Jump to ratings and reviews
Rate this book

Dimsum Terakhir

Rate this book
(Cetak ulang cover baru)

A novel about being single and becoming part of a family... when everything is going totally wrong.


Empat perempuan kembar yang mempunyai empat kehidupan berbeda. Empat masa depan yang membingungkan. Empat rahasia masa lalu yang menghantui. Dan satu usia biologis yang terus berdetik.

Siska, Indah, Rosi, dan Novera terpaksa harus pulang untuk mendampingi ayah yang diprediksi tidak punya harapan hidup lagi. Mereka tak pernah menyangka bahwa kesempatan berkumpul kembali ternyata mengubah segalanya. Pertanyaan-pertanyaan penting tentang kehidupan bermunculan, termasuk ketakutan, kecemasan, dan keangkuhan mengakui bahwa kehidupan dan kematian hanyalah sekadar garis tipis.

Dimsum Terakhir adalah drama penuh haru, memikat, cerdas, dan dituturkan dengan amat indah oleh novelis bestseller Indonesia, Clara Ng. Kisah yang ditulis modis dengan gaya lembut tapi kuat ini menyuarakan keberanian serta kekuatan yang (selalu) ada di hati kita semua.

368 pages, Paperback

First published April 19, 2006

44 people are currently reading
778 people want to read

About the author

Clara Ng

64 books299 followers
Clara Ng adalah pengarang sejumlah novel dewasa dan juga buku anak-anak. Ibu muda berbintang Leo ini lahir di Jakarta tahun 1973. Lulusan di Ohio State University jurusan Interpersonal Comunication ini tidak pernah bercita-cita jadi penulis, namun kini karya-karyanya mengalir tanpa henti.
Novel-novel dewasa yang sudah diterbitkan adalah Indiana Chronicle: Blues, Indiana Chronicle: Lipstick, Indiana Chronicle: Bridesmaid, The (Un)Reality Show, dan Utukki: Sayap Para Dewa.
Buku anak-anaknya yang sudah terbit adalah Seri Berbagi Cerita Berbagi Cinta.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
269 (20%)
4 stars
480 (36%)
3 stars
435 (33%)
2 stars
110 (8%)
1 star
18 (1%)
Displaying 1 - 30 of 196 reviews
Profile Image for erry.
120 reviews76 followers
May 28, 2010
Ramalan zodiak, shio dan horoskop mengatakan kalau nasib dan sifat orang ditentukan dari tanggal dan bulan kelahiran. Itu berarti orang yang lahir pada tanggal dan bulan yang sama, bahkan tahun yang juga sama akan memiliki nasib dan sifat yang sama.

Ramalan hanya tinggal ramalan. Yang tidak bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Buktinya, Siska, Indah, Rosi dan Novera - empat orang saudara kembar yang pastinya lahir di hari, tanggal, bulan dan tahun yang sama tumbuh dan besar dengan sifat, gaya, nasib dan jalan hidup serta masalah yang berbeda. Pengusaha sukses, wartawan plus penulis novel, petani bunga dan guru TK. Siska yang smart, Indah yang kaku tapi dapat diandalkan, Rosi yang selalu ceria dan seenaknya dan Novera yang lembut tapi keras kepala. Setelah beberapa lama terpencar di empat arah mata angin, Singapura, Jakarta, Puncak Cisarua dan Yogyakarta. Mereka berempat terpaksa harus kembali ke Jakarta karena ayah mereka yang sudah tua menderita stroke. Ini adalah sebuah kisah tentang sebuah keluarga. Ketika ego dan kehidupan pribadi ditubrukan dengan sesuatu yang namanya keluarga.

Ketika membaca kisah ini membuatku ingat pada keluargaku sendiri. Walaupun kami tdk bersaudara kembar, tetapi terkadang justru perasaan memiliki itu ada ketika kita tercerai berai. Ternyata darah itu memang lebih kental daripada air. Bagaimanapun keadaan kita, seperti apapun kita. Dan apapun yang terjadi pada kita, keluarga selalu jadi pihak yang selalu menerima kita apa adanya. Sejatinya kita. Keluarga akan jadi tempat kita kembali. Kalau pepatah bilang, setinggi tingginya bangau terbang, pasti akan kembali ke sarangnya. Seperti juga buatku, kemanapun aku pergi, Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Padang atau bahkan London sekalipun. Aku tetap punya tempat untuk kembali. Wualah..kok malah jadi curhat gini sih...i miss Jakarta, I miss My family, i miss my friends..Kapan gw kembali ke Jakarta?? hiks3x *berlebihan*

Membaca kisah ini membuatku terharu hingga meneteskan air mata, juga sekaligus tertawa di bagian yang lain. Segar tapi juga menyentuh. Tak hanya itu kisah ini kritis. Dengan latar belakang keluarga keturunan Cina, Dimsum Terakhir banyak menceritakan bagaimana nasib dan perlakuan terhadap para warga keturunan Cina di era Orde Baru. Kritis, tanpa bermaksud menghakimi. Mengalir apa adanya. Saya sudah membaca hampir semua novel karya Clara Ng, dan hingga kini menurutku novel ini (dan Unreality Show)termasuk salah satu karya terbaiknya.
Profile Image for Helvry Sinaga.
103 reviews31 followers
May 29, 2009
Sebelumnya saya tidak tahu manakah yang disebut dimsum itu, sampai suatu saat saya pernah memakannya di sebuah rumah makan dan saya menyukainya. Sebuah iklan di Hotel Borobudur makan dimsum sepuasnya (all you can eat) sebesar 200ribuan, saya hanya membayangkan dimsum yang tadinya sebagai makanan khas imlek, menjadi makanan mewah di hotel adalah suatu keistimewaan atau kebanggaan bagi masyarakat Tionghoa.

Empat orang anak kembar. Empat model karakter. Tidak ada hubungan antara anak kembar dengan kesamaan fisik maupun cara pikir. Empat orang anak kembar itu adalah Siska, Indah, Rosi, dan Novera. Yang pertama kali keluar dari rahim Anas, ibunya adalah Siska, selanjutnya Indah, Rosi, dan Novera. Mereka besar di daerah Kota, dekat daerah Petak Sembilan. Mereka tumbuh dengan karakter dan kepribadian yang berbeda-beda. Siska dikenal cerdas, pekerja keras, suka ingin tahu. Indah, melankolis, yang sangat menguntungkannya menjadi penulis dan wartawan. Rosi, gadis tomboy namun memiliki kebun mawar di Puncak, Novera, paling lembut dari antara saudara-saudaranya, namun paling keras kepala.

Ibu mereka lebih dahulu meninggal. Ayahnya, Nung tinggal seorang diri. Keempat anaknya masing-masing punya kehidupan sendiri. Siska memiliki bisnis di Singapura. Indah berprofesi sebagai wartawan tinggal di Jakarta, namun tidak tinggal bersama ayahnya. Rosi, mengurus kebun mawarnya di Puncak, Novera, mengajar taman kanak-kanak di Yogyakarta.

Suatu hari, tetangga mereka membawa ayahnya, Nung, kerumah sakit. Dari sinilah cerita tentang reuni keeempat saudara kembar dimulai. Mereka bergantian merawat ayahnya di rumah. Konflik-konflik muncul. Terutama ayahnya berpesan, kalau ayahnya berkeinginan melihat mereka menikah sebelum meninggal. Masing-masing mereka memiliki problem pribadi yang sangat tidak sederhana. Demi sang ayah, Novera mengaku pada ayahnya bahwa ia akan menikah dengan calonnya. Padahal, ia sendiri masih ragu akan perasaannya itu, karena ia tidak merasa "lengkap" untuk menikah. Hal seperti itu juga terjadi pada saudara-saudaranya.

Kwjujuran, simpati, tanggung jawab, rela berkorban, adalah nilai-nilai dari novel ini. Clara Ng sangat cerdas memilih topik yang dikemukakan dalam penceritaan novel ini. Banyak hal yang selama ini mungkin tabu dalam masyarakt, namun CLara berhasil menempatkannya dengan apik dalam penokohan keempat saudara kembar ini.

Novel ini bagus dibaca. Teman saya bertanya, "Berat nggak novelnya?"
"Ya nggaklah, orang bisa cuma 3 ons" Jawab saya.
Novel ini jauh dari kesan berat, saya merasa banyak wawasan saya bertambah tentang keluarga Tionghoa. Namun yang menggelitik saya, apakah dalam persaudaraan kembar, akan ada suasana superior dimana kakak sulung (kembar) berhak mengatur adik-adiknya seperti saudara non kembar pada umumnya? Saya tidak tahu, karena saya tidak punya saudara kembar. :)
Profile Image for hana.
87 reviews11 followers
January 3, 2021
Dimsum Terakhir karya Clara Ng menceritakan tentang kehidupan empat kembar bersaudara yang berasal dari keluarga etnis Tionghoa. Masing-masing memiliki permasalahan hidup yang dihadapi baik dari internal maupun eksternal diri mereka. Perihal itu semakin menjadi masalah saat Nung menginginkan mereka semua segera menikah.

Melalui buku ini, Clara Ng mengangkat isu rasisme, pandangan terhadap pernikahan dan memiliki keturunan, kekeluargaan, serta seksualitas. Semua diangkat dan dikemas dalam cerita dan percakapan yang ringan dan menarik.

Tidak hanya isu, tetapi tradisi dan budaya yang dilakukan oleh keluarga etnis Tionghoa terasa sangat kental dituliskan dalam buku ini. Hal paling menarik yang baru aku ketahui setelah membaca buku ini adalah filosofi kue bulan.

Setelah baca buku ini, aku jadi pengin baca buku Clara Ng yang lainnya! :D
41 reviews
January 17, 2008
Menurut saya, ini buku Clara Ng yang paling bagus, krn maknanya bagus, dan pas dalam penggambaran pergulatan jiwa tokoh2 dalam cerita. Novel ini indah dalam makna dan penuturan. Penggambaran situasi dan kondisi mengenai waktu dan tempat terasa pas, cocok. Keindahan yang tersirat dalam hubungan antar jiwa manusia, antara manusia dengan tradisinya, antara saudara kandung, antara orang tua dan generasi penerusnya. Keindahan tentang penerimaan, penghargaan, dan cinta; walau kadangkala sarat pula dengan perdebatan dan pertengkaran. Keindahan dalam Keragaman.
Profile Image for htanzil.
379 reviews149 followers
May 13, 2009
Dimsum adalah makanan khas Cina, banyak sudah restoran-restoran Chinese food meyuguhkan Dimsum dalam daftar menunya. Dimsum adalah istilah dari bahasa Kanton dan artinya adalah "makanan kecil". Biasanya dimsum dimakan sebagai sarapan dan dihidangkan dalam keranjang /besek bulat yang terbuat dari bambu yang disusun secara bertingkat-tingkat. Isinya sendiri beragam, biasanya terdiri atas daging ayam, ceker, bakpao, siomay, sayuran, dll yang kesemuanya dimasak dengan cara dikukus.

Sebenarnya Dimsum tak ada kaitannya dengan Imlek/Tahun Baru Cina, namun bagi keluarga Nung Atasana tradisi membuat dan menikmati dimsum adalah tradisi keluarga yang kerap dilakukan saat fajar menjelang untuk menyambut datangnya Tahun Baru Imlek. Nung Atasana dan istrinya Anastasia adalah keluarga Tionghoa yang memiliki empat anak kembar: Siska, Indah, Rosi dan Novera. Setelah Anastasia meninggal Nung harus membesarkan keempat putri kembarnya ini. Uniknya keempat putrinya ini walau kembar secara fisik, mereka memiliki empat kepribadian dan jalan hidup yang berbeda-beda. Siska, wanita karier metropolis yang tinggal di Singapura. Indah seorang penulis yang sangat peduli akan keluarganya terutama ketika ayahnya terkena stroke. Rosi, wanita tomboi yang selalu ingin menjadi laki-laki, pemilik kebun bunga di Puncak. Dan Novera yang tinggal di Yogya sebagai guru TK yang merupakan sosok rapuh yang mencoba mengatasi kegalauan hatinya dengan bercita-cita menjadi biarawati.

Hanya Indah yang tinggal bersama Nung di Jakarta, hingga akhirnya ketika Nung terkena stroke Indah berinisiatif memanggil ketiga saudara kembarnya untuk bersama-sama merawat ayahnya. Awalnya mereka enggan meninggalkan kehidupan mereka, ego mereka yang tinggi dan kesibukan mereka membuat mereka harus berpikir dua kali untuk pulang ke Jakarta. Untunglah Indah berhasil membujuk ketiga saudaranya kembali ke Jakarta untuk menemani ayah mereka yang mungkin kesempatan ini merupakan kesempatan terakhir bagi mereka untuk bisa berkumpul bersama ayah mereka.

Dalam sakitnya Nung berpesan pada keempat anaknya agar menikah sebelum ia meninggal. Tentu saja hal ini bukan hal yang mudah karena mereka ternyata menyimpan suatu rahasia dan masalah yang rumit dalam kisah percintaan mereka. Siska yang lama tinggal di luar negeri memiliki petualangan cinta yang serbabebas dan tak percaya akan ikatan formal pernikahan, Novera yang harus hidup tanpa rahim tentu saja merasa tak memiliki harapan untuk memiliki suami, Indah memiliki affair dengan seorang pastor sedangkan Rosi takkan sanggup jika harus menikah dengan seorang pria.

Di sela-sela kesibukan mereka merawat ayahnya dan konflik-konflik yang terjadi di antara mereka, keempat saudara kembar ini masih mengingat tradisi keluarga mereka yang sekian lama tak pernah mereka lakukan. Walau ayah mereka masih berada di rumah sakit, mereka bahu-membahu membuat dimsum saat fajar tahun baru Imlek menjelang. Akankah ini merupakan dimsum terakhir bagi mereka? Berhasilkah mereka memenuhi permintaan ayah mereka untuk segera menikah?

Ide cerita dalam novel ini mungkin sederhana dan tak istimewa, namun Clara Ng membuat tema yang biasa menjadi menarik untuk disimak. Karakter masing-masing tokoh dikupas dengan jelas, berkumpulnya empat karakter yang masing-masing memiliki kehidupan yang berbeda, menyimpan rahasia yang berbeda dan memiliki ego yang tinggi membuat konflik-konflik antara keempat saudara kembar ini tersaji dengan menarik. Mau tak mau mereka harus mengorbankan kepentingan dan egonya agar bisa bersama-sama menemani dan merawat ayah mereka. Uniknya konflik-konflik yang terjadi selama mereka bersatu kembali tak membuat mereka terpecah, lambat laun masing-masing membuka diri dan kembali mendekatkan diri mereka satu sama lain menjadi satu keluarga yang utuh sesuai dengan tradisi Tionghoa yang memegang teguh keutuhan keluarga.

Selain kisah kehidupan keempat saudara kembar dalam merawat ayahnya dan berusaha memenuhi keinginan terakhir ayahnya, pembaca juga diajak untuk menyelami kembali masa-masa kecil mereka ketika mereka masih tinggal dalam suatu rumah lengkap dengan kehadiran ibu mereka. Secara piawai penulis memasukkan kisah masa lalu para tokoh dalam novel ini secara tepat sehingga pembaca tidak akan dibuat bingung ketika cerita harus bergerak mundur untuk menyelami masa lalu tokoh-tokohnya. Selain itu peristiwa masa lalu yang dicetak oleh penerbitnya dengan huruf italic juga sangat membantu pembaca dalam kenyamanan proses membacanya.

Di novel ini selain disuguhkan konflik-konflik dalam keluarga Nung Atasana, pembaca juga akan diperkaya dalam berbagai hal mengenai budaya Tionghoa yang telah mengakar kuat di Indonesia. Ragamnya tradisi seperti Imlek, Ce It, Cap Go Meh, Ceng Beng, hingga prosesi kedukaan dan pemakaman terungkap dalam porsi yang pas sehingga tidak mengganggu alur cerita. Selain itu novel ini juga mengungkap kehidupan etnis Tionghoa lengkap dengan persoalan-persoalan sosialnya. Walau tak banyak mengungkap hal ini, namun cukup untuk menyadarkan pembacanya bahwa ada berbagai hal yang harus diperbaiki dalam kehidupan bermasyarakat kita.

Satu hal yang agak mengganjal dalam novel ini terdapat di awal-awal cerita, Indah yang berbohong pada Siska bahwa ayahnya telah meninggal terasa agak berlebihan, bukankah dalam tradisi etnis Tionghoa hormat pada orang tua merupakan hal yang terpenting dalam keluarga, apa pun alasannya berbohong soal kematian orang tua adalah hal yang tabu. Selain itu kisah ini banyak mengeksplorasi perbedaan antara keempat saudara kembar, padahal saudara kembar biasanya memiliki kesatuan hati karena mereka berasal dari sel telur yang sama. Soal kesatuan/ kedekatan hati antar keempat saudara kembar ini ini yang rupanya tak banyak disorot oleh penulisnya, padahal hal ini pun akan menarik jika diekplorasi lebih jauh sehingga tidak hanya perbedaan-perbedaannya saja yang ditonjolkan

Namun terlepas dari hal yang mengganjal diatas, novel ini sangatlah menarik. Tutur kalimatnya lugas memikat, karakter tokoh-tokohnya dibuat secara manusiawi dan tidak mengada-ada sehingga terasa sangat dekat dengan keseharian pembacanya. Seperti layaknya dimsum yang tersaji dengan berbagai jenis makanan, demikian pula dengan novel ini. Novel ini tersaji dengan racikan aneka hidangan yang mengenyangkan pembacanya (konflik keluarga, pandangan hidup, tradisi, potret sosial etnis Tionghoa, dll). Seperti endorsement Alberthiene Endah pada novel ini, "Clara dengan manis meracik seluruh elemen dalam novel ini menjadi sebuah hidangan cerita yang memabukkan. Ia membumbui sesuatu yang simpel dengan cara yang tidak biasa."

Seperti Dimsum, itulah gambaran novel ini. Review ini tak dapat menggambarkan betapa nikmatnya mengudap aneka jenis makanan dalam Dimsum Terakhir. Silakan pembaca menikmatinya sendiri selagi masih hangat keluar dari kukusan pembuatnya.

@h_tanzil
http://bukuygkubaca.blogspot.com/


Profile Image for Matchanillaaa.
88 reviews1 follower
July 24, 2025
Tiba-tiba muncul kabar ayah sedang sekarat membuat keempat saudara kembar ini kalang kabut. Siska, Indah, Rosi dan Novera terpaksa harus meninggalkan kesibukan mereka dan pulang untuk menemani sang ayah.

Kondisi ayah yang sudah tak memiliki harapan justru membuat keempat saudara kembar tersebut berdebat sengit. Tak ada satupun yang mau mengalah untuk tetap tinggal dan merawat ayah.

Di tengah situasi genting seperti ini, sang ayah justru meninggalkan wasiat terakhir yang membuat mereka berempat semakin frustrasi.
Ayah ingin mereka segera menikah.

Sayangnya, masing-masing dari mereka justru memiliki masalah hebat yang membuat keempatnya terpaksa tidak bisa menikah.

(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

Lumayan pelik 🥲
Setiap tokoh dari keempat saudara kembar tersebut memiliki masalah pelik yang membuat mereka sulit untuk menikah. Mulai dari masalah gender, perusahaan, penyakit kronis, hingga hubungan spiritual yang membuatnya keempatnya enggan menikah.

Aku cukup menikmati setiap konflik yang mereka alami. Ada banyak isu yang dibahas di buku ini, bukan hanya hubungan kekeluargaan tapi juga menyangkut rasisme, penyimpangan, hubungan terlarang, sampai masalah perusahaan. Walaupun setiap konflik yang ada, tidak dibahas begitu detail.

Aku merasa tokoh ayah disini ngga punya peran terlalu banyak. Sang ayah seolah hanya menjadi gebrakan di awal cerita tapi memudar di sepanjang perjalanan mereka berempat. Semua masalah lebih berfokus pada kisah keempat saudara kembar tersebut.

Ekspetasi aku juga berbeda ketika penyajian rasisme Chindo justru sangat sedikit dibahas. Di buku ini lebih banyak membahas budaya China dan cara beribadah orang-orang China. Jadi kalau kalian berharap sejarah tentang chindo, aku rasa bukan disini tempatnya.

Kalian akan menemukan kisah keluarga, isu sosial, hubungan saudara yang begitu hangat dan jujur.
Profile Image for nat.
127 reviews
September 4, 2010
Salah satu buku yang saat membaca beberapa bagiannya membuat sesuatu menyesak di dada, dan menggulirkan butiran bening di pelupuk mata..

Setelah sekian lama mencari, akhirnya kudapat, dan begitu inginku mengetahui detil ceritanya, sehingga kutinggal buku lainnya.

Cantik sekali, cara Clara Ng menyampaikan pesannya..
Sangat nyaman untuk dibaca, kata-katanya mudah dipahami..
kehangatan menyeruak saat aku membaca indahnya kasih sayang di antara keempat perempuan kembar ini, walau jalan mereka begitu berbeda dan tak mudah.

Clara seolah menggunakan keempat tokoh utamanya sebagai simbol berbagai karakter manusia.
Siska yang koleris, Indah yang melankolis, Ros(n)i yang sanguinis, dan Novera yang phlegmatis.

Aku jatuh cinta dengan Nung, sosok ayah yang bijak dan sangat menyayangi keempat anaknya, apapun jalan yang mereka pilih, meski itu absurd atau dipandang sebelah mata oleh dunia.. Ayah yang selalu bangga dan mau menerima anak-anaknya bagaimanapun keadaan mereka.. Terharuku dan berandai...

Setiap bagian kisah dipulas dengan hati, dengan rasa. Tak perlu banyak kata-kata puitis bagi Clara untuk bisa menggambarkan dalamnya rasa itu.

Salute !! Really liked it !!! :)
Profile Image for Ren Puspita.
1,471 reviews1,015 followers
February 21, 2024
4 bintang

Dimsum Terakhir adalah buku karya Clara Ng pertama yang gue baca. Gue milih judul ini pun saat scroll koleksi buku di gramdig dan entah kenapa ingin melepas penat dengan membaca judul metropop. Dalam bayangan gue, judul2 lini metropop itu ringan dan menghibur, pun dengan judul mengandung kata "dimsum", gue bayangkan ini akan jadi sebuah novel dengan tema foodies meski gue sudah membayangkan dari deskripsinya aja buku ini akan lebih mengacu pada drama keluarga. Gue ga nyangka akan mayan nyesek saat baca lembaran bak lembaran Dimsum Terakhir 😂. Plus banyak hal - hal yg cukup triggering dan provokatif dan membuat gue sedikit tertegun mengingat buku ini awalnya diterbitkan di 2006.

Siska, Indah, Rosi dan Novera adalah kembar empat, anak dari pasangan Nung Atasana dan Anas, yang lahir setelah tahun pernikahan mereka yang ke-13. Si kembar empat ini peranakan China dan berumur sekitar 28-29 tahun saat cerita dimulai. Setting ceritanya sendiri tahun 2005, tepatnya 7 tahun setelah tragedi 98. Jadi buku ini tidak hanya menceritakan drama keluarga dan konflik antara si kembar dengan kepribadian yang berbeda, tapi juga menjabarkan secara blak2an kengerian tragedi 98 serta perlakuan rasis yang dialami oleh Nung dan anak-anaknya selama masa Orde Baru. Walau bukan fokus utama, tetap rasanya hati gue sesak membaca bagian yang tidak mudah ini. Apalagi saat keluarga Nung merayakan Imlek dan pada masa Orba Imlek itu bukan hari libur dan gue juga inget kalau Imlek baru dijadikan hari libur nasional pada era alm Gus Dur. Adegan saat Nung memaksa anaknya tetap masuk sekolah saat Imlek karena khawatir dengan perlakuan represif yang akan diterima sangat menyesakkan hati. Tapi di sisi lain Clara Ng banyak memasukkan unsur2 budaya masyarakat China peranakan termasuk tradisi keluarga Nung dan Anas saat merayakan Imlek yang unik (memakan dimsum di pagi hari).

Clara Ng sendiri menulis karakterisasi dan permasalah yang dialami si kembar empat dengan baik dan jelas. Siska, si anak pertama adalah pengusaha sukses di Singapura dengan sikap yg tegas, bossy dan tidak merasa perlu terikat dengan lelaki manapun. Indah, anak kedua adalah penulis yg lagi kena writing block dan kalau sudah stress tingkat tinggi maka akan gagap tutur bicaranya ditambah dengan sikapnya yang sangat tukang atur. Rosi, si anak ketiga adalah petani bunga mawar di Puncak, penampilannya yang maskulin menyembunyikan pemberontakan atas jati dirinya karena Rosi merasa dirinya adalah Roni, lelaki yang terjebak dalam tubuh perempuan. Dan yang terakhir adalah Novera, guru TK di Jogjakarta yang ingin mengabdikan diri sebagai biarawati tapi kebingungan saat Nung yang sedang sakit parah ingin melihat anak2 perempuannya menikah sebelum dia meninggal. Empat perempuan muda, satu merasa dirinya lelaki, satu merasa saudara2nya tidak peduli dengan kondisi sang ayah yg makin sekarat, satu kebingungan harus memilih pengabdian pada agama atau mengabulkan keinginan ayahandanya dan satu yang merasa pekerjaannya lebih penting tapi mau tak mau kembali juga ke Jakarta untuk menemani adik - adiknya merawat Nung.

Gue sendiri sangat menikmati narasi dan dialog -dialog para tokoh di Dimsum Terakhir ini. Renyah khas metropop, enak dibaca dan gue kagum dengan perbendaharaan kata Clara Ng yang sangat kaya. Si kembar empat terasa sangat berbeda mulai dari sikap Siska yg sangat bossy cenderung cuek, Indah yg gugup tapi ingin semuanya beres, Rosi/Roni yang ceria lepas tanpa beban dan Novera yang lemah lembut. Tentunya cerita tak cuma dari si kembar, tapi juga ada beberapa bagian yang diceritakan dari sudut pandang Nung maupun orang2 terdekat si kembar. Walau begitu, menjelang akhir cerita gue merasa Clara Ng bagai kehabisan bensin dan gue juga merasa beberapa kilas balik serta pergantian adegan antar karakter kurang mulus dan kurang jelas juga timelinenya. Dimsum Terakhir memang diceritakan memakai gaya orang ketiga serba tahu walau ada beberapa bagian yg memakai 1st PoV, sehingga gue merasa ceritanya lebih ke telling ketimbang showing dan ini sangat terasa dari pergantian sudut pandang karakter yang kurang mulus tadi yg jadi sedikit mengurangi kenikmatan baca. Pun, karena banyaknya sudut pandang karakter si kembar (empat lho!), gue merasa Clara Ng lebih fokus kepada pergulatan batin Rosi sebagai Roni dan juga Novera. Indah sendiri cukup mendapatkan porsi yang sama dengan konflik yang sama beratnya dan ini akhirnya jadi mengorbankan Siska. Gue merasa masalah Siska jadinya tidak terlalu pelik karena karakternya sendiri juga kurang digali secara mendalam selain dia adalah anak pertama dan yang paling sukses diantara sodara-sodarinya.

Dengan banyaknya masalah yang mendera Siska, Indah, Rosi/Roni dan Novera, endingnya sendiri cukup bahagia dan bahkan menurut gue agak terlalu mudah, hehe. Entahlah, mungkin gue sudah bersiap akan ada tragedi menimpa tapi ternyata ya...silakan baca buku ini aja untuk tahu 🤣. Buku ini memang ditujukan untuk pembaca dewasa karena juga memuat konten adegan seksual (het & translw), walaupun tidak terlalu eksplisit dan untuk gue masih bearable kok. Namun tidak cuma adegan seks, karena issue2 lain cukup triggering seperti perlakuan rasis, keinginan untuk bunuh diri, percintaan yang tabu dan bahkan pergulatan batin Rosi sebagai Roni yg perlu dibaca dengan pemikiran terbuka.

Untuk perkenalan pertama gue dengan Clara Ng, Dimsum Terakhir ini bagus dan sangat thought-provoking. Pun membuat gue jadi ingin mencoba kembali baca2 buku lini metropop terutama judulnya yang jadul-jadul, karena dulu gue mikirnya ah metropop paling fokus cinta - cintaan aja, tapi buku ini membuktikan sebaliknya karena lebih fokus pada keluarga dan perkembangan karakter yang cukup bagus. Dimsum Terakhir menunjukkan meski Siska,Indah,Roni dan Novera berbeda dari segi kepribadian dan mereka pun punya masalahnya masing-masing, pada akhirnya mereka juga saling melengkapi dan menerima satu sama lain. Tanpa paksaan dan tanpa menghakimi.
Profile Image for Lia.
255 reviews1 follower
June 25, 2021
3.5/5

Ceritanya bertemakan tentang keluarga, saudara, dan tradisi keluarga.

Ceritanya hangat, tentu saja.
Membuat haru juga sedih, tentu saja.

Tetapi, sedikit disayangkan, banyak adegan-adegan di cerita yang sebenarnya tidak perlu diceritakan.
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews295 followers
February 26, 2016
review http://kubikelromance.blogspot.com/20...

Saya kerap menemui pasien di rumah sakit, khususnya pasien lansia yang sakitnya sudah parah dan hanya menunggu waktu. Katanya, alasan kenapa dia tidak segera meninggal adalah para anaknya belum berkumpul semua, saya nggak tahu benar atau salah, ini katanya orang Jawa dan adat Jawa itu sumpah banyak banget, percaya nggak percaya. Ketika membaca buku ini, tradisi itu terngiang kembali.

Nung Atasana dan Anastasia adalah pasangan suami istri keturunan Tionghoa, para Cina perantauan atau huakiau, mempunyai bisnis toko elektronik. Bertahun-tahun menikah tak kunjung dikaruniai anak, berbagai usaha telah Nung coba mulai dari mengikuti feng shui sampai berdoa ke Singapura, tetap saja tidak membuahkan hasil bahkan Anas rela kalau Nung menikah lagi atau mengadopsi anak. Bagi orang Cina, keturunan diatas segala-galanya, tidak ada adopsi, harus darah daging sendiri. Nung sangat mencintai istrinya jadi dia tidak ingin menikah lagi. Memasuki usia pernikahan ke-13 akhirnya doa Nung dikabulkan juga, Anas hamil, tidak tanggung-tanggung, hamil kembar empat pada usia empat puluh tahun. Empat bayi perempuan tersebut lahir prematur di tahun naga; Tan Mei Xia: Siska, Tan Mei Yi: Indah, Tan Mei Xi: Rosi, dan Tan Mei Mei: Novera.

Keempat dinding kamar ini berbisik kepada Nung tiap malam. Setiap sisi mempunyai cerita yang berbeda. Satu sisi bercerita tentang hidupnya. Sisi lain bercerita tentang hubungannya dengan istrinya. Sisi lainnya bercerita tentang keempat anak perempuan kembarnya. Dan sisi terakhir bercerita tentang para keturunan dan saudara-saudarinya yang bercerai-berai di delapan penjuru mata angin sejak abad ke-16 sampai dengan abad ke-19.

Siska sebagai anak pertama, dia pandai, tegas dan kadang egois, tidak mau dibantah, mempunyai karier yang cemerlang di Singapura. Indah, kalau sedang gugup dia menjadi gagap, selalu serius menghadapi apa pun, seorang wartawan sekaligus penulis bestseller yang kesusahan menerbitkan buku kedua setelah buku pertamanya sukses di pasaran. Rosi, selalu riang seakan-akan tidak punya masalah berat yang ditanggungnya, mempunyai usaha perkebunan bunga mawar di Puncak. Sedangkan Novera, si bungsu yang paling lembut, sabar dan pengalah, seorang guru TK di Yogyakarta.

Mereka tumbuh besar bersama sampai akhirnya menjalani kehidupan masing-masing setelah beranjak dewasa, hanya Indah yang satu kota dengan ayahnya, ibu mereka sudah lama meninggal, dia juga yang pertama kali mendengar kabar kalau ayahnya di rumah sakit karena serangan stroke, lebih tepatnya Myelodysplastic Syndrome atau sering disebut MDS (tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang dibutuhkan dalam tubuh). Dokter mengatakan kalau penyakit Nung sudah sangat parah, dia menyarankan agar anak-anaknya menemaninya di saat-saat kritis.

Tidak mudah mengumpulkan saudaranya, apalagi untuk tinggal di Jakarta bersama-sama merawat ayah mereka. Pekerjaan menjadi alasan utama ketiga saudaranya sulit untuk menerima saran Indah agar mereka berempat menemani dan merawat Nung. Indah-lah yang diusulkan untuk merawat karena dia sekota dengan ayahnya, tapi Indah tidak mau, yang ayah mereka inginkan adalah semua keluarga berkumpul, ada di saat dia menghembuskan nafas terakhir. Selain itu, permintaan terakhir Nung sebelum meninggal adalah dia ingin keempat anaknya segera menikah.

"Suatu hari, ketika aku tua dan sangat... sangat... sakit, seseorang harus menceboki pantantku karena aku sudah nggak mampu melakukannya lagi. Aku akan menjadi bayi lagi. Membayangkan saja sudah membuat merinding."
"Ya udah. Kalau begitu, nikmati saja."
"Nikmati apa? Aku nggak mengerti."
"Sebagai proses kehidupan. Dari bayi menjadi bayi lagi. Toh jika kamu sakit dan terpaksa seseorang harus mencebokimu, yang bisa kamu lakukan adalah menikmatinya."
Dari bayi menjadi bayi lagi.

Clara Ng pernah bilang kalau dia suka menulis tentang anak-anak, tentang menjadi perempuan dan tentang permasalahan di dalam keluarga, bagaimana keluarga bisa pecah dan bagaimana keluarga bisa bersatu lagi, dia suka menulis bagaimana inti menjadi keluarga dan tentang hakikat perempuan, buku ini bisa menjadi contohnya, bercerita tentang keluarga dan perempuan.

Penulis menggambarkan kisah keluarga Nung lewat alur flashback, ketika keempat saudara kembar masih kecil dan istrinya masih hidup. Bagaimana Nung sangat ingin mempunyai anak, perilaku keempat anaknya yang berpengaruh besar akan pribadi dewasa mereka sampai kebiasaan orang Cina yang mewarnai hidup mereka. Konflik dalam masalah keluarga ini sendiri adalah di usianya yang sudah sangat tua dan sakit-sakitan, Nung ingin banyak menghabiskan waktu bersama anak-anaknya, keluarga yang masih tersisa setelah istrinya meninggal. Ingin merukunkan lagi anak-anaknya yang sekarang jarang bertemu dan melupakan tradisi yang dulu mereka lakukan.

"Jika orang hanya berani mati -tidak berani hidup- matinya akan sia-sia. Demikian juga sebaliknya. Jika orang berani hidup -tapi tidak berani mati- hidupnya juga akan sia-sia."

Masalah ini juga kerap saya temui di kehidupan nyata, anak-anak mereka sudah mandiri dan sukses, sibuk dengan pekerjaan dan rumah tangga masing-masing, orang tua dilupakan dan dititipkan kepada pembantu atau panti jompo. Saya tahu nggak semuanya, ada orang tua yang memilih tidak ikut dengan salah satu anaknya karena takut akan menyusahkan ada juga yang anaknya tidak peduli sama sekali. Pernah ada seorang nenek yang keluar masuk rumah sakit, dia bilang kepada saya kalau dia ingin segera mati, dia capek, hidupnya hanya menyusahkan anak-anaknya saja. Saya bilang ke nenek tersebut jangan bicara seperti itu, seharusnya bersyukur punya umur panjang sehingga bisa melihat anak sukses dan cucu tumbuh besar, itu udah kewajiban si anak kalau harus merawat orang tua mereka ketika sudah tua. Dulu waktu bayi orang tua tidak pernah mengeluh merawat sampai besar, sekarang gantian, ketika sudah tidak mampu lagi mengurus diri sendiri gantian anak-anaklah yang merawat. Benar perkataan Anas kepada Nung, dari bayi menjadi bayi.

Penulis mengangkat tema perempuan lewat keempat saudara kembar di mana masing-masing memiliki karakter yang sangat berbeda satu sama lain, konfliknya adalah bahwa mereka harus menikah. Mungkin mudah bagi perempuan lain, tidak bagi keempat saudara kembar. Siska berprinsip hidup bebas, dia tidak percaya akan cinta dan laki-laki. Indah mencintai seorang pendeta di mana tidak mungkin untuk menikah, hidupnya hanya untuk Tuhan. Rosi sendiri punya masalah dengan dirinya sendiri, sejak kecil dia menggangap kalau dia berada di tubuh yang salah, dia tomboi dan lebih tertarik kepada perempuan. Novera, suatu cobaan membuat dia beranggapan menjadi seorang perempuan yang tidak sempurna, dia ingin menghabiskan hidupnya menjadi seorang biarawati. Bagaimana mereka jujur kepada ayah mereka kalau tidak bisa memenuhi permintaan terakhir ayahnya?

Kelebihan lain dari buku ini adalah penulis juga menampilkan kaum minoritas, generasi yang hilang, kaum etnis Cina di Indonesia, baik tradisi atau sejarah mereka. Misalnya saja mereka lebih menguasai bahasa Indonesia daripada bahasa Mandarin, bahkan tidak menguasai dialek Hokkian, Kanton atau Khek. Mayoritas berpindah agama menganut Kristen atau Katholik. Setiap bulan penanggalan lunar pada tanggal 1 (yang disebut ce it) dan tanggal 15 (yang disebut cap go) adalah tanggal-tanggal istimewa kalau mereka tidak boleh makan daging melainkan sayuran saja. Para perantau Cina yang berada di Amerika kebanyakan menggeluti bidang akademis dan medis sedangkan di Asia lebih memilih profesi di bidang perdagangan atau keuangan. Larangan keras bagi etnis Cina meliburkan diri pada Tahun Baru Cina atau Imlek, padahal bagi mereka Imlek sama saja dengan Natal atau lebaran seperti orang Islam atau Kristen, sampai sejarah pemberian nama bagi orang Cina.

Tidak ada yang boleh bilang kita keluarga aneh karena menyiapkan dimsum pagi-pagi sebelum Imlek. Memangnya apa sih definisi "tidak aneh" itu? Sesuatu yang dianggap normal hanya karena diikuti oleh orang-orang kebanyakan? Ah. Omong kosong. Kita tidak harus menjadi orang-orang yang sama dengan orang-orang lain.

Bagian favorit adalah ketika mereka menginggat makanan favorit mereka, bacang buatan Anas dan tradisi waktu Imlek, makan dimsum jam empat pagi. Karena Imlek tidak boleh makan daging, hanya sayur, Anas mengusulkan kalau 'sahur' makan dimsum sebelum jam enam pagi, makan sayur seharian penuh sampai jam enam sore, dan 'buka puasa' makan daging jam enam sore.

Pujian -seperti yang dipikirkannya- adalah narkoba. Membunuhnya pelan-pelan sehingga membuat aliran darah kreatifnya mandeg. Caci maki... oooh, tentu saja, berhamburan turun, membuatnya biru lebam di sana-sini.

Buku ini 'kaya', kaya konflik; kita bisa menemui di setiap karakter utama di buku ini, misalnya saja Indah selain kisah asmara, dia mendapat tekanan dari para penggemarnya akibat suksesnya novel pertamanya. Kaya karakter; Anas yang lebut, Nung yang bijaksana, keempat saudara kembar yang mempunyai sifat berbeda tapi malah menjadi salah satu kelebihan buku ini. Dan bagian mengangkat tema kaum minoritas menambah pengetahuan saya, tradisi apa yang mereka punya, sejarah atau pengalaman buruk yang pernah mereka alami sebagai warga negara yang identitasnya masih saja dipertanyakan dan sering kali mendapatkan perilaku yang tidak adil. Semua kekayaan yang ada di buku ini sanggup penulis ceritakan tidak lebih dari 500 halaman. Alurnya cukup cepat tapi semua tersampaikan.

Recommended bagi kamu yang sedang mencari cerita tentang keluarga dan pengin tahu tentang etnis Cina.

3.5 sayap untuk dimsum jam empat pagi.
Profile Image for Oni 媛馨.
190 reviews24 followers
July 15, 2020
4/5

Pas baca ini jadi inget dulu pas sekolah di SMA Negeri yang notabene mayoritas orang jawa, ada temen pinjem uang 500 perak.
Aku tagih kan, kan awalnya minjem bukan minta. Terus ada murid lain yang nyeletuk sinis "ya ampun 500 aja ditagih, orang cina memang pelit ya", ngomongnya pakai bahasa jawa, pas itu sudah serasa pingin nangis, mana ngomongnya di depan temen temen lagi.
Yah mereka kan gak tahu ada orang "cina" yang gak kaya, yang harus berhemat buat bisa sekolah. Gak tahu kalau dari kecil diajarin kalau mau sukses harus menghargai uang.

Yah begitulah baca novel ini jadi ngerasa nostalgia banget, jamannya pak suharto dan awal 2000an masih berasa banget sentimen cinanya, untung sekarang sudah bisa membaur.

Kalau mau tahu tradisi cina bisa baca novel ini. Aku juga suka cara 4 bersaudari menghadapi masalah hidup mereka.



"Jika orang hanya berani mati -tidak berani hidup- matinya akan sia-sia. Demikian juga sebaliknya. Jika orang berani hidup - tapi tidak berani mati- hidupnya juga akan sia sia."

"Kematian mengakhiri hidup tapi dia tidak mengakhiri hubungan. Karena itu sebagai orang cina, kita harus selalu menghormati leluhur."
Profile Image for Lisra Yenny.
96 reviews1 follower
July 11, 2024
Ah entah knp buku ini lama sekali selesainya. Dr awal tahun start baca baru kelar skrg. Biasanya Clara Ng punya itu sekali lap selesai. Dan aku tetep bertahan nyelesein buku ini dulu br mulai baca yg lain.
Di aku, sptnya di awal buku ini lmyn ngebosenin, alur bolak-balik nyeritain satu persatu anak² kembar Nung.
Kemarin di seperempat buku menuju akhir baru deh mulai menariknya disaat satu persatu anak² Nung berusaha mulai terbuka dan jujur dengan kondisi mereka sekarang. Selain itu kondisi Indonesia saat kerusuhan 98 dmn warga ras byk mendapat tekanan pun ikut ambil bagian di buku ini.
Endingnya aku dpt byk hal, ttg kebiasaan temen² China yg bikin dimsum pas Imlek, tata cara pemakaman, perlakuan thd mereka yg minoritas di sekolah, dll.
Kebayang g sekian thn menunggu buah hati, trus tau² positif dan sekaligus dapat 4...
Profile Image for danuberose.
88 reviews12 followers
January 18, 2023
I speed-ran this not because I enjoy it. The writing is just not it. Many instances of tell-not-show. Lacks subtlety. Also that predictable cookie-cutter epilogue. Coupled with my high expectations it's a deadly combo and not the good kind.
Profile Image for Hilda.
200 reviews144 followers
April 18, 2010
Empat wanita. Empat kehidupan yang berbeda. Dan empat rahasia gelap.

Siska Yuanita, yang memandang hidup dengan sinis dan serba praktis. Terobsesi pada kebebasan. Sakit hatinya karena dikhianti tunangannya membuatnya tak percaya cinta. Apalagi pernikahan!

Indah Pratidina, yang serius dalam segalanya. Jiwanya yang pemimpi dan optimis membuatnya percaya dan mengharapkan pada banyak hal yang hampir mustahil. Dan pribadinya itulah yang sekarang menjerumuskannya ke dalam masalah.

Rosi Liliani, sang pemilik nama feminin tapi dengan pribadi berbeda 180 derajat. Sikapnya yang selalu ceria dan tak pernah serius membuat semua orang cemburu dan kagum padanya. Tapi benarkah, bahwa orang yang selalu ceria memang tak punya beban?

Novera Kresnawati, si anak manis yang cenderung pemalu dan lemah lembut. Biasa tak mencolok dan menjauhi konflik, Novera tiba-tiba mengkhianati keluarga dan agamanya dengan memilih Katolik. Karena ia memerlukan ketenangan. Dan agama membuatnya percaya pada pengharapan.

Mereka berempat adalah kembar. Yang menjalani kehidupan yang berbeda-beda. Di Jakarta, Hongkong, Puncak, dan Yogyakarta. Tapi mereka dipaksa berkumpul kembali untuk mendampingi sang ayah, Nung, yang diprediksi hanya memiliki sisa hidup. Tapi mereka tak menyangka, bahwa reuni keluarga itu akan menyingkap semua rahasia. Yang selama bertahun-tahun, telah mereka sembunyikan rapat-rapat. Ketika rahasia-rahasia itu tersingkap, dan saat kebenaran mengemuka, keempat wanita itu pun harus menghadapi hantu-hantu yang selama ini membayangi hidup mereka. Dan membuktikan, bahwa keluarga sejati akan menerimamu apa adanya.
Profile Image for Nike Andaru.
1,629 reviews111 followers
October 31, 2019
208 - 2019

Punya bukunya versi yang gambar pohon, tapi gak ada logo Metropop-nya. Eh pas diterbitkan ulang tahun ini ada logo Metropop-nya nih. Untuk memenuhi tantangan GRI dan sekalian tantangan baca fiksi metropop, jadilah baca versi ebooknya aja.

Clara Ng memang banyak menulis hal-hal yang gak biasa, dalam buku ini semua hal jadi numplek dalam Dimsum Terakhir. Buku ini menguliti banyak tentang budaya Cina. Tentang keluarga keturunan Cina yaitu Nung Atasana yang punya anak perempuan kembar empat. Iya, banyak betul ya sampe kembar empat. Tapi, walaupun kembar tetap aja beda walau muka sama. Siska yang mengejar karirnya hingga tinggal di Singapura, Indah yang penulis novel, Rosi si petani mawar dan Novera guru Tk di Jogja.

Keempat saudara kembar tersebut harus kembali ke Jakarta karena Nung kena stroke. Keempat bersaudara ini punya sifat yang berbeda lalu harus berusaha tinggal bersama kembali untuk menemani sang ayah. Keempatnya diceritakan satu per satu. Cerita soal kehidupan keturunan Cina di Indonesia pada saat orde baru selalu kedapatan gak enaknya ya, termasuk harus tetap masuk sekolah ketika imlek dan keluarga ini punya kebiasaan makan dimsum saat pagi hari saat imlek.

Budaya Cina kental sekali diceritakan dalam buku ini, gak cuma itu Clara Ng juga menambahkan isu lesbian dalam cerita ini. Menarik karena dalam satu keluarga bahkan kembar pun kita bisa melihat ada hal yang berbeda tapi mereka tetap saja kembaran yang selalu punya tempat untuk saudaranya satu sama lain.
Profile Image for Andri.
137 reviews
May 14, 2009
Di antara buku-buku karya Clara Ng, yg terbaik menurut gw adalah DT ini. Berkisah tentang kehidupan 4 anak kembar, cewek, yang kemudian masing-masing telah dewasa, kemudian waktu mempertemukan mereka kembali untuk satu urusan.

Kelebihan lain -ini yg gw catat-, ada hal-hal yang kontroversi tapi berhasil diangkat oleh Clara secara natural. Membuat kita bertanya-tanya pada diri sendiri... apakah kita akan menerima, atau tidak. Tidak ada unsur menggurui, karena memang sesungguhnya hidup adalah pilihan.

Isyu lesbian, aborsi, sex pra nikah, bunuh diri... semua mengalir secara alami.

Recommended.

-andri-
Profile Image for Tiara Orlanda.
201 reviews18 followers
December 30, 2016
Review selengkapnya https://bookishstory.wordpress.com/20...

Sudah lama aku tertarik dengan judul buku ini namun tak pernah menyempatkan membaca sinopsisnya. Setelah membaca sinopsisnya aku langsung tertarik untuk membaca Dimsum Terakhir karena aku suka dengan cerita yang bertema keluarga seperti ini.

Aku sebenarnya sering terhambat apabila membaca buku-buku tebal seperti ini yah setidaknya menurutku ini tebal. Tapi saat membaca buku ini aku bisa menyelesaikan dengan cepat karena memang buku ini membuatku penasaran bagaimana tiap tokoh ini bisa menyelesaikan konfliknya.
Profile Image for Vir.
100 reviews6 followers
August 29, 2020
Novel yang sangat complicated menurut gue, akhir-akhir ini lagi rajin baca metropop klasik. Baca buku ini tuh ngebuka pandangan baru tentang orang cina, mulai dari segi kultur, adat istiadat, tradisi sampe perasaan menjadi cina di Indonesia. Banyak sekali ilmu baru yang gue dapet lewat buku ini.

Ada banyak permasalahan masing-masing di setiap tokoh, dan cara mereka berjuang sendiri-sendiri dan pada akhirnya bisa saling menguatkan Dan menyupport satu sama lain, eksekusinya ada beberapa yang missed cuman termaafkan karena I freakin love the way Clara Ng menulis secara jujur.
Profile Image for Neeta.
4 reviews
June 4, 2013
Ceritanya cukup menarik dan dituturkan dengan gaya bercerita yang (kelewat) lancar. Banyak kalimat-kalimat dan dialog-dialog yang berlebihan (mirip novel2 chick lit) sehingga terkesan ganjil dan terasa asin (too much salt!)
Profile Image for Siti Nurkayatun.
22 reviews3 followers
March 12, 2017
Nambah pengetahuan tentang tradisi keluarga Tionghoa. Udah itu aja.
Profile Image for Emilya Kusnaidi.
Author 3 books40 followers
February 1, 2020
3,5 dibulatkan ke atas, just because.

Tokoh favorit saya Novera :)

(ulasan lengkap menyusul kalau nggak males)
Profile Image for Dhani.
257 reviews17 followers
November 17, 2022
DIMSUM TERAKHIR, sebuah kisah panjang tentang Nung dan empat anak kembar perempuannya, karya Clara Ng

Saya masih dalam proses memilih dan memilah, buku-buku mana yang saya pertahankan dan buku-buku mana yang sebagian besarnya, akan menempati ruang baca sebuah rumah, nun jauh di seberang pulau, saat pandangan saya tertambat pada buku ini, DIMSUM TERAKHIR karya Clara Ng. Buku yang saya beli adalah cetakan keempat, terbit tahun 2012.

Melihat blurb/sinopsis ( saya tahu bedanya, tapi kadang masih suka bingung) di halaman belakang, buku ini sepertinya menarik. Bagaimana tidak, kalau kisahnya tentang seorang ayah, Nung Atasana, dan empat orang anak perempuan kembarnya, Siska, Indah, Rosi dan Novera, dan mereka adalah keluarga keturunan Cina.

Cerita berpusat pada Nung, yang hidupnya divonis tak lama lagi, karena penyakit yang berhubungan dengan darah merah.
Sehubungan dengan kabar dari RS yang mengabarkan kondisi sang ayah, keempat anak kembarnya harus berkumpul di Jakarta.

Hanya Indah, seorang wartawan, yang tinggal di Jakarta, sementara Siska, pengusaha, tinggal Singapura, Rosi mengurus kebun mawarnya di Puncak, sementara Novera menjadi guru dan tinggal di Yogya.

Di akhir hidupnya, Nung ingin,anak-anaknya menikah, sebelum dia berpulang. Sebuah keinginan yang terlihat sederhana, khas orang tua, tapi jadi mimpi buruk bagi keempat anak perempuannya.
Bagaimana tidak, kalau ternyata keempatnya mempunyai kisah yang rumit.

Siska yang tak mau berkomitmen, Indah yang menjalin 'hubungan' terlarang dengan seorang rohaniwan, Novera yang rahimnya telah diangkat dan berniat jadi biarawati, dan Rosi yang perlahan membiarkan Roni 'menguasai' tubuhnya dan punya kekasih perempuan.

Masalah lalu kian rumit, saat akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal sementara di rumah masa kecil.
Perusahaan Siska kena masalah hukum, Indah hamil, Novera tak bisa menghindar dari pesona Rafy, duda beranak satu yang istrinya meninggal dan Roni yang ingin menunjukkan eksistensinya.

Lantas apakah yang terjadi kemudian? Bagaimana kondisi Nung? Apakah aborsi jadi jalan yang dipilih Indah? Apakah Siska harus menerima kenyataan bahwa dia kalah dan kehilangan semuanya? Dan bagaimana kabar Roni?

Dalam buku setebal 362 halaman itu, semua pertanyaan akan dijawab satu-satu di akhir cerita.

Terlepas dari temanya yang mungkin di beberapa bagiannya akan menjadi kontroversi sampai kapan pun, saya salut pada 'kepintaran' Clara Ng meramu sekian banyak masalah, dengan masing-masing tokoh punya porsi yang sama, dengan gaya penceritaan maju mundur dengan POV 3.

Dari buku ini, saya mendapatkan banyak 'pencerahan' tentang kehidupan keluarga keturunan Cina, dari sudut pandang mereka.
Dan saya memahaminya, walaupun mungkin tak bersepakat pada beberapa bagiannya.
Clara Ng juga memberikan banyak informasi tentang Imlek dan upacara penguburan secara Taoisme.

Dan rasanya, ini buku yang layak untuk tidak dilepas.
Profile Image for Millenysm .
68 reviews3 followers
March 1, 2024
Representation matters, in which by this factor motivated me to pick this book, and not for its Metropop segmentation at all. As what its cover or title may slightly implies this novel will bring you along to the drama of a Chinese Indonesian family.

The way the premise of this novel starts kind of reminds me of Gadis Kretek for it tells about grown young adults that suddenly have to reunite after their important part of the family have gone through unfortunate state of health, in this case it's the father of a quadruplet.

Four daughters have to swallow hard bitter truth that their father won't hold up long, and from whom has a particular last wish. The wish may sound simple but not in the quadruplets ears.

The last wish requires them to find their partners in life before their father finally kicks the bucket. The question now is will the quadruplet eventually fulfill their father last wish? What does it take to do so?

To me this novel pulls beyond what it categorized itself. As a metropop, it doesn't deliver a mere niche story of romance drama that takes place in the city, but it's more than that.

What I find most fascinating is the issue brought up through the story which is not so common compared to the others novel fallen in the same genre.

It talks you into what occurs with two different religions met within a Chinese family and relationship, the issue of abortion, to the journey of navigating one's true identity and sexuality which I found pretty daring and progressive for the time it was published was a bit bleak for LGBT to finds its recognition in our beloved country at that time.

What's more, this novel shows how it should be done when it comes to representing the minority and their side of the story, namely their cultural and moral value, even the dark history they have went through. As a Chinese Indonesian myself, I have to mention that I can truly relate to whatever is going on in the story, such as how tiring and painstaking it is to take part in the lengthy precession of Chinese funeral, how extravagant and festive it is Chinese folks prepare for CNY, and even the feud that oftentimes occurs when there's a family member decided to switch religion to name a few.

As conclusion, Dimsum terakhir is absolutely worth the time spent, and at the same time it also allows readers to expand their perspective on different culture in such a quite informative and fresh way. Definitely recommend it.
Profile Image for Noni.
90 reviews
November 3, 2017
https://www.instagram.com/p/BaKIngilD...

#bookreview
.
Saya tertarik membeli buku ini krn terpikat pd judulnya. Kayaknya puitis... yegak? Tp ternyata isinya gak puitis sama sekali, malah buat saya agak annoying akibat penamaan tokoh2 yg mencatut nama anak2 GPU 😝 Tapi ya gpp lah, toh cuma segelintir orang yg tau, yekan?
.
Alkisah, sepasang suami istri, Anas dan Nung, memiliki 4 putri kembar: Sisca, Vera, Indah, Rosi. Mereka keluarga katolik keturunan China yg digambarkan mengalami perlakuan diskriminatif sejak anak2 masih kecil hingga dewasa.
.
Saat dewasa inilah ketika mereka telah hidup berpisah, mereka dipanggil utk berkumpul karena sang ayah terkena serangan stroke. Demi menemani Nung yang mungkin hidupnya tak lama lagi, keempat saudara kembar ini berkumpul di rumah orangtua mereka dg membawa persoalan masing2.
.
Sisca telah menjadi pengusaha sukses di Singapura. Namun dia menghadapi tuntutan hukum dari kliennya dan dari pacar gelapnya yg gak rela dicampakkan begitu saja. Sang pacar adalah pria berkeluarga dg dua anak.
.
Indah, seorang penulis ngetop di ibukota yg tengah kehabisan ide. Dia dihamili pacarnya, seorang pastur, yang tidak bisa bertanggungjawab. Indah mesti memilih utk menggugurkan atau mempertahankan kandungannya.
.
Vera, menjadi guru bergaji kecil di Jogja. Dia ingin menjadi biarawati karena ingin melarikan diri dari kewajiban duniawi. Dia kuatir pacarnya, duda beranak 1, melamarnya karena Vera baru saja dioperasi pengangkatan rahim.
.
Rosi, ternyata seorang lesbian dan sudah punya pacar tetap. Mereka berdua punya bisnis bunga potong yg sukses di Puncak. Rosi tidak berani menceritakan kondisinya kepada siapapun.
.
Nung bilang, dia baru akan meninggal dengan tenang kalau keempat anaknya sudah membawa calon suami yg serius akan menikahi mereka. Lalu, laki2 mana yg akan dibawa oleh Sisca, Vera, Rosi, dan Indah ke hadapan Nung?
.
Uhuk banget, kan? Trus dimsumnya di mana? Cari ah... saya aja moto buku ini pake pizza, bukan pake dimsum saking si dimsum cuma nongol 2x 😅
.
⭐️⭐️, 372hlm, 2006
.
#goodreads #goodreadsindonesia #goodreadschallenge2017 #bookstagram #bookish #bookporn #igbooks #instabooks #bookreviewnoni #novel #buku #clarang #dimsumterakhir #bookworm #kutubuku #books #sayabaca
Profile Image for Aulia  Rofiani.
326 reviews4 followers
September 15, 2019
Wah beneran deh ini Novelnya sebagus itu
Segala emosi berasa komplit gue rasain dgn baca ini, cuma sayang gue ga sampe nangis nih hehe
Kekurangan lainnya, perpindahan alur maju mundurnya masih terasa blm mulus sih
Trus masih ga paham itu perusahaannya Siska perusahaan apa sih? 😂 yaaah sayang aja sih gue ga ngerti dia kerja apaan hehe
Ada lagi, penggunaan kata dimsum sama siomay, bukannya itu dua makanan yg beda ya? Masih kecampur-campur nih di narasinya
Dan terakhir, agama katolik sama kristen itu beda bukan? Di narasinya, nyebut2 agama kristen yg merujuk ke agama salah satu tokoh di sini, padahal jelas2 di dialognya dia nyebut kalo dia memeluk agama katolik. Menurut gue ini krusial sih, soalnya takut bikin tersinggung pemeluk dua agama ini sih. Soalnya gue pernah dgn polosnya nanya ke tmn gue, "emangnya katolik sama kristen beda ya?" trus dijawab "ya beda laaah." abis itu langsung disinisin gitu :(
Kelebihannya, cukup memberikan pengetahuan ttg budaya Cina yg ternyata seribet itu ya 😂
Life lesson yg gue dpt juga ngena banget
Interaksi antara 4 saudari kembar ini juga manis banget, walaupun ga melulu akur tapi duhhh bikin ngiri gue yg jadi anak tunggal :(((
Buku ini juga nyeritain mirisnya jadi minoritas di jaman dulu, parah sih gue baru tau kalo jaman '98 separah itu :(
Baru tau kalo dulu pas Imlek anak2 sekolah yg keturunan Cina harus ttp sekolah, tanpa terkecuali, mau sakit kek, ga bisa bangun kek, kudu masuk sekolah :( ya ampun rasismenya seganas itu 😭
Buku ini juga nyeritain ttg penerimaan diri dan ttp saling menyayangi dan menjaga keluarga apapun keadaannya
Isu rasisme yg diangkat juga bagus banget, tersampaikan dgn baik deh pokoknya
Kalo semua orang apapun agama, ras, dan jenis kelaminnya, memang harus diperlakukan selayaknya manusia
Harus dibaca orang banyak sih ini beneran, mengingat Indonesia kembal diguncang isu minoritas lagi
At the end, we are just a human
17 reviews1 follower
September 13, 2020
Dimsum Terakhir mengisahkan empat kembar tionghoa dewasa. Keempatnya telah terpecah di empat penjuru dan empat kehidupan yang berbeda, Siska di Singapura tengah menjalankan perusahaannya, Indah di Jakarta dengan job wartawannya, Rosi di Puncak Bogor sebagai petani mawar, dan Novera di Yogya sebagai guru TK. Empat masa depan yang membingungkan. Empat rahasia masa lalu yang menghantui. Dan satu usia biologis yang terus berdetik.

Siska yang trauma dengan hubungan cinta masa lalunya memutuskan untuk hidup single. Rosi, fisiknya memang perempuan, tapi jiwanya laki-laki. Indah beda lagi. Ia terlibat cinta terlarang dengan seorang pastor, bahkan kini tengah mengandung anak dari sang pastor. Terakhir, Novera, dia merasa luar biasa tak percaya diri dengan kondisinya yang tidak memiliki rahim sehingga takut menjalin hubungan dengan laki-laki manapun.

Yang menyatukan mereka kali ini adalah kondisi kritis sang ayah, Nung stroke & tengah sekarat. Apakah mereka sanggup memenuhi permintaan terakhir sang ayah dalam waktu yang sedemikian sempit?
“Dalam kegelapan, jangan terlalu percaya pada apa yang kita lihat, percayalah pada apa yang kamu rasakan.” (hlm. 154)

Budaya tionghoa pun sangat kental di novel ini. Mulai ritual-ritual, bahkan apa saja yang biasanya keluarga tionghoa lakukan saat hari-hari perayaan tertentu. Tradisi keluarga di novel ini pun sangat terasa natural. Semuanya sangat-sangat menambah wawasan bagi yang belum tahu tentunya.

Novel ini bukan mengisahkan cerita tentang cinta yang romantis, menceritakan tentang kasih yang ada di dalam sebuah keluarga. Novel ini memberikan renungan kepada kita bahwa di mana pun mereka berada, sesulit apapun masalah yang mereka hadapi, dan pengambilan keputusan yang bertentangan dengan manusia pada umumnya, namun keluarga tetaplah keluarga. Hanya saja bagaimana menyelesaikannya, semua tergantung pada masing-masing.

https://www.instagram.com/p/CFCzQRggr...
Profile Image for ⭑.
187 reviews7 followers
August 8, 2023
⚠️ Trigger warning ⚠️ tw // suicide , abortion , racism

Saya nggak tau harus deskripsiin mulai dari mana gimana karena buku ini luar biasa bagusnya.

Penokohannya sangat adil, masing-masing tokoh memiliki kisah, sifat, watak, karakteristik yang berbeda-beda.

Meskipun mereka kembar empat, tetapi semuanya memiliki kepribadian yang menarik serta masing-masing orang punya ceritanya sendiri. Tidak ada yang lebih banyak atau lebih sedikit, semuanya cukup adil pembagiannya di dalam buku ini.

Alurnya maju dan pelan, lambat. Tapi ini yang menguatkan kesan dari setiap momen yang ada. Pembaca dibuat mendalami semua kisah yang ada disana.

Penulis berhasil membawakan topik berat menurut saya. Mulai dari seksualitas (dan menjadi diri sendiri atau come out), pandangan dan hal rasis yang masih sering terjadi, bahkan untuk soal aborsi. Pengemasan yang sangat luar biasa bagus!

Banyak bagian yang membuat saya menangis. Terlebih ketika Siska menceritakan apa yang terjadi pada ketiga kembarannya, ketika ayahnya menerima semua kondisi yang ada.

Saya juga dibuat stress dan frustasi oleh hal-hal yang justru terjadi tidak terduga di tengah keadaan genting. Tapi meskipun hal tersebut berat, semuanya pasti dapat teratasi. Buku ini sangat… hangat. Meskipun di beberapa part cukup mengguncang mental.

Banyak pelajaran yang bisa dipetik, untuk tidak takut dengan omongan orang, untuk menjadi diri sendiri, untuk yakin bisa menghadapi segala masalah yang terjadi. Semua akan baik pada waktunya.

Dimsum terakhir, tetapi kehadiran Nung tidak akan pernah berakhir.

Sekian.
Profile Image for Tarisha.
2 reviews
October 27, 2023
Buku Dimsum Terakhir ini menceritakan 4 orang anak perempuan dari pasangan suami istri keturunan China yang lahir di Indonesia. Walaupun terlahir dari satu rahim yang sama, namun perbedaan ke empat perempuan ini cukup terlihat.
Ada Siska, anak perempuan pertama dengan label namanya sebagai "independent woman". Ada Indah, anak kedua dengan kedisiplinan yang tinggi serta mempunyai permasalahan dengan cintanya. Lalu Ada Rosi, anak dengan sifat ceria serta aura maskulin yang membuat siapapun terpesona. Dan anak terkahir, yaitu Novera, si bungsu dengan sikap pemalu dan lembut.
Dari keempat ini, setiap orang memiliki rahasia masing-masing. Namun, mereka takut membagikan rahasia ini kepada keluarganya, karena takut hal ini akan mengecewakan mereka.

Suatu hari, ayah dari keempat perempuan tersebut jatuh sakit parah. Dan disaat-saat terakhir ayahnya, disaat waktu-waktu paling berharga bagi keempat anaknya, seorang ayah mengetahui segalanya.

Menurutku, buku ini buku yang membahas isu cukup berat, namun dibalut dengan konsep yang ringan. Kehidupan sehari-hari sebuah keluarga hangat, yang dapurnya selalu riuh oleh gelak tawa penghuninya. Bukunya pun memberikan kesan humor yang asyik, sehingga membuat para pembaca ikut merasakan atmosfir dari cerita itu. Yang paling membekas di memoriku, adalah part terakhir, ketika ayahnya tutup usia. Peristiwa itu memberikan kesedihan yang berbekas di hati.

Namun, karena alurnya yang lambat, pembaca cukup bosan ketika membacanya. Alurnya yang terlalu sederhana sehingga tidak terlalu memberikan kesan yang mendalam.
Profile Image for Peter.
4 reviews
May 28, 2020
Empat perempuan kembar yang mempunyai empat kehidupan berbeda. Empat masa depan yang membingunkan. Empat rahasia masa lalu yang menghantui, dan satu usia biologis yang terus menerus berdetik.
Siska Yuanita, Indah Pratidina, Rosi Liliani, dan Novera Kresnawati terpaksa harus pulang untuk mendampingin ayah yang diprediksi tidak punya harapan lagi. Mereka tidak menyangka bahwa kesempatan berkumpul ternyata mengubah segalanya. Pertanyaan-pertanyaan penting tentang kehidupan bermunculan, termasuk ketakutan, kecemasan, dan keangkuhan mengakui bahwa kehidupan dan kematian hanyalah sekedar garis tipis.
Buku ini sarat akan suasana kekeluargaan yang kental. Problem pribadi Siska, Indah, Rosi, dan Novera digambarkan sangat baik . Saya sangat salut dengan Clara yang berani menulis buku dengan permasalahan setiap tokohnya yang kompleks, apalagi masalahnya nggak bisa dibilang ringan. Tidak hanya drama keluarga, novel ini juga menyuguhkan berbagai cerita menarik seperti perlakuan rasis yang didapatkan masyarakat China yang menetap di Indonesia pada era pemerintahan Soeharto. Pencarian agama yang di yakini paling benar juga salah salah satu tokohnya, Rosi yang mencoba memahami identitas dirinya sebagai anak lelaki yang tumbuh dalam fisik permpuan, jiwanya lelaki tapi tubuhnya perempuan.

“Seperti itukah hidup ini?
Yang berjumlah besar menjajah mereka yang minoritas. Kata mereka : alienansi adalah tindakan yang tepat daripada alkulturasi
Profile Image for Shalma.
94 reviews
November 19, 2025
Hal pertama yang muncul di benak saya saat membaca ini: Temanya penuh karakter minoritas ya? Sudah etnis Cina, part of LGBTQ, perempuan tanpa rahim, perempuan tidak menikah, perempuan yang hamil diluar nikah, semua karakter kembar 4 ini benar-benar sasaran empuk untuk di judge oleh mayoritas orang Indonesia. Meskipun saya sih bukan penggemar berat cerita dengan tema keluarga seperti ini, buku ini lumayanlah untuk saya baca sembari menunggu hujan reda di stasiun.

Kalau lihat dari cover novel ini yang ditampilkan di goodreads, kayaknya 95% saya tertarik untuk beli buku ini di gramedia. Sinopsisnya juga menarik. Tapi tadi saya baca salah satu ulasan pembaca di ipusnas, yang menyayangkan banyaknya normalisasi 'penyimpangan' di buku ini. Well, saya punya beberapa pendapat mengenai hal ini, tapi saya tidak ingin dicancel WKWKWKWK.

Anyway, saya suka dengan bagaimana karakter Siska si kakak pertama yang awalnya kurang saya sukai namun malah jadi karakter yang saya merasa respect as sesama kakak pertama. Di bagian awal dia digambarkan sebagai si cuek dan egois, namun ternyata dia yang paling mengenal adik-adiknya.

Character development tiap si kembar juga bagus, semakin saling terbuka dan saling menguatkan, like what sisters should do. Kayaknya saya suka endingnya, hangat.

Minusnya entah ya, ada beberapa hal yang membuat saya agak bosan saat membacanya?
Displaying 1 - 30 of 196 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.