Jump to ratings and reviews
Rate this book

Untuk Perempuan Yang Kepadanya Rembulan Mengiba

Rate this book
“Ratusan meter dari orang-orang yang sibuk membersihkan darah, muntahan, dan mayat-mayat orang kami, saya berusaha membersihkan najis anjing yang menempel di badan saya. Terutama di selangkangan saya.” Perang agama yang terjadi di Ternate 43 tahun silam membuat warga muslim Makian harus mengungsi ke Kao, ratusan kilometer dari kampung halaman, di bawah komando Tuan Besar. Orang-orang berkemas tanpa banyak tanya, meski langkah berat, mereka tetap nekat.

Satu di antara mereka, bayi perempuan dalam kandungan, yang kelak menjadi titik balik peperangan dua puluh tahun kemudian. Jauh dari Tidore dan Ternate, tepatnya di Papua Barat, Amos, bocah dari kampung Baliem, harus rela batu nisan kedua orangtuanya digunakan Kepala Suku untuk proses adat bakar batu. Proses adat yang dimaksudkan untuk menyambut kepala perusahaan yang sudah memberikan mereka belasan ekor babi sebagai nilai tukar untuk kerusakan alam yang ditimbulkan.

“Bocah itu hanya menganga menatap segepok daging babi di piringnya. Sesekali ia mencuri pandang ke arah tumpukan batu nisan yang ditutupi helaian sayur. Sungguh kerelaan seperti apa lagi yang harus diterapkan bocah ingusan yatim piatu ketika ada yang datang meminjam nisan orangtuanya.”

232 pages, Paperback

Published August 19, 2019

3 people are currently reading
17 people want to read

About the author

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
6 (16%)
4 stars
14 (37%)
3 stars
17 (45%)
2 stars
0 (0%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 6 of 6 reviews
Profile Image for Tirani Membaca.
126 reviews1 follower
March 29, 2023
Kumcer ini menyajikan 19 cerpen dengan latar belakang wilayah Indonesia Timur di dalamnya. Kebanyakan berlatar di Tidore, tempat asal Penulis. Aku suka gimana di beberapa cerpen ada semacam twist yang menjadi bumbu, ada pula yang bernuansa (mepet) horror yang turut menjadikan beberapa cerpen di sini cukup menarik.

Aku paling suka cerpen yang berjudul Patung Yesus di Makam Kampung dan Aida Manan. Dari dua cerpen ini aja aku bisa menangkap betapa kompleks dan panjangnya sejarah serta budaya di Indonesia Timur. Dan konflik-konflik yang pernah terjadi di sana gak bisa dilihat sekilas dengan sebelah mata saja.

Cuma kritikku adalah, ada beberapa istilah bahasa daerah yang hanya diberi footnote di awal. Namun ketika di pertengahan buku, footnote-nya hilang. Maksudku, ini menyulitkan pembaca yang gak tuntas dalam sekali duduk. Aku jadi kurang memahami makna dari bahasa-bahasa daerah ini. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap penilaianku untuk kumcer ini. Saranku, lebih baik menggunakan daftar istilah di awal buku supaya pembaca lebih mudah mengakses arti dari kata-kata berbahasa daerah tersebut.

Oh ya, poin plus lagi. Aku suka gimana Penulis menyajikan cerita dari berbagai latar belakang suku dan budaya di sini. Aku amazed ada cerpen yang tokohnya bersuku Tolaki di literatur Indonesia. Good job!

Overall oke lah, 3/5 ⭐️
Profile Image for Jahe.
33 reviews
May 8, 2023
Saya nggak ninggalin banyak 'jejak' di buku ini. Nggak ada quotes yang bikin terngiang-ngiang di kepala, yang bikin saya merasa harus 'nandain' halamannya. Tapi setiap cerita di buku ini surprisingly sangat menyenangkan diikuti. Penulis berhasil buat saya tenggelam dalam budaya Tidore yang diangkat dalam setiap ceritanya. Rasanya kayak saya ada di sana, di depan pantai, menunggu entah itu Abah, Amah, suami, adik, kakak, atau siapa pun pulang melaut.

Ceritanya beragam dan menggunakan banyak latar. Mulai dari zaman kerajaan, pra-penjajahan, periode penjajahan, sampai era modern. Semua berlatar tempat yang sama, Tidore. Saya sempat bingung di tengah-tengah karena beberapa cerita menggunakan nama tokoh yang sama. Seperti Nuku (sepertinya ini semacam gelar bangsawan), Nyai Salamah, Jambuli, dan Aida. Saya pikir cerita satu dengan yang lain akan berkaitan, tapi sepertinya tidak, ya? Di samping kesamaan itu, ceritanya tetap menyenangkan, kok. Saya suka sekali.

Cerita favorit saya adalah cerita ketujuh. Perempuan yang Kawin dengan Anjing. Saya bengong sebentar setelah selesai baca. The least favourite mungkin Tolire. Agak shock (not in a good way) pas saya selesai baca itu. Bagi teman-teman yang berminat baca buku ini, tolong digaris bawahi kalau dia punya tag inses di dalamnya, ya. Buku ini memang agak ... dark. Selebihnya, satirnya kena, dan walau ada beberapa yang saya kurang paham maksudnya, tetep bagus dan enak dibaca, kok.
Profile Image for Deliana.
33 reviews
April 12, 2025
Merupakan kumpulan cerpen yang semuanya berlatar belakang di daerah Halmahera, Tidore, dan wilayah Maluku Utara lainnya. Gila sih, penulisnya emang keren banget. Unsur budaya, agama, geografis, dan tentunya dunia wanita yang tinggal di daerah tersebut menjadi kata kunci dari kumcer ini. Gak jarang, beberapa cerpen di dalamnya membuat saya menganga dan berkata "wah" saking gila dan hebatnya ini kumcer. Latar belakang penulis yang tinggal di daerah Maluku Utara menjadi nilai plus, kalau bukan karena sosoknya, kumcer ini gak akan sebagus dan segila ini.

Plot yang ditampilkan gak membosankan, selalu ada plot yang berbau surprise di setiap cerpennya. Budaya, sejarah, politik, dan agama semuanya punya porsi yang pas di sini. Kalau di tahun 2026 masih diberikan kesempatan untuk bernapas, kumcer ini akan saya rekomendasikan sebagai bahan bacaan di Hari Perempuan Internasional. Sayangnya, kertas yang digunakan sama buku ini cukup jelek, padahal penerbitnya termasuk kelompok besar dan ternama. Satu lagi, beberapa istilah daerah ini siap-siap akan membuat ingatan pembaca bekerja, kecuali pembacanya bisa bahasa Maluku ya. Namun, kekurangan ini bukanlah penghalang kita untuk membacanya.
Profile Image for nidatama.
42 reviews
July 19, 2021
"Kenapa senyum-senyum? Sebagus itu ya ceritanya? Tentang apa?" seseorang bertanya. "Jujur, nggak tau. Aku nggak paham juga." jawabku. "Kalau nggak paham, kenapa begitu tenggelam?" Dan pertanyaan itu menggantung selamanya. Bingung juga kalau ditanya kenapa buku ini baguus sekali menurutku. Kayaknya ini kumpulan cerpen pertama yang kubaca tahun ini--atau bahkan selama beberapa tahun terakhir. Semua kisah tragis, mistis, miris di dalamnya ditinggalkan begitu aja. Nggak ada penjelasan terakhir, seolah memang pembaca dipersilakan mengilhaminya sendiri. Cerita-ceritanya mengambil latar waktu, tempat, dan perkara yang sebelumnya amat asing buatku. Tentang adat, kehidupan nelayan, toleransi, stereotip perempuan, pelecehan seksual, hal-hal yang dianggap tabu, kehilangan, dan harapan. Menampilkan konflik yang bukan terang-terangan macam roller coaster, tapi secara halus menyayat rasa. Nggak nyangka bakal sesuka ini sama kumcer, tapi buku ini bener-bener jadi penyegaranku setelah sebelumnya menyelesaikan novel yang terasa lebih lambat.
Profile Image for Nukleofil Lia.
52 reviews1 follower
October 21, 2023
Karya spektakuler untuk seorang penulis Indonesia. Kumpulan cerita-cerita pendek, tapi begitu menggelitik rasa penasaran akan kelanjutan ceritanya. Terutama nama 'Aida', apakah tokoh yang sama atau tokoh berbeda?

Mengangkat tema dongeng / cerita rakyat khas NTT, Indonesia, bahkan sebagai warga negara Indonesia, saya pun merasa miris dengan cerita yang diungkapkan disini, memang masih kerap terjadi, tak peduli rentang waktu dan geografis.

Sebuah cerita untuk dibaca, direnungkan, mungkin didiskusikan.
Profile Image for Laaaaa.
208 reviews5 followers
May 8, 2021
ceritanya baguss, unsur satirnya juga kena banget.
ada cerita yg sejenis terulang, yg pertama tentang menunggu istri melaut yg kedua menunggu suami melaut....

ada beberapa istilah yg ga dikasih footnote, but its ok. ada google.
Displaying 1 - 6 of 6 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.