Novel Dostoevsky telah diterbitkan ke dalam banyak bahasa. Namun, disinyalir belum banyak pembaca yang mengetahui apa yang menjadi latar belakang novel-novel Dostoevsky. Pandangan Dostoevsky menarik untuk ditelaah karena dalam karya sastranya ini terkandung begitu banyak permenungan filosofis, khususnya mengenai manusia. Pandangannya tentang manusia masih sangat relevan untuk dipikirkan dan direnungkan di masa kini.
Fyodor Dostoevsky adalah seorang sastrawan, dimana dalam karyanya banyak memuat pemikiran – pemikiran filosofis. Beliau hidup dimasa kekuasaan Tsar Peter Agung, dimana saat itu Rusia sedang memulai proses modernisasi. Proses ini ditandai dengan kemajuan Rusia dalam bidang ilmu pengetahuan. Banyak pemikir (filsuf) Rusia yang lahir dan berkiblat pada dunia Barat pada zaman itu. Modernisasi bukan hanya ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan, tapi juga dalam proses berpikir seseorang. Manusia adalah pusat segala pemikiran. Peran rasio sangat menonjol dalam diri manusia modern untuk menentukan kebenaran. Sehingga suatu bangsa yang memiliki sejarah rasionalitas akan lebih tepat dan cepat dalam proses modernisasi. Di rusia, 3 prinsip yang ada adalah ortodoksi, otokrasi, nasionalisme. Rasa kecintaan dan pemerintahan suatu warga negara harus mengacu pada nilai – nilai religius yang ada. Berbeda dengan bangsa Barat, nilai – nilai religius dan nasionalisme seorang warga negara ditujukan untuk pemerintah. Jadi suatu bangsa yang mempunyai tradisi religius yang kuat akan sulit ( bisa dibilang tak cocok ) dengan namanya modernisasi. Bila begitu manusia modern hanya akan dinikmati oleh kalangan atas saja.
Fyodor Dostoevsky mempunyai banyak karya yang memuat pemikirannya tentang manusia. Ada 2 karyanya yang terkenal, Notes from Underground, Crime and Punishment. Notes From Underground bercerita ada seseorang yang hidup dengan kesendiriannya, I’m the one and they are everyone”, ia merasa jengah sistem yang ada dilingkungannya. Menurutnya sistem yang ada (saat itu sistem dengan corak barat) mempunyai penyakit yang orang tidak sadari. Namun pada akhirnya Dostoevsky memperkenalkan sosok wanita untuk eksistensi sang Underground.
Crime and Punishment bercerita ada seorang mahasiswa yang hidup dalam kemiskinan, ia merasa benci dengan orang yang tega dan jahat dalam memeras rakyat miskin. Ia merasa dunia butuh orang untuk membasmi orang – orang seperti mereka. Akhirnya ia memutuskan untuk membunuh seorang rentenir yang jahat. dan Ia merasa telah melakukan yang benar dengan mengorbankan orang lain demi tujuan yang benar.
Dostoevsky tidak setuju dengan manusia memanusiakan dirinya dengan hanya berpusat pada dirinya sendiri. Hal ini disampaikan pada dua novel diatas. Tokoh Underground orang yang hidup sendiri, kesendirian adalah hidupnya, ia eksis ketika dirinya sendiri tidak terikat dengan lainnya. Begitu juga dengan di kisah Crime and Punishment, orang bisa mengorbankan orang lain demi suatu tujuan baik (yang bisa jadi hanya ia yang mempercayainya). Dostoevsky tidak menyukai pemikiran seperti itu. Menurut ia, Orang lain hadir sebagai sosok yang menentukan pemaknaan akan hidup. Manusia modern adalah manusia yang bebas, namun untuk dirinya sendiri. Menurutnya kebebasan itu harus di “bagi” dengan orang lain tidak untuk dirinya sendiri. NAmun manusia perlu sesuatu untuk dapat melaksanakan “bagi” itu. Cinta Kasih.
Cinta kasih merupakan suatu acuan dimana manusia dipandang sederajat dan diberlakukan secara adil dalam kehidupannya. Hal inilah yang membuat beliau berpendapat manusia akan kembali dengan dunia religiusnya. Karena pastilah setiap ajaran kepercayaan mengenalkan cinta kasih kepada pemeluknya. Dan ini merupakan tradisi yang ada di Rusia (ortodoks). Dostoevsky menginginkan Rusia yang kembali ke tradisi awal dimana Rusia dibentuk dan dibangun di atas pemikiran religiustik.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Sebelum membaca karya-karya Fyodor Dostoevsky, saya membaca buku ini terlebih dahulu. Buku ini membedah karya-karya Dostoevsky yang kental nuansa eksistensialisme dan nihilisme. Sebagian besar karya Dostoevsky menampilkan karakter-karakter manusia modern yang teralienasi. Selain juga menggunakan realisme sebagai pendekatan menulis.
Fyodor Dostoevsky adalah seorang novelis rusia terbesar pada masanya, senagkatan dengan Leo Tolstoy sahabat penanya. Dalam buku ini dijabarkan mengenai relevansi tiga karya besar Dostoevsky yaitu Notes from the underground, Brother of Karamazov dan Crime and Punishment dengan kritiknya terhadap manusia modern. Karya karya Dostoevsky sering dikaitkan dengan aliran filsafat eksistensialis meskipun Dostoevsky sepanjang hidupnya tidak pernah menyususn buku filsafat. Dostoevsky masuk dalam salah satu tokoh eksisitensialis, karena hampir semua karyanya mengandung nilai nilai filsafat yang kuat. Hampir semua karyanya mengangkat tentang kemiskinan, kemalangan, dan absurditas yang diaalami oleh tokoh dalam novelnya. Ciri khas dari karya karya Dostoevsky dalam buku ini dijelaskan bahwa Dostoevsky bisa menggambarkan secara kuat psikis setiap karakternya.
Buku ini mengangkat sikap kritis Dostoevsky terhadap masyarakat Rusia pada saat itu, yang dianggap sudah meninggalkan tradisi Rusia. Masyarakat Rusia pada saat itu sudah terlalu berkiblat kepada eropa, hal ini di tandai dengan mulai suburnya pola pemikiran positivis. Ciri ciri pemikiran positivis ini ditandai dengan tuntutan objektivitas yang kuat, peminggiran nilai nilai tradisi dan agama yang tidak sesuai lagi dengan jaman dan hilangnya rasa persaudaraan antar sesama.
Bagian akhir dari buku ini tidak lupa disertakan oleh penulisnya berupa tokoh tokoh yang terpengaruh tulisan Dostoevsky dan juga catatan kritis dari penulisnya. Salah satu tokoh yang terpengaruh Dostoevsky adalah Nietzsche, salah satu pengaruh yang didapatnkan Nietzsche dari Dostoevsky adalah dari segi psikologi,bahka secara tegas Nietzsche mengatakan “Dostoevsky adalah satu satunya psikolog yang darinya saya mengetahui” . catatan kritis penulis terhadap pemikiran Dostoevsky adalah Dostoevsky secara tidak langsung telag terperosok terhadap Chaufunisme, yaitu sifat yang terlalu bangga akan asal daerahnya. Menjadi paradox memang ketika Dostoevsky yang mengkritik corak pemikiran Eropa yang menurutnya hanya berujung pereduksian hubungan antar manusia, akan tetapi dia juga terlalu bangga terhadap ke- Rusia-anya, bahkan Dostoevsky menganggap bangsa Rusia ini adalah bangsa yang unggul dan satu satunya bangsa yang memiliki budaya luhur yang bisa menyatukan dunia, pandangan ini hampir sama dengan Hitler yang menganggap Jerman sebagai Negara yang unggul dan ras Arya adalah ras yag tertandingi.