)
2 stars
13 (31%)
1 star
2 (4%)
Displaying 1 - 13 of 13 reviews
Profile Image for Chaizuree.
14 reviews1 follower
January 31, 2022
WARNING SPOILER

JUJUR GAK NGERTI BANGET SAMA BUKU INI?!?!??!

Dari awal pun emang gak ngerti gitu ini ceritanya mau dibawa ke mana, tapi akhirnya tetap lanjut baca kan ya. Sampai di 2/3 buku, baru tuh aku ngerti ini buku tentang Tendy, anak laki-laki yang naksir sama Okta sampe dia rela main ke rumah Okta tanpa diundang, pinjem bukunya Okta, ketemu ibunya Okta, walau sebenarnya si Tendy itu takut dicap "banci" sama temannya gara-gara main sama cewe terus.

Di awal cerita ini ngomongin selop Okta yang ada listriknya. Idk Tendy just gombal to Okta or what? Trus ngomongin Okta yang makannya lama banget, cara pegang sendok Okta, dsb pokoknya hal-hal yang iseng trus bikin orang kesel tapi semacam lagi nyari topik gitu kiww. Trus di tengah-tengah baru tuh ketahuan kalo Tendy rela ketemu Okta ya karena naksir gitu kan trus ngapel ceritanya ekhemm (eh kalian kapan terakhir kali dengar kata "ngapel"?)

Tingkah laku Tendy gemes banget aslikk, heart warming banget walau respon Okta pertamanya agak ling lung kebingungan gitu sampai akhirnya Okta bilang "Apakah kamu suka aku?" Gara-gara ada teman Okta yang lain main ke rumah Okta trus si Tendy cemburu gitu ea makanya dia ngejelek-jelekin kalo Panji (cowo lain yang main ke rumah Okta) itu banci grgr mainnya sama cewe.

Akhirnya si Tendy ngaku juga kalo dia emang suka sama Okta🏃‍♀️💗🙏

TAPI AKU MASIH BINGUNG BANGETTT ini tuh ceritanya diambil dari  point of view Tendy yang umurnya udah 25 tahun trus dia flashback gitu apa gimana? Soalnya di halaman 91 Tendy bilang "Hari ini dua puluh lima tahun yang lalu, apa yang kucoba ketahui tentang diri Okta terasa tak beda dengan apa yang kucoba ketahui tentang diri sendiri, hanya saja aku sama sekali tidak menyadarinya" tapi pas kalimat ini tuh kayak gaada jeda dari sebelum dan sesudahnya, jadi kayak flashback-masa kini-flashback. Jujur, butuh temen yang banyak buat diskusi buku ini trus ngomongin sudut pandang dari yang lain.

Menuju akhir cerita masih dibuat gemas dengan mereka berdua, tapi endingnya bikin mikir dan ngerasa kosong. Gak ngerti maksudnya apa.

"Ketika kembali lagi untuk membersamaiku, ia melangkah keluar sambil mendekap selembar babut tipis yang terlipat dan terikat rapi. Ia menjatuhkannya di depanku, membuka ikatannya, lalu menepuk lututku keras-keras.
Tapi tak ada suara.
Tak ada rasa.
Dan ketika ia mulai kembali bicara, suara tetap tak ada. Hanya seperti kibasan saputangan yang, ketika terkulai kembali, membuat sarang laba-laba itu lenyap."

Jadi si Tendy itu sebenarnya lumpuh sama tuli atau Oktanya yang bisu?? Entahlah, bingung. (yang ngerti dimohon untuk komen. Jalan komentar dibuka lebar-lebar. Trims)

Sangat direkomendasikan untuk orang yang suka cerita gemas gemaszz heart warming☝😲💞 ditambah cerita ini yang nyeritain tuh anak kecil walau ditulis oleh orang dewasa (tapi yang dimaksud di sini adalah penulisnya, bukan Tendy. Kalau itu aku pun masih bingung🤔)
Profile Image for Gita Swasti.
322 reviews40 followers
March 1, 2022
Sekarang kupikir berbohong di depan anak perempuan itu menyenangkan, tak peduli Okta suka dibohongi ataukah tidak, tak peduli aku akan dianggap anak penakut atau tidak. Kalau kamu sanggup berbohong pada anak perempuan, rasa sebalmu pada dia akan sedikit terkurangi.



Saya jadi teringat Dunia Sophie-nya Jostein Gaarder yang menggunakan tokoh anak-anak. Ceritanya memantik banyak ide, sayangnya saya lagi enggak pengen diajak mikir. Ceritanya bertumpu pada satu latar tempat, sehingga rasanya enggak ke mana-mana. Saya tidak suka dengan karakter utamanya yang diskriminatif tanpa konteks. Iya, tanpa konteks karena tidak menghasilkan kesimpulan apa pun.
Profile Image for Ipank Pamungkas.
4 reviews
August 12, 2023
Novel dengan gaya penceritaan yang sangat khas dari Nurul Hanafi. Detail dan tempo ceritanya yang pelan sangat cocok dibaca ketika kita tidak ingin cepat-cepat menyelesaikan cerita. Selamat juga buat penulis untuk karyanya yang tahun ini masuk dalam daftar panjang penghargaan KSK 2020. Pilihan gaya penceritaan yang tidak banyak ditemukan oleh penulis lain di Indonesia.
4 reviews
August 8, 2022
Unik. Bukunya tidak memiliki alur cerita, lebih menggambarkan detail dan pikiran tokoh utama pada dua kali pertemuan. Untuk orang yang suka baca cerita beralur ga cocok.
Profile Image for Aldila Sakinah Putri.
83 reviews
January 29, 2023
"Merasa bahwa matanya sayu karena kenyang oleh keajaiban sulap kata-kataku, padahal justru aku sendirilah yang bertekuk lutut di bawah kaki kedustaanku yang menjulang tinggi." Hlm 62

Sesuai dengan judulnya, bagian pertama buku ini menceritakan Tendy yang berkunjung ke rumah Okta ketika jam makan siang. Tendy terpesona oleh sandal selop milik Okta karena lembut. Okta sendiri terlihat ogah-ogahan menghabiskan makan siangnya saat itu yang berlauk ikan bandeng.

Bagian kedua adalah saat Tendy dipersilakan masuk ke dalam rumah dan menemui ibunya Okta. Serta bagian ketiga, sewaktu Tendy kembali ke rumah Okta untuk mengembalikan buku yang ia pinjam.

Sekilas ceritanya nampak sederhana, bukan? Eits, jangan salah. Walaupun tema utamanya tentang kisah seorang anak bermain ke rumah teman sekelas, tetapi narasinya cukup memukau. Penulis menggambarkan interaksi antartokoh dengan spesifik, tidak hanya gerakannya tetapi juga tentang segala sesuatu yang dipikirkan Tendy si tokoh utama.

Penulis menceritakan kisah anak-anak ini dari kacamata orang dewasa, di awal buku digambarkan bahwa Tendy menceritakan kisah ini 25 tahun yang lalu. Hanya saja karena terlalu spesifik maka alurnya terkesan lambat.

Dari buku ini aku jadi tahu bagaimana jalan pikiran seorang anak kecil yang sedang naksir temannya. Ia akan berpikiran ke sana ke mari, ingin terlihat sebagai seorang anak baik-baik, dan jangan sampai rasa suka itu kentara.

Walaupun minim dialog, narasi monolog yang dibuat terlihat rumit karena pembaca tidak bisa menebak mau dibawa ke mana ceritanya.

Menurutmu, apa Okta tahu kalau Tendy naksir dia?

"Semua rasa yang sudah pernah bergetar, berdenyar, dan berdenyut di dunia ini harus kami raba satu per satu pada tempat dan saat yang tepat sehingga tidak membekaskan kesan ganjil di tengah keseimbangan semesta, tidak membekaskan kesan ganjil karena terlalu terburu-buru." Hlm 160
Profile Image for Alfaridzi.
109 reviews3 followers
February 9, 2022
Buku ini menceritakan tentang interaksi yang dilakukan oleh dua anak kecil bernama Okta dan Tendy. Kisah mereka bermula ketika Tendy datang kerumah Okta untuk bermain, kemudian terjadilah berbagai interaksi menyenangkan sekaligus menyebalkan diantara mereka.

Buku tipis ini aku tamatkan dalam waktu cukup lama. Bukan karena tidak ada waktu untuk membacanya, namun karena cerita di dalamnya tidak seperti yang aku duga. Aku kira akan berisi percakapan lucu dan menyenangkan dengan ciri khas anak kecil pada umumnya. Namun ternyata, pemikiran yang disampaikan oleh tokoh di dalamnya sangatlah rumit dan berlebihan.

Tokoh "Okta" dalam buku ini ternyata hanya sebatas objek belaka. Dia hanya jadi bahan kritik dari sosok "Tendy" yang senantiasa mengomentari segala hal yang dilakukan oleh "Okta". Sekecil apapun tindakannya, "Tendy" selalu menanggapinya secara berlebihan dan cenderung overthinking. Dia sangat lihai mengaitkan segala bentuk tindakan dengan hal-hal aneh dan jauh dari pemikiran anak kecil. Selain itu, ceritanya pun bergulir begitu lambat dan tanpa arah.

Tetapi, yang aku suka dari buku ini adalah adanya beberapa bagian cerita yang lucu dan menggemaskan, yaitu tentang perasaan cinta yang dialami oleh tokoh di dalamnya. Selain itu, aku kagum dengan penulis yang bisa menciptakan sosok anak kecil dengan pola pikir dan deskripsi yang mendetail.

Secara keseluruhan aku cukup bingung dengan buku ini. Campur aduk. Entah pengalaman hal yang menyenangkan atau tidak dengan membacanya. Atau malah aku yang tidak mengerti dengan isi ceritanya? Entahlah. Tapi setidaknya ini pengalaman berharga bagiku karena telah membaca buku diluar genre kesukaanku 😊👌
Profile Image for Rahman.
162 reviews21 followers
January 10, 2024
Kesalahan orang-orang dalam memilih buku ini adalah dengan berkespektasi bahwa buku ini adalah tipe bacaan ringan melihat betapa tipisnya jumlah halaman dan berpikir akan bisa menghabiskannya dalam sekali duduk.

Buku ini tampil beda dari novel-novel sastra indonesia kebanyakan karena ia bertipe: character-driven. Bukan plot-driven. Fokus utama dari keseluruhan novel ialah isi pikiran tokoh utama, Tendy, dan bagaimana hal itu diobrak-abrik hingga akhir cerita. Jadi, dalam novel yang seperti ini, kompleksitas karakter diletakkan pada nomor pertama dan plot berada setelahnya. Setidaknya, begitu yang kutangkap setelah menamatkannya.

Aku bisa paham dari review-review di goodreads kenapa banyak yang tak suka dengan novel ini; karena tak banyak pembaca Indonesia yang suka dengan novel-novel tipe begini. Setidaknya, aku tak termasuk dalam orang-orang itu.

Untuk menikmati novel ini, kita harus paham dengan konsep ceritanya dan harus punya selera pada bacaan seperti ini. Kalau pun ingin menantang diri, bacalah dengan keterbukaan pikiran yang penuh. Bahwa sebuah novel bisa saja berlatar di tempat yang sama dari awal sampai akhir, dengan cakupan latar waktu per bagiannya bergerak pada menit per menit (betapa lambatnya!), dan berisi rusuh pikiran seorang anak kecil terkait dirinya dan seorang temannya (yang disukainya) bernama Okta.

Bagiku, membaca novel ini adalah salah satu pengalaman tak terlupakan di tahun 2023. Aku jadi ingin membaca novel Hanafi yang lain!
Profile Image for Novan Rizaldy.
25 reviews
December 3, 2024
Sebenernya isi buku ini cuma tentang Tendy—karakter utama di buku ini—iseng main ke rumah Okta, teman sekelasnya, atau mungkin bukan sepenuhnya iseng, secara random main dan pada suatu titik dia pinjam buku Okta, kemudian besoknya dia kembaliin bukunya. Sesimpel itu.

Tapi karena narasi isi pikiran Tendy yang super panjang, tapi nggak sama sekali ngebosenin, ditambah ini cukup relate sama saya, sebagai lelaki yang pernah mengalami masa kanak-kanak dan naksir sama teman sekelas juga, bener-bener sepanjang cerita, naik turunnya nggak dragging sama sekali. Walaupun memang ada bagian yang sedikit diulang, untuk penekanan aja.

Contoh di bagian ketiga, ketika Okta pertama nyebutin soal Panji, di sini saya bisa ngerasain gimana sih cemburunya Tendy. Kemudian di satu titik semacam Okta meyakinkan dia bukan siapa-siapanya Panji (di sini bukan kayak teman yang deket banget), ada kelegaan pada diri Tendy dan saya bisa ngerasain hal itu.

Mungkin saya kurang sreg aja sama ending-nya, sengaja banget digantungkan, supaya dari pembaca mungkin bisa diinterpretasikan sendiri. Tapi overall, it's a fun journey.

Buku ini cocok buat orang yang suka cerita minim dialog (tapi narasi full seabrek), dan butuh bacaan yang nggak terlalu mikir (tapi cukup bikin hati ngerasa berat wkwk)
Buku ini kurang cocok untuk yang nggak suka cerita banyak narasi, plot kompleks, atau karakter yang banyak porsi anak-anaknya.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Riza.
169 reviews7 followers
February 27, 2022
Well sebenernya sampai akhir aku kurang paham sama ceritanya karena di ending juga kayak open ending. Tapi, dari yg kutangkap adalah ini menceritakan pemikiran Tendy tentang Okta ketika dia bermain ke rumah Okta di jam Okta makan siang.
Tendy yg berpikir Okta mungkin menganggapnya "banci" kalo begini begitu lalu Okta mungkin berpikiran begini tentang dia. Kekhawatiran Tendy terlalu dominan pada dia takut disebut banci oleh Okta.
Penulis yg seorang dewasa menulis cerita dg pemikiran anak2 juga patut diberikan applaused karena tidak mudah juga memikirkan bagaimana pemikiran anak2. Meskipun kurasa pemikiran Tendy ini terlalu tinggi juga kalau disebut pemikiran seorang anak. Atau mungkin aku yg kurang paham tentang anak2.
Profile Image for Novita.
184 reviews13 followers
September 13, 2022
2,7/5⭐

Jujur Aku ngak ngerti banget sama buku ini....
Dari awal beneran ngak tahu, ini cerita tentang apaan dan mau dibawa kemana ceritanya, tapi tetep nekat buat baca—karena aku sendiri yang beli ini buku, jadi harus tuntas bacanya.

Tapi waktu di bagian ke-2 buku, udah mulai disebut tuh tokohnya dan alurnya gimana.
Jadi sudut pandangnya ini dari tokoh yang namanya Teddy—anak laki-laki yang suka sama Okta. Dia suka mendefinisikan Okta ke hal-hal random, dan pemikirannya beneran out of the box kayak ada aja gitu pemikirannya—kayaknya dia kalau udah gede bakal sering ovt deh.

Tingkah laku Teddy tuh heartwarming banget sebenernya, cuma ceritanya tuh lambat banget sumpahhhhhhh... Kalau ngak selambat itu, ini worth it to read sih...
Profile Image for clare.
3 reviews
October 13, 2023
Sebenarnya saya kurang menangkap maksud dari buku ini. Awalnya saya mengira buku ini akan dihiasi dengan percakapan lucu antar anak-anak, berkuranglah minat membaca buku ini. Tetapi saat memasuki bagian dimana interaksi Okta dan Tendy lumayan banyak saya jadi sedikit bisa menangkap bahwa cerita ini dari sudut pandang Tendy.

Ternyata Tendy suka mengomentari semua tingkah laku Okta yang membuat Okta merasa sebal. Sedikit lucu karena terdapat kisah cinta antara anak kecil dan ceritanya terlalu lambat yang membuat saya terkadang bosan saat membaca.

Buku ini lumayan membuat otak saya berpikir keras daripada sebelumnya karena baru kali ini saya membaca buku yang penggambaran cerita tentang pikiran anak-anak terlalu tinggi dan sedikit berlebihan.
Profile Image for Erika.
14 reviews1 follower
April 23, 2023
aku kira akan mengisahkan kisah lucu dan beneran gemas, menurutku gaya menceritakannya terlalu "besar" untuk ukuran kisah bocah, jadi aku kurang menikmati :(
Displaying 1 - 13 of 13 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.