Seorang pemuda dengan 207 ekor lalat di dalam kepalanya. Seorang ninja yang menyamar menjadi pemilik toko buku. Seekor kucing yang hilang. Sebuah distrik yang menyimpan riwayat kematian Diego Maradona, dan pertarungan melawan gerombolan anak punk.
Iki Poppunk, pahlawan kita semua, harus melewati salah satu malam Minggunya yang paling merepotkan demi sebuah ajakan kencan.
”Pergi ke toko buku dan menemukan novel bagus tapi nggak membelinya adalah sebuah dosa besar. Masih bisa diampuni, memang, tapi sebagaimana sebuah dosa, sebaiknya nggak dilakukan.”
Apa reaksi kamu ketika ada seseorang yang mengaku kalau di dalam kepalanya terdapat 207 lalat? 😂
Buku tipis ini merupakan sebuah novela yang berisi 97 halaman terdiri dari 8 sub-judul yang konyol-konyol.
Ceritanya bermula dari perkara kencan dengan pembawaan yang asik juga menggelikan. Sebagian besar isinya adalah monolog. Jadi, kalau kamu baca buku ini, kamu akan dibawa ke jalan pikiran si karakter yang aneh bin ajaib, sampai bikin menerka-nerka, ini orang kenapa, sih? Tapi, sadar atau tidak, apa yang menggulung di pikiran si karakter sebenarnya berkaitan sama realita yang ada. Ada beberapa permasalahan sederhana yang dibahas di sini bikin aku bergumam, “oh, iya juga, ya.”
Aku pikir buku ini serius, suram dan menyedihkan. Tapi, ternyata di beberapa bagian malah bikin aku tiba-tiba ketawa. Sialnya, ada sesuatu yang sudah mengecoh aku, atau aku sudah terkecoh sama jalan pikiranku sendiri.
Aku sangat merekomendasikan bacaan ini buat kalian yang gak masalah sama kata-kata yang dianggap kasar.
Ide ceritanya saya suka, gaya penulis bercerita juga asik. Cuma agak sedikit terganggu aja sama jenis dan size font judul tiap bab. Abis baca ini jadi penasaran sama lagu "Berapa harga kroket di rumahmu".