Setiap hari Imalovix menjadi bahan olok-olok karena statusnya sebagai anak rahim asli. Pada zaman itu, anak-anak rahim asli dianggap kelas bawah karena kualitasnya jauh dibanding anak-anak rahim kaca yang merupakan anak unggulan, terbaik, dan kebal terhadap virus. Imalovix tidak bisa mengelak karena dia memiliki tanda lahir di bagian yang tak bisa ia sembunyikan: mata.
Suatu hari, kakeknya memberikan sebuah jurnal yang ditulis seribu tahun lalu oleh seorang gadis bernama Kecubung. Seperti Ima, Kecubung memiliki tanda lahir di hidungnya dan itu membuatnya juga diolok-olok. Dengan kemarahan karena merasa dikasihani, Imalovix mengembalikan jurnal itu kepada kakeknya.
Namun, kemarahan itu justru menimbulkan kedukaan lain, hingga Imalovix pun berharap bisa mendapatkan jurnal itu kembali.
Ada bagian dalam kehidupan ini yang harus tetap berjalan alami, dan ilmu pengetahuan tidak selamanya menjadi sebuah jawaban.
Buku ini merupakan buku hadiah ulang tahunku pada Oktober lalu, selain itu buku ini menjadi buku pertama yang kubaca di tahun 2023. Aku benar-benar puas aku membacanya untuk mengawali tahun. Sebab buku ini luar biasa!
Dari sampul bukunya bisa terlihat dan tergambarkan kalau buku ini bergenre fiksi ilmiah atau yang sering kita sebut sci-fi dan fantasi. Di buku ini, saat membuka tiap lembar halamannya kita akan dibawa menuju dunia baru. Dunia yang serba canggih. Rasanya seperti memasuki sebuah film.
Kita akan disuguhkan oleh perjalanan Imalovix Freya dalam menerima dirinya sendiri. Dia tinggal di sebuah negeri bernama Nuswantierra. Ada banyak kota-kota melayang, transportasinya pun tak kalah unik mulai dari skateboard terbang, sepeda terbang, bahkan ada juga mobil terbang!
Ada virus mematikan yang bisa menjadi penyakit yaitu penyakit tubuh gila. Membuat setiap warga harus waspada dan yang mempunyai harta lebihlah yang dapat mengenakan perlengkapan untuk menangkal penyakit tersebut. Tidak hanya Imalovix, di buku ini kita juga akan bertemu Brigit, Qariya, Yanuv, Iyangka Kafka, dan lainnya.
Mau tahu apa yang uniknya lagi? Imalovix suka sekali dengan sejarah! Selain itu, karena latar waktu yang digunakan adalah masa di mana dunia sudah serba canggih, bahasa yang digunakan juga ikut berubah. Bahasa gaul dari aku-kamu di negeri Nuswantierra adalah qyu-koe. Setiap membacanya, aku merasa lucu dan terhibur.
_
Buku ini benar-benar ringan dan menyenangkan. Meski begitu, pesannya luar biasa! Kita perlu jadi diri sendiri, jangan merasa sendiri karena orang-orang tersayang akan selalu mendukung kita, sadari bahwa kita punya potensi, lihatlah kekurangan menjadi suatu kelebihan, dan yang paling penting kita harus menerima bahwa inilah kita.
Cocok dibaca di waktu luang. Menurutku lebih cocok lagi dibaca saat waktu malam, sebab imajinasi dapat menggambarkan apa yang ada di dalam buku ini. Sangat aku rekomendasikan bagi sesiapapun yang menyukai fantasi dan fiksi ilmiah. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo, segera baca!
Lumayan seru! Setting waktunya kita dibawa ke masa depan di tahun 3000-an (kalau engga salah inget), di tahun tersebut segala teknologi jelas sudah berkembang pesat, mobil, motor, sampai sepeda semua layaknya pesawat yg mampu terbang. Di tahun ini pula makanan real yg kita makan sehari2 terasa tabu dan sangat istimewa, karna makanan2 yg dikonsumsi dikemas dalam bentuk kapsul. Sounds terrifying, rite?
Gue suka ide dan konsep world-building buku ini, untuk 2 hal itulah gue akhirnya kasih 4⭐ Terlepas dari rasa cringe gue tiap kali denger panggilan "kyu" untuk pengganti "aku", lol, but it's still okay.
Engga banyak buku lokal bergenre scifi mixed fantasy yg gue baca, atau setelah gue inget2 sepertinya engga banyak juga di luar sana. Jadi menurut gue, buku ini a/ salah 1 yg berhasil menyampaikan cerita yg cukup page-turner lewat konsepnya yg unik.
Apa kamu pernah membayangkan apa yang terjadi di masa depan? Seperti apa teknologi dan kondisi di masa depan?
Nah, novel Mereka Bilang Ada Toilet di Hidungku ini bersettingkan masa depan, kira-kira di abad 30 loh. Kondisi saat itu tentunya berbeda, teknologi semakin canggih dan yang tidak ada bahkan tidak mungkin saat ini, semua terasa mungkin. Mulai dari mobil terbang, sepeda terbang, tv yang bisa membuat kita merasakan, menyentuh bahkan mencium apa yang ditayangkan, sidik jari yang bisa digunakan untuk penyimpanan uang, pokoknya membayangkannya saja sudah wow banget 😍
Tapi, apakah teknologi canggih merupakan jawaban dari seluruh permasalahan? Apakah teknologi akan membuat setiap orang bahagia?
Hal ini tidak berlaku bagi sebagian orang, karena ternyata di masa depan pun perisakan masih berlangsung, terutama untuk orang-orang yang terlahir dari rahim asli. Orang-orang yang dianggap tidak memiliki kualitas terbaik layaknya yang lahir dari rahim kaca.
Jadi di masa depan, setiap orang bisa memiliki anak (bahkan tanpa menikah) dengan menggunakan program rahim kaca, dalam waktu 3 bulan mereka bisa mendapatkan anak berkualitas terbaik. Sayangnya, sesempurna apapun, anak-anak rahim kaca ini memiliki kekurangannya sendiri loh.
Pokoknya, baca novel ini seru banget 😍 Menjadi Imalovix tentunya tidak mudah. Menjadi anak berbeda karena terlahir dari rahim asli, sering membuatnya mendapatkan diskriminasi. Terutama dari sosok Yanuv dan gengnya.
Semua menjadi semakin seru ketika Ima, Yanuv dan Qariya, sosok anak baru dikelas mereka menjadi perwakilan sekolah di perlombaan Dolanai Jenara. Ya ampun, idenya keren, eksekusinya pun oke, world buildingnya oke, karakter konsisten dan berkembang, pokoknya aku suka.
Settingnya di Yolekata dengan bahasa yang sebenarnya agak mirip dengan Bahasa Jawa. Namun, memang agak terasa aneh saja saat membaca kata ganti Kyu untuk Aku dan Koe untuk Kamu
Aku sangat menikmati membaca novel ini, memang agak berbeda dengan beberapa novel Mba Ruwi yang kubaca sebelumnya. Jika yang sebelumnya lebih ke thriller dan misteri, novel ini memadukan unsur fantasi dan scifi 😍
Pokoknya aku suka 🙌 Sayangnya, menjelang ending aku masih penasaran banget, karena masih banyak hal yang belum jelas, terutama terkait keluarga Imalovix dan sepertinya bakal ada lanjutannya nih. Gak sabar banget baca kelanjutan kisah Imalovix dan Qariya. Aku rekomendasikan novel ini untuk kamu baca. Salah satu novel favoritku ini
Idenya bagus sih, antara scifi dan dystopian, mix Ugly dan Handmaid's Tale, plus campuran antara HP GoF dengan Hunger Games versi gak sadis. Aku suka alur ceritanya, dan world buildingnya lumayan keren meski banyak yang bisa lebih detail. Penyelesaiannya juga masih cukup terbuka untuk sekuel-sekuel berseri-seri selanjutnya. Menarik nih buat ditunggu.
Nah, yang aku kurang sreg, adalah penggunaan bahasa jawa yang diplesetkan jadi versi bahasa jaman itu. Yolekata dari Yogyakarta (oke lah), Nuswanteirra dari Nusantara (hmm..), Tanai Siwwe (eh... taman siswa??), dll. Juga panggilan Iyangka dan Biung atau percakapan macam sigengai zink cahy yu (coba tebak apa artinya). Tapi yang paling bikin kuping keri... (eh, mata ya) adalah penggunan frase qyu dan koe. Waduuuhh, setiap kali dipakai kata "koe" (kowe), kok rasanya bergidik, orak mung ngoko, wes orak elok cara ngomonge ki. Wkwkwk.... 🤣
young adult bertema science fiction dibumbui romance tipis2 rivals to lovers trope. menurutku konsepnya cukup menarik, dunia dimana ada anak2 rahim asli yang lahir dari manusia dan anak2 rahim kaca yang harus 'dipanen'.
yang disayangkan kenapa endingnya dibuat gantung?! padahal menuju ending udah dibikin happy buat semuanya terutama buat ima sama qariya. kalimat terakhirnya bikin ceritanya gantung/open ending. aku pribadi ga suka open ending, jadi ya sayang aja. kalo aja ga ada kalimat yang diakhir cerita itu, bakal jadi happy ending.
Mereka Bilang Ada Toilet di Hidungku • Ruwi Meita • Bhuana Sastra • 2019 • 303 hlm.
"..., setiap masa lalu, masa kini, dan masa depan bisa disimpan dalam buku. Jadi membacalah untuk mengetahuinya, dan menulislah untuk menciptakan masamu sendiri." - Hlm. 57
"Selalu ada tempat untuk kata maaf saat hatimu telah memahami cinta yang purba dan tak teretas ilmu pengetahuan." - Hlm. 193
Keren sekali penulis sanggup menggarap tulisan yang menyinggung beberapa isi sekaligus. Buku ini membahas soal perisakan, rasisme, dan pelestarian lingkungan. Selain itu juga membahas soal kejujuran. Benar-benar topik yang selalu dekat dengan kita. Penulis mengingatkan pembaca tentang topik-topik ini tanpa terkesan menggurui melalui tulisannya di buku ini.
Diceritakan bahwa Imalovix adalah seorang gadis yang memiliki tanda lahir hitam di salah satu matanya, hidup di abad ke-30. Pada masa itu, teknologi berkembang pesat dan jauh dari bayangan kita yang saat ini hidup di abad 20-an. Salah satunya di bidang ilmu kedokteran. Masa itu, persetubuhan alami dilarang karena terlalu berisiko menularkan penyakit. Oleh karenanya calon orang tua (tidak perlu terikat dalam pernikahan, boleh sebagai orang tua tunggal--tentunya setelah memenuhi syarat) yang berniat memiliki keturunan bisa mendapatkan momongan dengan cara inseminasi di rahim atau rumah kaca. Maka lahirlah anak-anak dengan label anak "rahim asli" dan "rahim kaca".
Pada masa itu, anak rahim kaca dianggap lebih unggul karena pertumbuhannya selalu dipantau selama di dalam rahim kaca. Ima yang terlahir sebagai anak rahim asli dirisak oleh Yanuv--gadis rahim kaca yang cantik, kaya, dan pintar. Tidak hanya musabab status kelahirannya, Ima juga diolok lantaran tanda di matanya.
Kakek Ima memberikan jurnal yang ditulis Kecubung, gadis yang hidup pada abad ke-20 yang kehidupannya serupa dengan Ima. Ima justru marah karenanya. Tidak disangka, kakeknya kecelakaan dan koma. Demi menyemangati kakeknya untuk sembuh, Ima ingin membacakan jurnal Kecubung yang sudah dijual kakeknya ke Qariya--anak baru yang keren, keturunan ilmuwan ternama. Namun, Qariya hanya mau meminjamkan jurnal itu kalau Ima berhasil lolos pertandingan Dolanai Jenara--kompetisi adu kepintaran yang tahun sebelumnya dijuarai Yanuv. Mampukah Ima mengalahkan pesimistisnya dan bertanding sekuat tenaga dalam lomba itu?
Paragraf pertama buku ini mengingatkanku akan salah satu cerpen buku Di Balik Hari Esok di mana tokohnya mengonsumsi makanan berbentuk pil. Kuakui, tidak banyak buku bergenre fiksi sains yang kubaca. Topik yang rumit dan berat menjadi alasan utamaku. Namun, buku ini berbeda. Aku tidak kepayahan meskipun diajak ke masa depan, seribu tahun yang akan datang. Selain itu, kata sapaan dan beberapa istilah yang merupakan plesetan bahasa Jawa justru membuatku terpingkal sekaligus akrab.
Banyak tanya yang berkelindan di kepala sepanjang membaca buku ini. Akankah manusia generasi ribuan tahun mendatang benar tidak lagi dapat menikmati makanan asli? Sudah habiskah hutan beserta isinya hingga mereka hanya mendengar cerita atau melihat gambar pemandangan alam dan isinya yang kita nikmati saat ini melalui catatan sejarah? Duh, sayang sekali.
"Ada bagian dalam kehidupan ini yang harus tetap berjalan alami, dan ilmu pengetahuan tidak selamanya jadi sebuah jawaban." - Hlm. 100
"Seharusnya teknologi itu hanya bersifat membantu, bukan merusak keseimbangan alam. Apa gunanya kualitas baik jika hanya membuat kita merasa sendiri?" - Hlm. 168
Biasanya mebaca karya Ruwi berupa kisah horor, baca ini berasa makan menu baru yang dibuatkan oleh chef favorit.
Ide kisahnya menarik. Mempergunakan bahasa Jawa dengan cara plesetan merupakan salah satu cara menunjukkan kedekatan dengan tempat tinggal. Juga salah satu cara menggali dan mengolah budaya lokal.
Kakimat yang paling saya suka ada di halaman 226." imalovix, setiap masa lalu, hari ini dan masa depan bisa disimpan dalam buku, Jadi bacalah untuk mengetahuinya dan menulislah untuk menciptakan masamu sendiri."
“Yang penting bukan menang atau kalah, tapi bagaimana diri koe bisa menyelesaikannya. Jika koe menikmati prosesnya koe takkan peduli dengan kemenangan dan kekalahan. Jika koe bisa memahami prosesnya boleh dibilang koe sudah menang.”
“Selalu ada tempat untuk kata maaf saat hatimu telah memahami cinta yang purba dan tak teretas ilmu pengetahuan.”
“Acap kali waktu tak berjodoh dengan keinginan tetapi ketepatan, meski terlihat lambat dan tanpa harapan. Tepat waktu itu tak bisa diukur dengan jam tapi dengan kesabaran.”
“Selalu ada kesempatan untuk berterima kasih. Kalian akan bertemu suatu hari nanti. Sekarang yang terpenting, ikuti kata hatimu. Jangan takut menunjukkan siapa sejatinya kamu. Jadilah dirimu. Kamu hebat. Maka percayailah hal itu seperti aku yang selalu mempercayaimu.”
Buku kedua ditahun 2023. Aku pilih karya Mbak Ruwi Meita yang berjudul ‘Mereka Bilang Ada Toilet Di Hidungku’. Mbak Ruwi Meita ini yaaah.. Baddas emang.. Beliau masuk genre apa aja tuh oke gitu. Kali ini mbak Ruwi masuk genre sci-fi. Duuh keren sih menurutku..
Ceritanya seru.. Nggak ngebosenin. Pas nyampe akhir tuh rasanya nggak mau udahan. Endingnya menggantung pula. Jadi penasaran, bakal ada lanjutannya apa nggak ya.. Rekomended banget dech pokoknya... 4.5/5 🌟 buat novel ini..
selesai dalam sehari! bingung sebenernya mau kasih bintang 4 atau 5.. tapi karena ceritanya seru, menggugah, dan bikin penasaran, ku kasih bintang 5!
seperti yang kubilang tadi, ceritanya seru dan bikin penasaran, buku ini genrenya sci fi dan it was a great experience reading this book! aku suka sama dunianya, meskipun tetap ada diskriminasi sama seperti dunia sekarang. dunia yang diceritakan sungguh keren dan futuristik!
buku ini bercerita tentang ima, seorang anak rahim asli. di sini anak rahim asli dianggap sebagai kekurangan (?) ima pun sering diolok anak rahim kaca. anak rahim kaca itu 'dipanen' setelah 3 bulan. pertumbuhan mereka sangat dijaga sehingga menghasilkan orang yang punya kemampuan di atas anak rahim asli.
jadi, calon ibu anak rahim kaca takkan merasakan sakitnya melahirkan. selain itu anak rahim kaca diasuh robot, karena bersentuhan akan membuat mereka alergi. mereka pun sepertinya tak bisa menangis dan jika tersenyum, bentuknya tidak alami.
secara keseluruhan, ceritanya seru banget! bikin aku pengen masuk dunianya betulan! sayang aja di endingnya agak gantung ya .. :( aku harap sih bakal ada cerita lanjutannya~
singkatnya buku ini nyeritain ttg si imalovix si anak rahim asli yg selalu diejek temennya yg terlahir dari rahim kaca krna dia dri golongan rahim asli. rahim asli disini tuh kayak rendah bgt dimata mereka. nah suatu saat iyangka(kakek) nya ngasih jurnal kecubung gitu ke imalovix trs imalovix marah sama si iyangka krna dia nganggep kakeknya tuh ngasihani dia. pdhl sebenernya iyangka ngasih jurnal itu bukan krna kasihan tp krna sesuatu.
trs aku suka banget karakter qariya disini!! dia cool kece gituu ❤️___❤️ endingnya gemes bgt plsss! ini harus ada buku kedua gak sih? pengen liat imalovix sama qariya bikin formula anti alergi barenggg 🥺🥺🥺
Seru bangettt! Pembaca dituntun untuk membayangkan kira-kira gimana kehidupan di Indonesia ini pada 1000 tahun ke depan dan kita di zaman sekarang jadi zaman purba 😭🤣
Secara keseluruhan aku suka ceritanya dan world buildingnya yang kerenn banget. Yang menganggu cuma penggunaan kata "koe" dan "qyu" di setiap percakapannya
Kisah mengenai masa depan dengan penggunaan bahasa yang tidak asing, hampir mirip bahasa Jawa. Seperti misalnya "koe" untuk kamu, "qyu" untuk aku. Diceritakan Imalovix hidup entah 500 atau bahkan 1000 tahun di masa depan. Masa dimana semua pohon dan makanan asli di bumi punah— tergantikan oleh kapsul makanan dan berbagai barang buatan. Jarang bayi terlahir dari rahim ibunya sendiri, menggunakan tabung kaca untuk "membuat" bayi agar terhindar dari virus.
Karakter Imalovix disini sangat amat menyebalkan. Dia hampir selalu tersinggung karena pikirannya sendiri, bebal, dan merasa tidak berguna, rendah diri karena ia bukan bayi tabung kaca.
"Yah sepertinya qyu harus menerima kekalahan setiap hari. Sepertinya itu sudah genetik bukan?" Imalovix mengusap air matanya. Qariya mendengus kesal.
"Sudah qyu bilang jangan mengaktifkan kelereng itu."
"Kenapa? Supaya qyu tidak perlu tau kegagalan keluarga qyu?" tanya Imalovix.
"Tidak. Supaya qyu tak perlu melihat koe meratapi diri seakan koe iki orang paling sengsara di dunia." — hlm. 203
Namun semakin membaca mungkin saja semua sifat itu timbul karena bullying terus-menerus dari temannya. Rahasia ayah Ima mulai terungkap, dan mereka mulai tahu jika semua ini hanya permainan politik— bahwa sesungguhnya semuanya bisa kembali alami.
Idenya menarik, untuk ukuran bacaan genre yang termasuk dihindari (untuk saya pribadi) buku ini bisa mengemasnya dengan ringan dan gak terlalu berat seperti fiksi ilmiah lainnya. Bunga kecubung di sini masih jadi pertanyaan di kepala saya, apa dibuat simbol karakter tokohnya yang ‘berhalusinasi’ jadi manusia bernilai rendah atau bagaimana…masih tanda tanya (?)
Untuk selipan cerita romantis, pun sepertinya sudah terlihat dibangun dari awal, keseluruhan cerita juga sebenarnya ingin menunjukkan kalau perasaan antar manusia pada dasarnya itu hangat. Tapi, entah kenapa masih ada yang saya rasa janggal di sana.
Halaman terakhir menarik untuk ditunggu. Semoga akan ada lagi series berikutnya. Saya masih penasaran dengan pesan yang dititipkan pada Ima di dalam kapsul di rumah Iyangka-nya.
Dari novel ini, saya pribadi suka sekali dengan kutipan ini:
“Setiap masa lalu, masa kini, dan masa depan bisa disimpan dalam buku. Jadi membacalah untuk mengetahuinya dan menulislah untuk menciptakan masamu sendiri.”
Ini saya ambil dari perkataan Iyangka Kafka.
Dari semua hubungan yang disuguhkan dalam novel, saya senang sekali building relationship antara Ima juga Iyangka Kafka. Sangat relatable dengan hubungan kakek dan cucunya atau bisa dibilang saya sendiri.
This entire review has been hidden because of spoilers.
diawal lumayan bingung karna setting waktu ditahun 3000an yg teknologinya udah berkembang pesat jadi bikin susah bayangin, tapi makin kesini seru banget! buku lokal yg must read karna ada lucu, gemes, dan sedihnya💘
This entire review has been hidden because of spoilers.
Oh jadi harusnya ada sambungannya, ya. Cara nulis dan imajinasi dunia futuristiknya memang keren. Tapi ada beberapa catatan khusus terkait world-building-nya, yang menimbulkan pertanyaan.
Cerita fun, dengan world building yang unik dan moral value yang deep.
Imalovix, menjadi korban bully di sekolah nya karena ia merupakan anak yang lahir dari rahim asli, bukan rahim kaca seperti yang umum berlaku. Karena hal itu, ia memiliki tanda lahir yang membuat semua semakin rumit.
Kakeknya kemudian memberikan Jurnal Kecubung, jurnal yang ditulis oleh Kecubung dari ratusan tahun lalu, berharap Ima akan bisa menerima dirinya.
Hmm gimana bilangnya, aku agak bimbang. Overall, buku ini keren dan seru buat dibaca. Cukup page turner juga, dan pokoknya aku dapet 'fun' dari kegiatan membaca makanya aku kasih rate 4.
Tapi, kalau mau diperhatiin detainya, sebenernya aku menemukan banyak miss. But, once again, karena buku ini ngasih kesan 'fun' itu, bikin hal hal itu ga terlalu menggangguku.
Pertama, world buildingnya. Unik. Berlatar di masa depan, ketika iklim di bumi udah rusak, virus yang bikin orang kena penyakit tubuh gila bisa menyerang siapa saja. Makanan asli udah langka, dan diganti dengan kapsul makanan, bersamaan dengan punahnya hewan dan tumbuhan. Sound like dystopian world, kan?
Tapi, tekhnologi juga berkembang pesat. Mulai dari skateboard sampai mobil, semua bisa terbang. TV ga cuma bisa visual, tapi juga bau. Ada juga Che (tbh ive no idea how the heck this thing look like and work) tapi semacam hologram yang bikin user nya tetep stylish walau pakai pelindung. Idk. Juga konsep rahim kaca yang sound heartless but wow bisa punya anak tanpa hamil dan jadi dalam 3 bulan aja.
Dan yang paling keren adalah, Meteor Watuai Seu Muzai dan Kota Layang Layang. Konsep meteor yang melayang ke Neptunus dan dijadikan pondasi untuk kota itu bikin greget, karena seperti namanya, kota nya beneran diiket pake tali kek layangan.
Menarik dan mateng. World buildingnya bikin suasana novelnya ga boring.
Sayangnya, aku ga suka sama "bahasa" yang dipake. Iya mirip bahasa jawa dan itu keren. Iyangka, Iyangti, Mpu, dll itu bagus. Tapi, aku merasa geli sama penggunaan qyu dan koe yang buanyak banget dan ntah kenapa bikin jadi ga nyatu. Sampe end, ga terbiasa sama bahasa gaul itu karena jujur aja qyu ini rasanya kek bahasa alay gw tahun 2011 pas demen sms an t____t
Lalu, hal yang aku masih bertanya tanya adalah Jurnal Kecubung. Aku kira, awalnya isi jurnal nya yang bakal berpengaruh besar, tapi i dont think so deh. It feels like you can skip that pages and not miss anything. Just like, yeah.
How it end cukup predictable, mengingat ini masuk middle grade book, ya ga aneh. Cuma, aku menangkap sejak awal bahwa apapun yang terjadi, Ima bakalan berubah, so you will know how it all ends.
But the process sangat menyenangkan. Kompetisi yang diikuti Imalovix, Qariya, dan Yanuv itu seru. Prosesnya sampe berakhir bikin rasanya pengen ada di sana dan nonton langsung. Ga cuma seru, tapi juga dapet ilmu.
Selain itu, WHAT THE FUCK WITH THE ENDING? Plzz gimme bonus chapter plzzzz aku berharap banyak sama pesan di jade yang mungkin anti alergi anak rahim kaca, aku berharap banyak sama masa lalu ayahnya Ima. Kayak aduh sayang banget bagian bagian itu enggak ada lanjutannya?? (Atau belum??)
Buku ini cocok dibaca sama sd-smp, karena moral value yang jelas banget ditunjukkan buat love yourself, ga nyerah, dan menghargai keluarga dan orang lain itu bener bener tersurat dan mudah buat dimengerti.
So, big big recomended buat bacaan yang enteng dan ga ngebosenin.
Btw, ini buku kedua beliau yang aku baca dan ya aku memutuskan untuk menjadi fans dari karya karya Kak Ruwi Meita. Yeey
Mereka Bilang Ada Toilet Di Hidungku memiliki ide cerita yang menarik. Berlatar waktu ribuan tahun dari masa sekarang di mana semuanya serba canggih ada sepeda, motor, dan mobil terbang; hutan-hutan, flora, dan fauna hanya bisa dilihat dalam bentuk hologram atau ilusi karena semuanya hampir punah; ke luar dari rumah harus memakai setelan pelindung kalau tidak mau kena virus atau angin merah yang berbahaya buat tubuh. Hal-hal yang kita anggap di masa sekarang adalah hal lumrah, tapi di masa depan adalah hal kuno dan dianggap aneh, seperti melahirkan anak dengan cara normal. Pada masa Imalvovix, mayoritas anak-anak dilahirkan melalui rahim kaca alias rahim buatan, di mana lewat rahim ini hanya perlu waktu tiga bulan untuk memanen bayi. Iya, memanen bayi, bukan melahirkan. Anak-anak dari rahim kaca dianggap lebih superior dibandingkan anak-anak yang lahir dari rahim asli. Pada masa ini diskriminasi hadir dalam bentuk baru.
Membaca novel ini mengingatkan saya akan beberapa novel, di antaranya Brave New World karangan Aldous Huxley karena perbedaan kasta anak rahim kaca dan rahim asli dan Harry Potter dan Piala Api dari J.K. Rowling juga seri The Hunger Games dari Suzanne Collins ketika novel ini menceritakan perlombaan Dolanai Jenara, semacam sebuah kompetisi antarsekolah yang mempertandingkan kecerdasan, ketangkasan, dan ketahanan fisik.
World building-nya lumayan oke. Ruwi Meita bisa membangun dunia baru di masa depan yang cukup menarik. Misalnya kota Layang-Layang, yang melayang pada penopang ajaib, yaitu sebuah asteroid unik yang ditemukan dan diambil dari luar angkasa. Lalu, menciptakan bahasa baru. Meski kurang detil saya tetap mengacungi jempol untuk usaha Ruwi yang telah membangun dunia baru.
Ceritanya sendiri berpusat pada Imalvovix, seorang anak rahim asli yang selalu diolok-olok. Kita akan melihat bagaimana Imalvovix berkembang dari remaja yang selalu pesimis dan tidak penuh percaya diri berubah menjadi Imalvovix yang lebih positif. Jujur saja, meski pesan moralnya baik -- bahwa kita harus berpikir positif dan tidak boleh pesimis -- tetapi saya kurang merasakan perjuangan dan kesungguhan dari Imalvovix. Seolah-olah perubahan itu niscaya pasti, tapi ya hanya sekadar ada. Semacam ingin meyakinkan saja kepada pembaca bahwa Imalvovix pasti berubah kok. That's it.
Saya tidak begitu menikmati kisah cinta remaja yang ada di sini karena saya tidak bisa terhubung, jadi saya mengabaikannya. Karakter Imalvovix yang selalu marah-marah atau bosan ke kakeknya pun tidak menarik buat saya. Saya hanya fokus pada konsep ceritanya yang menarik, dunia baru di masa depan yang menghadapi berbagai tantangan dan dibangun dengan segala kecanggihan teknologinya, dan etika keilmuan di baliknya. Mereka Bilang Ada Toilet Di Hidungku lebih besar daripada sebuah roman picisan antara dua anak remaja. Tidak, buku ini lebih dari itu.
Buku ini bukan yang terbaik dari Ruwi Meita, setidaknya dari tiga bukunya yang sudah saya baca. Namun, berkat alasan-alasan yang sudah saya kemukakan sebelumnya, saya menghargai Ruwi karenanya, atas usahanya mau membangun Nuswanteirra.
Ini kali pertama membaca karya Kak Ruwi setelah sekian lama, ohohoho. Kali ini dengan genre di luar thriller dan horor yang sudah menjadi ciri khas penulis. Untuk ukuran genre sci-fi, buku ini mendapat kesan sederhana dalam penjelasannya. Yah, memang nggak ada narasi yang menggambarkan kecanggihan alat disertai dengan berbagai penjelasan rumit.
Buku ini menekankan soal perbedaan atau bisa kita sebut sebagai tindakan rasis, di era beberapa abad ke depan, antara anak yang lahir dari rahim kaca dan rahim asli. Banyak sekali hal-hal yang membuat kagum, seperti saat negeri tersebut terserang virus dan pengaruh buruk angin merah. Hmm, gambaran sekaligus tamparan keras pada kondisi bumi beberapa abad mendatang 🤔
Ada beberapa istilah yang sempat bikin giggling karena plesetan bahasanya nggak jauh beda dari unsur-unsur jawa. Misalnya "koe" adalah bahasa gaul dari "lo", lalu "qyu" adalah bahasa gaul "gue". Penyebutan Kota Yolekata jika tidak salah menafsirkan adalah Kota Yogyakarta di masa depan. Ada juga Kota Sole yang sekarang disebut Solo. Dan beberapa istilah lain hasil penggubahan dari masa kini.
Alur ceritanya enggak rumit, bahkan terkesan simpel saja. Memang bagian akhir, seperti penyelesaian, masalah terasa dipercepat (alasan kenapa aku nggak kasih bintang 5), tapi konfliknya rapat, dalam artian nggak banyak mencabang ke mana-mana dan berakhir nggak terjawab. Ini kelebihan Mbak Ruwi Meita, simpel tapi membekas 👍🏻
Dannnnn, lagi-lagi dibuat kesengsem sama unsur romansa dalam karya-karya Mbak Ruwi. Suka banget, banget, banget. Enggak diperbanyak sehingga melupakan genre utama, enggak juga dipersingkat sehingga terasa seperti tempelan. Hal yang selalu kuteriakkan, "Aduh, kurang panjang ini kisah cinta mereka!" Tapi kalau begitu nanti jadi salah alamat, ya, ohohoho. Anyway, bagi penyuka atau yang kepengin baca novel genre sci-fi yang heartwarming dan sarat pesan tersirat (maupun tersurat), serta ringan penjelasan, bisa mampir baca buku ini 🙌🏻
Oh iya, tambahan. Aku bingung dengan latar waktu yang Imalovix bilang kalau seminggu lagi dia bakal bertanding di putaran kedua, tapi pas latihan di sekolah itu tiba-tiba waktunya jadi tiga minggu kemudian? 😶
“Acap kali waktu tak berjodoh dengan keinginan, tapi ketepatan, meski terlihat lambat dan tanpa harapan. Tepat waktu itu tidak bisa di ukur dengan jam tapi dengan kesabaran” —— 🌸Wow🤩 buat cerita scifi karya penulis Indonesia yg satu ini. Ini cerita Imalovix si gadis yg memiliki tanda lahir hitam di salah satu matanya yang hidup di abad ke-30 dan terlahir dari rahim asli. Di masa itu ada anak-anak yg dilahirkan dengan cara inseminasi di rumah kaca atau lebih di kenal dengan rahim kaca dan rahim asli. Mempunyai anak dengan cara seperti ini karena ada larangan pembuahan alami karena dianggap bisa menularkan penyakit. Kebayangkan bagaimana canggihnya teknologi pada masa itu dibanding kita di abab 20-an saat ini. . 🌸Di masa itu, di Yolekata segalanya seperti lebih mudah, seperti kendraan bisa seperti pesawat - terbang, cara berkomunikasi bisa tanpa alat telpon, sidik jadi yg bisa menyimpan uang dan digunakan sebagai alat transaksi, makanan juga dalam bentu kapsul. Jadi real food disana sangat mahal. Lalu dengan segala kecanggihan teknologi di masa itu apa membuat semua benar-benar mudah dan membuat warga Yolekata bahagia? Ada yang menjadi perbedaan antara anak rahim asli denga anak rahim kaca yg sering terlihat seperti rasis diantara anak-anak seumuran Ima. . 🌸Kemana aku selama ini baru tau ada cerita scifi dari penulis Indonesia sebagus ini🫣 konsepnya benar-benar keren sih, world buildingnya 🤩👍. Kalau kalian suka dengan cerita The Hunger Games pasti kalian suka dengan cerita scifi yg satu ini. Dan tidak hanya sekedar ceritanya yg menarik tapi penulis juga membahas tentang pelestarian lingkungan seperti mengganti penggunaan uang fisik menjadi penggunaan sidik jari, jd mirip Emoney gak sih😄, bullying di lingkungan sekolah dan rasisme juga tentang kejujuran. . 🌸Tapi ada satu yg membuat aku terganggu selama mendengar audiobook ini, mungkin klo baca bukunya juga bakal gak nyaman juga kaykanya —— bahasanya 🫣🥹 yg kadang bercampur bahasa jawa dan “gue”. Cuma penggunaan panggulan untuk ibu jadi biyung dan beberapa kata lain masih it’s okay. Selain itu so far so good and really cool🤩👍
Mereka Bilang Ada Toilet Di Hidungku merupakan novel karya Ruwi Meita yang mengisahkan perjuangan seorang gadis yang lahir dari rahim asli dan memiliki tanda lahir bulatan hitam di sekitar mata bernama Imalovix dalam memperoleh kesetaraan di lingkungannya di sebuah kota masa depan bernama Yolekata.
Hidup dengan keseharian penuh olokan dan perundungan menjadikan Imalovix sosok gadis yang tidak percaya diri. Suatu hari Iyangka Kafka (kakeknya) memberikan sebuah buku diary dari masa lalu yang berisikan celotehan ketidakpuasan diri seorang gadis muda bernama Kecubung yang terlahir dengan tanda lahir berupa tahi lalat dengan ukuran besar yang terletak tepat diatas hidungnya sehingga teman-temannya selalu mengejek Kecubung. Alih-alih termotivasi oleh kisah gadis tersebut, justru Imalovix menjadi marah karena merasa dikasihani oleh kakeknya.
Suatu ketika Imalovix bertemu dengan Qariya, pemuda yang ia benci dan perlahan ia cintai dengan sepenuh hati. Dengan Qariya-lah perlahan Imalovix dapat menunjukan potensi dan prestasinya kepada orang disekitar, bahwa ia juga bisa setara dengan anak lain yang lahir dari rahim kaca yang digadang-gadang memiliki kesempurnaan yang hakiki.
Jika dilihat secara garis besar, mungkin saja novel ini hanyalah sekelumit cerita tentang perjuangan anak muda dalam prosesnya memunculkan potensi dalam dirinya. Namun, jika sekali lagi dipahami, novel ini juga mengangkat isu yang saat ini masih sangat relevan didunia nyata. Ketimpangan kelas sosial, perundungan atas ketidaksempurnaan fisik dan juga isu lingkungan. Oleh karenanya, karakter orang tua juga cukup mendominasi cerita yang disampaikan melalui nasihat-nasihat yang sederhana namun cukup mengena.
"Setiap masa lalu, hari ini, dan masa depan bisa disimpan dalam buku. Jadi membacalah untuk mengetahuinya dan menulislah untuk menciptakan masamu sendiri"—266
kata iyangka Kafka pada Imalovix—juga pada Qariya.
Ini adalah dongeng dari masa depan! Aku selalu kagum melihat betapa gilanya teknologi menguasai masa tersebut. Sebagai contoh yang sebenarnya juga menjadi inti cerita buku ini adalah "Bayi Rahim Kaca". Bayi pada masa itu tidak lagi dikandung pada rahim ibunya, melainkan melalui rahim kaca. Hanya sedikit bayi yang lahir dari rahim ibunya. Imalovix merupakan bayi rahim asli, predikat bayi rahim asli pun selalu lebih rendah daripada bayi rahim kaca. Padahal bayi rahim asli memiliki sebuah keistimewaan, yaitu tetap bisa melakukan kontak langsung dengan orang lain tanpa perlu mengalami alergi.
Ah, akan sangat panjang jika aku menulis kisah Imalovix yang sangat luar biasa itu!
Ada beberapa hal yang aku soroti. Terkait dengan isu lingkungan pula. Mungkin aku tercengang, bahkan sangat tercengang membayangkan teknologi yang benar-benar tidak pernah terbesit di otakku. Namun, miris sekali melihat bagaimana bumi yang sudah rusak. Seperti digambarkan "Langit sudah tidak lagi berwarna biru; harus menggunakan che atau hidung babi agar terlindung dari cemaran udara; tidak tersisa spesies hewan; dan jarang sekali ditemukan makanan asli (diganti dalam bentuk pil)."
Manusia bersifat merusak—kata Qariya. Aku menyetujuinya sungguh. Mereka berusaha menciptakan peradaban yang maju hingga seringkali lupa bahwa tugas manusia adalah merawat bumi. Bukan dengan merusak bumi dengan dalih memodifikasi.
Bagus, bagus banget. Entah harus mendeskripsikan bagaimana karena memang sebagus itu!!
Novel Sci-Fi dengan latar Indonesia di masa yang akan datang pertama yang pernah aku baca, serius segala ide-idenya luar biasa. Penggambarannya juga bisa diimajinasikan dengan jelas. Bahasa Indonesia di masa depan yang sebenarnya adalah adopsi dari bahasa Jawa seperti “Biung”, lalu ada Bapio dari Bapak dan Iyangka dari Eyang. Cerdas banget. Aku masih amaze dengan seluruh penggambaran masa depan setelah angin merah ini.
Terlepas dari itu, buku ini menjelaskan bahwa meskipun berbeda.. atau bahkan merasa “kecil” atas dirimu sendiri tetapi kamu pasti memiliki nilai lebih yang tidak dimiliki orang lain. Jangan merasa kecil, jangan merasa lemah, karena kamu istimewa. Seperti Imalovix yang terlahir dari rahim alami sedangkan dunia sangat membanggakan rahim kaca.
Buku ini juga menggambarkan bahwa cinta itu memberikan kehangatan, melahirkan adalah sebuah anugrah, bersentuhan antar manusia atau skinship adalah nikmat. Meskipun bagi manusia rahim kaca, hal tersebut dianggap berbahaya sedangkan manusia secara alamiah memang seperti itu.
Di dalamnya juga menggambarkan bagaimana sifat manusia yang tamak jika mengetahui hal yang bagus dan manusia akan sulit merubah sistem, terlebih jika yang berkuasa tidak menginginkannya. Dan ini beneran terjadi di kehidupan nyata.
Lalu sedikit romansa rival to lover juga sangaaat gemas. Sempilan di akhir tapi sukses bikin senyam senyum yang baca.
Sungguh aku menunggu kelanjutan dari buku ini jika memang ada! Tidak sabar ingin melihat kelanjutan Qariya dan Ima. Sepertinya akan lebih menarik karena mereka sudah dewasa dan akan melawan sistem yang ada? 👀
Judul: Mereka bilang ada toilet di hidungku Penulis: Ruwi Meita Penerbit: Bhuana Sastra Dimensi: 24 bab (epub), cetakan pertama 2019, edisi digital RBK ISBN: 9786232162587
Imalovix, gadis remaja rahim asli yang cerdas, sehat, dan banyak potensi. Namun ia malah rendah diri karena tanda lahir di matanya yang mirip dengan panda, dan iri pada Yanuz, gadis populer rahim kaca. Saat ia sibuk meratapi nasibnya, Iyangka Kafka memberinya buku lama berupa jurnal seorang gadis bernama Kecubung. Dari jurnal itu, ia menjadi dekat dengan Qariya, murid baru tampan yang digilai seisi sekolah. Hingga ia terpaksa mengikuti Dolanai Jenara, kompetisi orang-orang terpilih. Satu per satu rahasia terkait bapionya terkuak dan jiwanya terancam. Bisakah Imalovix memenangkan kompetisi dan menemukan jawaban atas misteri bapionya?
Terbiasa membaca karya penulis yang didominasi horor dan misteri, membuat saya kaget dengan genre novel ini. Distopia dan fantasi masa depan yang melihat teknologi masa kini seperti purba. Belum lagi gambaran kerusakan lingkungan yang besar di bumi. Saat kompetisi, entah mengapa saya teringat film Hunger Games. Berharap ada sekuelnya untuk membahas politik gelap Dr. Wix dan perkembangan hubungan Imalovix dengan Qariya.
Cocok dibaca untuk kamu yang suka kisah distopia serta fantasi masa depan.
Banyak teman yang bilang buku-buku dari penulis itu ringan dan bikin ketagihan. Aku gak akan komplen karena bulan ini aja aku sudah Baca 3 judul. Menurutku pribadi, buku penulis menarik karena walaupun gak sempurna banget tapi ceritanya unik, mudah dipahami, punya kearifan lokal yang bikin ceritanya deket dengan keseharian pembaca. Membumi. Buat aku ada tambahan temanya berani beda dan untuk buku ini bahkan ada kreatifitas yang besar.
Bersetting di Yogya era jauh di masa depan, kira-kira abad 30. Indonesia mungkin masuk era utopia setelah berhasil selamat dan hidup bersama dengan angin merah yang membawa wabah penyakit. Tehnologi sci fi masa itu sudah maju banget dan fashion gaya hidup manusia yang hidup masa itu juga jadi kontemporer. Sekilas worldbuilding masa itu mengingatkanku pada perpaduan Capitolnya Hunger Games dan WarCrossnya Marie Lu. Sayangnya sistem society punya suara rasialis baru yang dipertajam dengan isu bayi tabung dan bayi rahim asli yang menyebabkan banyak isu pembully an.
Plotnya padat dan konfliknya coming age di sini lumayan kuat karena MCnya masih seumur 15 tahun dan lumayan judes. Tapi aku seneng dengan perkembangan emosional dan penyelesaian beberapa konflik disini. Seperti biasa endingnya serasa masih menggantung, mungkin bakalan ada buku kelanjutan karena prospek romancenya cukup menggoda.
Karya dari kak ruwi meita ke-empat yang aku baca dan genrenya benar-benar berbeda dari 3 karya beliau yang pernah aku baca sebelumnya. Sejujurnya, aku ngga terlalu memperhatikan buku ini bergenre apa, aku pikir ini bakalan thriller mengingat 3 karya beliau yang aku baca bergenre demikian. Tetapi, sewaktu aku baca sinopsisnya, aku menduga itu bergenre semacam fantasy (?). Turns out pas aku baca keseluruhan isinya ini tuh sci-fi gitu.
Aku merasa pas baca ini rasanya kaya baca novel hujan - tere liye. Ngga bermaksud membandingkan keduanya, tetapi aku seperti jarang membaca buku dengan genre sci-fi dan menemukannya yang juga ditulis oleh penulis Indonesia membuatku senang. Selain itu, romance tipis-tipisnya juga mengingatkanku akan novel tersebut. Karakter laki-lakinya juga membuatku terpesona (wkwk). Tapi, plot dari kedua novel jelas berbeda, aku hanya merasakan rasa yang sama seperti ketika membaca novek tersebut.
Surprisingly, buku ini sangat page-turner apalagi menjelang akhir. Ingin segera menamatkan tapi ga mau berpisah, begitulah yang aku rasakan ketika membaca buku ini. Sayangnya, masih menyisakan beberapa tanda tanya seperti apa maksud pesan bapio imalovix dan apa bahaya yang sedang mengintai imalovix dan qariya. Yah, aku sangat menantikan seri selanjutnya bila memang buku ini berseri dan semoga pertanyaan-pertanyaan di buku ini bakalan terjawab di seri setelahnya.
Buku bersetting masa depan. Mengisahkan tentang Imalovix, seorang gadis remaja yang terlahir dari rahim asli. Zaman itu, anak-anak rahim kaca dianggap "lebih" dari yang terlahir rahim asli. Ima menjadi korban bullying sekelompok teman karena ciri khas tanda lahir di matanya. Kisah Ima yang berjuang demi dirinya sendiri (agar ia legowo menerima dirinya) dengan dibantu Iyangka Kafka, Qariya dan support dari Brigit sang sahabat.
Bermula dari jurnal Kecubung yang di berikan Iyangka Kafka kepada Ima. Dimana Ima menjadi salah sangka terhadap kakeknya itu. Jurnal kemudian dikembalikan kepada Iyangka, lalu iyangka menjualnya. Hingga suatu kejadian menimpa Iyangka Kafka dan Ima membutuhkan jurnal itu untuk membantu sang kakek. Demi jurnal Kecubung, Ima terpaksa mengikuti suatu kejuaraan.
Dalam kejuaraan itu Ima menemukan semangat dan penerimaan diri, tetapi juga sebuah teka-teki. Novel ini ditutup happy ending dengan... jeng... jeng... kalimat menggantung yang membuat penasaran... adakah novel lanjutannya?
Kalimat yang aku suka pada halaman 57, "Imalovix, setiap masa lalu, masa kini dan masa depan bisa disimpan dalam buku. Jadi membacalah untuk mengetahuinya dan menulislah untuk menciptakan masamu sendiri."